HUBUNGAN ANTARA DERMATITIS SEBOROIK DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DI RSUD ABDUL MOELOEK LAMPUNG
HUBUNGAN ANTARA DERMATITIS SEBOROIK DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DI RSUD ABDUL MOELOEK LAMPUNG
Oleh
MILANI NUR FADILA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2014
(2)
ABSTRACT
CORRELATION BETWEEN DERMATITIS SEBORRHEA WITH QUALITY OF LIFE IN PATIENTS AT ABDUL MOELOEK HOSPITAL LAMPUNG
By
MILANI NUR FADILA
Health is the main asset for human in life. It’s important to measure health not only in the life salvation but also in the quality of life. Skin disease which significantly affect the quality of life is the chronic skin disease, one of them is dermatitis seborrhea. Dermatitis seborrhea is the chronic papullosquamous dermatitis which mainly can be found at seborrhea region.
This study is a cross-sectional design approach with analytic observational in
November to December 2013 in Dr . H. Abdul Moeloek Hospital Lampung Province. A total of 32 patients who have been diagnosed by a specialist, with age 16 years or above,
belonging to either sex, who themselves were able to understand and fill Dermatology Life Quality Index (DLQI) questionnaire.
The results showed at 32 respondents, there is not a significant effect between dermatitis seborrhea with quality of life in patients at Abdul Moeloek Hospital Lampung. Key words: Dermatitis seborrhea, DLQI, quality of life.
(3)
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA DERMATITIS SEBOROIK DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DI RSUD ABDUL MOELOEK LAMPUNG
Oleh
MILANI NUR FADILA
Kesehatan adalah aset utama manusia dalam kehidupan. Penting untuk mengukur kesehatan tidak hanya dalam aspek penyelamat kehidupan tetapi juga kualitas hidup. Penyakit kulit yang secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup adalah penyakit kulit yang kronik, salah satunya dermatitis seboroik. Dermatitis seboroik adalah dermatitis papulosquamous kronis terutama ditemukan di daerah sebasea. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara dermatitis seboroik dengan kualitas hidup pada pasien di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan desain potong lintang bersifat
analitik observasional pada bulan November sampai Desember 2013 di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Total sampel sebanyak 32 pasien yang telah didiagnosis oleh dokter spesialis, umur minimal 16 tahun, pria maupun wanita, mengerti dan dapat mengisi kuesioner Dermatology Life Quality Index (DLQI).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 responden, terdapat pengaruh yang tidak bermakna antara dermatitis seboroik dengan kualitas hidup pada pasien di RSUD Abdul Moeleok Lampung.
(4)
(5)
(6)
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR TABEL ... vi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.3.1 Tujuan Umum ... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.4.1 Bagi Pasien Dermatitis Seboroik ... 3
1.4.2 Bagi Institusi Kesehatan ... 3
1.4.3 Bagi Tenaga Kesehatan………. . 4
1.4.4 Bagi Peneliti………... 4
1.5 Kerangka Teori ... 4
1.6 Kerangka Konsep ... 5
(7)
iii
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dermatitis Seboroik ... 6
2.1.1 Definisi ... 6
2.1.2 Insiden ... 6
2.1.3 Manifestasi Klinik ... 7
2.1.4 Etiologi Dan Patogenesis ... 8
2.1.5 Obat - Obatan... 12
2.1.6 Kelainan Neurotransmitter ... 12
2.1.7 Faktor Fisik ... 13
2.1.8 Proliferasi Epidermal Menyimpang ... 13
2.1.9 Gangguan Gizi………. ... 13
2.1.10Terapi……….. ... 14
2.2 Konsep Kualitas Hidup ... 16
2.2.1 Definisi. ... 16
2.2.2 Komponen ... ... 16
2.2.3 Klasifikasi Kualitas Hidup ... 18
2.2.4 Teori Integratif Dari Kualitas Hidup ... ... 20
2.2.5 Instrumen Kualitas Hidup... ... 24
III. METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 27
3.2 Desain Penelitian ... 27
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian... 27
3.4 Subyek Penelitian ... 28
(8)
iv
3.4.2 Sampel ... 28
3.4.3 Besar Sampel ... 29
3.5 Variabel Penelitian ... 29
3.5.1 Variabel Bebas (dependent variable) ... 29
3.5.2 Variabel Terikat (independent variable) ... 29
3.6 Definisi Operasional ... 30
3.7 Cara Pengumpulan Data ... 31
3.7.1 Bahan ... 31
3.7.2 Alat ... 31
3.7.3 Jenis Data ... 31
3.7.4 Cara Kerja ... 31
3.8 Alur Penelitian ... 32
3.9 Pengolahan dan Analisis Data ... 32
3.10Ethical Clearance ... 33
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 34
4.1.1 Gambaran Umum Penelitian ... 34
4.1.2 Karakteristik Responden ... 34
a. Usia... ... 34
b. Jenis Kelamin ... 35
c. Pekerjaan ... 36
d. Lokasi Lesi Dermatitis Seboroik ... 36
4.1.3 Analisis Univariat ... 37
(9)
v
4.2 Pembahasan ... 39
4.2.1 Analisis Karakteristik Responden ... 39
4.2.2 Analisis Univariat ... 41
4.2.3 Analisis Bivariat ... 42
4.3 Keterbatasan Penelitian ... 43
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 44
5.2 Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 46 LAMPIRAN
(10)
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Manifestasi klinis dermatitis seboroik ... 7
2.2 Spektrum Kualitas Hidup ... 18
2.3 Kerangka Teori ... 26
2.4 Kerangka Konsep ... 26
(11)
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Definisi Operasional ... 30
4.1 Distribusi Usia Responden ... 35
4.2 Distribusi Jenis Kelamin Responden ... 35
4.3 Distribusi Pekerjaan Responden ... 36
4.4 Distribusi Lokasi Lesi Dermatitis Seboroik ... 36
4.5 Distribusi Skor DLQI ... 37
4.6 Distribusi Hubungan antara Lokasi Dermatitis Seboroik dengan Kualitas Hidup ... 38
4.7 Hasil uji Kolmogorov-Smirnov Hubungan antara Lokasi Lesi Dermatitis seboroik dengan Kualitas Hidup ... 39
(12)
I. PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Kesehatanadalahasetutamamanusiadalamkehidupan.MenurutWorld Health Organization (WHO) kesehatanadalahkeadaansejahterafisik, mental
dankesejahteraansosial, tidakhanyaketiadaanpenyakitataukelemahan.World Health Organizationtelahmendeskripsikanartikesehatansejaktahun 1948, danbelumberubahhinggasekarang.Kesehatanseringdiukursempitdenganmeng gunakanukuranmorbiditasataumortalitas.
Seharusnyakesehatandipandangsecara multidimensional yang meliputifisik, mental,
dansosial.Kemajuanmedismeningkatkankesembuhandanmenekanangkakema tian,
olehsebabitupentinguntukmengukurkesehatantidakhanyadalamaspekpenyela matkehidupantetapijugakualitashidupmereka.Kualitashidupatauquality of life (QOL) adalahsebuahkonsepmultidimensiluas yang
mencakupevaluasisubjektifdarikehidupanmenurutCenters for Disease Control and Prevention (CDC) tahun 2011 (CDC, 2011).
Kualitashidupadalahpersepsikehidupanindividumengenaiposisimerekadalam konteksbudayadansistemnilaidimanamerekahidupterkaittujuan, harapan, standardankekhawatiranmereka.Kualitashidupadalahkonsepluasdankomplek
(13)
2
s yang dipengaruhikesehatanfisikseseorang, keadaanpsikologis, tingkatkemandirian, hubungansosial,
keyakinanpribadidanhubunganmerekadenganlingkungan (WHO, 1997). Penyakitkulitdapatmempengaruhikualitashidup.Penyakitkulit yang secarasignifikanmempengaruhikualitashidupadalahpenyakitkulitkronik, salahsatunya dermatitis seboroik.Dermatitis
seboroikadalahdermatosispapulosquamouskronisterutamaditemukan di daerahsebasea.Menurut data rekammedis di RSUD Abdul Moeloek Lampung, setiapbulanadasekitar 50 penderita dermatitis
seboroikberobat.Penyakitinimengenai 3-5%
darikeseluruhanpopulasi(Fitzpatrick, 2010;Tejada,2010; Ahmed,2013). Penelitianterkaitkualitashiduppadapasien dermatitis
seboroikpernahdilakukan, sebagianmenyatakan dermatitis
seboroikberpengaruhpadakualitashidup, namunsebagianmenyatakan dermatitis seboroikmempunyaipengaruh yang
rendahterhadapkualitashidup.PenelitianGoldenberg (2013)menyatakan dermatitis
seboroikmempunyaipengaruhnegatifterhadapkualitashidup.PenelitianSzepiet owski(2009) menyatakandermatitis seboroikmempunyaidampaknegatif yang signifikanterhadapkualitashidup.Sebaliknya,beberapapenelitianmenyatakanb ahwa dermatitis
seboroikmempunyaipengaruhrendahterhadapkualitashidup.PenelitianPeyrí(2 007)menyatakandampak dermatitis
(14)
3
(2012)menyatakandermatitis
seboroiktidakmempengaruhikualitashidupseseorangsecaraserius.
Perbedaanpadahasilpenelitiantersebut,membuatpenulisinginmencaritahulebi hlanjutmengenaihubungankualitashidupdengan dermatitis
seboroik.DitambahdenganadanyapernyataandariWHO yang
menyatakansetiappenyakitsebaiknyaditelitipengaruhnyaterhadapkualitashidu p,membuatpenelitisemakintertarikuntukmelakukanpenelitian.
1.2 PerumusanMasalah
Apakahadahubunganantarapenyakit dermatitis
seboroikdengankualitashiduppasien di RSUD Abdul Moeloek Lampung?
1.3 TujuanPenelitian 1.3.1 TujuanUmum
Mengetahihubunganantara dermatitis
seboroikdengankualitashiduppasien RSUD Abdul Moeloek Lampung. 1.3.2TujuanKhusus
Mendeskripsikanproporsitingkatkualitashiduppasien dermatitis seboroik di RSUD Abdul Moeloek Lampung.
1.4 ManfaatPenelitian
1.4.1BagiPasien Dermatitis Seboroik
Pasienmenerimatambahaninformasitentangpenyakit dermatitis seboroik.
(15)
4
1.4.2BagiInstitusiKesehatan Memberiinformasitentang
dermatitisseboroikdankaitannyadengankualitashidup.
1.4.3BagiTenagaKesehatan
Dapatmenjadisumbersebagaiperbandingankualitashiduppasien dermatitis seboroikdi bandingkandenganpenyakit lain.
1.4.4BagiPeneliti
Dapatdijadikansebagai data tambahanuntukpenelitianselanjutnya. 1.5 KerangkaTeori
Etiologiterjadinya dermatitis
seboroikdanpengaruhterhadapkualitashidupditerangkandalam diagram 1.
Gambar 2.3.Etiologi dermatitis seboroikdanhubungandengankualitashidup (De Angelis dkk., 2005).
AktivitasKelenjar Sebaseus
PeranMikroorgan isme KerentananIdivid
u
Dermatitis Seboroik
Faktor Lain
↓KualitasH
(16)
5
1.6 KerangkaKonsep
VariabelIndependen VariabelDependen
Gambar2.4.KerangkaKonsep
1.7 Hipotesis
Ada hubunganantara dermatitis seboroikdengankualitashiduppasien di RSUD Abdul Moeloek Lampung.
KualitasHiduppasien Dermatitis Seboroik
(17)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dermatitis Seboroik 2.1.1Definisi
Dermatitis seboroik adalah dermatosis papulosquamous kronis umum yang mudah dikenali.Penyakit ini dapat timbul pada bayi dan dewasa dan seringkali dihubungkan dengan peningkatan produksi sebum (sebaseus atau seborrhea) kulit kepala dan daerah folikel kaya sebaseus pada wajah dan leher.Kulit yang terkena berwarna merah muda,
bengkak, dan ditutupi dengan sisik berwarna kuning-coklat dan krusta(Fitzpatrick, 2010).
2.1.2Insiden
Dermatitis seboroik memiliki dua puncak usia, yang pertama pada bayi dalam 3 bulan pertama kehidupan dan yang kedua sekitar dekade keempat sampai ketujuh kehidupan. Tidak ada data yang tepat tersedia kejadian dermatitis seboroik pada bayi, tetapi gangguan ini
umum.Penyakit pada orang dewasa diyakini lebih umum daripada psoriasis.Penyakit inimempengaruhi setidaknya 3-5% dari populasi di Amerika Serikat. Pria lebih sering terkena daripada wanita pada semua
(18)
7
kelompok umur.Dermatitis seboroik ditemukan pada 85% pasien dengan infeksi HIV.Dermatitis seboroik banyak terjadi pada pasien yang menderita penyakit parkinson karena produksi sebumnya meningkat (Fitzpatrick, 2010).
2.1.3Manifestasi Klinik
Gambaran khas dermatitis seboroik adalah eritema dengan warnakemerahan dan ditutupi dengan sisik berminyak besar yang dapat dilepaskan dengan mudah.Pada kulit kepala, lesi dapat bervariasi dari sisik kering (ketombe) sampai sisik berminyak dengan eritema (Gambar 1.A). Pada wajah, penyakit ini sering mengenai bagian medial alis, yaitu glabella (Gambar 1.B), lipatan nasolabial (Gambar 1.C), concha dari daun telinga, dan daerah retroauricular (Gambar 1.D). Lesi dapat bervariasi dalam tingkat keparahan eritema sampai sisik halus (Gambar 1.E).Pria dengan jenggot, kumis, atau jambang, lesi mungkin melibatkan daerah yang ditumbuhi rambut (Gambar 1.F), dan lesi hilang jika daerah tersebut dicukur.Daerah dada medial pada pria terlihat petaloid yang bervariasi dan ditandai dengan bercak merah terang di pusat dan merah gelap di tepi (Gambar 1.G).Pasien yang terinfeksi HIV, lesi terlihat menyebar dengan pertanda inflamasi (Gambar 1.H).
(19)
8
Gambar 2.1.Manifestasi klinis dermatitis seboroik (Naldi, 2009).
2.1.4Etiologi Dan Patogenesis
Meskipun banyak teori yang ada, penyebab dermatitis seboroik masih belum diketahui secara pasti. Namun ada tiga faktor yang berkaitan dengan munculnya dermatitis seboroik, yaitu aktivitas kelenjar
sebaseus, peran mikroorganisme, dan kerentanan individu (De Angelis dkk., 2005; Fitzpatrick, 2010)
(20)
9
Kelenjar sebaseus terbentuk pada minggu ke-13 sampai minggu ke-16 dari kehamilan.Kelenjar sebaseus menempel pada folikel rambut, mensekresikan sebum ke kanal folikel dan ke permukaan kulit. Kelenjar sebaseus berhubungan dengan folikel rambut di seluruh tubuh, hanya pada telapak tangan dan telapak kaki yang tidak memiliki folikel rambut dimana kelenjar sebaseus sama sekali tidak ada. Kelenjar sebaseus yang terbesar dan paling padat keberadaannya ada di wajah dan kult kepala.Rambut yang
berhubungan dengan kelenjar sebaseus yang ukurannya besar, sering memiliki ukuran yang kecil.Terkadang pada daerah tersebut, tidak disebut dengan folikel rambut, tapi disebut dengan folikel sebaseus. Kelenjar sebaseus mensekresikan lipid dengan cara mengalami proses disintegrasi sel, sebuah proses yang dikenal dengan holokrin. Aktivitas metabolik sel dalam kelenjar sebaseus bergantung status differensiasi.Sel bagian luar terdiri atas sel membran basal, ukuran kecil, berinti dan tidak mengandung lipid. Lapisan ini mengandung sel yang terus membelah mengisi kelenjar sebagai sel yang dilepaskan pada proses ekskresi lipid. Selama sel ini bergerak ke bagian tengah kelenjar, sel mulai menghasilkan lipid dan membesar mengandung banyaklipid sehingga inti dan struktur sel lain hancur. Sel ini mendekati duktus sebaseus, sehingga sel akan mengalami desintegrasi dan melepaskan isi. Sebum adalah cairan kuning yang terdiri dari trigliserid,
(21)
10
disekresi, komposisi sebum terdiri dari trigliserid dan ester yang dipecah menjadi digliseid,monogliserid dan asam lemak bebas oleh mikroba komensal kulit dan enzim lipase.Sebum manusia
mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh, dengan kandungan asam lemak tidak jenuh yang lebih tinggi. Belum diketahui secara pasti apa fungsi sebum, namun diduga sebum mengurangi kehilangan air dari permukaan kulit sehingga kulit tetap halus dan lembut (Fitzpatrick, 2010).
Sebum juga punya efek ringan bakterisidal dan fungistatik.Hormon androgen, khususnya dihidrotestoteron menstimulai aktivitas kelenjar sebaseus. Kelenjar sebaseus manusia mengandung 5α -reductase, 3α- dan 17α-hydroxysteroid dehydrogenase,yang merubah androgen yang lebih lemah menjadi
dihydrotestosteron,yang akan mengikatkan dirinya pada reseptor spesifik di kelenjar sebaseus kemudian meningkatkan sekresinya (Hunter, 2002).
Kelenjar sebaseus mempunyai reseptor dehidroepiandrosteron sulfas (DHEAS) yang juga berperan dalam aktivitas kelenjar sebaseus. Level DHEAS tinggi pada bayi baru lahir, rendah pada anak usia 2-4 tahun dan mulai tinggi pada saat ekskresi sebum mulai meningkat (Layton, 2010).
Seborrhea merupakan faktor predisposisi dermatitis
seboroik,namun tidak selalu didapatkan peningkatan produksi sebum pada semua pasien.Dermatitits seboroik lebih sering terjadi
(22)
11
pada kulit dengan kelenjar sebaseus aktif dan berhubungan dengan produksi sebum.Insiden dermatitis seboroik juga tinggi pada bayi baru lahir karena kelenjar sebaseusyang aktif yang dipengaruhi oleh hormon androgen maternal, dan jumlah sebum menurun sampai pubertas (Fitzpatrick, 2010).
2. Efek Mikroba
Unna dan Sabouraud, adalah yang pertama menggambarkan penyakit dermatitis seboroik melibatkan bakteri, jamur, atau keduanya.Hipotesis ini kurang didukung, meskipun bakteri dan jamur dapat diisolasi dalam jumlah besar dari situs kulit yang terkena.
Malassezia merupakan jamur yang bersifat lipofilik, dan jarang ditemukan pada manusia.Peranan malassezia sebagai faktor etiologi dermatitis seboroik masih diperdebatkan.Dermatitis seboroik hanya terjadi pada daerah yang banyak lipid sebaseusnya, lipid sebaseus merupakan sumber makanan malassezia.Malassezia bersifat komensalpada bagian tubuh yang banyak lipid.Lipid sebaseus tidak dapat berdiri sendiri karena mereka saling berkaitan dalam menyebabkan dermatitis seboroik (Schwartz,
2007;Fitzpatrick, 2010). 3. Kerentanan Individu
Kerentanan atau sensitivitas individu berhubungan dengan respon pejamu abnormal dan tidak berhubungan dengan
(23)
12
berbedanya kemampuan sawar kulit untuk mrncegah asamlemak untuk penetrasi.Asam oleat yang merupakan komponen utama dari asam lemak sebum manusia dapat menstimulasi deskuamasi mirip dandruff. Penetrasi bahan dari sekresikelenjarsebaseus pada stratum korneum akan menurunkan fungsi dari sawar kulit, dan akan menyebabkan inflamasi serta squama pada kulit kepala. Hasil metabolit ini dapat menembus stratum korneum karena berat molekulnya yang cukup rendah(<1-2kDa) dan larut dalam lemak (Gemmer, 2005).
2.1.5Obat - Obatan
Beberapa obat telah dilaporkan untuk menghasilkan lesi mirip
dermatitis seboroik seperti arsenik, emas, metildopa, cimetidine, dan neuroleptik. Dermatitis seboroik wajah diamati pada 8% dari 347 pasien yang menerima terapi Psoralen Plus Ultraviolet A (PUVA) untuk psoriasis dan terjadi dalam beberapa hari sampai 2 minggu setelah awal pengobatan. Lesi dihindari dengan menutupi wajah selama iradiasi(Fitzpatrick, 2010).
2.1.6Kelainan Neurotransmitter
Dermatitis seboroik sering dikaitkan dengan berbagai kelainan neurologis, sertaadanya kemungkinan pengaruh dari sistem saraf. Kondisi neurologis ini termasuk parkinsonpostencephalitic, epilepsi, cedera supraorbital, kelumpuhan wajah, poliomyelitis,
(24)
13
syringomyeliadan quadriplegia. Stres emosional tampaknya memperburuk penyakit.Jumlah penderita dermatitis seboroik
dilaporkan banyak di antara pasukan tempur di masa perang. Penyakit Parkinson merupakan penyakit yang berperandalam timbulnya
penyakit dermatitis karena terjadi peningkatan produksi sebum yang mempengaruhi pertumbuhan Malassezia (Fitzpatrick, 2010: Gupta, 2004).
2.1.7Faktor Fisik
Telah diperkirakan bahwa aliran darah kulit dan suhu kulit mungkin bertanggung jawab untuk distribusi dermatitis seboroik.Variasi musiman suhu dan kelembaban yang berhubungan dengan perjalanan penyakit.Temperatur rendah pada musim dingin,kelembaban rendah pada ruangan yang diberi penghangat diketahui memperburuk kondisi dermatitis seboroik.
2.1.8 Proliferasi Epidermal Menyimpang
Proliferasi epidermal meningkat pada dermatitis seboroik, hal ini menjelaskan mengapa terapi sitostatik dapat memperbaiki
kondisi(Fitzpatrick, 2010).
2.1.9 Gangguan Gizi
Kekurangan zinc pada pasien dapat disertai dengan dermatitis mirip dermatitis seboroik. Dermatitis seboroik tidak disebabkan karena
(25)
14
defisiensi zinc, tidak juga dihasilkan respon dengan terapi pemberian zinc.Dermatitis seboroik pada bayi mungkin memiliki patogenesis yang berbeda.Baik itu kekurangan biotin karena sebab sekunder, kekurangan holocarboxylase atau kekurangan biotinidase, dan metabolisme abnormal asam lemak esensial telah dipikirkan sebagai kemungkinan (Fitzpatrick, 2010).
2.1.10Terapi
Terapi dermatitis seboroik bertujuan menghilangkan sisik dan krusta, penghambatan kolonisasi jamur, pengendalian infeksi sekunder, dan pengurangan eritema serta gatal. Pasien dewasa harus diberitahu tentang sifat kronis penyakit dan memahami bahwa terapi bekerja dengan caramengendalikan penyakit dan bukan dengan mengobati. Prognosis dermatitis seboroik infantil sangat baik karena kondisinya yang jinak dan self-limited.
1. Bayi
Pengobatan terdiri dari langkah-langkah berikut: penghapusan krusta dengan 3 sampai 5 % asam salisilat dalam minyak zaitun atau air, kompres minyak zaitun hangat, pemakaian
glukokortikosteroid-potensi rendah (misalnya 1 % hidrokortison) dalam bentuk krim atau lotion selama beberapa hari, antijamur topikal seperti imidazoles dalam sampo bayi yang lembut.
(26)
15
2. Dewasa
Karena penyakit dermatitis seboroikbersifat kronis, dianjurkan menggunakan terapi yang ringan dan hati-hati.Obat anti-inflamasi dan jika diperlukan agen antimikroba atau antijamur harus
digunakan. a. Kulit Kepala
Sering keramas dengan shampoo yang mengandung 1-2,5% selenium sulfida, imidazoles (misalnya 2% ketokonazole), pyrithione seng, benzoil peroksida, asam salisilat, atau deterjen dianjurkan. Krusta (Remah) atau sisik dapat hilang oleh
pemakaian semalam glukokortikosteroid atau asam salisilat dalam air atau bila perlu dipakai dengan caradressing (dibungkus). Tincture, agen beralkohol, tonik rambut, dan produk sejenis biasanya memperburuk peradangan dan harus dihindari.
b. Wajah Dan Leher
Pasien harus menghindari kontak dengan agen berminyak dan mengurangi atau menghilangkan penggunaan
sabun.Glukokortikosteroid potensi rendah (1% hidrokortison biasanya cukup) sangat membantu di awal perjalanan
(27)
16
menyebabkan efek samping seperti dermatitis steroid, fenomena reboundsteroid, steroid rosacea, dan perioral dermatitis.
2.2 Konsep Kualitas Hidup 2.2.1Definisi
Kualitas hidup adalah persepsi individu mengenai posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup dan dalam kaitannya dengan tujuan mereka, harapan, standar dan kekhawatiran.Ini adalah konsep yang luas dan kompleks yang dipengaruhi kesehatan fisik seseorang, keadaan psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, keyakinan pribadi dan hubungan mereka dengan fitur menonjol dari lingkungan mereka.Faktor demografi yang mempengaruhi kualitas hidup meliputi usia, jenis kelamin dan status ekonomi (WHO, 1997; Rubin, 2000).
2.2.2Komponen
Menurut Universitas Toronto, komponen kualitas hidup
terbagimenjadi Being, Belonging, and Becoming.Kualitas hidup terdiri dari kepentingan relatif dan sejauh mana kenikmatan seseorang
sehubungan dengan masing-masing dimensi.Kualitas hidup begantung pada adaptasi kehidupan manusia setiap saat dan dari perspektif masing-masing (Kurtus, 2005).
(28)
17
Kualitas hidup dapat dibagi dalam 3 bagian yaitu kesehatan, kepemilikan (hubungan individu dengan lingkungan) dan harapan (prestasi dan aspirasi individu).
a. Kesehatan
Kesehatan dalam kualitas hidup dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu secara fisik, psikologis, dan spiritual.Bagian fisik terbagi menjadi olahraga, kesehatan fisik, nutrisi, pakaian, personal hygiene dan penampilan fisik secara umum.Bagian psikologis terbagi menjadi kognitif, kesadaran, perasaan, harga diri, konsep diri dan kontrol diri.Bagian spiritual terbagi menjadi nilai-nilai pribadi, standar-standar pribadi, dan kepercayaan spiritual. b. Kepemilikan
Kepemilikan dalam kualitas hidup dibagi menjadi dua bagian yaitu secara fisik dan sosial.Bagian fisik terdiri dari rumah, tempat kerja/sekolah, masyarakat dan tetangga/lingkungan.Bagian sosial yaituhubungan dengan keluarga, teman/rekan kerja, orang lain, lingkungan dan masyarakat.
c. Harapan
Merupakan keinginan atau harapan yang akan dicapai sebagai perwujudan dari individu seperti terpenuhinya nilai (prestasi dan aspirasi individu) sehingga individu tersebut merasa memiliki nilai(berharga) di dalam lingkungan keluarga maupun
(29)
18
2.2.3Klasifikasi Kualitas Hidup
Kualitas hidup yang baik berarti menjalani hidup dengan kualitas tinggi.Semua agama besar dan filsafat memiliki gagasan tentang kehidupan yang baik mulai dari kehidupan yang baik dicapai dengan sikap positif tertentu untuk hidup atau dengan mencari ke dalam diri sendiri.Pengertian tentang kehidupan yang baik terkait erat dengan budaya (Vendegodt, 2003).
Tiga aspek dari kualitas hidup :
1 .Kualitas hidup subjektif adalah seberapa baik sebuah kehidupan dari yang dirasakan setiap individu. Setiap individu secara pribadi mengevaluasi bagaimana ia memandang hal-hal, perasaan, dan gagasan-gagasan. Seorang individu merasa puas dengan kehidupan sendiri dan merasa bahagia adalah aspek yang mencerminkan kualitas hidup subjektif.
2 .Kualitas eksistensial kehidupan berarti seberapa baik kehidupan seseorang pada tingkat yang lebih dalam, tentang keberadaan individu tersebut.Hal ini diasumsikan bahwa seorang individu memiliki sifat alami ingin dihormati dan bahwa individu tersebut dapat hidup dengan harmonis.
3 .Kualitas hidup objektif adalah bagaimana kehidupan seseorang dirasakan oleh dunia luar.Pandangan ini dipengaruhi oleh budaya di mana orang tersebut hidup.Kualitas hidup objektf
mengungkapkan bagaimana kemampuan seseorang untuk
(30)
19
tentang kehidupan orang itu.Contoh mungkin status sosial harus dimiliki seseorang untuk menjadi anggota yang baik dari budaya tersebut.Kualitas hidup objektif berkaitan dengan kondisi eksternal dan dapat diamati dengan mudah dari luar.
Ketiga aspek dari kualitas hidup dapat disusun dalam sebuah spektrum, dengan jangkuan dari subjektif ke objektif.Elemen eksistensi ditengah, karena elemen tersebut menyatukan elemen subjektif dan
objektif.Pusat eksistensi juga melambangkan kedalaman dari kemanusiaan itu sendiri (gambar 2).Spektrum ini disebut spektrum terintegrasi dari kualitas hidup atauintegrative quality-of-life (IQOL).
(31)
20
2.2.4Teori Integratif Dari Kualitas Hidup 1. Kesejahteraan
Aspek yang paling alami dari kualitas hidup subjektif adalah kesejahteraan.Kualitas hidup di sini dilihat dalam bentuk
pemeriksaan seseorang dari kualitas hidupnya sendiri. Ketika kita bertemu orang lain, kita selalu mengatakan, "Bagaimana
kabarmu?”Atau "Bagaimana kehidupanmu?" secara tidak langsung kita meminta orang tersebut untuk memberi evaluasi terhadap kualitas hidup mereka.Pertanyaan tersebut tidak memerlukan penjelasan panjang mengenai persoalan hidup, hanya penilaian spontan terhadap kehidupan secara umum. Namun, jika kita bertanya hal hal mendetail tentang bagaimana hal-hal dalam hidup mereka, kita akan mendapat jawaban lebih kompleks. Pertanyaan tentang kesejahteraan akan dijawab dengan penjelasan. Jika seseorang memberitahu bahwa hal-hal tidak berjalan dengan baik, sebagai contoh urusan kantor yang tidak terlalu lancar, kesehatan yang sedang buruk, ini berarti bahwa kesejahteraan terkait erat dengan bagaimana hal-hal berfungsi dalam dunia yang objektif dan dengan faktor-faktor eksternal kehidupan.
2. Kepuasan Dengan Kehidupan
Merasa puas berarti merasa bahwa hidup telah menjadi seperti yang diinginkan.Ketika harapan, kebutuhan, keinginan seseorang dalam hidup terwujud dalam dunia nyata, itu artinya orang tersebut sudah merasa puas dengan kehidupan.Kepuasan adalah sebuah
(32)
21
keadaan mental. Keselarasan ini dapat tercipta dalam dua cara yaitu seseorang berusaha merubah dunia eksternal sehinggadunia eksternal tersebut menjadi seperti yang dia inginkan dan sesuai dengan impiannya, atau orang tersebut menyerah dalam mencapai impiannya karena merasa tidak realistis sehingga orang
tersebutakan beradaptasi dengan keadaan dunia apa adanya. Kedua pendekatan ini menghasikan kepuasanyang sama. Namun, kedua strategi kehidupan menghasilkan kehidupan yang sama sekali berbeda. Salah satu kehidupan impiannya terwujud dan kehidupan yang lain menyerah dari menggapai impiannya, tetapi kedua kehidupan tersebut akan memuaskan. Dengan demikian, kepuasan tidak selalu melibatkan kesadaran dalam potensi hidup, pemenuhan kebutuhan, atau kemampuan untuk berfungsi dengan baik dalam kehidupan obyektif. Seseorang dapat merasa puas dengan kehidupannya walaupun merasa tidak enak perasaannya 3. Kebahagiaan
Kebanyakan orang menggunakan kata ini dengan hati-hati, karena memiliki makna khusus.Mereka menggunakannya dengan penuh penghargaan.Menjadi bahagia bukan hanya menjadi ceria.Ini adalah perasaan khusus yang berharga dan sangat diinginkan, tetapi sulit untuk dicapai.Banyak orang menghubungkan konsep kebahagiaan dengan sifat manusia, kebahagiaan datang pada orang yang luar biasa dapat harmonis dengan sifatnya.Sayangnya, tidak banyak orang percaya bahwa kebahagiaan di terima dengan
(33)
22
beradaptasi kepada budaya dan faktor-faktor yang berhubungan. Dengan kata lain, kebahagiaan membutuhkan seorang individu yang tidak meminta terlalu banyak tapi berjuang terhadap apa yang sangat penting baginya.
4. Arti Hidup
Arti dari kehidupan adalah konsep yang pentingdan jarang digunakan.Kita hanya membicarakan arti dari kehidupan dengan keluarga atau teman terdekat kita.Orang yang mencari arti dari kehidupan sering berhadapan dengan situasi yang
membingungkan, dimana nilai dari kehidupan dilihat secara berbeda.Muncul pertanyaan-pertanyaan pada orang yang mencari arti dari kehidupan, seperti apakah orang tersebut telah melakukan hal yang benar dalam kehidupan, apakah orang tersebut mendapat pekerjaan yang tepat, apakah kepercayaan yang dianutnya benar, dan lain-lain.Pencarian arti dalam hidup melibatkan pemilihan hal-hal yang berartidan tidak berarti dalam kehidupan.Pertanyaan tentang arti kehidupan menjadi sangat personal, dan sangat sedikit orang yang berusaha menjawabnya, karena dengan berusaha mencari arti dari kehidupan, kita mempertaruhkan keamanan kita dalam hidup.Permasalahan dari mempunyai makna dari hidup adalah arti atau makna tersebut dapathilang.Orang dapat bunuh diri ketika makna dari hidupnya hilang.Ketidakbermaknaan dari hidup menjadi alasan mengapa 1.400 orang bunuh diri di Denmark setiap
(34)
23
tahun.Arti dari kehidupan adalah tema dari agama.Masing-masing agama punya deskripsi berbeda tentang arti dari hidup.
5. Pandangan Biologi Kualitas Hidup
Dari sudut pandang biologis, manusia adalah organisme hidup dan sekumpulan sel. Dilihat dari sudut ini, kesehatan fisik
merefleksikan keadaan biologis.Jika ada hubungan antara kualitas hidup dan penyakit, itu mungkin terletak jauh di dalam manusia sehubungan dengan pusat eksistensi mereka (berhubungan dengan kesehatan dan jiwa) dan bukan pada permukaan sehubungan dengan seberapa baik mereka merasa.Hubungan antara kualitas hidup dan penyakit paling baik diilustrasikan dengan menggunakan teori individu sebagai sistem biologis.
6. Menyadari Potensi Hidup
Manusia terus berkembang, menyadari potensinya dalam kehidupan menjadi konsep kunci dalam kualitas hidup.Teori tentang kualitas hidup adalah teori tentang hubungan alam dengan manusia.Dimulai dari sel menjadi organism kemudian menjadi makhluk sosial (makhluk yang bermasyarakat).
7. Pemenuhan Kebutuhan
Konsep pemenuhan kebutuhan jauh lebih abstrak dibandingkan dengan aspek yang lain. Kebutuhan berkaitan dengan kualitas hidup, jika semua kebutuhan kita terpenuhi maka derajat kualitas hidup kita tinggi. Kebutuhan merupakan ekspresi dari sifat kita, sesuatu yang secara umum dimiliki semua manusia. Kebutuhan ini
(35)
24
juga terkait erat dengan keinginan dan kepuasan. Pemenuhan kebutuhan tidak sama dengan kesejahteraan.Pemenuhan kebutuhan adalah sesuatu yang akan dirasa nyaman jika kita dapat
memenuhinya (Vendegodt, 2003).
2.2.5Instrumen Kualitas Hidup
Pemeriksaan kualitas hidup penyakit kulit, banyak kuesioner yang tersedia, salah satunya adalah kuesioner Dermatology Life Quality Iindex (DLQI) atau di sebut juga kuesioner Indeks Kualitas Hidup dalam Dermatologi (IKHD).KuesinerDLQI ini dibuat oleh Finlay AY pada tahun 1992 dan digunakan pada pasien dewasa umur lebih dari 16 tahun. Kuesioner DLQI dapat digunakan secara rutin oleh dokter untuk membantu konsultasi klinis, proses pembuatan evaluasi dan keputusan klinis. Kuesioner ini mudah dimengerti dan dapat langsung diberikan kepada pasien untuk diisi (Finlay, 1994). Situs dermatology.org, menjelaskan kuesioner IKHD dapat dianalisis dalam enam bagian berikut:
a. Gejala dan perasaan : Pertanyaan 1 dan 2 Skor maksimum 6 b. Kegiatan sehari-hari : Pertanyaan 3 dan 4 maksimum Skor 6 c. Kenyamanan : Pertanyaan 5 dan 6 Skor maksimum 6 d. Pekerjaan dan sekolah : Pertanyaan 7 Skor maksimum 3
e. Hubungan pribadi : Pertanyaan 8 dan 9 Skor maksimum 6 f. Pengobatan : Pertanyaan 10 Skor maksimum 3
(36)
25
Penilaian untuk setiap pertanyaan dalam kuesioner adalah sebagai berikut:
Amat sangat nilai 3, sangat nilai 2, sedikit nilai 1, tidak sama sekali nilai 0, tidak relevan nilai 0, pertanyaan tidak dijawab nilai 0, dan pada pertanyaan nomor 7 jika dijawab ya dalam “menghalangi bekerja atau belajar” nilai 3.DLQI dinilai dengan menjumlahkan semua nilai dari tiap pertanyaan dengan nilai maksimal 30 dan minimal 0. Makin tinggi nilai yang didapat, makin terganggu kualitas hidup. Kuesioner DLQI juga dapat dinyatakan dalam persentase terhadap nilai maksimal yaitu 30.
Arti dari nilai IKHD :
a. 0 – 1 Tidak berpengaruh terhadap kehidupan pasien. b. 2 – 5 Sedikit berpengaruh terhadap kehidupan pasien. c. 6 – 10 Berpengaruh sedang terhadap kehidupan pasien. d. 11 – 20 Sangat berpengaruh terhadap kehidupan pasien. e. 21 – 30 Amat sangat berpengaruh terhadap kehidupan pasien. Interpretasi dari pertanyaan yang di jawab tidak benar atau tidak lengkap:
a. Jika satu pertanyaan tidak diisi, maka diberi nilai 0 dan nilai dijumlah dengan nilai maksimal 30.
b. Jika dua pertanyaan atau lebih tidak terisi, maka kuesioner tidak dinilai.
(37)
26
d. Jika pertanyaan nomor 7 dijawab “tidak” atau “tidak relevan” namun diberi tanda pada kotak “sangat”, maka diberi nilai 2 dan jika “sedikit” diberi nilai 1.
e. Jika 2 pilihan respon atau lebih diberi tanda, maka yang dicatat adalah pilihan respon dengan nilai tertinggi.
f. Jika ada respon diantara dua kotak, maka yang dicatat adalah nilai terendah.
Di Indonesia, DLQI ini sudah valid dan banyak digunakan (Cantika, 2012).
(38)
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mencakup bidang Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
3.2 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analisis observasional dengan pendekatan desain potong lintang yang bertujuan untuk menganalisis adanya hubungan antar variabel dimana dalam hal ini variabel penelitian adalah dermatitis seboroik dan kualitas hidup pasien. Pengukuran dan pengambilan variabel dilakukan pada satu saat yang sama (Dahlan, 2010).
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan November-Desember 2013.
(39)
28
3.4 Subyek Penelitian 3.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti. a. Populasi Target
Pasien Dermatitis seboroik yang sedang berobat. b. Populasi Terjangkau
Pasien Dermatitis seboroik yang sedang berobat di RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung pada bulan November-Desember 2013.
3.4.2 Sampel
Sampel kasus dari pasien dermatitis seboroik di ambil dalam kurun waktu 1 bulan (November–Desember 2013). Sampel adalah pasien dermatitis seboroik yang datang berobat ke poli klinik kulit-kelamin RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung untuk diminta mengisi kuesioner.
a. Kriteria Inklusi
1. Responden yang menderita dermatitis seboroik. 2. Mampu berkomunikasi dengan baik.
3. Usia 16 tahun atau lebih.
4. Bersedia mengikuti penelitian dengan mengisi informed consent yang telah disediakan.
(40)
29
b. Kriteria Eksklusi
1. Responden yang tidak mengisi dengan lengkap lembar kuesioner yang telah disediakan.
2. Menderita penyakit kulit lain .
3.4.3 Besar sampel
Menurut Sugiyono total sampling adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Besar sampel yang digunakan adalah seluruh jumlah pasien yang datang ke poli kulit-kelamin RSUD Abdul Moeloek Lampung dalam kurun waktu 1 bulan (November-Desember 2013).
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel bebas (independent variable)
Variabel bebas pada penelitian ini adalah dermatitis seboroik 3.5.2 Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kualitas hidup pasien dermatitis seboroik di RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung
(41)
30
3.6 Definisi Operasional
Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian dan membatasi penelitian, maka dibuat definisi operasional sebagai berikut :
Variabel Definisi Cara
pengukuran
Hasil Skala
Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik adalah dermatitis papulosquamous kronis yang ditandai dengan inflamasi kulit kronis berupa eritem dan skuama pada scalp, wajah, dada, punggung, dan daerah fleksural yang banyak kelenjar sebasea yang telah ditetapkan oleh dokter spesialis 1. Anamnesis 2. Pemeriksaan fisik 3. Status dermatologi 1. Ya 2. Tidak Nominal Kualitas Hidup Kemampuan seseorang untuk melakukan fungsi hidupnya dalam beraktivitas secara normal sesuai kondisi kesehatan atau keluhan yang ada menurut persepsinya Wawancara dengan kuesioner kualitas hidup dermatologi (Dermatology Life Quality Index)
Tidak ada efek, apabila total skoring 0 – 1 Efek kecil, apabila total skoring 2 – 5 Efek sedang, apabila total skoring 6 – 10 Efek besar, apabila total skoring 11 – 20 Efek parah, apabila total skoring 21–30
(42)
31
3.7 Cara Pengumpulan Data 3.7.1 Bahan
Penelitian dilakukan dengan observasi analitik dengan sampel penelitian manusia (penderita dermatitis seboroik di RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung).
3.7.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen kuesioner. Kuesioner yang digunakan terdiri dari data demografi pasien dan kuesioner indeks kualitas hidup pasien (IKHD) atau DLQI. 3.7.3 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang merupakan data dari hasil kuesioner yang diisi oleh responden, dan data sekunder yang merupakan data dari catatan medik responden di RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung
3.7.4 Cara Kerja
Pengambilan data dan penelitian dilakukan selama 1 bulan dan
pengelolaan serta analisis data dilakukan selama 2 minggu. Kuesioner dibagikan kepada sampel, kemudian dikumpulkan segera setelah diisikan. Melalui catatan medik telah dicatat data dasar dari masing-masing subyek yang diperlukan dalam penelitian, dengan sebelumnya melakukan prosedur izin dari RSUD Abdul Moeloek Provinsi
(43)
32
3.8 Alur Penelitian
3.9 Pengolahan dan Analisis Data
Data diolah dengan alat bantu perangkat komputer dengan program analisis statistik. Untuk analisis data digunakan analisis data bivariat yaitu untuk mengetahui hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel tersebut dilakukan uji statistik. Uji hipotesis yang sesuai guna pengambilan keputusan yang sahih (Dahlan, 2010).
Prosedur perizinan penelitian ke RSUD Abdul Moeloek
Survei pendahuluan
Sampel kasus (pasien dermatitis seboroik) yang datang ke poli klinik kulit-kelamin dan bersedia mengikuti penelitian dibuktikan dengan mengisi dan
menandatangani informed consent
Kuesioner dibagikan dan diisi oleh responden
Pengumpulan
(44)
33
Karena analisis yang dilakukan adalah analisis hubungan antara variabel kategori dengan variabel kategori maka uji statistik yang digunakan adalah uji Kai Kuadrat (Chi Square), jika memenuhi syarat. Jika tidak memenuhi syarat uji Chi Square, maka digunakan uji alternatifnya yaitu Kolmogorov-Smirnov (Dahlan, 2010).
3.10Ethical Clearance
Penelitian ini telah lulus kaji etik yang dilakukan Komisi Etik Penelitian Kesehatan, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
(45)
44
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkanhasilpenelitiandanpembahasandapatdisimpulkansebagaiberikut : 1. Angkakejadiandermatitis seboroiktertinggipadakelompokusia 63 sampai
72 tahunsebanyak (31,3%).
2. Priasebanyak56.3% lebihseringmenderitapenyakit dermatitis seboroikdibandingkanwanita43.8%.
3. Pekerjaan paling
dominandarikeseluruhanrespondenadalahpensiunanyaitusebanyak 28,1%. 4. Respondendengantipelokasilesidermatitis seboroikdi
wajahmemilikipersentasetertinggiyaitu43,8%.
5. Propositingkatkualitashiduppadaresponden dermatitis seboroiktidakadaefeksebesar 6,3%, efekkecilsebesar 28,1%, efeksedangsebesar 37,5%, efekbesarsebesar 28,1%,
danefeksangatbesarsebesar 0%.
6. Tidakterdapathubunganantaralokasilesi dermatitis
seboroikdengankualitashidupdengannilaip-valuesebesar1. 7. Dermatitis seboroiktidakmempunyaipengaruh yang
(46)
45
5.2 Saran
Bagipenelitilain,
perludilakukanpenelitianlebihlanjutmengenaihubunganderajatkeparahanderm atitis
seboroikdengankualitashidupdenganmenggunakanpengukuranderajatkeparah an.Agar sampel yang
digunakanmemenuhisemuatingkatderajatkeparahandansebaran data yang didapatmerata.
(47)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, Ammar. 2013. Quality-of-Life Effects of Common Dermatological Diseases. Semin Cutan Med Surg 3(2):101-109.
Cantika, Adriani Sekar . 2012. Hubungan Derajat Keparahan Psoriasis Vulgaris terhadap Kualitas Hidup Penderita. Universitas Diponegoro. Diunduh dari
http://eprints.undip.ac.id/37289/1/ADRIANI_SEKAR_CANTIKA_G2A0 08008_LAP_KTI.pdf
CDC. 2011. Health-Related Quality of Life (HRQL). Diakses dari
http:/www.cdc.gov/hrqol/concept.htm pada tanggal 17 Oktober 2013 Dahlan Sopiyudn, M. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian Kedokeran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
De Angelis YM, Gemmer CM, Kaczvinsky R, Kennealy DC, Schwrz JR, Dawson Jr TL. 2005. Three etiologic facts of dandruff and seborrhic dermatitis: Malassezia fungi, sebaceous lipids, and individual sensitivity. J Investig Dermatol Symp Proc 10(1):295 –297.
WHO. 1997. Measuring Quality of Life. Diunduh dari http://www.who.int/mental_health/media/68.pdf
Finlay AY. 1998. Quality of life assessments in dermatology. Semin Cutan Med Surg. 17(4):291-296.
Fitzpatrick TB. 2010. Seborrhea Dermatitis. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. Editor Freedberg IM, edisi 6. New York: McGraw-Hill. Hlm 219-225.
Gemmer CM. 2005. Dandruff and seborrheic dermatitis likely result from scalp barrier breach and irritation induced by malassezia metabolites,
particularly free fatty acids. Dakses dari
http://www.pgbeautygroomingscience.com/dandruff-and-seborrheic-dermatitis-result-from-scalp-barrier-breach-and-irritation-induced-by.php
(48)
Goldenberg, Gary. 2013. Optimizing Treatment Approaches in Seborrheic Dermatitis. J Clin Aesthet Dermatol 6(2):44–49.
Gupta, AK. 2004. Seborrheic dermatitis. J Eur Acad Dermatol Venereol. J Eur Acad Dermatol Venereol 18(1):13-26.
Hunter, John. 2002. Clinical Dermatology. Massachussets: Blackwell Publishing Company .
Layton AM. 2010. Rook’s Teextbook of Dermatology. Massachusetts: Blackwell Publishing Company.
.
Kurtus, R. 2005. University of Toronto quality of life model. Diakses dari http://school-for-champions.com/lif/toronto_univ_quality_life.htm pada tanggal 19 Oktober 2013
Mokos, Zrinka Bukvić dkk. 2012. Seborrheic Dermatitis: An Update. Acta Dermatovenerol Croat 20(2):98-104.
Naldi, Luigi. 2009. Seborrheic Dermatitis. England : The New England Journal of Medicine. N Engl J Med 360(1):387-396.
Peyri, J. 2007. Clinical and Therapeutic Profile and Quality of Life of Patients with Seborrheic Dermatitis. Actas Dermosifiliogr 98(1):476-82
Picardi A, Abeni D. 2001. Stressful life events and skin diseases: disentangling evidence from myth. Psychother Psychosom. 70(1):118-36
Rubin, R. 2000. Diabetes and Quality of Life. Diabetes Metab Res Rev 15(3):205-18.
Section of Dermatology, Department of Dermatology and Wound Healing, School of Medicine, Cardiff University. Quality of Life, Dermatology Life Quality Index. Diakses dari
http://www.dermatology.org.uk/quality/dlqi/quality-dlqi.html pada tanggal 25 Oktober 2013
Schwartz, James R. 2007. Treatment of seborrheic dermatitis of the scalp . Journal of Cosmetic Dermatology 6(1):18–22.
Szepietowski JC, Reich A, Wesolowska-Szepietowska E, Baran E. 2009. Quality
of life in patients suffering from seborrheic dermatitis: influence of age,
gender and education level. Mycoses 52(1): 357–363.
(49)
Tejada ,Caroline dos Santos. 2011. Impact on The Quality of Life Of Dermatological Patients in Southern Brazil. An Bras Dermatol 86(6):1113-1121.
Vendegodt, Merrick, Andersen. 2003. QOL I.the IQOL theory og global quality of life concept. The Scientific World Journal 3(1):1030–1040
World Health Organization. 2003. WHO Definition of Health. Diakses dari http://www.who.int/about/definition/en/print.html pada tanggal 17 Oktober 2013
(1)
33
Karena analisis yang dilakukan adalah analisis hubungan antara variabel
kategori dengan variabel kategori maka uji statistik yang digunakan adalah uji
Kai Kuadrat (Chi Square), jika memenuhi syarat. Jika tidak memenuhi syarat
uji Chi Square, maka digunakan uji alternatifnya yaitu Kolmogorov-Smirnov
(Dahlan, 2010).
3.10Ethical Clearance
Penelitian ini telah lulus kaji etik yang dilakukan Komisi Etik Penelitian
(2)
44
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkanhasilpenelitiandanpembahasandapatdisimpulkansebagaiberikut :
1. Angkakejadiandermatitis seboroiktertinggipadakelompokusia 63 sampai
72 tahunsebanyak (31,3%).
2. Priasebanyak56.3% lebihseringmenderitapenyakit dermatitis
seboroikdibandingkanwanita43.8%.
3. Pekerjaan paling
dominandarikeseluruhanrespondenadalahpensiunanyaitusebanyak 28,1%.
4. Respondendengantipelokasilesidermatitis seboroikdi
wajahmemilikipersentasetertinggiyaitu43,8%.
5. Propositingkatkualitashiduppadaresponden dermatitis
seboroiktidakadaefeksebesar 6,3%, efekkecilsebesar 28,1%,
efeksedangsebesar 37,5%, efekbesarsebesar 28,1%,
danefeksangatbesarsebesar 0%.
6. Tidakterdapathubunganantaralokasilesi dermatitis
seboroikdengankualitashidupdengannilaip-valuesebesar1.
7. Dermatitis seboroiktidakmempunyaipengaruh yang
(3)
45
5.2 Saran
Bagipenelitilain,
perludilakukanpenelitianlebihlanjutmengenaihubunganderajatkeparahanderm
atitis
seboroikdengankualitashidupdenganmenggunakanpengukuranderajatkeparah
an.Agar sampel yang
digunakanmemenuhisemuatingkatderajatkeparahandansebaran data yang
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, Ammar. 2013. Quality-of-Life Effects of Common Dermatological Diseases. Semin Cutan Med Surg 3(2):101-109.
Cantika, Adriani Sekar . 2012. Hubungan Derajat Keparahan Psoriasis Vulgaris terhadap Kualitas Hidup Penderita. Universitas Diponegoro. Diunduh dari
http://eprints.undip.ac.id/37289/1/ADRIANI_SEKAR_CANTIKA_G2A0 08008_LAP_KTI.pdf
CDC. 2011. Health-Related Quality of Life (HRQL). Diakses dari
http:/www.cdc.gov/hrqol/concept.htm pada tanggal 17 Oktober 2013
Dahlan Sopiyudn, M. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokeran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
De Angelis YM, Gemmer CM, Kaczvinsky R, Kennealy DC, Schwrz JR, Dawson Jr TL. 2005. Three etiologic facts of dandruff and seborrhic dermatitis: Malassezia fungi, sebaceous lipids, and individual sensitivity. J Investig Dermatol Symp Proc 10(1):295 –297.
WHO. 1997. Measuring Quality of Life. Diunduh dari http://www.who.int/mental_health/media/68.pdf
Finlay AY. 1998. Quality of life assessments in dermatology. Semin Cutan Med Surg. 17(4):291-296.
Fitzpatrick TB. 2010. Seborrhea Dermatitis. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. Editor Freedberg IM, edisi 6. New York: McGraw-Hill. Hlm 219-225.
Gemmer CM. 2005. Dandruff and seborrheic dermatitis likely result from scalp barrier breach and irritation induced by malassezia metabolites,
particularly free fatty acids. Dakses dari
http://www.pgbeautygroomingscience.com/dandruff-and-seborrheic-dermatitis-result-from-scalp-barrier-breach-and-irritation-induced-by.php
(5)
Goldenberg, Gary. 2013. Optimizing Treatment Approaches in Seborrheic Dermatitis. J Clin Aesthet Dermatol 6(2):44–49.
Gupta, AK. 2004. Seborrheic dermatitis. J Eur Acad Dermatol Venereol. J Eur Acad Dermatol Venereol 18(1):13-26.
Hunter, John. 2002. Clinical Dermatology. Massachussets: Blackwell Publishing Company .
Layton AM. 2010. Rook’s Teextbook of Dermatology. Massachusetts: Blackwell Publishing Company.
.
Kurtus, R. 2005. University of Toronto quality of life model. Diakses dari http://school-for-champions.com/lif/toronto_univ_quality_life.htm pada tanggal 19 Oktober 2013
Mokos, Zrinka Bukvić dkk. 2012. Seborrheic Dermatitis: An Update. Acta
Dermatovenerol Croat 20(2):98-104.
Naldi, Luigi. 2009. Seborrheic Dermatitis. England : The New England Journal of Medicine. N Engl J Med 360(1):387-396.
Peyri, J. 2007. Clinical and Therapeutic Profile and Quality of Life of Patients with Seborrheic Dermatitis. Actas Dermosifiliogr 98(1):476-82
Picardi A, Abeni D. 2001. Stressful life events and skin diseases: disentangling evidence from myth. Psychother Psychosom. 70(1):118-36
Rubin, R. 2000. Diabetes and Quality of Life. Diabetes Metab Res Rev 15(3):205-18.
Section of Dermatology, Department of Dermatology and Wound Healing, School of Medicine, Cardiff University. Quality of Life, Dermatology Life Quality Index. Diakses dari
http://www.dermatology.org.uk/quality/dlqi/quality-dlqi.html pada tanggal 25 Oktober 2013
Schwartz, James R. 2007. Treatment of seborrheic dermatitis of the scalp . Journal of Cosmetic Dermatology 6(1):18–22.
Szepietowski JC, Reich A, Wesolowska-Szepietowska E, Baran E. 2009. Quality
of life in patients suffering from seborrheic dermatitis: influence of age,
gender and education level. Mycoses 52(1): 357–363.
(6)
Tejada ,Caroline dos Santos. 2011. Impact on The Quality of Life Of Dermatological Patients in Southern Brazil. An Bras Dermatol 86(6):1113-1121.
Vendegodt, Merrick, Andersen. 2003. QOL I.the IQOL theory og global quality of life concept. The Scientific World Journal 3(1):1030–1040
World Health Organization. 2003. WHO Definition of Health. Diakses dari http://www.who.int/about/definition/en/print.html pada tanggal 17 Oktober 2013