Hubungan antara Pergaulan Teman Sebaya dengan Prestasi Belajar

28 kegiatanya, mereka mempunyai aturan tersendiri yang harus dipatuhi semua anggota. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa anak-anak kelas V SD sedang berada pada tahap perkembangan kanak-kanak akhir, khususnya pada masa kelas tinggi, yang mengalami perkembangan yang cukup pesat pada berbagai aspek kehidupannya.

D. Hubungan antara Pergaulan Teman Sebaya dengan Prestasi Belajar

Minat yang semakin tinggi pada permainan yang dilakukan secara berkelompok menuntut anak untuk melakukan pergaulan dengan orang di luar keluarganya, seperti dengan teman di lingkungan rumah maupun sekolah. Saat berada dalam situasi pergaulan, anak akan menemui banyak teman yang memiliki berbagai macam karakteristik. Ada teman yang baik dan ada pula teman yang kurang baik. Teman yang baik akan mengajak ke hal-hal atau kegiatan yang baik dan bermanfaat, dan sebaliknya. Misalnya, jika seseorang memiliki teman yang perilakunya baik, seperti jujur, senang membantu, dan giat belajar untuk meraih prestasi belajar yang baik, tentu akan membawa temannya berlaku serupa dengannya. Bagaimana dia memilih teman yang baik, akan berimplikasi pada kegiatan-kegiatan yang biasa dijalani, juga hasil yang diperoleh. Henslin dalam Damsar 2011: 75 mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya memiliki daya paksa terhadap orang yang masuk ke dalamnya. Hampir tidak mungkin orang melawan kelompok teman sebayanya yang peraturan pertamanya “konformitas atau penolakan”. Bagi anak-anak di bawah dan di atas sepuluh tahun yang sedang belajar menemukan jalannya, merasakan betapa berkuasanya kelompok teman sebaya. Sebagai akibatnya, standar kelompok teman sebaya cenderung mendominasi hidup kita. 29 Karena anak butuh pengakuan, dia akan berusaha mengikuti standar yang berlaku di kelompok sebayanya. Anak biasanya akan mengalami tekanan- tekanan dalam pergaulannya, agar mengikuti hal-hal yang biasa dilakukan dalam kelompoknya, sesuai standar mereka. Tekanan tersebut dapat berupa tekanan positif dan tekanan negatif. Mempunyai teman yang mendorong untuk berusaha lebih keras di sekolah dapat memberikan semangat jika anak belum melakukan yang terbaik. Teman juga mampu mencegah melalaikan kewajiban dan menolong di saat kesulitan. Mereka dapat memotivasi dan mengarahkan ke arah yang benar. Banyak anak yang mampu lepas dari kebiasaan merusak diri sendiri karena pengaruh teman sebaya yang penuh perhatian Herron dan Peter, 2005: 143. Hal-hal tersebut merupakan contoh tekanan sebaya positif. Tekanan sebaya positif dapat membawa perilaku siswa menjadi positif pula, termasuk juga dalam hal prestasi belajar. Jika teman sebaya mempunyai kebiasaan belajar yang baik, saling mengingatkan jika salah satunya merasa malas, membantu mengajari teman yang mendapat nilai buruk, tentu saja hasil prestasi belajar yang diraih menjadi baik pula. Sebaliknya, tekanan sebaya negatif akan mendorong perilaku anak kae arah yang buruk. Misalnya, apabila anak suka bergaul dengan mereka yang tidak sekolah, maka ia akan malas belajar, sebab cara hidup anak bersekolah berlainan dengan anak yang tidak bersekolah Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991: 87. Prestasi belajar yang diraih tentu saja kurang memuaskan. Selain itu, kegiatan-kegiatan yang dijalani saat bergaul juga mampu menentukan prestasi belajar. Kegiatan yang dilakoni lebih banyak membawa 30 manfaat, menjadi sarana untuk mawas diri, dan mampu menimbulkan cita-cita. Intensitas pertemuan juga terjadi cukup sering, sehingga tumbuhlah keakraban antar anggota kelompok dalam pergaulan. Pergaulan dengan teman sebaya, karena itu, memiliki hubungan yang erat dengan prestasi yang diraih siswa.

E. Hasil Penelitian yang Relevan