66
BAB IV ANALISA KRITIS TERHADAP REALITA LESBIAN DI MANADO
4.1 Pengantar
Keberadaan kaum lesbian di Indonesia saat ini belum terlalu mendapat perhatian dari masyarakat khususnya gereja dalam hal ini. Melihat perkembangannya yang cukup pesat
dalam bermasyarakat, fenomena kaum lesbian ini perlu ditindak-lanjuti khususnya oleh gereja, karena tidak sedikit dari mereka beragama Kristen.
Dalam pembahasan bab ini, penulis akan memaparkan analisa kritis terhadap realita lesbian yang ada di kota Manado yang di kaji dalam kajian jender. Dimana peneliti
sebelumnya telah melakukan penelitian di Jemaat GMIM “Betani” Sindulang – Singkil, Manado dengan 5 narasumber seorang lesbian, dan beberapa anggota jemaat. Dalam bab ini
juga penulis akan menuliskan refleksi teologis dari permasalahan lesbian yang ada.
4.2 Analisa kritis
4.2.1 Faktor penyebab seorang menjadi lesbian
Berdasarkan hasil penelitian, observasi, dan wawancara yang dipaparkan pada bab sebelumnya yakni bab 3, peneliti mengelompokan penyebab atau latar belakang seorang
menjadi lesbian seperti yang disimpulkan oleh Tan dalam Mengenal Perbedaan Orientasi Seksual Remaja Puteri.
78
a. Pengaruh keadaan keluarga dan kondisi hubungan orang tua
Adapun beberapa narasumber yang memiliki latar belakang keadaan keluarga adalah; 1.
Acha Nama disamarkan
78
Poedjiati Tan, Mengenal Perbedaan Orientasi Remaja Puteri Suara Earnest, Surabaya. 2005
67
Pada dasarnya Acha telah memiliki kesadaran sendiri mengenai identitas dirinya yang berbeda. Tapi kemudian keadaan seperti ini didukung dengan kondisi orang
tuanya yang sering bertengkar dan cuek, sehingga tidak ada bentuk perhatian dan kontrol yang seharusnya dilakukan oleh orang tua. Selain itu, faktor ketiadaan
sikap penerimaan dari saudara laki-lakinya membuatnya menyimpan sedikit rasa benci pada laki-laki.
2. Grita dan Dila Nama disamarkan
Pengalaman pahit Grita karena absennya figure ayah dan renggangnya hubungan mereka menjadi point penting keputusannya menjadi lesbi. Selain itu Dila yang
juga dikecewakan oleh suaminya. Menurut peneliti, Keluarga sangat berperan penting dalam proses kehidupan anak,
khususnya proses sosialisasi anak diluar rumah. Apa yang ia peroleh di dalam rumah, kemudian diinterpretasikan melalui tindakan saat berada diluar rumah. Hal
ini menjadi pemicu terjadinya kegiatan-kegiatan yang dapat memicu terjadinya kenakalan, khusunya dalam proses bergaul lesbian yang berasal dari keluarga
yang kurang harmonis, sebab mendapat kasih sayang yang terbatas. Menurut Setiadi dan Usman dalam buku pengantar sosiologi, pengaruh keluarga
dalam proses tumbuh kembang anggotanya, merupakan hal yang sangat penting. Sebab keluarga merupakan institusi yang paling berpengaruh terhadap proses
sosialisasi
79
. Hal ini dimungkinkan sebab berbagai kondisi keluarga sebagaimana yang diungkap Setiadi dan Usman; Pertama. Keluarga merupakan kelompok
primer yang selalu bertatap muka di antara anggotanya, sehingga dapat selalu mengikuti perkembangan anggota-anggotanya. Kedua, orang tua memiliki kondisi
yang tinggi untuk mendidik anak-anaknya, sehingga menimbulkan hubungan
79
M. Elly Setiadi dan Kolip Usman. Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta Dan Gejala Permasalahan Sosial; Teori Aplikasi Dan Pemecahannya, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.2011, Hal 177
68
emosional yang hubungan ini sangat memerlukan proses sosialisasi. Ketiga, adanya hubungan sosial yang tetap, maka dengan sendirinya orang tua memiliki
perenan yang penting terhadap proses sosialisasi.
80
b. Pengalaman Seksual yang buruk
Dari 5 informan yang penulis teliti, terdapat 1 informan yang mempunyai pengalaman buruk dengan laki-laki. Korban pemerkosaan dialami oleh Sinta
Nama samaran ketika berada di bangku SMA dengan saudara laki – lakinya yang menjadikan Sinta kini menjadi pendiam dan benci kepada laki – laki.
Hubungan dengan orang tua yang tidak intens membuat Sinta memiliki jarak dalam berkomunikasi dengan orang tuanya. Selain itu Sinta sering dikecewakan
oleh orang-orang disekitarnya pada tahap relasi yang lebih serius, khususnya dengan laki-laki. Padahal Sinta mengharapkan hubungan yang baik.
Dari 5 informan lesbian beberapa mengatakan esensi penyebab yang sebenarnya adalah masalah kejiwaan, karena para lesbian ini sesungguhnya telah
kehilangan jati dirinya sebagai seorang wanita. Dalam konteks mahluk sosial dan hakikat penciptaannya para wanita lesbi mengalami suatu ketakutan baik disadari
atau tidak disadari terhadap para pria, karena merasa sisi kelembutan dan keibuannya bagai terabaikan ketika berhubungan dengan seorang pria, sehingga
hal ini pun akhirnya mendorong seorang wanita terbuai untuk memuaskan sisi kelembutannya dari pihak yang mengerti, dan hanya perempuan pula-lah yang
mampu memahami kelembutan seperti apa yang diimpikan oleh seorang wanita. Trauma kekerasan seksual dan ketak-acuhan para pria inilah salah satu yang
menjadi latar-belakang umum seseorang menjadi lesbian.
80
Setiadi dan Usman, Pengantar Sosiologi, 177
69
Pengaruh seksual yang buruk ini menguatkan teori feminisme radikal yang mengecam penindasan atas fisik perempuan. Peran dari tubuh dan sesualitas
bagi teori ini mempunyai tempat yang sangat penting, karena penindasan berawal dari dominasi atas tubuh dan seksualitas perempuan yang ditemui di ranah privat.
Teori feminis radikal ini berpegang pada “the personal is political” yang pribadi adalah yang politis, yang berarti bahwa berbagai penindasan dalam sistem
patriakhi yang terjadi di ruang pribadiprivat juga merupakan penindasan di bidang publik. Menurut Millet dalam tulisan Tong, usulan yang di ajukan untuk
menuju kepada kesetaraan jender adalah jika ada pengadopsian pemahaman androgini, menolak kontrol atas tubuh, melakukan penyadaran serta edukasi
tentang konsep patriakhi dan dampaknya.
81
c. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan mempunyai andil yang cukup besar dalam perkembangan karakter seseorang. Dari beberapa narasumber yang diwawancarai, faktor
lingkungan atau pengaruh terhadap lingkungan juga menjadi penyebab seseorang menjadi lesbi selain dari faktor keadaan keluarga dan kondisi hubungan orang tua
dan seksaul. Dalam kasus Erli Nama disamarkan, keberadaan orang lain didekatnya ketika Erli sedang berada dalam kondisi membutuhkan perhatian, tak
pelak menjadi pemicu. Selain itu intensitasnya yang cukup tinggi berada dekat komunitas lesbian juga membuatnya terpengaruh. Hal sama juga terjadi pada
Dila. Kebiasaannya berada dalam komunitas lesbi ketika masih tidak menjalin hubungan dengan lawan jenis ternyata dapat mempengaruhinya mengambil
keputusan sebagai lesbi. Demikian pula dengan Grita yang sedari kecil dia memang banyak mendapat informasi tentang lesbian karena tinggal dalam
81
Rosemarie Putnam Tong. Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis. Yogyakarta: Jalasutra 2004
70
lingkungan yang mayoritas lesbian. Setiap hari memperhatikan gerak-gerik, ekspresi dan pengalaman-pengalaman hidup lesbian. Sehingga pada akhirnya
mempengaruhi identitas dirinya; Dila yang berawal dari absennya figur ibu dalam hidupnya, membuatnya tumbuh dalam didikan kemaskulinan ayahnya namun
sangat tertarik pada kelembutan perempuan dari interaksi pergaulannya. Sebuah kalimat bijak menyatakan bahwa, “Jika ingin mengenal seseorang,
maka terlebih dahulu lihatlahlah teman-temannya”. Interaksi didalamnya terjadi sosialisasi. Sosiolog Robert Lawang dalam tulisan Setiadi dan Usman membagi
sosialisasi menjadi dua macam
82
: pertama sosialisasi primer yaitu proses sosialisasi yang terjadi pada saat usia seseorang masih usia balita. Pada fase ini
anak dibekali pengetahuan tentang orang-orang yang berada di lingkungan sosial sekitarnya melalui interaksi, seperti dengan ayah, ibu, kakak dan anggota
keluarga lainnya. Kedua, sosialisasi sekunder, yaitu sosialisasi yang berlangsung setelah sosialisasi primer, yaitu semenjak usia 4 tahun hingga selama hidupnya.
Jika proses sosialisasi primer dominasi peran keluarga sangat kuat, akan tetapi dalam sosialisasi sekunder proses pengenalan akan tata kelakuan adalah
lingkungan sosialnya, seperti teman sepermainan, teman sejawat, sekolah, orang lain yang lebih dewasa hingga pada proses pengenalan adat istiadat yang berlaku
dilingkungan sosialnya. Dalam proses ini, seorang individu akan memperoleh berbagai pengalaman dari lingkungan sosial yang bisa saja terdapat perbedaan
bentuk atau pola-pola kelakuan yang ada di antara lingkungan sosial keluarganya. Pada fase ini sang anak akan melakukan identifikasi terutama tentang pola-pola di
lingkungan sosial di luar lingkungan keluarganya.
82
Setiadi dan Usman, Pengantar Sosiologi, 167 – 168
71
Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian, observasi dan wawancara di lapangan, peneliti menemukan bahwa keadaan keluarga, kondisi hubungan orang tua dan lingkunganlah
yang sangat berperan secara dominan dalam mempengaruhi seseorang memutuskan dirinya sebagai lesbian. Kurangnya perhatian dari keluarga serta bebasnya seorang anak bergaul di
lingkungan yang buruk maka besar kemungkinan seorang anak dapat mengikuti keadaan lingkungannya. Peneliti menyikapi, keluarga seharusnya berusaha untuk mempersiapkan
bekal selengkap-lengkapnya kepada anak dengan memperkenalkan tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat serta mempelajari peranan
yang diharapkan akan dijalankan mereka.
4.2.2 Sudut pandang studi jender terhadap realita lesbian di Jemaat