Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi Mahasiswa dan Dosen Pembimbing dalam Proses Penyusunan Skripsi (Studi Kasus pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2007-2009 FISIP UNILA

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI MAHASISWA DAN DOSEN PEMBIMBING DALAM PROSES PENYUSUNAN SKRIPSI

Studi Kasus Pada Mahasiswa Angkatan 2007-2009 Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Unila Oleh

ASTRI NOER INDAH DEVIYANTI

Salah satu masalah penyesuaian diri yang sering dihadapi mahasiswa adalah penyesuaian diri vokasional, yaitu penyesuaian diri dalam bidang pendidikan, yang salah satunya adalah penyesuaian diri pada tugas skripsi. Keharusan tersebut dimaksudkan agar mahasiswa mampu menerapkan ilmu dan kemampuan sesuai disiplin ilmu yang dimiliki ke dalam kenyataan yang dihadapi. Sehingga menimbulkan pertanyaan bagaimanakah efektivitas komunikasi antar pribadi mahasiswa dan dosen pembimbing dalam proses penyusunan skripsi? Yang mana peneliti bermaksud untuk mengetahui efektivitas komunikasi antar pribadi mahasiswa dan dosen pembimbing dalam proses penyusunan skripsi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Peneliti juga menambahkan pertanyaan tambahan untuk mendukung dengan interpretasi terhadap data yang diperoleh melalui pendekatan teoritis dengan menyederhanakan data jawaban responden melalui kuesioner beserta alasan terhadap jawaban yang diberikan yang kemudian dideskripsikan atau dijelaskan melalui pendekatan teoritis.

Hasil dari penelitian ini yakni: 1) aspek keterbukaan adalah aspek yang paling efektif untuk menjalin interaksi antara 22 (48,9%) mahasiswa dan dosen pemimbing. Penjelasan yang memuaskan, kebebasan mengungkapkan perasaan dan pikiran, membuat mahasiswa merasa nyaman dan termotivasi untuk berkonsultasi. 2) Aspek ekspresif merupakan aspek yang kurang efektif ini tercermin dari dosen yang kurang antusias untuk meluangkan waktunya membimbing 7 (15,6%) mahasiswa. 3) Efektivitas komunikasi antar pribadi mahasiswa dan dosen pembimbing dalam proses penyusunan skripsi belum terjalin dengan baik. Kesulitan yang dihadapi mahasiswa pada saat proses penyusunan skripsi dapat menyebabkan mahasiswa menjadi stres dan merasa rendah diri, frustrasi, kehilangan motivasi, menunda penyusunan skripsi dan bahkan ada yang memutuskan untuk tidak menyelesaikan skripsinya. Kondisi ini dapat diatasi apabila dosen dapat memberikan saling menghargai dengan membangun kerja sama dengan mahasiswa yang menghasilkan sinergi dalam meningkatkan efektifitas kinerja dosen baik secara individu atau secara keseluruhan.


(2)

ABSTRACK

EFFECTIVENESS OF INTERPERSONAL COMMUNICATION BETWEEN COLLEGE STUDENTS AND LECTURER IN THE PROCESS

OF ARRANGEMENT THESIS

(Study Case On College Stusents In 2007-2009 Department of Communication Faculty Of Social ScienceAnd Political Science Of Unila)

By

ASTRI NOER INDAH DEVIYANTI

One of the problems of adjustment that is often faced by students of vocational adjustment, the adjustment in the field of education , one of which is adjusting itself to the task of thesis. The requirement is intended that the college student is able to apply the knowledge and ability of the discipline appropriate to the realities facing. So that raises the question of how effective interpersonal communication college students and lecturers in the preparation of the thesis? Which the researcher intends to examine the effectiveness of interpersonal communication college students and lecturers in the preparation of the thesis. This study used a descriptive quantitative method. Researchers also add additional questions to support the interpretation of the data obtained through a theoretical approach to simplify the data through a questionnaire respondents and the reasons for the answer given is then described or explained by a theoretical approach. The results of this study are: 1 ) aspect of openness is the most effective aspect to establish interaction between college 22 (48,9%) students and lecturers. Satisfactory explanation, the freedom to express feelings and thought, making students feel comfortable and motivated to consult. 2 ) expressive aspect is an aspect that is reflected less effective than a less enthusiastic lecturers for taking the time to guide the 7 (15,6%) students. 3 ) The effectiveness of interpersonal communication college students and lecturers in the preparation of the thesis has not been well established. The difficulties faced by students during the process of preparation of the thesis can be stressful and cause students to feel low self-esteem, frustration, loss of motivation, delaying preparation of the thesis and some have decided not to complete the thesis. This condition can be overcome if the lecturer can give mutual respect to build cooperation with students who generate synergies in improving the effectiveness of faculty performance either individually or as a whole.

Keywords : effectiveness, interpersonal communication, students, faculty, thesis


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Jaya pada tanggal 20 November 1988. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Firman Desica B.E. (Alm) dan Dra. F. Isyudiarti. Penilus tercatat pertama kali bersekolah di TK PERWANIDA Bandar Lampung 1994-1995. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannyadi SDN 2 Sumur Batu Bandar Lampung tahun 1995 hingga 2001. Penulis sempat mengikuti kegiatan ekstrakulikuler Pramuka dan sempat dikirim bersama tim Pramuka SDN 2 Sumur Batu untuk mengikuti Jambore Nasional “JAM NAS” di Bandar Lampung sebagai Pasukan Baris-berbaris (PBB). Setelah menamatkan penididkan Sekolah Dasar penulis meneruskan pendidikan kejenjang Sekolah Menengah Pertama di SMPN 3 Bandar Lampung dari tahun 1995 hingga tahun 2004. Di masa ini penulis mulai menunjukan minatnya di dunia ilmiah sebagai anggota ekstrakulikuler KIR (Karya Ilmiah Remaja) dan menjadi tim paduan suara SMPN 3 Bandar Lampung.

Pada tahun 2004-2007 penulis melanjutkan sekolah di SMAN 4 Bandar Lampung. Penulis sempat menjadi anggota OSIS bidang kemahasiswaan, anggota Pasukan Pengibar Bendera, serta anggota YEC (Young English Club). Selepas masa SMA, penulis melanjutkan studinya di jurusan Ilmu Komunikasi UNILA melalui jalur SPMB pada tahun 2007. Penulis aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan baik universitas maupun jurusan. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjabat sebagai bendahara anggota HMJ Ilmu Komunikasi bidang Jurnalistik 2008-2010, anggota ZOOM Fotografi 2008, Staf Ahli Departemen Luar Negeri BEM-U keanggotaan 2009-2010 dan manager UKMSB (Unit Kegiatan Mahasiswa Sepak Bola) UNILA pada tahun 2009-2010. Selain itu penulis juga pernah mengikuti kegiatan kunjungan ke media-media nasional yang diadakan oleh HMJ Ilmu Komunikasi pada tahun 2008 dan 2010. Di tahun pertama kunjungan penulis sempat berkunjung ke RCTI, MATAHARI, METROTV. Di tahun kedua cakupan


(8)

kunjungan lebih luas lagi yakni RCTI, ANTV, METROTV, Nasional Geoghraphy Indonesia (NGI), Antara, dan TRANSCorps. Dari kunjungan-kunjungan tersebut peneliti banyak sekali mengetahui seluk beluk media, mulai dari segi teknisnya hingga non teknis.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juni 2010 di L-TV (Lampung TV) di bagian room control, editing, dan lapangan. Pada saat PKL penulis menerapkan apa saja yang sudah diterima dalam perkuliahan. Dan sebaliknya pada masa PKL ini penulis mendapat kesempatan ikut meliput beberapa peristiwa penting yang terjadi seperti debat kandidat pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandar Lampung Periode 2010-2015 di Gedung Ernawan Bandar Lampung, Pemilihan Muli Meghanai 2010 di Ballroom Hotel Novotel, serta pertemuan antara Gubernur se- Sumatra di Ballroom Hotel Novotel Bandar Lampung. Dan setelah sekian lama penulis berkutat dengan pendidikannya di masa kuliah. Akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsinya pada 21 April 2014.


(9)

PERSEMBAHAN

DENGAN MENGUCAP ”BISMILLAHIROHMANIROHIM”

KUPERSEMBAHNKAN KARYA INI SEBAGAI TANDA CINTA, KASIH, SAYANG, DAN BAKTI

KEPADA:

Papa dan Mama tersayang

FIRMAN DESICA B.E (ALM)

Dan

DRA. F. ISYUDIARTI

Terima kasih buat cinta, kasih, sayang, dan perhatian kalian.

Terutama pengorbanan hati, pikiran dan materi yang terlimpah

selama aku masih dalam kandungan sampai aku bernafas saat

ini. Yang sudah menanti dengan penuh kesabaran dan air mata.

Hingga papa berpulang lebih dulu belum sempat menyaksikan

kelulusan ananda tersayangnya. Dan mama yang selalu tulus

meunggu sampai hari ini tiba. Terima kasih sudah menjadi orang

tua terhebat untuk kami ketiga putri tercinta. Membuat halaman

ini terasa berat. Air mata menetes mengingat semua harapan

kalian terutama mama. Jangan pernah lelah membimbing kami,


(10)

Mba Adhesty (Ati) Saptananoer S.s

Recordmu terpecahkan mba. Ga bangga sih. Sedih malah. Tapi makasi udah selalu dukung dan nasehatin aku. Selalu kuat ngadepin kehidupanmu. Sabar itu ga pernah berbatas. Makasih udah kasih ponakan yang super lucu.

Dek mika yang imut, mbeling, petakilan. Seperti yang kamu tulis disancawanamu “we always trinity”.

Mba Radhica (Dika) Meinarty Noer S.Psi

Makasih udah mau jadi teman bergunjing dan sharing. Walo jarang ketemu, tapi mau ngobrol. Berasa jarak ga ada. Makasi buat supportnya, buat selalu

belain dari mama. Walo kadang suka marahin aku. Jangan nyerah buat selalu cari jati diri (apalah). Moga apa yang diinginkan tercapai satu-satu.

Hendrik Arwandi

Aa, yahku, culita, abang makasi udah hadir dalam hidup dan menjadi bagian penting dalam perjalanan ini. Walo datengnya telat, tapi disaat yang

tepat. Makasi udah mau jadi tempat buang amarah, keluh kesah, kebetean, dan kekesalanku. Makasi udah kasih support sebegitunya untuk aku (yang tau cuma ALLAH SWT, aku dan kamu). Makasi udah mau berjuang untuk aku dan selalu mengedepankan aku dalam hidupmu. Tapi perjuangan kita

nanti akan lebih terjal dan panjang. Semangat terus ya yahku. Terus lah membuatku bangga dan terkagum-kagum akan kamu. Dan hei!! Akhirnya


(11)

Moto

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka

bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai

orang-

orang yang bertawakal

(Q.S 3:159)

Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan

sebagai cobaan

(Q.S Al-Anbiya:35)

Allah

menghendaki kemudahan bagi kalian dan tidak

menghendaki kesulitan bagi kalian

(Q.S Al-Baqarah:185)

bersemangatlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu.

Mintalah pertolongan kepada Allah, dan jangan bersikap lemah

(HR. Muslim)

Kemenangan bukanlah h

asil akhir. Kemenangan adalah proses.

Nikmati posesnya bukan hasilnya

(Hee_Nda)

Waktu dan gelombang tidak akan pernah menunggu manusia


(12)

Terkadang kepedihan harus dilalui sebelum tercapainya

kebahagiaan. Tersenyumlah ketika bersedih, karena akan ada

kebahagiaan setelah itu

(Hee_Nda)

Diantara mimpi

-mimpi hari esok dan penyesalan tentang

hari-hari kemarin. Ada kesempatan di hari-hari ini

(Anonim)

Seseorang akan menjadi bijaksana. Ketika dia mulai

memperkirakan seberapa dalam

kebodohannya

(Giancarlo Menotti)

Our life journey is about making choices. And focusing on what

is most important

(Oprah Winfrey)

Open your eyes! Let the gr

eatefulness overflow into blessing all

around you


(13)

SANCAWACANA

Dengan menyebut Bismillahirohmanirohim, segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi yang berjudul “Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi Mahasiswa Dan Dosen Pembimbing Dalam Proses Penyusunan Skripsi (Studi Kasus Pada Mahasiswa Angkatan 2007-2009 Jurusan Ilmu Komunikasi Fisip Unila)”, sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Komunikasi FISIP Unila.

Penulis sadar akan banyaknya kekurangan dan kesalahan selama menyusun skripsi ini, sehingga skripsi ini jauh kata sempurna. Sebelumnya penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang mambantu baik tenaga, pikiran, dan doa selama membuat skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT, dengan rahmat dan hidayah-Nya sudah melimpahkan banyak sekali karunia dan keberkahan padaku sehingga aku dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Rasulullah SAW, karena tanpa jasanya dalam menyebarkan Islam aku tidak bisa merasakan rahmat yang luar biasa.

3. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.


(14)

4. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung dan juga sebagai dosen penguji yang selalu menasihati, mengkritik, dan memberi saran agar skripsi ini lebih sempurna.

5. Bapak Drs. Sarwoko, M.Si., selaku dosen pembimbing yang selama ini penulis susahkan dan repotkan. Dosen yang tak pernah hentinya memberi pecut semangat dari awal masa kuliah penulis hingga menyelesaikan skripsi ini. Dosen yang penulis anggap ayah pengganti selama di kampus, yang selalu memberi tawa dan menjadi tempat curahan hati penulis selama penulis kuliah.

6. Ibu Dra. Ida Nurhaida, M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang berjasa terhadap kelangsungan dan kelancaran perkuliahan penulis.

7. Seluruh dosen FISIP Unila yang membekali dan memberikan bekal ilmu pengetahuan serta warna selama perkuliahan penulis.

8. Seluruh staf administrasi dan karyawan FISIP Unila, khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi, Mas Yul dan Mas Tur ayo kapan mudik lagi ke Jogja? Mas Agus yang selalu nyela dengan aksen mendok Jawanya.

9. Papa Firman Desica B.E (Alm), maaf papa baru setelah hampir 3 tahun kepergianmu Indah bisa menyelesaikan ini. Sesaat sebelum kau hembuskan nafas terakhir, kau masih sempat bertanya “Kapan? Papa mau dateng kewisuda Indol”. Tapi Indah tau, papa bisa liat Indah dari sana. Semoga Allah SWT menerangi dan melapangkan kubur papa. Kelak kita akan berkumpul di kehidupan yang sebenarnya. Makasih papa, udah ngajarin Indah kesabaran.


(15)

Dan menahan amarah. Skripsi ini buat papa. “Indolna papana. Papana Indolna”.

10. Mama Dra. F. Isyudiarti. Maaf ma, baru Adek selesein skripsi ini sekarang. Bukan ketika mama masih tangguh dan kuat. Makasi mama udah menjadi mama yang luar biasa dan membanggakan untuk kami. Terutama buat Adek, mama udah begitu sabarnya, berjuangnya supaya Adek bisa berdiri tegah dan kokoh di atas kedua kaki ini. Makasi atas segala pikiran, tenaga, waktu, dan materi yang sesungguhnya ga akan pernah bisa terbayar. Yang udah mengajarkan arti perjuangan yang sesungguhnya dalam hidup. Percayalah, Adek sayang sama mama sampe kapanpun.

11. Mbaku Adhesty (Ati) Septana Noer, S.s, makasi buat sokongannya. Hheee.. Semangat terus. Jadi ibu yang hebat buat si dedek Mika dan kelak adik-adiknya.

12. Mbaku Radhica (Dika) Meinarty Noer, S.Psi., makasi buat nasihat dan semangatnya. Semoga lancar semua kedepannya.

13. Hendrik Arwandi, makasi atas apa yang udah kamu lakuin buat aku. Makasi udah hadir dan kasih warna tersendiri dalam hidup aku. Untuk semangat, pikiran dan perasaanmu. Mau jadi tempat “sampah”ku kalo aku lagi kesel, marah, sedih. Terus buat aku kagum dan bangga akan kegigihanmu. Terus dampingi aku smpe kamu ga sanggup lagi untuk bernapas.

14. Para sahabatku yang super, Ariesta Yuan (Tata) yang udah bersedia jadi sohib dari SMA sampe lulus kuliah (bes pren pereper), Nur Fita Sari (Fita) yang udah mau ditumpangin rumahnya buat nginep dan buat uji coba resep aneh, Septiana Sari (Ncep) si cerewet tapi ngangein, Regia Mitha Sari (Egi) yang


(16)

sukses dengan prakteknya, Arde Restian (Bibiw) yang idealis tapi kadang ga nggenah kelakuannya (keberatan bibir), Indra Maulana (gajah ndut) yang diawal kuliah selalu bareng eh tiba-tiba ngilan trus muncul lagi kaya jin botol. 15. Temen-temen angkatan 2007 yang seru. Maap ga bisa nyebut atu-atu. Yang pasti makasi buat Ridwan Akmal (ade,cemen,dudul,duy) buat petualangannya. Agi, Yasir, Isa, Doni, Desril, Roles, Rudi yang nemenin selama pembuatan skripsi. Buat yang laen juga sukses buat kehidupan kalian. 16. Adik-adik angkatan 2008,2009,2010,2011,2012,2013. Sukses buat kalian. 17. Karyawan dan karyawati LampungTv.

18. Seseorang yang kelak akan mendampingi kehidupanku (berharap itu kamu). 19. Dan semua pihak yang terlibat dalam pembuatan skripsi ini, penulis ucapkan

terima kasih banyak.

Dan akhirnya penulis mnegucapkan terima kasih yang tak ada hentinya. Serta permohonan maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang selama ini penulis pernah lakukan.

Bandar Lampung, 8 April 2014


(17)

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi ... 10

2.2 Komunikasi Antarpribadi ... 19

2.2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi ... 19

2.2.2 Komunikasi Antarpribadi Mahasiswa dan Dosen Pembimbing ... 23

2.3 Efektivitas Kominikasi Antarpribadi ... 30

2.4 Kerangka Pikir ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 37

3.2 Definisi Konseptual ... 38

3.3 Lokasi Penelitian ... 40

3.4 Populasi dan Sampel ... 40

3.4.1 Populasi dan Sampel ... 40

3.4.1.1 Populasi ... 40


(18)

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.5 Teknik Pengolahan Data ... 43

3.6 Analisa Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden ... 45

4.1.1 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

4.1.2 Karakteristik Berdasarkan Semester ... 46

4.2 Hasil Penelitian ... 46

4.3 Pembahasan ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 82

5.2 Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA


(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Semester ... 46

Tabel 3. Persepsi Responden Terhadap Aspek Keterbukaan ... 48

Tabel 4. Persepsi Responden Terhadap Aspek Empati ... 49

Tabel 5. Persepsi Responden Terhadap Aspek Dukungan ... 50

Tabel 6. Persepsi Responden terhadap Aspek Kepositifan ... 51

Tabel 7. Persepsi Responden Terhadap Aspek Kesederajatan ... 52

Tabel 8. Persepsi Responden Terhadap Aspek Keyakinan ... 53

Tabel 9. Persepsi Responden Terhadap Aspek Kesiapan ... 54

Tabel 10. Persepsi Responden Terhadap Aspek Manajemen Interaksi ... 56

Tabel 11. Persepsi Responden Terhadap Aspek Ekspresif ... 57


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Masalah

Mahasiswa sebagai peserta didik yang terdaftar dan belajar pada Perguruan Tinggi pada umumnya berusia antara 18-24 tahun. Mahasiswa merupakan masa memasuki masa dewasa, pada masa tersebut mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa perkembangannya, termasuk memiliki tanggung jawab terhadap kehidupannya untuk memasuki masa dewasa.

Masa peralihan yang dialami oleh mahasiswa, mendorong mahasiswa untuk menghadapi berbagai tuntutan dan tugas perkembangan yang baru. Tuntutan dan tugas perkembangan mahasiswa tersebut muncul dikarenakan adanya perubahan yang terjadi pada beberapa aspek fungsional individu, yaitu fisik, psikologis dan sosial. Perubahan tersebut menuntut mahasiswa untuk melakukan penyesuaian diri. Penyesuaian diri merupakan suatu proses individu dalam memberikan respon terhadap tuntutan lingkungan dan kemampuan untuk melakukan koping terhadap stres. Kegagalan individu dalam melakukan penyesuaian diri dapat menyebabkan individu mengalami gangguan psikologis, seperti ketakutan, kecemasan, dan agresifitas.

Salah satu masalah penyesuaian diri yang sering dihadapi mahasiswa adalah penyesuaian diri vokasional, yaitu penyesuaian diri dalam bidang pendidikan, yang


(21)

2

salah satunya adalah penyesuaian diri pada tugas skripsi. Skripsi adalah karya ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis di Perguruan Tinggi (Poerwadarminta, 1983 : 957). Semua mahasiswa wajib mengambil mata kuliah tersebut, karena skripsi digunakan sebagai salah satu prasyarat bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar akademisnya sebagai sarjana. Mahasiswa yang menyusun skripsi dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan proses belajar yang ada dalam penyusunan skripsi. Proses belajar yang ada dalam penyusunan skripsi berlangsung secara individual, sehingga tuntutan akan belajar mandiri sangat besar. Mahasiswa yang menyusun skripsi dituntut untuk dapat membuat suatu karya tulis dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat secara umum. Peran dosen dalam pembimbingan skripsi hanya bersifat membantu mahasiswa mengatasi kesulitan yang ditemui oleh mahasiswa dalam menyusun skripsi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007 : 1080), skripsi adalah karangan ilmiah yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya.

Keharusan tersebut dimaksudkan agar mahasiswa mampu menerapkan ilmu dan kemampuan sesuai disiplin ilmu yang dimiliki ke dalam kenyataan yang dihadapi. Menyusun skripsi secara tidak langsung merupakan suatu penyesuaian diri dari mahasiswa yang terbiasa mendapatkan materi dari dosen dan buku, menjadi manusia yang harus menceriterakan suatu karya ilmiah atau menceriterakan suatu peristiwa secara ilmiah dan terstruktur. Ahmadi (2003 : 136) mengatakan bahwa dalam membuat skripsi, pertama yang perlu mendapat perhatian ialah rumusan topik skripsi, dan dari rumusan topik kita harus menentukan materi yang relevan dan mengumpulkan materi.


(22)

3

Tujuan dari peran pembimbingan adalah membantu anak didik untuk mengembangkan diri dan mengatasi kesulitan yang dialami (Djamarah, 2004 : 46). Pendampingan dan pembimbingan akan efektif jika dilakukan secara dialogis (Suparno, 2002 : 26). Pembimbingan dialogis menempatkan mahasiswa dan dosen sama-sama sebagai subjek dan juga objek, sehingga akan tercipta rasa saling menghormati, saling terbuka dan saling percaya.

Bagi sebagaian mahasiswa tingkat akhir masih berpandangan bahwa skripsi merupakan momok yang menakutkan, yang menjadi pertanyaan dimanakah letak momok menakutkan tersebut, sehingga acap kali penyusunan skripsi menjadi suatu yang sakral. Biasanya permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam proses penyusunan skripsi diantaranya adalah kesulitan mahasiswa dalam mencari literatur dan bahan bacaan, dana yang terbatas, tidak terbiasa menulis dalam arti menulis karya ilmiah, kurang terbiasa dengan sistem bimbingan yang terjadwal hingga masalah komunikasi dengan dosen pembimbing skripsi.

Di samping itu terdapat faktor-faktor internal mahasiswa yang menyebabkan terkendalanya proses bimbingan skripsi, diantaranya faktor kemalasan mahasiswa untuk memulai mengerjakan skripsi, motivasi mengerjakan skripsi yang rendah, takut bertemu dosen pembimbing, dan sulitnya menyesuaikan diri dengan dosen pembimbing untuk proses bimbingan skripsi. Kemudian ada juga faktor-faktor eksternal yang berasal dari dosen pembimbing sehingga menyebabkan terhambatnya proses bimbingan skripsi. Antara lain, dosen pembimbing yang sulit ditemui karena memiliki banyak kesibukan, minimnya waktu bimbingan, kurangnya koordinasi dan


(23)

4

kesamaan persepsi antara pembimbing dan mahasiswa, kurang jelasnya penjelasan yang diberikan oleh dosen pembimbing.

Kecemasan dalam menghadapi dosen pembimbing ditunjukkan oleh mahasiswa dalam perilaku menghindari bertemu dengan dosen pembimbing dan menunda untuk melakukan bimbingan dengan alasan belum bisa mempertanggung jawabkan ide-idenya di depan dosen pembimbing. Meskipun mahasiswa telah melakukan bimbingan berulang kali dengan dosen pembimbing tetap saja mengalami kecemasan bahkan ketakutan untuk melakukan bimbingan. Masalah-masalah yang muncul tersebut salah satunya adalah disebabkan kurang efektifnya komunikasi antara mahasiswa dengan dosen pembimbingnya.

Dalam menyusun skripsi, kemampuan menulis bukanlah satu-satunya kemampuan yang harus dikuasai, di samping itu mahasiswa harus mempunyai kemampuan sosialisasi dengan porsi yang cukup vital, sebab dengan kemampuan sosialisasi yang baik maka rasa takut untuk bertemu dengan pembimbing dan rasa takut dalam proses pengumpulan data yang dapat menghambat penyusunan skripsi akan dapat diatasi.

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan lambang yang mengandung arti, baik berupa informasi, pemikiran, pengetahuan dan lainnya, dari komunikator ke komunikan. Komunikasi merupakan faktor yang penting dalam hubungan interpersonal. Kebutuhan seseorang akan rasa ingin tahu, aktualisasi diri dan kebutuhan untuk menyampaikan ide, pemikiran, pengetahuan dan informasi secara timbal balik kepada orang lain dapat terpenuhi melalui komunikasi. Komunikasi juga membantu individu dalam proses perkembangan intelektual dan


(24)

5

sosial, pembentukan identitas diri dan jati diri, sumber pembanding sosial dan penentu kesehatan mental.

Tujuan komunikasi tidak akan tercapai, jika komunikasi tidak berjalan efektif. Efektivitas komunikasi interpersonal tercapai, bila komunikan menginterpretasikan pesan yang diterima mempunyai makna yang sama dengan maksud pesan yang disampaikan oleh komunikator. Sesuai dengan pernyataan tersebut, maka dalam komunikasi interpersonal yang efektif pesan atau isi komunikasi yang disampaikan oleh komunikator dapat diterima secara baik oleh komunikan, sehingga tujuan komunikasi tercapai. Komunikasi interpersonal yang efektif menyebabkan dua individu yang tergabung dalam proses komunikasi merasa senang, sehingga mendorong tumbuhnya sikap saling terbuka, sebaliknya bila komunikasi interpersonal berjalan tidak efektif maka menyebabkan pelaku komunikasi mengembangkan sikap tegang. Adanya keterbukaan dalam komunikasi memudahkan komunikan memahami maksud dari pesan yang disampaikan oleh komunikator dan dapat mempengaruhi komunikan untuk bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan harapan komunikator.

Mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dibimbing oleh dua dosen pembimbing, yaitu dosen pembimbing utama dan dosen pembimbing pendamping. Dosen pembimbing utama mempunyai tugas dan tanggung jawab utama untuk membimbing mahasiswa dalam menyusun skripsi, sedangkan dosen pembimbing pendamping mempunyai tugas untuk membantu dosen pembimbing utama dalam proses bimbingan.

Sukmadinata (2003 : 8) menyatakan bahwa bimbingan adalah upaya atau tindakan pendidikan yang lebih terfokus pada membantu pengembangan domain afektif, tetapi


(25)

6

domain kognitif dan domain psikomotor tetap diperhatikan. Bimbingan skripsi dimaksudkan untuk membantu mahasiswa dalam penyusunan skripsi yang meliputi penambahan pengetahuan, pengorganisasian pengetahuan dan pengalaman yang telah didapat mahasiswa sewaktu mengikuti proses belajar mengajar terdahulu.

Komunikasi antara mahasiswa dengan dosen pembimbing skripsi merupakan komunikasi interpersonal yang berbentuk dua arah, karena komunikasi yang dilakukan oleh mahasiswa dengan dosen pembimbing skripsi, memungkinkan masing-masing pihak baik mahasiswa atau dosen pembimbing skripsi saling memberikan respon sebagai umpan balik dari pesan yang disampaikan. Respon umpan balik dapat berupa bahasa verbal maupun non verbal. Pesan yang dikomunikasikan pada saat bimbingan berisi ajaran atau didikan, khususnya yang menyangkut permasalahan yang akan diteliti oleh mahasiswa. Sumber pesan bisa dari dosen, mahasiswa, buku dan juga orang lain.

Berdasarkan uraian komunikasi mahasiswa dengan dosen pembimbing skripsi tersebut di atas dan berdasar pada pengertian efektivitas komunikasi interpersonal yang telah dirumuskan, maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas komunikasi mahasiswa-dosen pembimbing skripsi adalah suatu keadaan yang menunjukkan adanya kesamaan interpretasi antara mahasiswa dengan dosen pembimbing skripsi terhadap pesan verbal dan non verbal yang disampaikan pada saat komunikasi, dan ada umpan balik yang diberikan terhadap pesan tersebut.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dalam Pasal 3 ayat (1) mengemukakan bahwa guru dan dosen mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan tinggi yang diangkat sesuai dengan peraturan


(26)

7

perundang-undangan. Lebih jauh dikemukakan bahwa dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama menstransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Tugas utama dosen adalah sebagai pendidikan. Sebagai pendidik, dosen mengemban tugas dan tanggung jawab untuk mendidik mahasiswa menjadi individu yang memiliki kemampuan dan kecakapan yang berguna bagi kehidupannya dan diperlukan untuk memasuki dunia kerja, melalui kemampuannya mengajar berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan, di samping tanggung jawab dalam bentuk sikap dan perilaku yang benar dan tidak benar dalam bertindak melalui sifat ketauladannya sebagai manusia yang bermoral.

Taliziduhu (1988 : 33) mengatakan tugas dan tanggung jawab dosen tidak hanya terbatas dalam hal transferring of knowledge semata. Mereka memikul tanggung jawab individual dan kolektif, tanggung jawab individual adalah tanggung jawab secara akademik. Sedangkan tanggung jawab kolektif adalah tanggung jawab selaku senat perguruan tinggi.

Selain itu tugas dan tanggung jawab dosen adalah menumbuhkembangkan sikap ilmiah melalui penanaman rasa ingin tahu, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena rasa ingin tahu tersebut merupakan dasar bagi seseorang untuk tumbuh dan berkembang secara intelektual. Sesuai dengan hakikat ilmu itu sendiri, yaitu selalu mencari kebenaran yang merupakan landasan penelitian.

Tugas dan tanggung jawab dosen tidak hanya sebagai pendidik dan peneliti tetapi juga berperan sebagai penyebar informasi dan agen pembaharuan, yang mana sejalan


(27)

8

dengan fungsi perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan. Tugas dan tanggung jawab dosen yang diamanatkan dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi mencakup: pendidikan dan pengajaran, penelitian dan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 1999 tentang Perguruan Tinggi).

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka penulis tertarik untuk membahas mengenai komunikasi mahasiswa dan dosen pembimbing skripsi melalui penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Efektivitas Komunikasi Mahasiswa dan Dosen Pembimbing dalam Proses Penyusunan Skripsi (Studi Kasus pada Mahasiswa Angkatan 2007-2009 Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Unila)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah efektivitas komunikasi antar pribadi mahasiswa dan dosen pembimbing dalam proses penyusunan skripsi ?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektivitas komunikasi antar pribadi mahasiswa dan dosen pembimbing dalam proses penyusunan skripsi.

1.4 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat berguna dalam mengembangkan pengetahuan dan wawasan bagi penulis mengenai efektivitas komunikasi mahasiswa dan dosen pembimbing dalam proses penyusunan skripsi.


(28)

9

2. Kegunaan Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai:

a. Bahan masukan yang berharga bagi mahasiswa mengenai efektivitas komunikasi mahasiswa dan dosen pembimbing dalam proses penyusunan skripsi.

b. Untuk melengkapi dan memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Komunikasi

Manusia pada hakekatnya adalah makhluk monodualis, yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia mempunyai kebutuhan dasar untuk berafiliasi, yaitu menjalin hubungan dengan orang lain. Dalam menjalin hubungan dengan orang lain manusia melakukan komunikasi. Lunandi (1992 : 37) menyatakan bahwa komunikasi adalah kegiatan menyatakan suatu gagasan dan menerima umpan balik dengan cara menafsirkan pernyataan tentang gagasan dan pernyataan orang lain. Komunikasi tidak hanya sekedar menyampaikan pesan dari komunikator ke komunikan, tetapi ada umpan balik dari pesan yang disampaikan.

Hardjana (2003 : 11) menyatakan bahwa pengertian komunikasi dapat ditinjau dari dua sudut pandang. Sudut pandang pertama adalah dari proses terjadinya komunikasi yang menyatakan bahwa, komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh komunikator berupa penyampaian pesan melalui media tertentu kepada komunikan, komunikan menerima pesan dan memahami pesan sesuai dengan kemampuan serta menyampaikan tanggapan melalui media tertentu kepada komunikator. Ditinjau dari sudut pandang pertukaran makna, komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian makna dalam bentuk gagasan atau informasi dari komunikator ke komunikan melalui media tertentu. Media komunikasi merupakan alat yang digunakan oleh komunikator


(30)

11

untuk menyampaikan pesan kepada komunikan, dan alat yang digunakan oleh komunikan untuk menyampaikan umpan balik atas pesan yang telah diterima dan dipahami oleh komunikan.

A.W. Widjaja mendefinisikan komunikasi sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan, atau diartikan pula sebagai saling tukar-menukar pendapat. Komunikasi juga dapat diartikan hubungan kontrak antara manusia baik individu maupun kelompok (A.W. Widjaja, 2000 : 13).

Kemudian menurut E.M. Rogers komunikasi adalah penyampaian gagasan, informasi, instruksi dan perasaan dari seseorang kepada orang lain atau dari sekelompok orang kepada kelompok orang yang lain (TB. Syafri Mangkuprawira dan AV. Hubeis, 2007 : 56).

Proses komunikasi dapat berlangsung secara ujaran dan non ujaran sebagai berikut : 1. Komunikasi ujaran ialah kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan

menggunakan kata-kata. Cara yang paling sederhana dan klasik adalah dengan langsung mengeluarkan kata-kata dari mulut dengan menggunakan bantuan media seperti telepon, TV, radio atau tulisan di media tulis.

2. Komunikasi non ujaran ialah kegiatan komunikasi yang dilakukan tanpa menggunakan kata-kata, tetapi menggunakan bahasa isyarat melalui gerak gerik tangan, kaki, tubuh, mimik muka dan bagian tubuh lainnya. Bahasa isyarat ini dapat menjadi media penyampai pesan yang ampuh untuk tujuan tertentu yang sulit disampaikan melalui ujaran.


(31)

12

Dalam suatu lembaga (instansi atau departemen pemerintah), organisasi atau perusahaan terdiri atas komunikasi ke atas dan komunikasi ke bawah. Dua arah komunikasi atas-bawah dan bawah-atas sangat penting untuk mencapai keberhasilan tujuan menyolusi persoalan yang menjadi perhatian organisasi (TB. Syafri Mangkuprawira dan AV. Hubeis, 2007 : 56).

1. Komunikasi ke bawah terjadi jika pimpinan melakukan kegiatan alih pesan kepada bawahan secara terstruktur dan tidak insidental. Tujuannya adalah membantu mengurangi terjadinya komunikasi desas-desus (rumor) agar tidak menumbuhkan suasana kerja yang menyenangkan dan secara tidak langsung meningkatkan produktivitas serta keuntungan perusahaan. Jika komunikasi ke bawah berjalan lancar, biasanya motivasi bawahan untuk bekerja menjadi lebih baik dan efisien. Di sinilah peran komunikasi dari atasan ke bawahan sangat penting, tidak hanya dalam kegiatan menyampaikan persoalan bisnis yang dihadapi oleh perusahaan, tetapi juga keberhasilan usaha yang terkait dengan prestasi dan kontribusi bawahan dalam perusahaan.

2. Komunikasi ke atas adalah komunikasi dari bawahan ke atasan. Komunikasi tipe ini umumnya bertujuan untuk melakukan kegiatan prosedural yang sudah merupakan bagian dari struktur organisasi atau perusahaan.

Berdasarkan beberapa pandangan tentang komunikasi yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :

1. Mengenai pengertian komunikasi dapatlah dikemukakan sebagai suatu proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung suatu makna dari inividu yang satu kepada yang lainnya, dari sesorang ke orang lain atau dari kelompok ke kelompok lain secara timbal balik.


(32)

13

2. Simbol-simbol atau lambang yang dipergunakan dalam komunikasi dapat berbentuk verbal atau non verbal.

3. Pesan harus sama-sama dimengerti oleh komunikator dan komunikan. Kalau seseorang tidak mengerti perihal yang dikatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi yang diharapkan gagal.

Keberhasilan komunikasi di dalam suatu organisasi akan ditentukan oleh kesamaan pemahaman antar orang yang terlibat dalam kegiatan komunikasi. Kesamaan pemahaman ini dipengaruhi oleh kejelasan peran, cara menyampaikan pesan, cara penyampaian pesan, perilaku komunikasi dan situasi (tempat dan waktu) komunikasi. Komunikasi organisasi biasanya menggunakan kombinasi cara berkomunikasi (lisan, tertulis dan tayangan) yang memungkinkan terjadinya penyerapan informasi dengan lebih mudah dan jelas. Secara empiris, pemahaman orang perihal sesuatu hal akan lebih mudah diserap dan dipahami jika sesuatu tersebut diperlihatkan dibanding hanya mendengarkan atau dibacakan.

Menurut Onong Uchjana Effendy (2003 : 57), bentuk-bentuk komunikasi adalah sebagai berikut :

a. Komunikasi Pribadi (personal communication)

Adalah komunikasi seputar diri seseorang, baik dalam fungsinya sebagai komunikator maupun komunikan.

b. Komunikasi Kelompok (group communication)

Adalah komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang.


(33)

14

c. Komunikasi Massa (mass communication)

Adalah komunikasi melalui media massa modern yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum dan film yang dipertunjukkan ke bioskop-bioskop.

Dalam setiap komunikasi, perlu diperhatikan dalam tiap kegiatan komunikasi, baik ujaran maupun non ujaran, adalah pengirim pesan, pesan (informasi, gagasan, instruksi), media (saluran komunikasi) dan penerima pesan yang dapat digambarkan pada Gambar 1 berikut ini.

Gambar 1. Model Komunikasi

(TB. Syafri Mangkuprawira dan AV. Hubeis, 2007 : 57)

1. Pengirim Pesan

Pengirim pesan dapat berwujud seseorang, kelompok atau instutusi pembuat pesan (penulis, pembicara, pembuat sandi pesan).

2. Pesan

Pesan adalah sesuatu yang ingin disampaikan oleh sumber pesan kepada penerima pesan. Penyampaian suatu pesan agar dapat diterima dan dipahami harus diseleksi dan diorganisasi sesuai dengan karakteristik penerima pesan dengan mempertimbangkan simbol-simbol dan bahasa yang akan dipakai.

Saluran Media Keterampilan Keterampilan

Penerima Pesan Pengirim

S i k a p

P e s a n


(34)

15

3. Saluran Komunikasi

Saluran komunikasi adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dan dirasakan oleh indra manusia, sesuai dengan maksud komunikasi yang ingin dicapai.

4. Penerima Pesan

Penerima pesan adalah seseorang atau kelompok orang yang menjadi khalayak sasaran komunikasi (pembaca, pendengar, pengamat dan penerjemah pesan). (TB. Syafri Mangkuprawira dan AV. Hubeis, 2007 : 57).

Perbedaan kesiapan mental, emosi dan fisik antar orang yang berkomunikasi dan ditambah dengan perbedaan budaya, sosial dan lingkungan akan memungkinkan timbulnya permasalahan di dalam penyampaian pesan yang dimaksud jika tidak diantisipasi. Masalah ini terkait dengan kenyataan bahwa makna dari setiap pesan yang disampaikan akan ada di dalam benak dan pikiran orang yang menerima pesan termaksud. Di pihak lain, pikiran manusia memiliki saringan pesan yang spesifik dan berfungsi menentukan keputusan dari penerima pesan untuk menerima atau menolak suatu pesan yang didengar atau dilihat.

Pada dasarnya suatu organisasi merupakan kumpulan orang-orang yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama. Artinya, organisasi menjadi wadah untuk saling bekerja sama mengembangkan organisasi sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mencapai hal itu, setiap pegawai melakukan hubungan satu dengan yang lainnya. Hubungan antar pegawai tersebut diwujudkan dalam bentuk komunikasi yang tidak hanya melibatkan komunikasi satu tingkatan, namun juga komunikasi antara atasan dan bawahan (Istijanto, 2006 : 220).


(35)

16

Denis Mc.Quail (Sasa Djuarsa Sanjaya, 1999 : 7) menyatakan bahwa secara umum kegiatan/proses komunikasi dalam masyarakat dapat berlangsung 6 (enam) tingkatan sebagai berikut :

1. Intrapersonalcomunication (komunikasi interpribadi)

Yakni proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa proses pengolahan informasi melalui panca indra dan sistem syaraf misalnya, berfikir, merenung, mengingat-ingat sesuatu, menulis surat dan menggambar. Setiap manusia pada dasarnya akan selalu terikat dalam kegiatan komunikasi intra pribadi selama proses kehidupannya.

2. Interpersonalcommunication (komunikasi antarpribadi)

Yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lain, misalnya : percakapan secara tatap muka di antara dua orang, surat menyurat pribadi dan percakapan melalui telepon. Corak komunikasi juga lebih bersifat pribadi dalam arti pesan atau informasi yang disampaikan hanya untuk kepentingan pribadi para pelaku komunikasi yang terlibat. Dalam komunikasi antara pribadi pada dasarnya bisa lebih dari dua orang selama pesan atau informasi yang disampaikan bersifat pribadi yang lebih lanjut akan dibahas khusus pada kesempatan berikutnya.

3. Komunikasi dalam kelompok

Yaitu kegiatan komunikasi yang berlangsung di antara anggota suatu kelompok. Pada tingkatan ini setiap individu tersebut masing-masing berkomunikasi sesuai dengan pesan dan kedudukannya dalam kelompok bukan bersifat pribadi.


(36)

17

4. Komunikasi antar kelompok/asosiasi

Yakni komunikasi yang berlangsung antara suatu kelompok dengan kelompok lainnya atau antara suatu asosiasi dengan asosiasi lainnya, jumlah pelaku yang terlibat dalam komunikasi jenis ini boleh jadi hanya dua atau beberapa orang saja, tetapi masing-masing membawa pesan dan kedudukannya sebagai wakil dari kelompok/asosiasinya masing-masing, dengan demikian pesan yang disampaikan menyangkut kepentingan kelompok/asosiasi.

5. Komunikasi organisasi

mencakup kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi dan komunikasi antar organisasi. Bedanya dengan komunikasi kelompok adalah bahwa sifat komunikasi organisasi lebih formal dan lebih mengutamakan prinsip-prinsip efisiensi dalam melaksanakan kegiatan komunikasinya.

6. Komunikasi dengan masyarakat secara luas

Pada tingkat ini kegiatan komunikasi ditujukan kepada masyarakat secara luas. Bentuk komunikasi dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara :

a. Komunikasi massa yaitu komunikasi melalui media massa seperti radio, TV, majalah, surat kabar, spanduk, dan lain-lain.

b. Langsung melalui pidato atau ceramah di lapangan terbuka seperti kampanye.

Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari komunikasi itu sendiri dapat tercapai, dan untuk mencapainya ada unsur- unsur yang harus dipahami. Menurut Onong Uchjana Effendy (2002 : 6) komponen atau unsur-unsur komunikasi tersebut adalah sebagai berikut :


(37)

18

1. Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan; 2. Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang; 3. Komunikan : Orang yang menerima pesan;

4. Media : Sarana atau saluran yang mendukung pesan; 5. Komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya; 6. Efek : Dampak sebagai pengaruh pesan.

Sendjaja (2004 : 113), menyebutkan bahwa proses komunikasi terdiri dari dua cara yaitu :

1. Proses cara primer, adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan sesorang kepada orang lain dengan menggunakan simbol sebagai media. Lambang media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya, yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

2. Proses secara sekunder, adalah proses penyampaian pesan oleh sesorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau saran media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan komunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan berbicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan efeknya yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut. Menurut Onong Uchjana Effendy (2002 : 18) beberapa tujuan berkomunikasi, yaitu :

a. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak.


(38)

19

b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya, jangan mereka menginginkan arah ke barat tapi kita memberi jalur ke timur.

c. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan sesuatu itu dapat bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan yang dimaksudkan adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun penting harus diingat adalah bagaimana cara yang terbaik melakukannya.

d. Supaya yang disampaikan itu dapat dimengerti, sebagai pejabat ataupun komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) atau bawahan dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan.

2.2 Komunikasi Antar Pribadi

2.2.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah proses penyampaian berita yang dilakukan seseorang dan diterimanya berita tersebut oleh orang lain atau kelompok kecil dari orang-orang, dengan suatu akibat dan umpan balik yang segera (De Vito, 2002 : 7). Komunikasi interpersonal biasanya melibatkan dua orang atau lebih, yaitu sebagai komunikator dan sebagai komunikan. Komunikasi interpersonal tidak hanya dapat berlangsung satu arah, akan tetapi dapat juga berlangsung dua arah (Walgito, 2001 : 77). Komunikasi dua arah adalah komunikasi yang melibatkan pihak komunikator dan komunikan yang terlibat secara aktif dalam proses komunikasi.

Komunikasi dua arah memungkinkan pihak komunikan untuk memberikan respon, berupa umpan balik dari pesan yang telah diterima kepada komunikator. Komunikasi


(39)

20

interpersonal (Mulyana, 2001 : 73) adalah komunikasi antara komunikan dan komunikator yang memungkinkan orang untuk menunjukkan reaksi secara langsung baik verbal maupun non verbal. Reaksi verbal maupun non verbal dalam komunikasi interpersonal merupakan respon umpan balik dari pesan yang disampaikan. Respon tersebut dapat menunjukkan adanya kedekatan antara pihak-pihak yang berkomunikasi dalam komunikasi interpersonal yang terbentuk.

Menurut De Vito (Thoha, 2002 : 166), komunikasi interpersonal mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mempelajari secara lebih baik dunia luar, seperti berbagai objek, peristiwa dan orang.

2. Untuk memelihara hubungan dan mengembangkan kedekatan atau keakraban. 3. Untuk mempengaruhi sikap-sikap dan perilaku orang.

4. Untuk menghibur diri atau bermain.

Komunikasi interpersonal dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan. Ada enam tujuan komunukasi interpersonal yang dianggap penting (Widjaja, 2000 : 77), antara lain :

a. Mengenal diri sendiri dan orang lain. b. Mengetahui dunia luar.

c. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna. d. Mengubah sikap dan Perilaku.

e. Bermain dan mencari hiburan. f. Membantu orang lain.


(40)

21

De Vito (2002 : 106-114) menyatakan bahwa aspek-aspek yang dapat mempengaruhi dalam menciptakan komunikasi interpersonal yang efektif antara lain :

a. Keterbukaan

Keterbukaan adalah adanya kesediaan untuk membuka diri. Keterbukaan seseorang dalam komunikasi ditunjukkan oleh adanya pengungkapan informasi mengenai diri pribadi, kesediaan untuk bereaksi secara jujur atas pesan yang disampaikan orang lain, adanya “kepemilikan” dari perasaan dan pikiran, adanya kebebasan mengungkapkan perasaan dan pikiran, serta adanya tanggung jawab terhadap pengungkapan tersebut.

b. Empati

Berempati adalah merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain tanpa kehilangan identitas diri sendiri. Empati memungkinkan seseorang untuk mengerti baik secara emosional maupun intelektual atas apa yang dirasakan orang lain.

c. Dukungan

Dukungan dipahami sebagai lingkungan yang tidak mengevaluasi (descriptivenes). Dukungan dalam komunikasi ditunjukkan oleh kebebasan individu dalam mengungkapkan perasaannya, tidak malu, tidak merasa dirinya menjadi bahan kritikan. Individu dapat berfikir secara terbuka, mau menerima pandangan yang berasal dari orang lain, serta bersedia untuk mengubah diri jika perubahan dipandang perlu.

d. Kepositifan

Sikap positif dalam komunikasi adalah sikap saling menghormati satu sama lain dalam situasi komunikasi secara umum. Sikap positif dalam komunikasi ditunjukkan oleh adanya kejelasan dan kepuasan dalam proses komunikasi.


(41)

22

e. Kesederajatan

Kesederajatan adalah adanya kedudukan yang sama dalam suatu hal atau kondisi (status). Kesederajatan dalam komunikasi interpersonal, ditunjukkan oleh adanya rasa saling menghormati antara pelaku komunikasi.

f. Keyakinan

Komunikasi yang efektif memerlukan adanya keyakinan dalam diri komunikan maupun komunikator. Keyakinan dalam komunikasi ditunjukkan oleh adanya perasaan senang satu sama lain, dan tidak ada rasa segan satu sama lain.

g. Kesiapan

Kesiapan dalam komunikasi dibutuhkan agar tujuan komunikasi tercapai. Kesiapan dalam komunikasi dapat ditunjukkan oleh adanya hubungan antara pesan-pesan yang akan disampaikan oleh komunikator dengan pesan yang diharapkan diterima oleh komunikan dalam komunikasi, adanya kesenangan dan ketertarikan antara komunikan dan komunikator, adanya kesenangan dan ketertarikan komunikan dan komunikator pada pesan yang dikomunikasikan. h. Manajemen Interaksi

Komunikasi interpersonal yang efektif dapat dilihat dari manajemen interaksi yang ada dalam situasi komunikasi. Manajemen interaksi dalam komunikasi ditunjukkan oleh tidak adanya pelaku komunikasi yang merasa diabaikan. Kemampuan dalam manajemen interaksi dapat dilihat dari tingkah laku komunikasi yang berupa gerakan mata, ekspresi suara, mimik muka dan bahasa tubuh.


(42)

23

i. Sikap ekspresif

Dalam komunikasi interpersonal yang efektif memerlukan sikap ekspresif. Sikap ekspresif dapat dilihat dari adanya kesungguhan dalam berbicara atau mendengarkan, yang dapat dilihat dari bahasa verbal maupun non verbal.

j. Orientasi pada orang lain

Orientasi pada orang lain adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan orang lain dan menganggap lawan bicara sebagai pusat perhatian. Adanya orientasi pada orang lain saat berkomunikasi dapat ditunjukkan melalui bahasa verbal maupun non verbal. Bahasa non verbal melalui kontak mata, senyuman, anggukan, dan mimik wajah. Adapun bahasa verbal dapat ditunjukkan melalui pertanyaan atau pernyataan berkenaan dengan pernyataan lawan bicara yang terlibat dalam komunikasi interpersonal.

2.2.2 Komunikasi Antar Pribadi Mahasiswa dan Dosen Pembimbing

Salah satu mata kuliah wajib yang sangat menuntut adanya kemandirian dan keaktifan mahasiswa adalah skripsi. Skripsi merupakan salah satu mata kuliah wajib yang digunakan sebagai salah satu prasayarat bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar sarjana. Peran dosen pembimbing skripsi adalah membantu mahasiswa untuk mengembangkan diri dan mengatasi kesulitan yang dialami saat penyusunan skripsi (Djamarah, 2004 : 46). Meninjau peran tersebut maka mahasiswa diharapkan mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan dosen pembimbing, agar proses penyusunan skripsi dapat berjalan dengan baik.

Salah satu faktor yang dapat menyebabkan adanya hubungan interpersonal yang efektif dan harmonis adalah komunikasi, karena komunikasi merupakan salah satu


(43)

24

komponen dalam hubungan interpersonal. Komunikasi dapat memupuk hubungan seseorang dengan orang lain, karena pesan dalam komunikasi dapat memberikan kesenangan dan kenyamanan pada diri seseorang. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan lambang yang mengandung arti, baik berupa informasi, pemikiran, pengetahuan atau yang lainnya dari komunikator ke komunikan.

Kebutuhan-kebutuhan sosial tersebut didapat pada saat ada umpan balik dalam komunikasi. Komunikasi antara mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dengan dosen pembimbing skripsi, merupakan salah satu bentuk komunikasi yang mempunyai tujuan untuk memenuhi rasa ingin tahu, kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan untuk menyampaikan ide atau gagasan, pengetahuan dan informasi secara timbal balik. Mahasiswa dapat menyatakan ide, pengetahuan dan informasi yang dimiliki seputar penelitian yang akan dilaksanakan pada saat melakukan bimbingan skripsi. Pada saat bimbingan skripsi mahasiswa juga dapat memenuhi rasa keingintahuannnya mengenai materi penelitian dari dosen pembimbing.

Kebutuhan aktualisasi diri mahasiswa yang menyusun skripsi juga dapat dipenuhi, yaitu pada saat mahasiwa mencoba untuk mengajukan pandangan-pandangan mengenai teori-teori yang dikemukakan sebagai landasan teori dalam penelitian sehingga menghasilkan suatu konsep pikir. Komunikasi mahasiswa dan dosen pembimbing pada saat bimbingan skripsi berlangsung secara dialogis. Salah satu keuntungan komunikasi dialogis adalah adanya kesempatan bagi mahasiswa untuk bersikap responsif dalam mengetengahkan pendapat atau pertanyaan pada dosen pembimbing (Effendy, 2000 : 101-102).


(44)

25

Adanya kesempatan dalam memberi umpan balik secara langsung dalam komunikasi dialogis tersebut dapat mengurangi adanya kesalahan dalam interpretasi pesan, dan apabila terjadi kesalahan dalam interpretasi pesan dapat segera diketahui atau dibenahi saat itu juga, sehingga tercipta kondisi kesamaan dalam interpretasi antara mahasiswa dan dosen. Kondisi adanya kesamaan dalam interpretasi antara mahasiswa-dosen menunjukkan adanya komunikasi yang efektif.

Komunikasi dapat disebut efektif, bila komunikan menginterpretasikan pesan yang diterima mempunyai makna yang sama dengan maksud pesan yang disampaikan oleh komunikator. Komunikasi interpersonal yang efektif dapat menunjukkan ada pemahaman yang sama atas pesan yang disampaikan pada saat komunikasi berlangsung antara komunikator dan komunikan. Perlu diketahui bahwa untuk melihat efektif tidaknya komunikasi interpersonal yang berlangsung, dapat dilihat dari umpan balik antara pemberi dan penerima pesan. Umpan balik dapat berupa pernyataan, sikap dan tindakan.

Komunikasi interpersonal yang efektif menyebabkan dua individu yang tergabung dalam proses komunikasi merasa senang, sehingga mendorong tumbuhnya sikap saling terbuka, dan kesenangan. Komunikasi interpersonal yang berjalan tidak efektif, maka menyebabkan pelaku komunikasi mengembangkan sikap ketidaksenangan dan menutup diri (Rakhmat, 1998 : 13-14). Sikap menutup diri dapat memicu individu untuk menarik dari dari lingkungan pergaulan (withdrawl). Sikap ketidaksenangan dapat menyebabkan ketegangan pada individu. Adanya ketegangan dan sikap menarik diri dari lingkungan pergaulan mengindikasikan adanya gejala stres pada diri individu.


(45)

26

Efektivitas komunikasi mahasiswa dan dosen pembimbing skripsi adalah suatu keadaan yang menunjukkan adanya kesamaan interpretasi antara mahasiswa dengan dosen pembimbing utama skripsi terhadap pesan verbal dan non verbal yang disampaikan pada saat pembimbingan skripsi, dan ada umpan balik yang diberikan terhadap pesan tersebut. Efektivitas komunikasi mahasiswa dan dosen pembimbing terdiri atas aspek-aspek yaitu keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, kesederajatan, keyakinan, kesiapan, dan manajemen interaksi, sikap ekspresif dan orientasi pada orang lain.

Menurut Sosiawan (2007 : 2 – 4) dosen adalah subjek dalam sistem maupun proses pendidikan di perguruan tinggi (walau didampingi staf administrasi), karena tugas utamanya adalah melakukan perencanaan, pelaksanaan dan melakukan penilaian akan keberhasilan mahasiswa sebagai objek dalam proses pembelajaran. Oleh karenanya, dosen perlu mengetahui karakteristik dari objek (mahasiswa) yang dijadikan sasaran tugas utamanya tersebut. Pegangan utama dalam proses pembelajaran termasuk didalamnya interaksi dengan mahasiswa tentunya adalah pemahaman akan pendekatan pendidikan andragogy. Melalui pemahaman andragogy tersebut dosen akan mampu menghadapi mahasiswa secara alamiah dalam interaksi serta mengoptimalkan hasil pembelajaran yang dilakukan.

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dosen dalam melakukan interaksi secara formal dan non formal dengan mahasiswa adalah sebagai berikut :

1. Faktor Kebebasan

Kebebasan, adalah merupakan salah satu ciri pada orang dewasa. Dalam melakukan aktivitasnya (termasuk belajar), mahasiswa cenderung menentukan


(46)

27

apa yang ingin dilakukan serta selalu membandingkan keadaan yang baru diterimanya dengan fenomena yang telah menjadi referensi mereka. Oleh karenanya dalam melakukan interaksi dengan mahasiswa diperlukan pandangan yang bersifat demokratis dialogis. Interaksi yang dilakukan memberikan kebebasan pada mahasiswa untuk menyampaikan opini dan pandangan mereka secara terbuka. Indoktrinasi dan komunikasi yang bersifat satu arah akan dianggap sebagai sesuatu yang mengekang mereka. Dengan demikian, melakukan tukar pendapat, diskusi, serta tanya jawab adalah suatu bentuk pendekatan yang tepat bagi mereka.

2. Faktor Tanggung Jawab

Faktor tanggung jawab, adalah yang membedakan sifat antara orang dewasa dengan sifat anak-anak. Orang dewasa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. Dengan sifat tanggung jawabnya itu, mahasiswa dalam kehidupan interaksinya di kampus menganggap dirinya sejajar dengan dosen, karena mereka menganggap bahwa antara dirinya dengan dosen sama-sama merupakan orang dewasa, yang membedakan hanyalah bahwa dosen telah memiliki pengetahuan/ keterampilan tertentu yang belum dimiliki oleh dirinya. Karena kesejajarannya itu, mahasiswa cenderung ingin diperlakukan sebagai seseorang yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya, mereka lebih senang dianggap sebagai sahabat yang mengerti terhadap atas apa yang mereka lakukan. Dosen dalam konteks ini perlu menempatkan diri sebagai sosok tempat bertanya (shoulder to cry on) dikala mereka mengalami masalah dan kesulitan.


(47)

28

3. Faktor Pengambilan Keputusan Sendiri

Mahasiswa sebagai orang dewasa mampu mengambil keputusan sendiri. mereka tidak mau digurui, dipaksa untuk menerima kebenaran-kebenaran dari luar, karena mereka menganggap dapat memutuskan tentang apa yang akan mereka lakukan, tentang apa yang akan mereka ambil manfaatnya dari perilaku tersebut serta mereka menganggap dirinya mampu menilai baik buruknya sesuatu yang akan dan sedang mereka lakukan. Mengapa demikian? Karena mereka menganggap bahwa hanya dirinyalah yang lebih mengetahui hal-hal yang berguna dan bermanfaat bagi dirinya dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam hal ini, seorang dosen harus melengkapi (bukan mengganti) kemampuan dirinya sebagai seseorang yang berperan sebagai “fasilitator”. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara lebih mengutamakan pada pemberian informasi yang relevan dan netral, membantu para mahasiswa dalam mengambil keputusan dan menyeleksi informasi yang diterima, terutama dalam hal-hal baru.

4. Faktor Pengarahan Diri Sendiri

Mahasiswa sebagai orang dewasa, mereka menganggap dirinya dapat mengarahkan diri sendiri, mereka juga memiliki pandangan hidup sendiri (way of life) dalam berinisiatif dan dalam berkreasi yang disesuaikan dengan pandangan yang dimilikinya, serta mereka memiliki tingkat interaktivitas yang tinggi antar sesama mahasiswa lain. Namun hal tersebut bukan berarti mereka harus dilepas begitu saja, peran dosen dalam hal ini harus dapat mengakomodasi tingkat interaktivitas antar sesama pembelajar serta memberikan pengarahan diri dalam kelompok dimaksud.


(48)

29

5. Faktor Psikologis

Tidak jarang, faktor psikologis para mahasiswa kurang diperhatikan. Hal tersebut dimungkinkan karena ada anggapan bahwa seorang dosen, tetaplah seorang dosen yang bertugas menyampaikan ilmu, bukan psikolog ataupun psikiater yang harus bersusah payah untuk mengurusi masalah kejiwaan para mahasiswa. Tentunya, bukan itu yang dimaksud. Yang harus diperhatikan oleh seorang dosen adalah mereka harus dapat meyakinkan mahasiswa bahwa mereka diterima dan diperlakukan sebagai orang dewasa yang memiliki kebebasan untuk berekspresi dan berkreasi dan dihargai sebagai seorang sahabat. Selain itu, empati dosen sangat diperlukan, karena walau bagaimanapun, mahasiswa mengharapkan pemahaman dosen tentang apa yang diinginkan, dibutuhkan, diharapkan serta yang dirasakan oleh mereka. Asas humanistik sangat penting dalam hal ini.

Menurut Komarudin Tasdik (2012 : 39), beberapa kesulitan yang biasa dialami mahasiswa ketika bimbingan skripsi.

1. Mahasiswa tidak berani menghubungi Pembimbing. 2. Mahasiwa malas.

3. Mahasiswa tidak berani menulis ide untuk penelitiannya. 4. Mahasiswa kesulitan menemukan ide.

5. Pembimbing susah dihubungi.

6. Pembimbing tidak menepati waktu yang telah disepakati untuk bimbingan. 7. Koreksi pembimbing tidak dipahami mahasiswa.

8. Pembimbing menyalahkan rumusan masalah, tanpa memberikan solusi.

9. Pembimbing tidak merasa bahwa skripsi itu buah karya bersama antara mahasiswa dan pembimbing.


(49)

30

2.3 Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

Pada hakikatnya komunikasi antar pribadi adalah komunikasi dantar komunikator dengan komunikan, dan merupakan komunikasi paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang. Komunikasi ini bersifat dialogis yang artinya, arus balik terjadi secara langsung.

Menurut Porter dan Samovar, terdapat tujuh ciri yang menunjukkan kelangsungan suatu proses komunikasi antar pribadi yaitu : melibatkan perilaku melalui pesan baik verbal maupun non verbal; melibatkan pernyataan/ungkapan bersifat dinamis bukan statis; melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi dan koherensi (pernyataan pesan yang harus berkaitan); dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik; meliputi kegiatan dan tindakan, serta komunikasi-komunikasi antar pribadi yang melibatkan persuasi (Loliweri, 1997:28).

a. Pesan : mencakup pesan verbal maupun non verbal

- Verbal merupakan pesan/informasi berupa kata-kata/lambang yang mengandung arti.

- Non verbal merupakan pesan selain kata-kata. Misalnya; ekspresi wajah, kontak mata, dan nada suara.

b. Pernyataan ungkapan yang tergantung pada tujuan dan sasaran hubungan, situasi dan kondisi, waktu dan tempat berkomunikasi, yang dilatarbelakangi oleh alasan emosional maupun rasional.

c. Proses dinamis yang menunjukkan bahwa proses komunikasi antar pribadi selalu mengalami perkembangan emosional maupun rasional.


(50)

31

d. Hubungan interaksi adalah setiap yang dilakukan di mana guru dan siswa terlibat di dalamnya, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

e. Tata aturan, meliputi tatanan intrinsik maupun ekstrinsik

- Tatanan intrinsik merupakan tata aturan sebagai standarisasi perilaku yang sengaja dikembangkan dalam pelaksanaan komunikasi antar pribadi.

- Tatanan ekstrinsik merupakan tata aturan yang timbul akibat pengaruh pihak ketiga atau situasi dan kondisi sehingga komunikasi antar pribadi harus diperbaiki.

f. Kegiatan dan tindakan yaitu keadaan di mana komunikator dengan komunikan harus bersama-sama menciptakan kegiatan tertentu yang mengesankan bahwa mereka selalu berkomunikasi antar pribadi.

g. Tindakan persuasi merupakan komunikasi antar pribadi bertujuan untuk mengubah cara berpikir, pandangan dan wawasan, perasaan, sikap dan tindakan komunikan.

Komunikasi antar pribadi mempunyai peranan cukup besar untuk mengubah sikap. Hal itu karena komunikasi ini merupakan proses penggunaan informasi secara bersama. Komunikasi berlangsung efektif apabila kerangka pengalaman peserta komunikasi tumpang tindih, yang terjadi saat individu mempresepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterimanya dari lingkungannya. Di masa lalu pendekatan komunikasi antar pribadi ditekankan pada situasi dua orang atau kelompok kecil. Dengan adanya perubahan perspekstif tentang bagaimana komunikasi berlangsung, pendekatan komunikasi antar pribadi berubah menjadi bersifat hubungan yang terjalin di antara individu.


(51)

32

Keefektifan hubungan antar pribadi adalah taraf seberapa jauh akibat-akibat dari tingkah laku kita sesuai dengan yang kita harapkan. Bila kita berinteraksi dengan orang lain, biasanya kita ingin menciptakan dampak tertentu, merangsang munculnya gagasan tertentu, menciptakan kesan tertentu, atau menimbulkan reaksi-reaksi perasaan tertentu dalam diri orang lain. Terkadang orang memberikan reaksi terhadap tingkah laku dengan cara yang sangat berbeda dari yang kita harapkan. Keefektifan dalam hubungan antar pribadi dintentukan oleh kemampuan kita untuk mengkomunikasikan secara jelas tentang apa yang ingin kita sampaikan, menciptakan kesan yang kita inginkan, atau mempengaruhi orang lain sesuai kehendak kita.

Devito menjelaskan mengenai efektivitas komunikasi antar pribadi dalam lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu : keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality) (Devito, 1997: 259).

1. Keterbukaan (Openness)

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.

Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak


(52)

33

kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.

Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggung jawab atasnya..

2. Empati (empathy)

Empati merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara non

verbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan : (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik

yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.


(53)

34

3. Sikap mendukung (supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategik, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.

4. Sikap positif (positiveness)

Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara : (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.

Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan dari pada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.

5. Kesetaraan (Equality)

Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua


(54)

35

pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidaksependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan non verbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada orang lain.

2.4 Kerangka Pikir

Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara dua orang yang terjadi dalam interaksi tatap muka yang semua orang dapat menangkap reaksi orang lain secara verbal maupun non verbal. Jadi komunikasi antar pribadi mahasiswa dan dosen pembimbing adalah komunikasi terjadi dalam interaksi tatap muka dalam suatu lingkungan kampus yang terjalin secara langsung maupun tidak langsung.

Efektivitas komunikasi antar pribadi mahasiswa dan dosen pembimbing skripsi adalah suatu keadaan yang menunjukkan adanya kesamaan interpretasi antara mahasiswa dengan dosen pembimbing utama skripsi terhadap pesan verbal dan non verbal yang disampaikan pada saat pembimbingan skripsi, dan ada umpan balik yang diberikan terhadap pesan tersebut. Data mengenai efektivitas komunikasi antar pribadi mahasiswa dan dosen pembimbing skripsi diungkap dengan menggunakan skala efektivitas komunikasi mahasiswa dengan dosen pembimbing skripsi yang terdiri atas aspek-aspek keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, kesederajatan,


(55)

36

keyakinan, kesiapan, dan manajemen interaksi, sikap ekspresif dan orientasi pada orang lain.

Berikut ini kerangka pikir tentang tentang efektivitas komunikasi antar pribadi mahasiswa dan dosen pembimbing dalam proses penyusunan skripsi.

Gambar 2. Kerangka Pikir

1. Keterbukaan 2. Empati 3. Dukungan 4. Kepositifan 5. Kesederajatan 6. Keyakinan 7. Kesiapan

8. Manajemen Interaksi 9. Sikap ekspresif

10.Orientasi pada orang lain Komunikasi Antar Pribadi Mahasiswa dan Dosen Pembimbing

Efektivitas Komunikasi Mahasiswa dan Dosen


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif yaitu suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek, set kondisi, sistem pemikiran, atau kelas peristiwa pada masa sekarang (Mohammad Nasir 1983:63). Penelitian deskriptif memiliki tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai berbagai fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Sementara penelitian kuantitatif sendiri menurut Tatang M. Arifin (1995:119), adalah penelitian yang berkenaan dengan data kuantitatif yang dilambangkan dengan simbol-simbol matematik atau angka).

Metode deskriptif kuantitatif ini bertujuan untuk : 1) mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada; 2) mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku; 3) membuat perbandingan atau evaluasi; 4) menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang (Rakhmat, 2004 : 4).


(57)

38

3.2 Definisi Konseptual

Efektivitas komunikasi antar pribasi mahasiswa dan dosen pembimbing skripsi adalah suatu keadaan yang menunjukkan adanya kesamaan interpretasi antara mahasiswa dengan dosen pembimbing utama skripsi terhadap pesan verbal dan non verbal yang disampaikan pada saat pembimbingan skripsi, dan ada umpan balik yang diberikan terhadap pesan tersebut.

Data mengenai efektivitas komunikasi antar pribadi mahasiswa dan dosen pembimbing skripsi diungkap dengan menggunakan skala efektivitas komunikasi antar pribadi mahasiswa dengan dosen pembimbing utama skripsi yang terdiri atas aspek-aspek :

1. Keterbukaan

Keterbukaan adalah adanya kesediaan untuk membuka diri dalam menyampaikan informasi dan bereaksi jujur terhadap pesan yang disampaikan oleh orang lain. 2. Empati

Empati ditunjukkan dengan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain tanpa kehilangan identitas diri sendiri.

3. Dukungan

Dukungan yaitu komunikasi yang ditunjukkan oleh kebebasan individu dalam mengungkapkan perasaannya, tidak malu, tidak merasa dirinya menjadi bahan kritikan.

4. Kepositifan

Kepositifan ditunjukkan dengan sikap saling menghormati satu sama lain dalam situasi komunikasi secara umum.


(58)

39

5. Kesederajatan

Kesederajatan dalam komunikasi interpersonal ditunjukkan oleh adanya rasa saling menghormati antara pelaku komunikasi.

6. Keyakinan

Keyakinan dalam komunikasi ditunjukkan oleh adanya perasaan senang satu sama lain, dan tidak ada rasa segan satu sama lain.

7. Kesiapan

Kesiapan dalam komunikasi dapat ditunjukkan oleh adanya hubungan antara pesan-pesan yang akan disampaikan oleh komunikator dengan pesan yang diharapkan diterima oleh komunikan dalam komunikasi.

8. Manajemen Interaksi

Manajemen interaksi dalam komunikasi ditunjukkan oleh tidak adanya pelaku komunikasi yang merasa diabaikan yang dapat dilihat dari tingkah laku komunikasi yang berupa gerakan mata, ekspresi suara, mimik muka dan bahasa tubuh.

9. Sikap ekspresif

Sikap ekspresif dapat dilihat dari adanya kesungguhan dalam berbicara atau mendengarkan, yang dapat dilihat dari bahasa verbal maupun non verbal.

10. Orientasi pada orang lain

Orientasi pada orang lain adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan orang lain dan menganggap lawan bicara sebagai pusat perhatian yang dapat ditunjukkan melalui bahasa verbal maupun non verbal.


(1)

Selain itu kedekatan emosional yang terjadi antara keduanya memberikan dampak

positif dalam setiap perkembangan proses pembuatan skripsi tersebut. Rata-rata

sebagian mahasiswa yang saya wawancarai telah mengenal sosok dosen yang

manjadi pembimbingnya. Sehingga tidak sulit untuk berkomunikasi dan menyamakan

pemikiran mereka. Karena terkadang seorang mahasiswa tidak pandai

mengungkapkan apa yang dia pikirkan dalam bentuk tulisan.

Adapun yang dilakukan oleh mahasiswa untuk bisa berada di bawah bimbingan dosen

yang mereka inginkan adalah dengan membuat judul skripsi sesuai dengan jalur

akademis dosen tersebut. Dengan begitu, mahasiswa mengharapkan bahwa dosen

tersebut mengerti jalan pikiran yang hendak mahasiswa tuangkan dalam penulisan

skripsi. Karena terkadang seorang mahasiswa tidak pandai mengungkapkan apa yang

dia pikirkan dalam bentuk tulisan.

2. Aspek ekspresif merupakan aspek yang kurang efektif dalam membangun

komunikasi antar mahasiswa dan dosen pembimbingnya. Hal ini tercermin dari dosen

yang kurang antusias untuk meluangkan waktunya membimbing 7 (15,6%)

mahasiswa. Banyak dosen yang memiliki kesibukan diluar jam mengajarnya,

sehingga mahasiswa merasa diabaikan. Ada pula dosen yang tiba-tiba membatalkan

atau menunda waktu bimbingan karena ada keperluan yang mendadak.

Sebanyak 9 (20,0%) orang mengalami kecemasan dalam menyusun skripsi adalah

kondisi adanya tekanan dalam diri mahasiswa yang sedang menyusun skripsi akibat

adanya interaksi mahasiswa dengan dosen pembimbing utama skripsi dan

berpengaruh pada aspek fisik, perilaku, kognitif, dan emosional. Karena seringnya


(2)

84

ketidaksiapan untuk proses bimbingan. Mood dosen yang suka berubah membuat

mahasiswa menjadi takut untuk bimbingan.

Selain itu kesibukan yang dijalani para dosen terkadang membuat mood dosen berubah. Karena ketika mereka telah lelah menghadapi aktifitas harian mereka

sebagai seorang pengajar. Mereka juga harus membimbing mahasiswa yang sedang

mengerjakan skripsi. Akibatnya para dosen tidak sadar ekspresi wajahnya

terpengaruhi moodnya.

Ada kecenderungan adanya kondisi dosen selama ini kurang memiliki antuasiasme

diindikasikan dengan dosen yang hanya sekedar menjalankan kewajibannya saja

sebagai dosen pembimbing, atau dosen yang hanya sekedar membolak-balik

skripsinya kemudian langsung membuat coretan tanpa membaca baik-baik halaman

demi halaman skripsi. Ada pula narasumber yang malas bimbingan karena dosen

lebih sering mengkritik secara keras daripada membangun kemampuan mahasiswa

dalam menyusun skripsi sehingga mahasiswa menjadi stres dibuatnya.

Dan dari segi mahasiswanya sendiri terlihat dimana mereka sering kesulitan dalam

mengungkapkan pendapat apa adanya saat proses bimbingan berlangsung. Hal ini

dapat terbaca ketika mahasiswa bertatap muka langsung dengan dosen mereka.

Kesulitan-kesulitan tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan mahasiswa menjadi

stress dan merasa rendah diri, frustrasi, kehilangan motivasi, menunda penyusunan

skripsi dan bahkan ada yang memutuskan untuk tidak menyelesaikan skripsinya.

3. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas komunikasi antar

pribadi mahasiswa dan dosen pembimbing dalam proses penyusunan skripsi belum


(3)

menyusun skripsi adalah, banyaknya mahasiswa yang tidak mempunyai kemampuan

dalam tulis menulis, adanya kemampuan akademis yang kurang memadai, serta

kurang adanya ketertarikan mahasiswa pada penelitian.

Untuk itu komunikasi antara mahasiswa dengan dosen pembimbing skripsi bertujuan

untuk membantu mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi saat

penyusunan skripsi. Komunikasi yang terjalin antara mahasiswa dengan dosen

pembimbing skripsi mempunyai peran yang sangat penting dalam membantu

mahasiswa membuat konsep pikir yang akan digunakan dalam penelitian.

Dalam interaksi antara dosen dan mahasiswa diperlukan komunikasi respektif, yaitu

komunikasi yang dibangun berada pada suasana yang kondusif, di mana antara

keduanya berada dalam keadaan yang nyaman. Komunikasi respektif ini dapat

terbentuk bila dalam interaksinya, dosen dan mahasiswa berprasangka baik, berpikir

positif, berorientasi pada solusi, bersikap jujur dan saling menunjukkan empati.

Dengan demikian interaksi antara dosen dan mahasiswa akan lebih berhasil dalam

rangka menyelesaikan berbagai permasalahan proses pengajaran dengan baik.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai

berikut:

a. Cara yang dapat ditempuh oleh mahasiswa agar tercapai efektivitas komunikasi

dengan dosen pembimbing adalah menjalin kedekatan dengan dosen pembimbing,


(4)

86

keterbukaan dan kejujuran, serta membangun kepercayaan pada dosen

pembimbing. Dengan membangun hal-hal tersebut diyakini dosen akan

memberikan timbal balik berupa perhatian yang penuh dalam proses bimbingan

skripsi.

b. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi mahasiswa ini dapat diatasi apabila dosen

dapat memberikan rasa saling menghargai dengan membangun kerja sama dengan

mahasiswa yang menghasilkan sinergi dalam meningkatkan efektifitas kinerja

dosen baik secara individu atau secara keseluruhan. Konsisten dalam memberikan

saran dan kritik, dengan benar-benar membaca serta memahami isi skripsi dari


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Arief, Edwin Sosiawan Mentradisikan Interaksi Dosen dengan Mahasiswa Dalam Bingkai Disiplin, Kejuangan Dan Kreatifitas, UPN, Yogyakarta, 2012.

Arifin, Tatang. M. 1995. Menyusun Rencana Penelitian. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta.

De Vito, J. 1995. The interpersonal communication book, 7th Edition, Harper Collins College Publishers, New York.

Djamarah, S.B. 2004. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta.

Hardjana, A.M. 1994. Stres tanpa Distres: Seni Mengelola Stres, Kanisius, Yogyakarta.

Istijanto, 2006. Riset Sumber Daya Manusia, Cara Praktis Mendeteksi Dimensi-dimensi Kerja Karyawan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Lunandi, A.G. 1992. Meningkatkan Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi. Kanisius, Yogyakarta.

Mulyana, D. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Cetakan Ketiga, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Nasir, Moh. 1983. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia. Jakarta

Walgito, B. 2001. Psikologi Sosial: Suatu Pengantar, Andi Offset, Yogyakarta.

P. Suparno, R. Rohadi, G. Sukadi. 2002. Reformasi Pendidikan: Sebuah Rekomendasi, Kanisius, Yogyakarta.


(6)

Poerwadarminta, W.J.S. 1983. Kamus Umum Bahasa Indonesia, PT Balai Pustaka, Jakarta.

Rakhmat, Jalaludin . 1998, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Sjafri Mangkuprawira, TB dan Aida Vitayala Hubeis, 2007, Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Sukmadinata, N. S. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis, CV. Alfabeta, Bandung.

Tasdik, Komarudin. 2012. Kesulitan-Kesulitan dalam Bimbingan Skripsi, AlIkhbar, Bandung.

Uchjana, Onong Effendy. 2003. Komunikasi, Teori dan Paktek, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Widjaja, H.A.W. 2000. Pengantar Studi Ilmu Komunikasi, Rineka Cipta, Jakarta.

B. Undang-Undang dan Peraturan Negara

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 1999 tentang Perguruan Tinggi

C. Skripsi dan Thesis

Setiawan, Marwan. 2008. Efektivitas Pelakasanaan Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) (Study pada Respon Orang Tua Anak yang Mengikuti Program PAUD di PAUD Semut dan PAUD R.A Kartini)¸Universitas Lampung. Prasetiadi, Adi. 2006. Efektivitas Pembentukan Kecamatan Gisting Dalam

Peningkatan Pelayanan (Study di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus), Universitas Lampung.


Dokumen yang terkait

Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi)

4 95 99

Minat Mahasiswa Tentang Penelitian Di Bidang Komunikasi (Studi Dokumentasi Pada Judul Skripsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU Tahun Ajaran 2010/2011)

1 84 127

Fenomena Komunikasi Antarpribadi Dosen Pembimbing Dan Mahasiswa Dalam Bimbingan Skripsi (Studi Kasus Kecemasan Berkomunikasi dan Ketidakpastian Pada Mahasiswa FISIP USU)

7 128 209

Citra Departemen Ilmu Komunikasi dan Ekspektasi Mahasiswa (Studi Deskriptif tentang Citra Departemen Ilmu Komunikasi dan Ekspektasi Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU)

6 70 134

Studi Kasus Persepsi Mahasiswa Tentang Komunikasi Nonverbal Dosen di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU

0 65 257

PENGARUH RUBRIK OPINI PADA SURAT KABAR TERHADAP MINAT MENULIS MAHASISWA (Studi pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UNILA Angkatan 2010 Sebagai Pembaca lampung Post)

4 31 104

Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi Mahasiswa dan Dosen Pembimbing dalam Proses Penyusunan Skripsi (Studi Kasus pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2007-2009 FISIP UNILA

8 64 70

MINAT MENONTON FILM-FILM INDONESIA DI BIOSKOP (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung Angkatan 2006-2012)

2 24 66

Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi)

0 1 14

Minat Mahasiswa Tentang Penelitian Di Bidang Komunikasi (Studi Dokumentasi Pada Judul Skripsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU Tahun Ajaran 2010/2011)

0 2 24