Grafik Perkembangan Produksi Bawang Merah di Empat Kabupaten Grafik Hubungan antara Fungsi Permintaan dan Penawaran Primer Pola Saluran Tataniaga Bawang Merah di Kecamatan

DAFTAR GAMBAR No Judul Halaman

1. Grafik Perkembangan Produksi Bawang Merah di Empat Kabupaten

di Sumatera Utara......................................................................................2 2. Grafik Perbandingan antara Produksi dan Kebutuhan Bawang Merah di Sumatera Utara.........................................................................3

3. Grafik Hubungan antara Fungsi Permintaan dan Penawaran Primer

dengan Fungsi Permintaan dan Penawaran Sekunder terhadap Margin Tataniaga dan Nilai Margin Tataniaga....................................17 4. Skema Kerangka Pemikiran Tataniaga Bawang Merah.....................22

5. Pola Saluran Tataniaga Bawang Merah di Kecamatan

Silahisabungan..........................................................................................41 Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Fajar Alfian Krisanto Siringo-ringo 080304071 dengan judul skripsi “Analisis Tataniaga Bawang Merah di Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi ” . Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir.Thomsom Sebayang,MT dan Bapak Ir.Sinar Indra Kesuma,M.Si. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2013 – Januari 2014 dengan penentuan daerah dilakukan secara purposive. Pengambilan sampel dilakukan secara Simpe Random Sampling dengan sampel petani sebanyak 85 sampel. Untuk Lembaga tataniaga yang terlibat ditentukan dengan metode penelusuran sehingga diperoleh 9 sampel pedagang pengumpul, 2 sampel pedagang besar dan 15 sampel pedagang pengecer. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk menjelaskan pola saluran tataniaga dan fungsi-fungsi yang dilakukan lembaga tataniaga, analisis margin tataniaga untuk menganalisis harga jual petani dan harga beli konsumen, analisis transmisi harga untuk menjelaskan pengaruh perubahan harga beli konsumen terhadap harga jual petani, dan analisis efisiensi tataniaga. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat dua saluran tataniaga di daerah penelitian : petani – pedagang pengumpul – pedagang pengecer – konsumen akhir dan petani – pedagang pengumpul – pedagang besar – pedagang pengecer – konsumen akhir. Struktur pasar di daerah penelitian adalah bukan pasar persaingan dengan nilai elastisitas transmisi harga sebesar 0,612 Etr 1 . Saluran tataniaga di daerah penelitian sudah efisien dengan nilai efisiensi yang diperoleh sebesar 1,07 dan 1,30 e 1 Kata kunci : bawang merah, tataniaga, elastisitas transmisi harga, efisiensi Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagai negara agraris, Indonesia menghasilkan beragam jenis hasil pertanian yang berpotensi besar untuk dijadikan sebagai lapangan usaha, mulai dari produk pertanian baik dalam keadaan segar hingga pada produk olahannya yang semuanya memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Banyak petani yang membudidayakan berbagai jenis produk pertanian salah satunya adalah jenis hortikultura sebagai kegiatan bisnis yang memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Salah satu komoditi hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat Indonesia adalah bawang merah. Banyaknya manfaat yang dapat diambil dan tingginya nilai ekonomi yang dimiliki bawang merah, membuat para petani di berbagai daerah tertarik untuk membudidayakannya agar mendapatkan keuntungan yang besar dari potensi bisnis komoditi bawang merah. Budidaya bawang merah memang memberikan keuntungan yang cukup besar bagi para petani. Mengingat saat ini kebutuhan pasar akan komoditas bawang merah semakin meningkat tajam, seiring dengan meningkatnya jumlah pelaku bisnis kuliner di berbagai daerah. Komoditas bawang merah dipandang lebih siap memasuki era pasar bebas jika diperbandingkan dengan komoditas tanaman pangan lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh melalui Dinas Pertanian Sumatera Utara, diketahui bahwa ada sepuluh daerah yang memproduksi bawang merah yaitu Simalungun, Dairi, Samosir, Toba Samosir, Humbang Hasundutan, Karo, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Padang Lawas Utara dan Mandailing Natal, tetapi diantara kesepuluh daerah itu, ada 4 daerah yang merupakan penghasil bawang merah di Sumatera Utara yaitu, Simalungun, Dairi, Samosir dan Karo. Daerah–daerah ini memiliki potensi yang cukup besar untuk perkembangan produksi bawang merah di Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara Gambar 1. Grafik Perkembangan Produksi Bawang Merah di Empat Kabupaten di Sumatera Utara Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara 2012 Berdasarkan grafik perkembangan produksi bawang merah dari tahun 2007 hingga tahun 2011, dapat dilihat bahwa produksi bawang merah lokal berfluktuasi. Produksi bawang merah pada tahun 2009 dan tahun 2010 mengalami penurunan dan pada tahun 2011 produksi bawang merah mengalami peningkatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara di dalam buku statistik Sumatera Utara dalam Angka 2012, dapat dilihat bahwa volume kebutuhan akan bawang merah di Sumatera Utara sangat tinggi dan sangat berbeda dengan hasil produksi lokal bawang merah di Sumatera Utara. 4693 6488 5284 4772 5071 944 950 2150 842 2180 721 897 2070 1665 1679 2111 1625 691 809 953 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 2007 2008 2009 2010 2011 TON TAHUN Simalungun Dairi Samosir Karo Universitas Sumatera Utara Gambar 2. Grafik Perbandingan antara Produksi dan Kebutuhan Bawang Merah di Sumatera Utara Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara 2012 Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kondisi produksi bawang merah Sumatera Utara masih belum dapat memenuhi kebutuhan bawang merah di Sumatera Utara. Kondisi kebutuhan yang cukup tinggi tersebut membuat pemerintah melakukan import terhadap bawang merah dan perlu dilakukannya pembenahan terhadap produksi lokal untuk meningkatkan produksi bawang merah. Berdasarkan data kebutuhan bawang merah yang memiliki potensi untuk mengalami peningkatan dan juga kondisi produksi bawang merah di Sumatera Utara yang belum dapat memenuhi kebutuhan bawang merah di Sumatera Utara, maka dalam pengusahaannya memberikan prospek yang menguntungkan. Prospek yang menguntungkan ini dapat terlihat dengan adanya usaha peningkatan produksi dan usaha perbaikan dalam bidang pemasaran hasil bawang merah. Hasil produksi bawang merah tidak dapat disimpan terlalu lama sehingga petani harus segera memasarkannya. Kesempatan yang seperti inilah yang diambil oleh para pedagang untuk membeli hasil produksi bawang merah dengan harga semurah-murahnya dan kemudian menjualnya dengan harga yang lebih mahal daripada harga beli di tingkat petani. 11005 12071 12655 9413 12449 69720 73200 70216 33754 33754 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 2007 2008 2009 2010 2011 TON TAHUN Produksi Kebutuhan Universitas Sumatera Utara Pemasaran merupakan hal yang sangat penting setelah selesainya proses produksi pertanian. Bila pemasaran tidak baik, mungkin disebabkan oleh karena daerah produsen terisolasi, tidak ada pasar, rantai pemasaran terlalu panjang, atau hanya ada satu pembeli dan lain sebagainya, kondisi ini sudah pasti merugikan pihak petani. Petani harus berjuang dengan penuh resiko memelihara tanamannya sekian lama, sedangkan pedagang memperoleh hasil dalam waktu singkat saja, sehingga pantas dikatakan bahwa efisiensi di bidang pemasaran masih rendah. Kelemahan dalam sistem pertanian di Indonesia adalah kurangnya perhatian terhadap bidang pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran seperti pembelian, sortir grading, penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran sering tidak berjalan seperti yang diharapkan. Keterampilan dalam mempraktekkan unsur-unsur manajemen memang terbatas dan Belum lagi dari segi kurangnya penguasaan informasi pasar sehingga kesempatan-kesempatan ekonomi menjadi sulit untuk dicapai. Lemahnya manajemen pemasaran disebabkan karena tidak mempunyai pelaku-pelaku pasar dalam menekan biaya pemasaran. Sistem tataniaga bawang merah, tidak terlepas dari peranan-peranan lembaga tataniaga. Lembaga-lembaga ini dalam menyampaikan komoditi dari produsen ke konsumen, berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk saluran pemasaran. Arus pemasaran yang terbentuk dalam proses pemasaran ini beragam sekali atau terdapat beberapa saluran pemasaran didalamnya, misalnya produsen berhubungan langsung dengan konsumen akhir atau produsen terlebih dahulu berhubungan dengan tengkulak, pedagang pengumpul ataupun pedagang besar. Kabupaten Dairi memang bukan satu-satunya daerah yang menjadi memproduksi bawang merah. Kabupaten Dairi sebagai salah satu daerah produksi bawang merah memiliki potensi yang cukup besar dalam memproduksi bawang merah. Kecamatan Silahisabungan merupakan satu-satunya kecamatan di Kabupaten Dairi yang secara konsisten mengusahakan komoditi bawang merah dari tahun ke tahun. Universitas Sumatera Utara Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka diidentifikasikan beberapa masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana pola saluran tataniaga bawang merah yang ada di daerah penelitian? 2. Apa saja fungsi tataniaga yang dilakukan oleh setiap lembaga-lembaga yang terlibat dalam tataniaga bawang merah di daerah penelitian? 3. Bagaimana margin tataniaga dan distribusinya pada masing-masing lembaga tataniaga bawang merah di daerah penelitian? 4. Berapa koefisien elastisitas transmisi harga bawang merah di daerah penelitian? 5. Bagaimana efisiensi tataniaga untuk setiap saluran tataniaga di daerah penelitian? Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk menjelaskan pola saluran tataniaga bawang merah di daerah penelitian 2. Untuk menjelaskan fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga yang terlibat dalam tataniaga bawang merah di daerah penelitian 3. Untuk menjelaskan besar margin dan distribusinya pada masing-masing lembaga tataniaga bawang merah di daerah penelitian 4. Untuk menganalisis elastisitas transmisi harga di daerah penelitian 5. Untuk menganalisis efisiensi pada setiap saluran tataniaga di daerah penelitian Kegunaan Penelitian 1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara 2. Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan untuk perkembangan agribisnis bawang merah 3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang memerlukan. Universitas Sumatera Utara TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman bawang merah diyakini berasal dari daerah Asia Tengah, yakni sekitar Bangladesh, India, dan Pakistan. Bawang merah dapat dikatakan sudah dikenal oleh masyarakat sejak ribuan tahun yang lalu, pada zaman Mesir Kuno sudah banyak orang menggunakan bawang merah untuk pengobatan. Varietas bawang merah yang ditanam oleh petani di Indonesia cukup banyak, antara lain sebagai berikut :  Varietas Bawang Merah Australia Jenis bawang merah impor yang banyak ditanam di Indonesia pada daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Bawang merah jenis ini berwarna merah pucat, bentuknya bulat, berukuran agak besar dan sudah dapat dipanen pada umur 65-70 hari.  Varietas Bawang Merah Bali Varietas bawang merah Bali sangat cocok ditanam pada daerah dengan ketinggian 1.800 mdpl dan curah hujan rata-rata 1.500-2.000 mmtahun. Bawang merah jenis ini dapat dipanen pada umur 80-90 hari dengan produksi dapat mencapai 13 tonha umbi kering. Bawang merah ini memiliki ciri berwarna merah muda sampai merah dengan berbentuk bulat.  Varietas Bawang Merah Bangkok Varietas ini merupakan varietas impr dan cocok ditanam pada dataran rendah dengan ketinggian 30 mdpl. Bawang merah ini dapat dipanen pada umur 60-70 hari dengan produksi dapat mencapai 15 tonha. Bawang merah ini berwarna merah muda sampai merah tua dan berbentuk agak bulat.  Varietas Bawang Merah Filipina Varietas ini merupakan varietas impor dari Filipina. Produksi varietas ini dapat mencapai 21 tonha umbi kering dan dapat dipanen setelah berumur 70hari. Bawang merah ini berwarna merah sampai merah muda, berbentuk bulat mirip dengan bawang merah Bangkok dan berukuran besar. Universitas Sumatera Utara  Varietas Bawang Merah Medan Bawang merah varietas ini merupakan bawang lokal dan cocol ditanam di segala musim, tapi produksinya tergolong sedang yaitu berkisar 7 tonha umbi kering dan dapat dipanen setelah berumur sekitar 80 hari. Umbi bawang merah ini berwarna merah dan berbentuk meruncing.  Varietas Bawang Merah Ampenan Vairetas ini berasal dari daerah Ampenan Bali, cocok ditanam pada dataran rendah dan sangat peka terhadap hujan. Bawang merah ini memiliki produksi yg tergolong sedang yaitu sekitar 7 tonha umbi kering dan dapat dipanen sesudah berumur sekitar 70 hari. Bawang merah varietas ini berwarna merah muda dan berbentuk lonjong.  Varietas Bawang Merah Bima Brebes Bawang merah ini berasal dari daerah Brebes dan sangat cocok ditanam pada musim hujan. Produksi bawang merah jenis ini tergolong cukup tinggi yaitu sekitar 10 tonha umbi kering dan dapat dipanen sesudah berumur sekitar 60-70 hari. Umbi bawang merah ini berwarna merah muda, bercincin kecil, berbentuk lonjong dan berukuran agak besar.  Varietas Bawang Merah Sumenep Tim Bina Karya Tani, 2008 Bawang merah ini berasal dari daerah Sumenep Madura, cocok ditanam pada daerah dengan ketinggian 500-700 mdpl. Produksi bawang merah ini termasuk sedang dan dapat dipanen sesudah berumur sekitar 70 hari. Umbi bawang merah ini berwarna merah muda hingga kuning kepucatan dan terdapat garis-garis halus memanjang dari pangkal ke arah ujung umbi. Bawang merah Sumenep ini termasuk jenis yang sangat digemari oleh masyarakat karena kualitas gorengnya yang tahan lama dan aromanya harum. Pemasaran sebagai kegiatan produksi mampu meningkatkan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu. Menciptakan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu diperlukan biaya biaya pemasaran. Pemasaran produk agraris cenderung merupakan proses yang kompleks sehingga saluran distribusi lebih panjang dan mencakup banyak perantara. Biaya pemasaran diperlukan untuk melakukan Universitas Sumatera Utara fungsi-fungsi pemasaran oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran dari produsen kepada konsumen akhir. Pengukuran kinerja pemasaran ini memerlukan ukuran efisiensi pemasaran Soekartawi,2002 Saluran tataniaga merupakan suatu jalur dari lembaga-lembaga penyalur yang mempunyai kegiatan menyalurkan barang dari produsen ke konsumen. Penyalur ini secara aktif akan mengusahakan perpindahan bukan hanya secara fisik tetapi dalam arti agar barang-barang tersebut dapat dibeli konsumen. Lembaga tataniaga adalah badan atau usaha atau individu yang menyelenggarakan tataniaga, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga- lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran produk-produk pertanian sangat beragam sekali tergantung dari jenis komoditi yang dipasarkan. Lembaga-lembaga pemasaran itu melakukan fungsi pemasaran sebagai berikut : A. Fungsi Pertukaran 1. Pembelian buying adalah memilih barang-barang yang dibeli untuk dijual dengan harga dan kualitas produk tertentu 2. Penjualan selling adalah sumber pendapatan yang diperlukan untuk menutupi ongkos-ongkos dengan harapan mendapatkan laba B. Fungsi Fisik 1. Penyimpanan storage adalah fungsi penyimpanan barang- barang selesai diproduksi sampai pada saat barang dikonsumsi 2. Pengangkutan transportation adalah fungsi pemindahan barang dari tempat barang dihasilkan ke tempat barang akan dikonsumsi 3. Pengolahan processing adalah fungsi pengolahan barang dari yang belum diolah bahan baku menjadi barang yang telah jadi atau bahkan yang siap untuk dikonsumsi Universitas Sumatera Utara C. Fungsi Fasilitas 1. Pengepakan packing adalah fungsi pengemasan atau pengepakan barang pada saat diproduksi sampai pada saat barang dikonsumsi 2. Pembiayaan financing adalah fungsi mendapatkan modal dari sumber luar guna menyelenggarakan kegiatan pemasaran 3. Penentuan mutu grading adalah penentuan batas-batas dasar dalam pembentukan spesifikasi barang-barang hasil manufaktur 4. Penanggungan resiko marketing loss adalah fungsi menghindari dan mengurangi resiko yang berkaitan dengan pemasaran 5. Informasi pasar market information adalah fungsi untuk mengumpulkan dan penafsiran keterangan-keterangan tentang kebutuhan konsumen, harga dan sebagainya Mubyarto,1977 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Deasy M.N.Sitanggang 2011 mengenai Analisis Tataniaga Bawang Merah di Kabupaten Samosir, disimpulkan bahwa ada tiga saluran tataniaga yang digunakan untuk memasarkan bawang merah, yaitu : 1. Saluran I Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Besar Propinsi Saluran tataniaga ini digunakan oleh 64 sampel dari keseluruhan sampel yang diteliti dan diperoleh margin tataniaga sebesar Rp 3000,00 dengan besar biaya tataniaga sebesar Rp 320,01 dan keuntungan lembaga tataniaga keseluruhan sebesar Rp 2679,99 dan saluran tataniaga ini tidak efisien. 2. Saluran II Petani – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen Saluran tataniaga ini digunakan oleh 32.14 sampel dari keseluruhan sampel yang diteliti. Margin tataniaga pada saluran tataniaga ini sebesar Rp 5700,00, dimana pedagang besar memperoleh share tertinggi yaitu Rp 2040,19. Saluran tataniaga ini efisien karena nilai efisiensinya sebesar 1,275 e 1. Universitas Sumatera Utara 3. Saluran III Petani – Konsumen Saluran tataniaga ini digunakan oleh 2,96 sampel dari seluruh sampel yang diteliti. Petani bertindak langsung sebagai pedagang pada saluran tataniaga ini, nilai tunai yang diperoleh sebesar Rp 15.700,00 dengan share yang diterima sebesar Rp 7924,33. Saluran tataniaga ini efisien karena nilai efisiensinya sebesar 1,019 e 1 Nilai koefisien elastisitas transmisi harga yang diperoleh sebesar 0,681 yang diartikan bahwa perubahan harga 1 di tingkat konsumen akan mengakibatkan perubahan harga sebesar 0,681 di tingkat petani atau dapat juga diartikan perubahan harga sebesar Rp 1000,00 yang dibayarkan konsumen mengakibatkan perubahan harga sebesar Rp 681,00 di tingkat petani. Nilai elastisitas transmisi harga sebesar 0,681 Etr 1 mengindikasikan bahwa transmisi harga yang terbentuk antara pasar petani dan pasar konsumen lemah sehingga struktur pasar yang terbentuk bukan pasar persaingan. Landasan Teori Dalam Kusnadi, dkk 2009, Schaffner et.al. 1998 mengemukakan pengertian tataniaga dapat ditinjau dari dua perspektif yaitu perspektif mikro dan makro. Tataniaga dalam perspektif mikro, tataniaga merupakan aspek manajemen dimana perusahaan secara individu, pada setiap tahapan tataniaga dalam mencari keuntungan, melalui pengelolaan bahan baku, produksi, penetapan harga, distribusi dan promosi yang efektif terhadap produk perusahaan yang akan dipasarkan. Tataniaga dalam perspektif makro menganalisis efisiensi sistem secara keseluruhan dalam penyampaian produkjasa hingga konsumen akhir atau pemakai, yaitu sistem tataniaga setelah dari petani dengan menggunakan fungsi- fungsi tataniaga atau aktivitas yang diperlukan untuk menyampaikan produkjasa yang berhubungan dengan nilai guna waktu, bentuk, tempat dan kepemilikan kepada konsumen dan kelembagaan atau perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam sistem tataniaga tersebut pengolah, distributor, broker, agen, grosir dan pedagang eceran. Fungsi-fungsi tataniaga dapat dikelompokkan menjadi fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran merupakan kegiatan yang Universitas Sumatera Utara memperlancar perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran terdiri atas fungsi penjualan dan fungsi pembelian. Fungsi fisik adalah semua tindakan yang berhubungan dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, kegunaan tempat , dan kegunaan waktu. Fungsi fisik meliputi kegiatan penyimpanan, pengolahan, dan pengangkutan. Fungsi fasilitas yaitu semua tindakan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggulangan resiko, fungsi pembiayaan, dan fungsi informasi pasar. Komoditas pertanian merupakan komoditas yang cepat rusak, maka komoditas pertanian harus cepat diterima oleh konsumen. Kondisi seperti ini memerlukan saluran tataniaga yang relatif pendek. Jika jarak antara produsen dengan konsumen semakin jauh, maka saluran tataniaga yang terbentuk pun akan semakin panjang. Karena adanya perbedaan jarak dari lokasi produsen ke konsumen, maka lembaga tataniaga diharapkan kehadirannya untuk membantu penyampaian barang dari produsen ke konsumen. Oleh sebab itu, dalam hal melancarkan penyampaian dan memindahkan barang-barang dari produsen ke pasar para konsumen peranan lembaga-lembaga tataniaga marketing institutions adalah demikan besar. Lembaga tataniaga merupakan segala usaha yang berkait dalam jaringan lalu lintas barang-barang di masyarakat, seperti halnya jasa-jasa yang ditawarkan oleh agen-agen atau perusahaan dagang, perbankan, perusahaan pengepakan dan peti kemas, perusahaan angkutan, usaha pertanggungan atau asuransi dan lain sebagainya. Perusahaan dagang, perusahaan pengepakan, perusahaan angkutan, perusahaan asuransi, kesemuanya memegang peranan dalam menyampaikan produk-produk itu ke pasar konsumen dengan menjamin sampainya produk- produk itu ke konsumen pasar tanpa ada kerusakan-kerusakan di samping waktu penyampaiannya yang tepat Kartasapoetra, 2002. Lembaga tataniaga yang berperan dalam proses penyampaian barang- barang dan jasa dari sektor produsen ke konsumen ini akan melakukan fungsi- fungsi tataniaga yang berbeda-beda pada tiap lembaga tataniaga dimana dalam penyampaian tersebut terdapat biaya tataniaga. Kemampuan menyampaikan hasil- Universitas Sumatera Utara hasil dari petani produsen ke konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan tataniaga barang itu merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi apabila ingin dianggap efisien dalam sistem tataniaga Mubyarto,1977. Margin pemasaran merupakan perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen. Komponen margin pemasaran terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang disebut dengan biaya pemasaran atau biaya fungsional dan keuntungan lembaga pemasaran Sudiyono,2004. Universitas Sumatera Utara Gambar 3. Grafik hubungan antara fungsi permintaan dan penawaran primer dengan fungsi permintaan dan penawaran sekunder terhadap margin tataniaga dan nilai margin tataniaga Sumber : Limbong dan Sitorus,1987 Keterangan : Pr = harga di tingkat pengecer Pf = harga di tingkat petani Q = julah keseimbangan di tingkat petani dan pengecer Berdasarkan grafik pada gambar di atas, dapat dilihat besarnya nilai margin tataniaga yang merupakan hasil perkalian antara perbedaan harga pada dua tingkat lembaga tataniaga dalam hal ini selisih harga eceran dengan harga petani dengan jumlah produk yang dipasarkan. Semakin besar perbedaan harga antara lembaga tataniaga yang terlibat, terutama antara harga yang terjadi di tingkat eceran dengan harga yang diterima petani, maka semakin besar pula margin tataniaga komoditi yang bersangkutan. Hal ini disebabkan banyak lembaga tataniaga yang terlibat sehingga biaya tataniaga meningkat dan akan diikuti P r P f M Kurva Penawaran Turu Kurva P Kurva Pe Kurva Permintaan Rp Unit Q Jumla A B Universitas Sumatera Utara peningkatan pengambilan keuntungan leh setiap lembaga tataniaga yang terlibat Limbong dan Sitorus,1987 Efisiensi Pemasaran untuk komoditas pertanian menurut Mubyarto 1986 dikatakan efisien apabila : 1. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya 2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi pemasaran. Pasar yang tidak efisien akan terjadi jika biaya pemasaran semakin besar dengan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Sedangkan efisiensi pemasaran terjadi jika : 1 harga pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran lebih tinggi, 2 persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi, 3 adanya kompetisi pasar yang sehat Soekartawi, 2002 . Harga adalah pertemuan antara penawaran dan permintaan. Terjadinya atau terciptanya harga adalah akibat adanya proses tawar menawar antara penjual produsen dan pembeli konsumen. Penjual menawarkan harga tertentu terhadap komoditinya sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan yang telah dilakukan penjual, dan pembeli menawarkan harga tertentu untuk komoditi bersangkutan sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan yang dimiliki pembeli. Bila terjadi kesesuaian harga antara harga yang ditawarkan penjual dengan harga yang diminta pembeli, maka saat itulah terjadi harga pasar dan kemudian transaksi dapat berlangsung. Elastisitas transmisi harga adalah perbandingan persentase perubahan harga di tingkat konsumen dengan persentase perubahan harga di tingkat produsen. Analisis transmisi ini memberikan gambaran bagaimana harga yang dibayar konsumen akhir ditransmisikan kepada petani produsen. Pada umumnya nilai elastisitas transmisi ini lebih kecil dari 1 satu, artinya pada volume dan Universitas Sumatera Utara harga input konstan maka perubahan nisbi harga di tingkat petani pengecer tidak akan melebihi perubahan nisbi harga di tingkat petani Sudiyono, 2004 . Kerangka Pemikiran Dalam jalur tata niaga bawang merah terdapat tiga pihak yang terlibat, yaitu petani sebagai penyedia komoditi, pedagang perantara, dan konsumen akhir. Ada beberapa saluran pemasaran produk pertanian yang ditujukan untuk segmen pasar konsumen, demikian juga dengan bawang merah. Beberapa petani atau produsen menjual langsung hasil panennya kepada konsumen. Ada juga produsen yang menjual hasil panennya kepada pedagang perantara. Panjang–pendeknya saluran pemasaran ini dilihat dari banyaknya jumlah pedagang perantara yang terlibat dalam saluran tersebut. Pedagang perantara yang terlibat mungkin menjalankan lebih dari satu fungsi pemasaran. Fungsi–fungsi pemasaran tersebut meliputi : fungsi pembelian, penjualan, pengangkutan atau transportasi, pergudangan atau penyimpanan serta kegiatan pendistribusian, penerapan standarisasi produk, penyediaan dana financing, penanggungan resiko, serta penyediaan informasi pasar. Dalam menjalankan fungsi–fungsi pemasaran, pedagang perantara memperoleh balas jasa berupa margin pemasaran yaitu selisih harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima produsen. Margin pemasaran ini oleh pedagang perantara dialokasikan di antaranya untuk biaya–biaya yang diperlukan lembaga pemasaran untuk melaksanakan fungsi pemasaran yang disebut biaya pemasaran atau biaya fugsional dan keuntungan lembaga yang terlibat di dalam penyampaiannya. Margin pemasaran ini akan mempengaruhi efisiensi pemasaran, dalam banyak hal semakin tinggi biaya pemasaran maka saluran pemasaran tersebut akan semakin tidak efisien. Elastisitas transmisi digunakan untuk menjelaskan perbandingan persentase perubahan harga di tingkat pengecer dengan persentase perubahan harga di tingkat produsen. Analisis elastisitas transmisi ini memberikan gambaran bagaimana harga yang dibayar konsumen akhir ditransmisikan kepada petani produsen. Secara sistematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran Tataniaga Bawang Merah Keterangan : : Menyatakan ada hubungan PRODUSEN MARGIN TATANIAGA Efisiensi Tataniaga Harga di tingkat konsumen FUNGSI DALAM TATANIAGA : 1. Fungsi Pertukaran a. Penjualan b. Pembelian 2. Fungsi Fisis a. Penyimpanan b. Pengangkutan 3. Fungsi Pelancar a. Standarisasi b. Permodalan c. Penanggung Resiko d. Informasi Pasar Harga di tingkat petani KONSUMEN PEDAGANG PERANTARA Elastisitas Transmisi Harga BIAYA TATANIAGA Universitas Sumatera Utara Hipotesis Penelitian Sesuai dengan latar belakang yang sudah diuraikan, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut : 1. Pembagian share margin merata di setiap pola tataniaga di daerah penelitian 2. Tataniaga bawang merah di daerah penelitian efisien e 1 3. Laju perubahan harga di tingkat produsen lebih kecil daripada laju perubahan harga di tingkat konsumen Elastisitas transmisi Et 1 Universitas Sumatera Utara METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara purposive yang artinya daerah yang dipilih berdasarkan pertimbangan dan alasan tertentu, yaitu Kabupaten Dairi karena Kabupaten Dairi merupakan sentra produksi terbesar kedua di Sumatera Utara setelah Kabupaten Simalungun dengan data sebagai berikut. Tabel 1 : Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Bawang Merah Menurut KabupatenKota Tahun 2011 No. Kabupaten Luas tanam Luas Panen Produksi Produktivitas Ha Ha Ton KwHa 1 Simalungun 418 420 5071 120,74 2 Dairi 295 294 2180 74,15 3 Samosir 223 217 1679 77,38 4 Toba Samosir 155 135 1298 96,16 5 Humbang Hasundutan 181 148 1123 75,87 6 Karo 98 97 953 98,26 7 Tapanuli Utara 107 52 61 11,77 8 Tapanuli Selatan 8 10 54 53,50 9 Padang Lawas Utara 1 9 23 25,78 10 Mandailing Natal 2 2 7 37,00 Jumlah 1488 1384 12449 89,95 Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara 2012 Kecamatan yang menjadi studi kasus adalah Kecamatan Silahisabungan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Silahisabungan adalah satu-satunya kecamatan yang mengusahakan bawang merah. Berikut ditampilkan data luas panen, produksi dan produktivitas bawang merah di Kabupaten Dairi. Universitas Sumatera Utara Tabel 2 : Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Bawang Merah Menurut Kecamatan Tahun 2011 di Kabupaten Dairi No. Kecamatan Luas Panen Produksi Produktivitas Ha Ton KwHa 1 Sidikalang ‐ ‐ ‐ 2 Berampu ‐ ‐ ‐ 3 Sitinjo ‐ ‐ ‐ 4 Parbuluan ‐ ‐ ‐ 5 Sumbul ‐ ‐ ‐ 6 Silahisabungan 294 2180 74,15 7 Silima Pungga‐ Pungga ‐ ‐ ‐ 8 Lae Parira ‐ ‐ ‐ 9 Siempat Nempu ‐ ‐ ‐ 10 Siempat Nempu Hulu ‐ ‐ ‐ 11 Siempat Nempu Hilir ‐ ‐ ‐ 12 Tigalingga ‐ ‐ ‐ 13 Gunung Sitember ‐ ‐ ‐ 14 Pegagan Hilir ‐ ‐ ‐ 15 Tanah Pinem ‐ ‐ ‐ Jumlah 294 2180 74,15 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Dairi 2012 Desa yang menjadi lokasi penelitian adalah seluruh desa di Kecamatan Silahisabungan, yaitu Desa Silalahi I, Desa Silalahi II, Desa Silalahi III, Desa Paropo dan Desa Paropo I. Berikut ditampilkan data luas panen, produktivitas dan produksi bawang merah di Kecamatan Silahisabungan : Universitas Sumatera Utara Tabel 3 : Luas Panen, Produktivitas, Produksi Bawang Merah Menurut Desa Tahun 2011 di Kecamatan Silahisabungan No. Desa Luas Panen Produksi Produktivitas Ha Ton KwHa 1 Silalahi I 79,41 585,48 73,97 2 Silalahi II 19,37 141,41 73,25 3 Silalahi III 85,75 640,74 74,96 4 Paropo 77,88 579,67 74,67 5 Paropo I 31,59 232,70 73,90 Jumlah 294,00 2180,00 74,15 Sumber : Kecamatan Silahisabungan Dalam Angka Tahun 2011, Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi Metode Penentuan Sampel Petani Produsen Populasi petani produsen dalam penelitian ini adalah petani yang menanam bawang merah di Desa Silalahi I, Desa Silalahi II, Desa Silalahi III, Desa Paropo dan Desa Paropo I, Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi. Berdasarkan hasil pra survei yang dilakukan peneliti, diperoleh data jumlah petani di 5 desa di Kecamatan Silahisabungan sebagai berikut : Tabel 4 : Jumlah Petani Bawang Merah di Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi 2012 No. Desa Jumlah petani KK 1 Silalahi I 142 2 Silalahi II 51 3 Silalahi III 182 4 Paropo 138 5 Paropo I 73 Jumlah 586 Sumber : Badan Penyuluh Pertanian Kec. Silahisabungan, Kabupaten Dairi 2012 Universitas Sumatera Utara Populasi petani bawang merah di daerah penelitian yang mencakup di 5 desa tersebut adalah sebanyak 586 KK. Untuk mendapatkan besar sampel yang diambil sebagai representasi dari populasi digunakan rumus Slovin sebagai berikut : Keterangan : n = besar sampel N = besar populasi e = nilai kritis batas ketidaktelitian yang diinginkan Sevilla, dkk., 1993 . Dengan nilai batas ketidaktelitian sebesar 10 , maka dengan menggunakan rumus di atas diperoleh sampel sebesar : 8 8 . n = 85 KK Sampel yang digunakan dalam penelitian sebesar 85KK dengan distribusinya pada masing-masing desa sebagai berikut : Tabel 5. Tabel Distribusi Jumlah Petani Sampel di Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi No. Desa Jumlah petani Jumlah Petani Sampel KK KK 1 Silalahi I 142 21 2 Silalahi II 51 7 3 Silalahi III 182 26 4 Paropo 138 20 5 Paropo I 73 11 Jumlah 586 85 Universitas Sumatera Utara Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Simple Random Sampling, artinya pengambilan sampel dari populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut Sugiyono, 2010 . Pedagang Perantara Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel pedagang yang digunakan adalah penelitian penelusuran tracer study. To trace artinya mengkuti jejak yang tidak lain adalah menelusuri. Arti kata menelusuri dapat diketahui bahwa kegiatan yang ada dalam penelitian ini adalah mengikuti jejak seseorang yang sudah pergi atau sesuatu yang sudah lewat waktu Arikunto, 2002. Penelusuran yang dilakukan berdasarkan informasi dari petani, maka diperoleh sampel pedagang pedagang sebagai berikut :  Sampel pedagang pengumul sebanyak 9 orang  Sampel pedagang besar sebanyak 2 orang  Sampel pedagang pengecer sebanyak 15 orang Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari petani dan pedagang dengan wawancara dan bantuan kuesioner. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari lembaga serta instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Dinas Pertanian Sumatera Utara, Bappeda Kabupaten Dairi, Dinas Pertanian Kabupaten Dairi, Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi, Camat Silahisabungan dan Badan Penyuluh Pertanian Kecamatan Silahisabungan yang memberi dukung terhadap pelaksanaan penelitian ini. Universitas Sumatera Utara Metode Analisis Data Untuk menjelaskan masalah 1 dan 2, digunakan analisis deskriptif yaitu dengan menguraikan : 1 saluran tata niaga yang dilalui mulai dari produsen petani bawang merah hingga ke konsumen akhir, 2 fungsi–fungsi tata niaga yang dilakukan oleh pedagang perantara dalam tata niaga bawang merah di daerah penelitian. Untuk menjelaskan masalah 3, digunakan analisis deskriptif dan untuk menghitung margin tata niaga dan distribusinya pada masing – masing lembaga perantara digunakan rumus sebagai berikut : Pr Keterangan : MP = Margin Tata Niaga Pr = Harga di tingkat pengecer Pf = Harga di tingkat petani produsen Bi = Biaya tiap lembaga perantara Ki = Keuntungan tiap lembaga perantara Universitas Sumatera Utara Share biaya SBi masing – masing lembaga perantara menggunakan model : Pr Keterangan : SBi = Share biaya tiap lembaga perantara Bi = Besar biaya lembaga perantara Pr = Harga di tingkat pengecer Pf = Harga di tingkat petani produsen Share keuntungan SKi masing – masing lembaga perantara menggunakan model : Pr Keterangan : SKi = Share keuntungan tiap lembaga perantara Ki = Besar keuntungan lembaga perantara Pr = Harga di tingakat pengecer Pf = Harga di tingkat produsen Share petani produsen Sf masing – masing lembaga perantara menggunakan model : Keterangan : Sf = Share produsen Pf = Harga di tingakat produsen Pr = Harga di itngkat pengecer Universitas Sumatera Utara Untuk analisis nisbah margin keuntungan, secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : Keterangan : I = keuntungan masing – masing lembaga tata niaga bti = biaya tata niaga masing – masing lembaga Untuk menyelesaikan masalah 4, dilakukan analisis efesiensi pola saluran tataniaga dengan menggunakan rumus : Keterangan : e = efisiensi tata niaga Z = keuntungan pedagang perantara Rp Zm = keuntungan petani Rp C = biaya tata niaga Rp Cm = biaya produksi Rp Saluran tata niaga dikatakan efisien jika : e 1 : efisien e ≤ 1 : tidak efisien Mustafid, 2002 . Untuk menyelesaikan masalah 5, dilakukan analisis elastisitas transmisi harga dengan menggunakan rumus : Keterangan : Etr = Elastisitas Transmisi Harga b = Koefisien regresi Pf = Harga di tingkat petani Pr = Harga di tingkat pengecer Universitas Sumatera Utara Kriteria pengukuran yang digunakan pada analisis transmisi harga adalah : 1 Jika Et = 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen sama dengan laju perubahan harga ditingkat produsen. Hal ini berarti bahwa pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku tataniaga adalah bersaing sempurna, dan sistem tataniaga yang terjadi sudah efisien. 2 Jika Et 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen lebih kecil dibanding dengan laju perubahan harga di tingkat produsen. Keadaan ini bermakna bahwa pemasaran yang berlaku belum efisien dan pasar yang dihadapi oleh pelaku tataniaga adalah bersaing tidak sempurna, yaitu terdapat kekuatan monopsoni atau oligopoli. 3 Jika Et 1, maka laju perubahan harga di tingkat produsen. Pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku pasar adalah pelaku tidak sempurna, yaitu terdapat kekuatan monopoli dan oligopoli dalam sistem pemasaran tersebut serta sistem pemasaran yang berlaku belum efisien. Sudiyono,2004 . Universitas Sumatera Utara Definisi dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut : Definisi 1 Petani bawang merah adalah petani yang mengusahakan tanaman bawang merah baik secara komersial maupun sebagai sampingan minimal selama 5 tahun terakhir 2 Tata niaga bawang merah adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan penyampaian produksi fisik tanaman bawang merah dari produsen ke konsumen akhir. 3 Lembaga tata niaga adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. 4 Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli bawang merah dari pedagang pengumpul dan pedagang besar dan menjualnya kepada konsumen 5 Pedagang pengumpul adalah pedagang yang membeli bawang merah dari petani dan menjualnya ke pedagang besar dan pedagang pengecer 6 Pedagang besar adalah pedagang yang membeli bawang merah dari pedagang pengumpul dan menjualnya ke pedagang pengecer 7 Fungsi tata niaga adalah serangkaian kegiatan fungsional yang dilakukan oleh lembaga–lembaga tata niaga, baik aktivitas proses fisik maupun aktivitas jasa yang ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen akhir. 8 Biaya tata niaga adalah biaya yang dikeluarkan oleh setiap pedagang perantara dalam menyalurkan bawang merah dari produsen hingga ke konsumen akhir. 9 Margin tata niaga adalah perbedaan antara harga yang diterima petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. 10 Elastisitas transmisi harga adalah persentase perubahan harga di tingkat konsumen akhir dengan persentase perubahan harga di tingkat produsen. Universitas Sumatera Utara Batasan Operasional 1 Petani yang menjadi sampel adalah petani yang menanam bawang merah sebagai sumber pendapatan utama maupun sebagai sumber pendapatan sampingan 2 Hasil panen bawang merah yang diamati selama proses pendsitribusian adalah hasil panen yang dibeli pedagang pengumpul selama satu minggu. 3 Daerah penelitian adalah Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi 4 Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2014. Universitas Sumatera Utara DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Luas dan Letak Geografis Kecamatan Silahisabungan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Dairi. Kecamatan Silahisabungan memiliki luas wilayah sebesar 7562 km 2 terdiri dari 5 desa swasembada, yaitu Desa Silalahi II dengan luas 1819 km