Latar Belakang Masalah Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Lahatol: studi tentang pelaksanaan budaya Lahatol di Desa Haria, Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku T2 752009013 BAB I

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Maluku merupakan suatu masyarakat yang seluruh tatanan kehidupan sosialnya didasari oleh adat-istiadat atau tradisi yang terwariskan dari leluhur mereka. Haria, yang merupakan salah satu desa adat di pulau Saparua–Maluku, dalam kehidupan masyarakatnya mengembangkan pola hidup kekeluargaan atau dengan kata lain tatanan masyarakatnya didasarkan pada asas kekeluargaan. Pola hidup ini nampak dalam bentuk SOA kumpulan beberapa marga yang memiliki hubungan saudara. 1 Bagi masyarakat Haria, sikap hidup kekeluargaan ini dikenal dengan nama Lahatol yang berarti “persekutuan yang terjalin berdasarkan hubungan darah atau garis keturunan” yang memiliki prinsip satu rasa sehingga kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompok lebih banyak diletakan pada kepentingan bersama dalam satu matarumah. Lahatol muncul dan berkembang di desa Haria dilatarbelakangi oleh kehidupan masyarakat yang serba kekurangan. Berdasarkan sejarah, awalnya masyarakat Haria bertempat tinggal di Ruhunyo ujung pulau yang tertinggi, kemudian berpindah ke Amano tempat yang aman dan berpindah lagi ke suatu tempat yang bernama Amanohunyo ujung negeri yang aman. Sebagai sebuah masyarakat “nomaden”, keadaan hidup yang berpindah-pindah tempat membuat hidup masyarakat menjadi susah, maka sistem lahatol diciptakan untuk menjaga kelangsungan hidup keluarga dalam sebuah matarumah agar sistem kekeluargaan dapat terus terjaga dalam bentuk tolong-menolong–meringankan 1 Di desa Haria terdapat enam soa yaitu; Soa Lounussa, Soa Louhatu, Soa Tanarisa, Soa Peinimua Paimua, Soa Titasomi dan Soa Samalohy. Uraian lengkap tentang soa dapat dilihat di Bab III Tesis ini. 2 beban hidup keluarga. Saat peristiwa perang Pattimura masyarakat kembali lagi ke tempat yang sekarang ini, yakni Haria. 2 Dalam prakteknya Lahatol tidak terbatas pada satu matarumah saja saja tetapi dapat melibatkan kepala keluarga dari matarumah lain. Namun pelibatan keluarga dari matarumah dan soa lain tetap disadarkan pada pertimbangan hubungan darah akibat perkawinan antar individu dari soa yang berbeda. Karena itu, dalam lahatol kekeluargaan yang diikat oleh hububungan darah menjadi ukuran penting bagi praktek budaya lahatol pada masyarakat Haria. Dalam keseharian hidup, masyarakat mengganggap lahatol sebagai perisai dalam menyikapi sikap hidup masyarakat yang ingin menang sendiri, artinya dalam lahatol setiap individu keluarga memiliki kewajiban untuk membantu sesama saudara mereka. Dengan model seperti ini, maka praktek lahatol dapat dimaknai sebagai kegiatan meringankan beban hidup orang sudara. 3 Sikap hidup kekeluargaan memberikan makna bagi hidup itu sendiri sekaligus merupakan potensi yang membangun dan menghidupkan tatanan sosial yang harmonis. Dalam kehidupan bersama, lahatol lebih nampak pada saat pembangunan rumah dan acara perkawinan. Saat pembangunan rumah misalnya, diadakan kumpul orang basudara untuk membicarakan hal-hal yang menyangkut pembangunan rumah. Masing-masing kepala keluarga diberikan tanggung jawab untuk menanggung bahan-bahan material pada saat pembangunan, atau dengan kata lain memberikan sumbangan dalam bentuk materi dan 2 Hasil wawancara dengan bapak N. Hattu, seorang tua adat dari soa tanarisa, tanggal 20 oktober 2010 3 Hasil wawancara dengan bapak Empi Manuhutu, Ketua Saniri Negri Haria dan Mantan Sekretaris Negri Haria, tanggal 29 oktober 2010 Saniri adalah lembaga adat yang tugasnya menyusun peraturan, pendapatan dan belanja negridesa bersama pemerintah negri sekaligus mengontrol penerapan kebijakan pemerintah negridesa. 3 tenaga. Sama halnya dalam acara perkawinan juga diadakan kumpul orang sudara untuk membicarakan hal-hal yang terkait dengan acara perkawinan, dan menetapkan tanggungjawab setiap orang rumah tangga. Berdasarkan uraian di atas, maka lahatol merupakan suatu bentuk praktek budaya kebudayaan, yang merupakan warisan dari nenek moyang dan yang kini masih diwarisi oleh masyarakat. Budaya atau kebudayaan menurut Richard Nieburh adalah jumlah keseluruhan dari semua yang timbul secara spontan guna kemajuan hidup material dan sebagai suatu ekspresi dari kehidupan spiritual dan moril, pergaulan sosial dan ilmu pengetahuan. 4 Ada pula definisi lain yang mengatakan bahwa kebudayaan sebagai suatu keseluruhan dari kelakuan manusia yang diatur oleh tata kelakuan yang harus diperoleh dengan belajar dan semuanya tersusun serta tampak dalam perilaku manusianya. 5 Selanjutnya ditegaskan oleh Carles Kraf bahwa budaya adalah suatu sistem yang menyangkut seluruh cara berpikir sekelompok masyarakat sehingga mereka dipersatukan dan memberi sekelompok masyarakat bertindak bersama agar bertahan dan dapat mengungkapkan rasa dan keyakinan mereka serta mewujudkan kesenangan hidupn mereka. Sikap hidup kekeluargaan merupakan wujud dari adanya persekutuan hidup yang didasarkan pada hubungan darah, marga, kelompok, suku, negeri, keturunan, dan matarumah. 6 Lahatol yang merupakan budaya masyarakat desa Haria mengkonfirmasikan pola keterikatan kekerabatan dalam marga dan dalam hubungan darah. Pola hidup dalam 4 Richard Nieburh, Kristus dan Kebudayaan, Jakarta: Petra Jaya, 1949, 36 5 Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002, 9 6 Ibid, 27 4 ikatan selalu diwarnai dengan saling memberi bagi keluarga yang mengalami kesusahan atau kekurangan. Sikap dan keprihatinan terhadap kebutuhan yang dialami oleh setiap keluarga memikul beban bersama sangat nampak jelas dan hidup peranan adat dan tradisi di Maluku, sehingga apapun keadaan suatu keluarga dengan segala kekurangannya dari segi materi, namun demi kepentingan persaudaraan maka saudaranya akan turut mengambil bagian di dalam hal berusaha sekuat-kuatnya memikul tanggung jawab bersama. P. Tanamal berpendapat bahwa sikap hidup kekeluargaan dilihat sebagai sikap hidup “toleransi” artinya sikap aktif memikul tanggung jawab bersama. 7 Hal tersebut mencerminkan eksistensi dari pribadi dan kebersamaan untuk mengambil bagian dalam kata dan perbuatan manusia. Disadari bahwa sikap hidup kekeluargaan sangat diperlukan bagi pengembangan hidup besama. Itu berarti dalam mengembangkan pola hidup bersama solidaritas diakonal menjadi unsur penting sehingga setiap orang tidak hanya mementingkan dirinya sendiri melainkan memiliki keberpihakan dan ikut serta memikirkan dan menanggung beban orang lain–saudaranya dalam wujud kerja sama. Kerja sama merupakan penggabungan tenaga dan ketrampilan dalam penyelesaian pekerjaan yang tidak terjangkau oleh kekuasaan perorangan atau keluarga dan dalam pelaksanaannya tidak terkait dengan adat. 8 Begitu pula lahatol dilaksanakan dalam bentuk persekutuan atau kelompok orang basudara yang selalu aktif memikul beban bersama dalam suka maupun duka, didasarkan pada nilai-nilai adat yang diikat oleh hubungan darah. Sekalipun demikian, dalam prakteknya lahatol sedang mengalami proses “dilupakan” oleh sebagian masyarakat. 7 P. Tanamal, Pengabdian dan Perjuangan, Ambon: OFFSET PNRI, 1985, 10 8 Frank F. Cooley, Mimbar dan Tahkta, Jakarta: Pustaka Seminar Harapan, 1987, 88 5 Dikatakan sebagain masyarakat, sebab dalam sejarah perkembangannya, lahatol mulai mengalami proses “dilupakan” oleh sebagian masyarakat lainnya. Yang dimaksudkan dengan “dilupakan” adalah proses atau praktek lahatol tersebut dalam kehidupan bersama, tetapi sebagai sebuah nilai, ‘dia’ masih terus diingat oleh para pewarisnya. Jadi ada kesan bahwa masyarakat sadar akan nilai kebersamaan, kekeluargaan, tolong-menolong, dan kerjasama yang ada dalam lahatol, namun dalam prakteknya terkadang tidak dilakukan, akibat berbagai faktor. Misalnya saja karena secara ekonomi sudah mapan sehingga lahatol terkadang tidak dilakukan ketika keluarga tersebut melakukan sebuah hajatan. Bergulirnya zaman membuat keadaan dan suasana berubah dengan adanya perkembangan berbagai gagasan, nilai serta pandangan baru, seperti modernisasi, materialisme dan individualisme. Perkembangan ini diduga berkontribusi pada lemahnya atau kurang berfingsinya praktek lahatol dalam kehidupan masyarakat Haria. Sebab sebagian warga masyarakat cenderung hidup untuk dirinya, pola kerjasama lewat “kumpul sudara” menjadi tidak terlalu bermakna, karena setiap acara, kegiatan, pekerjaan, dan tanggungan bersama digantikan oleh keputusan membayar tenaga orang lain. Terhadap kenyataan yang memprihatinkan ini maka peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih jauh pemahaman serta nilai-nilai yang terkandung dalam lahatol bagi masyarakat Haria dengan rumusan judul tesis, yakni : “ LAHATOL ” Studi terhadap Pelaksanaan Budaya Lahatol Di Desa Haria, Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku 6

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65