Siti Aminah Solihati, 2014 Pengaruh Kompetensi Profesional dan Kompetensi Pedagogik Pembimbing Terhadap Mutu Proses
Praktek Kerja Industri dan Sikap Kewirausahaan Siswa SMK Al-Huda Sariwangi Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan
rendah Arikunto, 2010, hlm. 213. Untuk mengetahui daya pembeda soal digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan : J
A
= Banyak peserta kelompok atas J
B
= Banyak peserta kelompok bawah B
A
= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar B
B
= Banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal benar Klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.9
Tabel 3.9 Klasifikasi Daya Pembeda
Koefesien Korelasi Kriteria
DP 0.00 Sangat jelek
0.00 – 0.19
Jelek 0.20
– 0.39 Cukup
0.40 – 0.69
Baik 0.70
– 1.00 Sangat baik
Arikunto, 2010, hlm. 218 Data hasil uji coba kemudian diuji daya pembedanya. Tabel 3.10
menunjukkan hasil perhitungan daya pembeda yaitu variabel kompetensi profesional X1 dan variabel kompetensi pedagogik X2.
Tabel 3.10 Hasil Daya Pembeda Instrumen
Kriteria Variabel X1 Item Soal
Variabel X2 Item Soal
Siti Aminah Solihati, 2014 Pengaruh Kompetensi Profesional dan Kompetensi Pedagogik Pembimbing Terhadap Mutu Proses
Praktek Kerja Industri dan Sikap Kewirausahaan Siswa SMK Al-Huda Sariwangi Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Sangat jelek -
- Jelek
2 -
Cukup 2
6 Baik
4 4
Sangat baik -
- Sumber : Lampiran 1
4. Tingkat kesukaran
Tujuan dari pengujian tingkat kesukaran adalah untuk mengetahui apakah soal tersebut termasuk kategori tidak terlalu mudah atau tidak
terlalu sukar. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal digunakan rumus:
Keterangan : P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Arikunto, 2010, hlm. 208
Indeks yang digunakan pada tingkat kesukaran ini dapat dilihat pada Tabel 3.11 sebagai berikut:
Tabel 3.11 Indeks Tingkat Kesukaran
Koefesien Korelasi Kriteria
0.00 – 0.29
Sukar 0.30
– 0.69 Sedang
0.70 – 1.00
Mudah
Arikunto, 2010, hlm. 210
Data hasil uji coba kemudian diuji tingkat kesukarannya. Tabel 3.12 menunjukkan hasil perhitungan tingkat kesukaran dengan tes
pilihan ganda dengan option benar maka nilainya 1 dan jika nilainya tidak sesuai dengan pilihan yang tepat maka nilainya 0. Variabel dengan
Siti Aminah Solihati, 2014 Pengaruh Kompetensi Profesional dan Kompetensi Pedagogik Pembimbing Terhadap Mutu Proses
Praktek Kerja Industri dan Sikap Kewirausahaan Siswa SMK Al-Huda Sariwangi Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
tes pilihan ganda yaitu variabel kompetensi profesional X1 dan variabel kompetensi pedagogik X2.
Tabel 3.12 Hasil Tingkat Kesukaran Instrumen
Kriteria Variabel X1 Item Soal
Variabel X2 Item Soal
Sukar 1
2 Sedang
3 8
Mudah 4
- Sumber : Lampiran 1
H. Teknik Analisis Data
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan sebab akibat keempat variabel dengan mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung antara
variabel kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik sebagai variabel eksogen, variabel endogen yang terdiri dari variabel antaraintervening Y
adalah mutu proses prakerin, serta variabel dependen Z yaitu sikap kewirausahaan, maka digunakan pengujian path analysis analisis jalur. Model
path analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung
seperangkat variabel eksogen terhadap variabel endogen. Dalam upaya untuk menjawab semua masalah penelitian, maka analisis
data dilakukan secara bertahap, yaitu sebagai berikut :
Tahap pertama mengolah skor tes untuk variabel kompetensi profesional dan variabel kompetensi pedagogik, kemudian mentransformasikan data
skala nominal menjadi skala interval. Tahap kedua dengan dibagi rata-rata dari skor masing-masing variabel mutu
proses prakerin dan sikap kewirausahaan kemudian mentransformasikan data skala ordinal menjadi skala interval. Hal ini perlu dilakukan mengingat
statistika parametrik mensyaratkan data minimal berskala interval, sebagaimana dapat dilihat pada lampiran 3.