PENGARUH MUTU LAYANAN PROGRAM TEACHER SELF EVALUATION TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN MUTU PROSES PEMBELAJARAN.

(1)

i

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PENGESAHAN ……….. ii

HALAMAN PERNYATAAN ……….. iv

ABSTRAK ………... v

KATA PENGANTAR ……….. vi

UCAPAN TERIMA KASIH ……… viii

DAFTAR ISI ……… xiii

DAFTAR TABEL ……… xvi

DAFTAR DIAGRAM ……….. xvii

DAFTAR GRAFIK ……….. xviii

DAFTAR GAMBAR ……… xix

DAFTAR LAMPIRAN ……… xx

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……… 6

C. Batasan Masalah ……….. 7

D. Rumusan Masalah ……… 8

E. Tujuan Penelitian ……….... 8

F. Manfaat Penelitian …..……….... 9

1. Manfaat Teoritis ……… 9

2. Manfaat Praktis ………. 10

G. Asumsi Dasar ……….. 10

H. Hipotesis ……….. 10

I. Metode Penelitian ……… 11


(2)

ii

BAB II KAJIAN TEORI ……… 12

A. Mutu dan Penjaminan Mutu Pendidikan ………... 12

1. Konsep Mutu ……….……….. 2. Pengertian Penjaminan…..………... 3. Penjaminan Mutu dalam Pendidikan ……… 4. Penjaminan dan Peningkatan Mutu Pendidikan ....……... 5. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan ……… 6. Program TSE dalam Kerangka Program Penjaminan dan Peningkatan Mutu Pendidikan ……….. 7. Evaluasi Diri Guru ……… 8. Hakikat Teacher Self Evaluation ……….. 9. Hakikat Pendampingan ……….. 10.Model Pendampingan Teacher Self Evaluation (TSE) LPMP Jawa Barat ... 12 15 16 18 19 21 27 31 35 38 B. Kompetensi Guru ……….………... 39

1. Hakekat Kompetensi Pedagogik ………..….. 39

2. Hakekat Kompetensi Sosial ….………...…... 47

3. Hakekat Kompetensi Kepribadian .……… 48

4. Hakekat Kompetensi Profesional …...………... 51

C. Konsep Mutu Proses Pembelajaran dan Kinerja guru …..…... 52

1. Indikator-indikator Mutu Proses Pembelajaran …………. 56

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Proses Pembelajaran ………. 57

D. Mutu Layanan ……….……… 61

1. Pengertian Mutu Layanan ……..………. 61

2. Dimensi Mutu Layanan ………...…..…………. 3. Mutu Layanan Program Teacher Self Evaluation LPMP Jawa Barat ……….. 63 66 E. Keterkaitan antara Mutu Layanan program, Kompetensi Pedagogik dan Mutu Proses Pembelajaran dalam Kerangka Program TSE ………... 67


(3)

iii

BAB III METODE PENELITIAN ………..….… 70

A. Pendekatan Penelitian ... 70

B. Populasi dan Sampel Penelitian... 70

C. Operasional Variabel ………..………... 71

D. Jenis dan Sumber Data ………...………. 76

E. Teknik Pengumpulan Data ……..…..………...…... 76

F. Instrumen Penelitian ……… 77

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ……….. 81

H. Teknik Analisis Data ………...………...………… 86

1. Uji Normalitas ……….. 86

2. Koding Data Mutu Layanan Program ………... 88

3. Analisis Deskriptif ………. 89

4. Analisis Regresi Sederhana ………... 89

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….… 93

A.Hasil Penelitian ... 93

1. Deskripsi Mutu Layanan Program TSE, Kompetensi Pedagogik, dan Mutu Proses Pembelajaran …..………… 2. Pengaruh Mutu Layanan Program TSE terhadap Kompetensi Pedagogik ……….. 3. Pengaruh Mutu Layanan Program TSE terhadap Mutu Proses Pembelajaran ……….. 4. Pengaruh Kompetensi Pedagogik terhadap Mutu Proses Pembelajaran ………. 94 109 111 113 B. Pembahasan ………. 115

1. Mutu Layanan Program Teacher Self Evaluation . ……... 2. Kompetensi Pedagogik Guru Peserta Program TSE ……. 3. Mutu proses Pembelajaran Guru Peserta Program TSE … 4. Pengaruh Mutu Layanan Program TSE terhadap Kompetensi Pedagogik ………..

115 119 121


(4)

iv

5. Pengaruh Mutu Layanan Program TSE terhadap Mutu Proses Pembelajaran ……….. 6. Pengaruh Kompetensi Pedagogik terhadap Mutu Proses

Pembelajaran ………..

124

126

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI …...…. 128

A. Kesimpulan ………. 128

B. Rekomendasi ………. 129

DAFTAR PUSTAKA ………. 132 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(5)

v

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Penjelasan Mekanisme TSE di Sekolah ……….. 34 Tabel 3.1 Populasi Penelitian ………. 71 Tabel 3.2 Operasional Variabel Mutu Layanan Program TSE (X) ..…….. 72 Tabel 3.3 Operasional Variabel Kompetensi Pedagogik Guru (Y1) …….. 74 Tabel 3.4 Operasional Variabel Mutu Proses Pembelajaran (Y2) ……….. 74 Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Variabel Mutu Layanan Program TSE …... 80 Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Uji Validitas ………..………... 83 Tabel 3.7 Kriteria Reliabilitas ………. 86 Tabel 4.1 Tingkat Mutu Layanan Dimensi Kehandalan ……….………... 94 Tabel 4.2 Tingkat Mutu Layanan Dimensi Daya Tanggap ………... 95 Tabel 4.3 Tingkat Mutu Layanan Dimensi Jaminan …….…….………... 97 Tabel 4.4 Tingkat Mutu Layanan Dimensi Empati …………...………... 98 Tabel 4.5 Tingkat Mutu Layanan Dimensi Bukti Fisik ……….………... 99 Tabel 4.6 Tabel Frekuensi Kompetensi Pedagogik……… 101 Tabel 4.7 Tabel Frekuensi Mutu Proses Pembelajaran …..……….. 106 Tabel 4.8 Kesimpulan Analisis Statistik ……….


(6)

vi

DAFTAR DIAGRAM

Halaman Diagram 4.1 Prosentase Tingkat Mutu Layanan Dimensi Kehandalan…... 95 Diagram 4.2 Prosentase Tingkat Mutu Layanan Dimensi Daya Tanggap.. 96 Diagram 4.3 Prosentase Tingkat Mutu Layanan Dimensi Jaminan …….. 97 Diagram 4.4 Prosentase Tingkat Mutu Layanan Dimensi Empati ……… 99 Diagram 4.5 Prosentase Tingkat Mutu Layanan Dimensi Bukti Fisik ….. 100 Diagram 4.6 Prosentase Perolehan Nilai Kompetensi Pedagogik ……….. 101 Diagram 4.7 Prosentase Sebaran Data Mutu Proses Pembelajaran ..…….. 107


(7)

vii

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 4. 1 Rata-rata Nilai Komponen Uji Kompetensi Pedagogik……… 102 Grafik 4.2 Rata-rata Nilai Indikator Kompetensi Pedagogik Komponen

Penguasaan Karakteristik Peserta Didik ……….. 103 Grafik 4.3 Rata-rata Nilai Indikator Kompetensi Pedagogik Komponen

Penguasaan Teori dan Prinsip-Prinsip Belajar ……… 104 Grafik 4.4 Rata-rata Nilai Indikator Kompetensi Pedagogik Komponen

Pengembangan Kurikulum ………. 105 Grafik 4.5 Rata-rata Nilai Komponen Variabel Mutu Proses

Pembelajaran ………... 107 Grafik 4.6 Rata-Rata Nilai Indikator Komponen Persiapan

Pembelajaran………... 108 Grafik 4.7 Rata-Rata Nilai Indikator Komponen Pelaksanaan


(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Proses Penjaminan Mutu ……….……… 17 Gambar 2.2 Mekanisme TSE di Sekolah ... 33 Gambar 2.3 Alur Kegiatan TSE tahun 2010 …... 38


(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Mutu Layanan Program ...

Lampiran 2 Kisi-kisi Instrumen Uji Kompetensi Padagogik ... Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Mutu Proses Pembelajaran ... Lampiran 4 Angket Mutu Layanan Program ... Lampiran 5 Instrumen Uji Kompetensi Pedagogik ... Lampiran 6 Instrumen Observasi Kelas ... Lampiran 7 Tabulasi Data Uji Coba ……… Lampiran 8 Hasil Uji Validitas Instrumen ……….. Lampiran 9 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ………...………. Lampiran 10 Tabulasi Data Hasil Koding Kepuasan Pelanggan ... Lampiran 11Tabulasi Data Hasil Uji Kompetensi Pedagogik ... Lampiran 12 Tabulasi Data Hasil Observasi kelas ... Lampiran 10 Surat-surat Penelitian ...


(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu unsur dalam indeks pembangunan manusia (human development index) yang dikembangkan oleh United Nations

Development Programs (UNDP). Unsur pendidikan dianggap sebagai indikator

kemajuan pembangunan sebuah masyarakat, di samping kesehatan dan daya beli masyarakat. Dengan posisi tersebut, pendidikan dianggap cukup strategis untuk dijadikan agenda pembangunan bangsa. Untuk itu seluruh potensi pendidikan hendaknya diarahkan pada pencapaian tingkat kemajuan pembangunan pendidikan yang mantap, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Pemerintah menyadari pentingnya pendidikan yang bermutu bagi bangsa Indonesia. Oleh karenanya, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Sejalan dengan hal itu, pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab I Pasal 1 yang menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara.

Selanjutnya untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu, pemerintah juga menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pada Bab I Pasal 1 no. 24 disebutkan bahwa


(11)

Lembaga Penjaminan mutu Pendidikan mempunyai tugas membantu Pemerintah Daerah dalam bentuk supervisi, bimbingan, arahan, saran, dan bantuan teknis kepada satuan pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan nonformal, dalam berbagai upaya penjaminan mutu satuan pendidikan untuk mencapai standar nasional pendidikan.

Lebih spesifik lagi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 07 tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan pada Pasal 3 bagian c menyebutkan bahwa fungsi LPMP adalah menyelenggarakan supervisi satuan pendidikan dasar dan menengah termasuk TK, RA atau bentuk lain yang sederajat dalam pencapaian standar mutu pendidikan nasional.

Dalam perjalanannya, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Barat terus mencoba melakukan inovasi-inovasi program dalam kerangka penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan. Penterjemahan tugas pokok dan fungsi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan dalam konteks LPMP Jawa Barat adalah dengan menyusun Program Teacher self Evaluation (TSE) sejak tahun 2008 s.d 2010. Mutu Pendidikan atau mutu sekolah seringkali tertuju pada mutu lulusan. Untuk menghasilkan mutu lulusan, sekolah harus memberikan pelayanan proses pendidikan yang bermutu pula. Lebih lanjut, terjadinya proses pendidikan yang bermutu sangat didukung oleh faktor-faktor penunjang proses pendidikan yang bermutu pula. Diantara faktor penunjang yang paling signifikan adalah ketersedian guru yang kompeten dan profesional yang dapat memberikan pelayanan proses pendidikan secara langsung pada peserta didik. Lembaga


(12)

Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Barat sepakat bahwa jantungnya peningkatan mutu sekolah adalah evaluasi diri sekolah, dan kata kunci dari evaluasi diri sekolah terletak pada evaluasi diri guru dan tenaga kependidikan lainnya. Berdasarkan hasil visitasi di hampir seluruh kabupaten/kota, rendahnya Proses Belajar Mengajar di kelas menjadi profil utama di setiap sekolah. Oleh karena itu, LPMP Jawa Barat menilai bahwa guru menjadi sasaran utama program evaluasi diri sekolah pada tahap awal, sehingga program ini difokuskan pada evaluasi diri guru (self-assessment of teacher).

Fokus Program Teacher Self Evaluation adalah membantu guru mencapai level kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi pedagogik dan kompetensi professional yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Standar Kompetensi Guru.

Seiring perkembangannya program Teacher Self Evaluation LPMP Jawa Barat senantiasa melakukan evaluasi kinerjanya dan melakukan perbaikan-perbaikan, baik dari sisi konten program maupun jasa layanan pendidikannya. Proses monitoring program dilakukan baik secara langsung melalui kunjungan oleh tim management Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Barat, atau melalui pengukuran hasil capaian program untuk empat kompetensi yang menjadi fokus pendampingan. Hasil uji melalui test kompetensi pedagogik dan profesional, pengisian instrumen evaluasi mandiri guru untuk kompetensi sosial dan kepribadian, serta observasi kelas untuk kompetensi pedagogik merupakan bahan dasar dalam melakukan kontrol mutu capaian program.


(13)

Disisi lain tuntutan mutu dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan dewasa ini terus meningkat. Masyarakat pendidikan sekarang tidak lagi terpaku pada dasar standar yang ditetapkan pemerintah semata, melainkan menuntut adanya mutu layanan yang ditentukan oleh kebutuhan masyarakat pendidikan itu sendiri. Fenomena ini berpengaruh pada mutu hubungan antara pemerintah dan masyarakat pendidikan.

Jika sebelumnya lembaga pemerintahan diposisikan lebih tinggi daripada masyarakat atau bahkan mungkin berperilaku seolah-olah pemerintahan adalah sistem yang tertutup, maka kini lembaga pemerintahan dan masyarakat memiliki posisi yang setara.

Hasil survey yang dilakukan oleh Lembaga Survey Indonesia (LSI) menunjukan penurunan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah. Tercatat pada Juli 2009 sebesar 85% kemudian turun menjadi 70% pada Januari 2010 dan Indo Barometer yang turun dari 90% pada Juli 2009 menjadi 75% pada Januari 2010 (Suryana, 2010).

Mengamati fakta ini, perlu disadari bahwa memberikan pelayanan publik yang bermutu merupakan salah satu media untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat tersebut. Pelayanan publik yang bermutu kepada masyarakat menjadi semakin penting untuk dilaksanakan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Parasuraman (Napitupulu, 2007 : 193), yaitu:

bahwa banyak pelayanan publik yang tidak bermutu sehingga konsumen tidak puas. Aktualisasi ketidakpuasan terhadap pelayanan yang tidak bermutu itu dapat diamati dari sikap dan perlilaku konsumen. Penyebab pelayanan yang tidak bermutu itu adalah adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang diterima masyarakat.


(14)

Dari pemaparan di atas lembaga pemerintahan seperti Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan sebagai penyedia layanan (service provider) publik khususnya dalam bidang peningkatan mutu pendidikan sebaiknya mempertimbangkan apa yang harus dipuaskan terhadap stake holder yaitu masyarakat pendidikan. Hal ini sangat penting karena apabila sebuah lembaga pemerintahan mengabaikannya maka akan terjadi kesenjangan antara mutu layanannya dengan harapan stake holder.

Sebagai salah satu lembaga pemerintahan yang memberikan pelayanan publik dalam bidang pendidikan dan telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat harus mampu memberikan layanan yang bermutu kepada salah satu stake holder terdekatnya, yaitu guru.

Selama pelaksanaan program ini Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Barat telah mencoba memberikan pelayanan terbaiknya dalam melakukan pendampingan bagi guru-guru dalam meningkatkan kompetensinya baik melalui pendampingan langsung maupun melalui instrument evaluasi mandiri guru. Untuk mengetahui pengaruh tingkat mutu layanan program Teacher Self Evaluation terhadap kompetensi guru dan mutu proses pembelajaran, maka peneliti merasa perlu untuk mengkaji hal tersebut.

Memperhatikan latar belakang tadi maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Mutu Layanan Program Teacher Self Evaluation terhadap Kompetensi Pedagogik dan Mutu Proses Pembelajaran”.


(15)

B. Indentifikasi Masalah

Kementerian Pendidikan Nasional dalam Rencana Strategis Jangka Menengah tahun 2009 – 2013 telah menetapkan point penting mengenai Pelayanan Publik bidang Pendidikan. Akses informasi pendidikan, mutu layanan bidang pendidikan dan akselerasi peningkatan mutu pendidikan menjadi dasar bagi setiap langkah yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang berada di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional. Berbagai usaha dilakukan Kementerian Pendidikan Nasional untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa ini melalui berbagai program.

Ketidak percayaan atau kekurang puasan publik terhadap pelayanan jasa di berbagai bidang menjadi suatu permasalahan tersendiri, tidak terkecuali bagi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan sebagai salah satu kepanjang tanganan pusat di daerah yang bertugas membantu pemerintah daerah dalam melakukan proses penjaminan mutu pendidikan. LPMP sudah seharusnya memikirkan strategi untuk perbaikan mutu pendidikan, untuk kemudian dituangkan ke dalam berbagai program penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan.

Tenaga Pendidik mendapatkan prioritas dalam proses perbaikan mutu berkelanjutan khususnya bagi Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan, dengan fokus utama adalah peningkatan empat kompetensi guru, yang pada akhirnya akan berpengarh terhadap mutu proses pembelajaran dan mutu lulusan.

Selama hampir delapan tahun Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Barat menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO di lingkungan kerjanya, mutu proses dalam penyelenggaraan program peningkatan mutu tentunya


(16)

mendapatkan perhatian dalam rangka kontrol kualitas sehingga lembaga pemerintahan seperti Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Barat mampu membuktikan bahwa pelayanan jasa bidang pendidikan yang diberikan mampu sesuai dan berdampak baik pada proses penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan, baik di tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, bahkan provinsi. Dari sekian banyak program penjaminan dan peningkatan mutu yang diselenggaran LPMP Jawa Barat, program Teacher Self Evaluation adalah program unggulan yang berfokus pada peningkatan kemampuan empat kompetensi guru.

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini dari permasalahan umum yang dihadapi lembaga pemerintahan atas ketidak puasan dan ketidak percayaan publik akan mutu layanan jasa yang diberikan serta dampak yang disebabkan dari layanan jasa tersebut adalah sangat luas, untuk itu perlu dilakukan pembatasan masalah baik secara metodologis maupun secara teroritis. Secara metodologis penelitian ini termasuk penelitian dengan pendekatan deskritif didukung data kuantitatif. Mutu Layanan Program Penjaminan dan Peningkatan Mutu Pendidikan yang menjadi variabel bebas dalam penelitian adalah mutu layanan program Teacher Self Evaluation sebagai program unggulan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Barat sejak tahun 2008. Dari keempat kompetensi yang menjadi sasaran peningkatan kompetensi guru peserta program Teacher Self Evaluation yang


(17)

digunakan sebagai variabel terikat adalah kompetensi Pedagogik, serta mutu proses pembelajaran.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka (permasalahan

umum) permasalahan penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana mutu layanan program Teacher Self Evaluation yang diselenggarakan LPMP Jawa Barat?

2. Bagaimana kompetensi pedagogik guru-guru peserta program Teacher Self Evaluation?

3. Bagaimana mutu proses pembelajaran guru-guru peserta program Teacher Self Evaluation?

4. Bagaimana pengaruh mutu layanan program Teacher Self Evaluation terhadap kompetensi pedagogik guru peserta program?

5. Bagaimana pengaruh mutu layanan program Teacher Self Evaluation terhadap mutu proses pembelajaran?

6. Bagaimana pengaruh kompetensi pedagogik guru peserta program Teacher Self Evaluation terhadap mutu proses pembelajaran?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :


(18)

1. Mengetahui bagaimana Mutu Layanan Program Teacher Self Evaluation 2. Mengetahui tingkat kompetensi pedagogik guru-guru program Teacher Self

Evaluation

3. Mengetahui mutu proses pembelajaran guru-guru program Teacher Self Evaluation

4. Menganalisis sejauh mana pengaruh mutu layanan program Teacher Self Evaluation terhadap kompetensi pedagogik guru.

5. Menganalisis sejauh mana pengaruh mutu layanan program Teacher Self Evaluation terhadap mutu proses pembelajaran.

6. Menganalisis pengaruh kompetensi pedagogik guru peserta program Teacher Self Evaluation terhadap mutu proses pembelajaran.

F. Manfaat penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dari kegiatan penelitian ini yakni manfaat dari segi teoritis dan praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pendidikan terutama yang berkaitan dengan mutu layanan program dalam kerangka penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti sejenis pada waktu yang akan datang terutama yang berkaitan dengan penjaminan mutu pendidikan khususnya mutu layanan program.


(19)

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan input bagi pengembangan kapasitas lembaga penyedia layanan program peningkatan mutu bagi tenaga pendidik seperti Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan.

b. Penelitian ini dapat menjadi pijakan dalam pengembangan program serupa, khususnya perbaikan program Teacher Self Evaluation LPMP Jawa Barat.

G. Asumsi Dasar

Asumsi dasar penelitian dipandang sebagai landasan teori atau titik tolak pemikiran yang digunakan dalam suatu penelitian, dimana kebenarannya diterima oleh peneliti. Dalam merumuskan asumsi dasar penelitian ini ditempuh melalui telaah berbagai konsep dan teori yang berkaitan dengan masalah penelitian sebagai berikut :

Teori Mutu Mutu Layanan

Bentuk Layanan Program (IHT, Diklat, Wshop, coaching and mentoring) Peningkatan Kompetensi

H. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan identifikasi masalah maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :


(20)

1. Mutu Layanan Program Teacher Self Evaluation secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap Kompetensi Pedagogik.

2. Mutu Layanan Program Teacher Self Evaluation secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap mutu proses pembelajaran.

3. Kompetensi Pedagogik secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap Mutu Proses Pembelajaran.

I. Metode Penelitian

Penelitian tentang Pengaruh Mutu Layanan Program Teacher Self

Evaluation terhadap Kompetensi Pedagogik dan Mutu Proses Pembelajaran

merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional atau hubungan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan instrumen kuesioner berupa angket yang diberikan kepada responden, serta dengan memanfaatkan data sekunder hasil pelaksanaan program.

J. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian dilakukan pada sekolah-sekolah binaan LPMP Jawa Barat peserta program yang tersebar di tiga kabupaten, yaitu : Kabupaten Majalengka, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Sukabumi. Sampel yang diambil adalah sampel jenuh atau sampel populasi, dimana semua populasi sebanyak 55 orang guru peserta program dijadikan sampel.


(21)

70 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survey dengan verifikatif atau korelatif. Kerlinger (Sugiyono, 2006 : 7) mengemukakan bahwa penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian relatif, distribusi dan hubungan antar variabel.

Sedangkan menurut Kountur (2003 : 108) “penelitian korelasi adalah penelitian yang melihat hubungan antara variabel. Dua atau lebih variabel diteliti untuk melihat hubungan yang terjadi diantara mereka tanpa coba untuk merubah atau mengadakan perlakuan terhadap variabel-variabel tersebut”.

Selanjutnya Kountur (2003) menyatakan penelitian korelasi pada umumnya digunakan apabila penelitian dimaksudkan untuk:

1. Memahami tingkah laku manusia. Melihat apakah variabel-variabel tertentu pada manusia berhubungan dengan variabel-variabel tertentu lainnya.

2. Membuat prediksi tentang kemungkinan yang akan terjadi. Apabila ada hubungan antara dua variabel, itu berarti jika variabel yang satu diketahui maka kita dapat membuat prediksi pada variabel yang satunya lagi.

B. Populasi dan Sampel

“Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu objek yang merupakan perhatian peneliti. Objek penelitian` dapat berupa mahluk hidup, benda-benda sistem atau prosedur, fenomena dan lain-lain” (Kountur, 2003 : 137).


(22)

Populasi dalam penelitian ini adalah guru perserta program Teacher Self Evaluation dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No Nama Sekolah Jumlah Peserta

1 SD Negeri Sindang Sari, Kabupaten Bandung Barat 11 orang 2 SD Negeri Parung Seah, Kota Sukabumi 10 orang 3 SMP Negeri 1 Sukahaji, Kabupaten Majalengka 34 orang

Total Populasi 55 orang

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh, yaitu semua populasi dijadikan sebagai sampel. Sebagaimana menurut Akdon, (2006; 106) sampel jenuh adalah apabila semua populasi digunakan sebagai sampel. Dengan demikian jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 55 orang.

C. Definisi Operasional dalam Penelitian

Variabel adalah gejala bervariasi, yang menjadi objek penelitian (Arikunto, 2002: 126). Sedangkan Sugiyono (2007:38) menyatakan bahwa :

Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau `kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua katagori, yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Pengertian kedua variabel tersebut menurut Sugiyono (2007:39) adalah:

1) Variabel Independent: variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus,


(23)

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat).

2) Variabel Dependent: sering disebut sebagai variabel out put, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah mutu layanan program TSE (X) sebagai variabel bebas (independent variabel), kompetensi Pedagogik (Y1) sebagai variabel terikat, dan mutu proses pembelajaran (Y2).

Untuk kepentingan penelitian dan agar mempermudah dalam penyusunan instrumen, berikut ini akan diuraikan operasional tiap variabel yang meliputi : variabel Mutu Layanan Program TSE (X), variabel kompetensi Pedagogik guru (Y1), dan variabel mutu proses pembelajaran (Y2).

Untuk lebih rincinya, Definisi Operasional penelitian ini diuraikan seperti pada Tabel 3.2 sampai dengan 3.4 berikut :

Tabel 3.2

Operasional Variabel

Mutu Layanan Program Teacher Self Evaluation

Variabel Defenisi Dimensi Indikator

Mutu Layanan (X) Ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan yang meliputi dimensi-dimensi kehandalan, Daya tanggap, Jaminan Kehandalan (reliability)

Kesesuaian desain program dengan kebutuhan peningkatan kompetensi guru

Kesesuaian materi program/bahan ajar dengan kebutuhan peningkatan kompetensi guru

Penguasaan bahan ajar pendampingan oleh fasilitator Variasi pemanfaatan media dan sarana oleh fasilitator Kemampuan fasilitator dalam penggunaan media dan sarana pendampingan


(24)

Variabel Defenisi Dimensi Indikator Empati, serta

Bukti fisik.

Kesesuaian metode pendampingan dengan kondisi di lapangan

Kerjasama antar fasilitator

Kesesuaian bahan ajar dengan kebutuhan peningkatan kompetensi guru

Keakuratan informasi dalam konten bahan ajar pendampingan

Daya Tanggap (responsiveness)

Pemberian kesempatan bagi peserta menyampaikan keluhan pelanggan

Kemampuan fasilitator untuk memberikan solusi terhadap keluhan yang ada

Ketanggapan fasilitator dalam memenuhi kebutuhan peserta

Kemudahan peserta menghubungi fasilitator Jaminan

(assurance)

Kejelasan program dalam proses sosialisasi

Kesesuaian pelaksanaan program dengan jadwal yang telah disepakati

Kepastian seluruh materi pendampingan tuntas disampaikan

Kepastian kedatangan fasilitator setiap kali pendampingan Kepastian fasilitator sesuai dengan bidang ajarnya Empati (empathy) Kesopanan fasilitator

Keramahan fasilitator Pemberian Motivasi Perhatian dari fasilitator

Pemberian waktu tambahan pendampingan Pemberian informasi tambahan kependidikan Bukti fisik

(tangibles)

Kerapihan penampilan Tertib administrasi

Kuantitas bahan Ajar pendampingan Kualitas Kemasan bahan ajar pendampingan Kelengkapan ATK peserta program


(25)

Tabel 3.3

Operasional Variabel Kompetensi Pedagogik Guru (Y1)

VARIABEL DEFENISI KOMPONEN INDIKATOR

Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik adalah kemampuan dan kecakapan seorang guru dalam bidang kependidikan dan keguruan. Bidang kependidikan meliputi kemampuan dalam mendidik, psikologi anak, mengenal karaktarestik dan potensi siswa. Sedangkan kemampuan dalam bidang keguruan meliputi penguasaan teori belajar, strategi/metode pembelajaran, proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

1.1 Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial budaya

1.2 Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu

1.3 Mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.

1.4 Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik

2.1 Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu. 2.2 Menerapkan berbagai pendekatan, strategi,

metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu

3. Mengembangkan kurikulum

yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu.

3.1 Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.

3.2 Menentukan tujuan pembelajaran yang diampu. 3.3 Menentukan pengalaman belajar yang sesuai

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diampu.

3.4 Memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran.

3.5 Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan

karakteristik peserta didik.

3.6 Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian.

Tabel 3.4

Operasional Variabel Mutu Proses Pembelajaran (Y2)

VARIABEL DEFENISI KOMPONEN INDIKATOR BUTIR

Mutu Proses Pembalajaran (Z) Mutu proses pembelajaran adalah kesesuaian penyelenggaraan pembelajaran dengan standar yang terdiri dari persiapan dan pelaksanaan pembelajaran.

1. Persiapan Pembelajaran

1.1 Menyusun Program Tahunan dan Semester

1.1.1. Mampu menganalisis kurikulum

1.1.2. Mampu mengidentifikasi materi pokok dari kurikulum 1.1.3. Mampu mengelola waktu

sesuai dengan kalender akademik


(26)

VARIABEL DEFENISI KOMPONEN INDIKATOR BUTIR

Silabus kompetensi dan Kompetensi Dasar berdasarkan standar isi dan Standar kompetensi lulusan

1.2.2. Memilih materi pokok 1.2.3. Merumuskan Indikator 1.2.4. Menentukan strategi

pembelajaran

1.2.5. Merumuskan pengalaman belajar/ Kegiatan pembelajaran 1.2.6. Menentukan sumber belajar,

media & alat peraga

1.2.7. Menentukan sistem penilaian 1.2.8. Menentukan alokasi waktu 1.3 Menyusun

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

1.3.1. Mengidentifikasi sekolah 1.3.2. Merumuskan tujuan

pembelajaran

1.3.3. Menentukan materi ajar dan sub materi yang sesuai dengan SK dan KD

1.3.4. Merumuskan metode pembelajaran

1.3.5. Menyusun langkah-langkah pembelajaran

1.3.6. Menentukan alat, bahan dan sumber belajar

1.3.7. Menentukan alat penilaian

2. Pelaksanaan Pembelajaran

2.1 Kegiatan Pendahuluan

2.1.1. Membuka pelajaran 2.1.2. Menyampaikan tujuan 2.1.3. Melakukan apersepsi 2.2 Kegiatan Inti 2.2.1 Menyajikan Materi

2.2.1. Menggunakan metode/ strategi yang relevan 2.2.2. Menggunakan alat peraga/

media yang relevan 2.2.3. Memotivasi siswa 2.2.4. Mengorganisasikan siswa 2.2.5. Melakukan interaksi dengan

siswa

2.2.6. Menunjukkan sikap keteladanan

2.2.7. Mengelola penggunaan waktu secara tepat dan efektif

2.2.8. Memberikan penguatan 2.2.9. Melakukan penilaian proses 2.2.10. Memberikan kesempatan


(27)

VARIABEL DEFENISI KOMPONEN INDIKATOR BUTIR secara aktif 2.2.11. Mengintegrasikan

Pendidikan Kecakapan Hidup dalam mata pelajaran 2.3 Kegiatan

Penutup

2.3.1. Membimbing siswa dalam menyimpulkan

pembelajaran

2.3.2. Mengadakan evaluasi akhir 2.3.3. Memberikan tindak lanjut

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer, yaitu data yang berkaitan dengan variabel penelitian yang meliputi Mutu layanan program Teacher Self Evaluation tahun 2010. Semua data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui penyebaran kuesioner.

2. Data sekunder, yaitu data penunjang penelitian yang diperoleh baik dari hasil uji kompetensi Pedagogik dan observasi Proses Pembelajaran pada program Teacher Self Evaluation LPMP Jawa Barat Tahun 2010.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dipakai untuk pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara terstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan yang berupa kuesioner. Data primer dipergunakan dari responden dengan menggunakan kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil uji kompetensi Pedagogik program Teacher Self Evaluation tahun 2010, termasuk


(28)

hasil observasi PBM yang pernah dilakukan oleh tenaga fungsional (Widyaiswara) LPMP Jawa Barat.

Sebelum penyebaran kuesioner mutu layanan pada responden sebenarnya terlebih dahulu dilaksanakan questionare test, yaitu untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen. Pengujian validitas dan reliabilitas ini menggunakan program SPSS 13.0 for Windows Evaluation Version. Ink.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2004:97).

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur fenomena alam dalam penelitian ini adalah kuesioner atau daftar pertanyaan secara tertulis tersebut ditujukan untuk mengukur variabel yang akan teliti, yakni: Mutu Layanan Program yang dioperasionalkan ke dalam indikator-indikator, kemudian dijabarkan lagi ke dalam butir-butir pertanyaan. Sedangkan untuk variabel terikat kompetensi Pedagogik guru (Y1) dan mutu proses pembelajaran (Y2) instrumen yang telah digunakan adalah berupa tes uji kompetensi dan observasi proses belajar mengajar di kelas yang telah digunakan LPMP Jawa Barat dalam program Teacher Self Evaluation.

Adapun skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur mutu layanan program TSE adalah Skala Likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang


(29)

fenomena sosial (Sugiyono, 2004 : 86). Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun instrumen yang dapat berupa butir-butir pertanyaan atau pernyataan.

Skala likert mempunyai interval 1– 5. Untuk jawaban yang mendukung pertanyaan atau pernyataan diberi skor tertinggi dan untuk jawaban yang tidak mendukung pertanyaan atau pernyataan diberi skor terendah.

Prosedur penyusunan instrumen secara operasional dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Membuat indikator dari setiap dimensi pada variabel yang akan diteliti 2. Menyusun kisi-kisi tentang variabel mutu layanan program (X), sedangkan

instrumen-instrumen lain yang digunakan untuk mengukur variabel kompetensi Pedagogik guru (Y1) dan mutu proses pembelajaran (Y2) digunakan instrumen yang sudah ada di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan.

3. Merumuskan item-item pertanyaan dan alternatif jawaban. Kuesioner yang digunakan merupakan Kuesioner tertutup dengan 5 (lima) alternatif jawaban.

4. Menetapkan skala penilaian Kuesioner, tiap alternatif jawaban diberi skor 5 sampai dengan 1. Skor 5 untuk jawaban Sangat Baik, skor 4 untuk jawaban Baik, skor 3 untuk jawaban Cukup, skor 2 untuk jawaban Kurang, dan skor 1 untuk jawaban Buruk.


(30)

5. Melakukan uji coba instrumen, yang bertujuan untuk mengukur validitas dan reliabilitas instrument, yaitu mengetahui kekurangan-kekurangan pada item Kuesioner, berkaitan dengan redaksi maupun maksud yang terkandung dalam pernyataan item Kuesioner tersebut.

6. Melakukan validasi konstruksi pada ahli di bidangnya. 7. Melakukan dengan uji validitas dan reliabilitas instrument.

8. Menyusun instrument dengan hasil validasi dengan tidak mengikutsertakan instrument yang memiliki validitas rendah.

Adapun kisi-kisi instrumen untuk mengukur mutu layanan program diuraikan sebagai berikut :


(31)

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen

Mutu Layanan Program Teacher Self Evaluation

Variabel Dimensi Indikator Butir No Butir

Mutu Layanan (X) Kehandalan (reliability) Kehandalan Program

Kesesuaian desain program dengan kebutuhan peningkatan kompetensi guru

1

Kesesuaian materi program/bahan ajar dengan kebutuhan peningkatan kompetensi guru

2

Kehandalan Fasilitator

Penguasaan bahan ajar pendampingan oleh fasilitator

6

Variasi pemanfaatan media dan sarana oleh fasilitator

7

Kemampuan fasilitator dalam penggunaan media dan sarana pendampingan

8

Kesesuaian metode pendampingan dengan kondisi di lapangan

9

Kerjasama antar fasilitator 10 Kehandalan

bahan ajar

Kesesuaian bahan ajar dengan kebutuhan peningkatan kompetensi guru

25

Keakuratan informasi dalam konten bahan ajar pendampingan

26

Daya Tanggap (responsiveness)

Daya Tanggap Fasilitator

Pemberian kesempatan bagi peserta menyampaikan keluhan pelanggan

11

Kemampuan fasilitator untuk memberikan solusi terhadap keluhan yang ada

12

Ketanggapan fasilitator dalam memenuhi kebutuhan peserta

13

Kemudahan peserta menghubungi fasilitator 14 Jaminan (assurance) Kepastian Program

Kejelasan program dalam proses sosialisasi

3

Kesesuaian pelaksanaan program dengan jadwal yang telah disepakati

4

Kepastian seluruh materi pendampingan tuntas disampaikan

5

Kepastian Fasilitator

Kepastian kedatangan fasilitator setiap kali pendampingan

15

Kepastian fasilitator sesuai dengan bidang ajarnya

16

Empati (empathy) Sikap Fasilitator Kesopanan fasilitator 19 Keramahan fasilitator 20 Totalitas Dalam

Pelayanan

Pemberian Motivasi 17 Perhatian dari fasilitator 18

Pemberian waktu tambahan pendampingan

21

Pemberian informasi tambahan kependidikan 22 Bukti fisik (tangibles) Kerapihan fasilitator

Kerapihan penampilan 23 Tertib administrasi 24


(32)

Variabel Dimensi Indikator Butir No Butir Kuantitas dan

kualitas bahan ajar

pendampingan

Kuantitas bahan Ajar pendampingan 27 Kualitas Kemasan bahan ajar

pendampingan

28

Kuantitas dan kualitas ATK

Kelengkapan ATK peserta program 29 Kualitas ATK peserta program 30

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa kuesioner untuk mengukur mutu layanan dalam penelitian ini disusun dengan menggunakan skala likert, untuk setiap pertanyaan atau pertanyaan disediakan 5 (lima) alternatif jawaban.

Selanjutnya untuk menguji apakah instrument yang diajukan kepada responden valid dan reliabel, maka akan dilakukan pengujian melalui uji validitas dan uji reliabilitas. Berikut pemaparannya:

1. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen, Arikunto (2006: 63) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur (instrument). Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk menguji validitas atau alat ukur teresebut, terlebih dahulu dicari harga korealsi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorealsikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap butir. Adapun rumus yang digunakan untuk menguji validitas alat ukur (instrument) tersebut adalah

Pearson Product Moment. Berikut rumusan yang dimaksud:

r hitung = (∑ ) (∑ )(∑ )


(33)

Dimana:

r hitung = koefisien korealasi

∑ = jumlah skor item

∑ = jumlah skor total n = jumlah responden

Selanjutnya dihitung Uji-t dengan rumus: t hitung = √

√ , (Riduwan, 2004:110)

Dimana:

t = nilai thitung

r = koefisien korealsi hasil rhitung n = jumlah responden

Untuk membandingkan nilai thitung yang diperoleh, lihat distribusi (tabel t) dengan α = 0.005 dan derajat kebebasan (dk = n – 2). Adapun kaidah keputusan yang dipakai adalah sebagai berikut

a. Jika nilai thitung > ttabel berarti valid, b. Jika nilai thitung < ttabel berarti tidak valid.

Validitas dan reliabilitas instrumen Program TSE sudah melalui proses validitas, dalam penelitian ini peneliti menganggap seluruh instrumen sudah memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai. Validitas dan relibilitas yang


(34)

akan diuji yakni instrument yang dikembangkans sendiri oleh peneliti yakni instrument Mutu Layanan Program Teacher Self Evaluation (TSE).

Sedangkan validitas butir diperoleh hasil semua butir termasuk valid dengan criteria t hitung> t tabel =1,706. Uji validitas yang dilakukan untuk setiap butir pertanyaan kuesioner pada penelitian yang dilakukan menggunakan tehnik korelasi Pearson Product Moment. Untuk menguji validitas instrument tersebut, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur tersebut dengan skor total yang merupakan jumlah tiap butir (Riduwan, 2004 : 109).

Selanjutnya jika koefisien korelasi positf dan signifikan, maka butir yang bersangkutan valid, jika negatif dan non signifikan maka butir yang bersangkutan tidak valid dan akan dikeluarkan dari kuesioner atau digantikan dengan pertanyaan perbaikan. Berikut hasil perhitungan uji validitas dari butir-butir pertanyaan pada setiap variabel penelitian ini:

Tabel 3.6

Hasil Perhitungan Uji Validitas

No. Butir Keputusan Keterangan

Reliabilitas ( ) Validitas:

df = N- , df = 30- = 28

!"#$%& (5%, 26) = 1,706 Keputusan: Jika '

maka butir valid Jika ( maka butir tidak valid

1 3,383 1,706 valid

3,141 1,706 valid

6 4,530 1,706 valid

7 3,226 1,706 valid

8 2,738 1,706 valid

9 7,361 1,706 valid


(35)

25 6,541 1,706 valid

26 7,650 1,706 valid

Daya Tanggap ( )

11 3,498 1,706 valid

12 6,449 1,706 valid

13 6,523 1,706 valid

14 4,250 1,706 valid

Jaminan ( ))

3 2,774 1,706 valid

4 5,477 1,706 valid

5 5,971 1,706 valid

15 6,454 1,706 valid

16 6,346 1,706 valid

Empati ( *)

17 6,449 1,706 valid

18 6,391 1,706 valid

19 3,638 1,706 valid

20 4,765 1,706 valid

21 7,909 1,706 valid

22 6,187 1,706 valid

Bukti Fisik ( +)

23 7,701 1,706 valid

24 5,388 1,706 valid

27 5,554 1,706 valid

28 4,407 1,706 valid

29 2,998 1,706 valid

30 4,082 1,706 valid

2. Uji reliabilitas ini dilakukan pada seluruh pertanyaan (butir) yang valid. Metode yang digunakan untuk menguji reliabilitas adalah dengan


(36)

menggunakan metode Alpha Cronbach, yaitu menganalisa reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran. Berikut rumusan dari metode Alpha tersebut:

r11 = ,-- . . ,1 −∑ 11 2

3 ., (Riduwan, 2004:125)

Dimana:

r11 = nilai reliabilitas

∑ 12

13 = jumlah varians skor tiap-tiap butir

St = varians total k = jumlah butir

Untuk membandingkan nilai r11 yang diperoleh, maka lihat tabel r Product Moment dengan α = 0.05 dan derajat kebebasan (dk = n – 1). Adapun kaidah keputusan yang dipakai adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai r11 > r11 berarti reliabel, b. Jika nilai r11 < r11 berarti tidak reliabel.

Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan Pearson. Metode ini mencari reliabilitas internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran. Dengan menggunakan software SPSS 13.0 for Windows Evaluation Version. Ink., diperoleh hasil perhitungan reliabilitas instrument sebesar r=0,413 yang berarti memiliki reliabitas cukup.


(37)

Tabel 3.7 Kriteria Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Kriteria

0,81 - 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

0,61 - 0,80 Reliabilitas tinggi

0,41 - 0,60 Reliabilitas cukup

0,21 - 0,40 Reliabilitas rendah

0,00 - 0,20 Reliabilitas sangat rendah Guilford, J. P (2003)

Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa semua butir pertanyaan yang di uji validitas reliabilitas dengan menggunakan program SPSS 13.0 for Windows Evaluation Version. Ink. Dapat disimpulkan valid & reliabel.

Adapun uji coba instrumen penelitian ini menggunakan uji coba terpakai yakni responden saat uji coba penelitian adalah sama. Adapun pengujian validitas dan reliabilitas instrument, dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 13.0 for Windows Evaluation Version. Ink.

H. Teknik Analisis Data 1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan menggunakan program SPSS 13.0 for Windows Evaluation Version. Ink.

Hasil uji normalitas untuk data mutu layanan, data kompetensi Pedagogik dan mutu proses pembelajaran adalah sebagai berikut :


(38)

Dari table diatas menunjukkan hasil pengujian normalitas terhadap mutu layanan X ( reliablitas (X1) p(sig)=3,571(0,05),, daya tanggap (X2) p(sig)=3,751>α(0,05), jaminan (X3) p(sig)=3,806(0,05), empati (X4 ) p(sig)=3,979>α(0,05), dan bukti fisik (X5) p(sig)=3,693>α(0,05),) . Karena nilai p(sig ) masing – masing variable X >α(0,05), maka dapat dinyatakan bahwa sebaran data mutu layanan berdistribusi normal pada taraf signifikansi α=0,05.

Hasil pengujian normalitas terhadap kompetensi Pedagogik (Y), Karena nilai p(sig)=0,689>α(0,05), maka dapat dinyatakan bahwa sebaran data nilai kompetensi Pedagogik berdistribusi normal pada taraf signifikansi α=0,05.

Hasil pengujian normalitas terhadap mutu proses pembelajaran (Z), Karena nilai p(sig)=0,960.>α(0,05), maka dapat dinyatakan bahwa sebaran data nilai mutu proses pembelajaran berdistribusi normal pada taraf signifikansi α=0,05. Pada hasil di atas diperoleh nilai signifikansi z = 0,689 (p = 0,729 > α). Dengan demikian sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

55 55 55 55 55 55 55

3,9007 4,0305 4,0738 4,2469 3,9873 56,4264 77,0709 ,99203 ,88858 ,84682 ,62375 ,92641 14,76042 10,83984

,481 ,506 ,513 ,537 ,498 ,093 ,130

,300 ,331 ,341 ,391 ,320 ,093 ,084

-,481 -,506 -,513 -,537 -,498 -,057 -,130

3,571 3,751 3,806 3,979 3,693 ,689 ,960

,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,729 ,315

N

Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

X1 X2 X3 X4 X5 Y Z

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.


(39)

2. Koding Data Mutu Layanan Program

Data yang terkumpul melalui penyebaran instrumen angket kepuasan pelanggan adalah berupa data mentah yang berkaitan tentang harapan, kinerja dimensi-dimensi Mutu Layanan program. Hal ini sesuai pernyataan Parasuraman, Zeithami dan Berry (Tjiptono, 2004 : 99) menggunakan skala multi item yang diberi nama Teori servqual (service quality) yang dimaksudkan untuk mengukur harapan dan persepsi pelanggan dan kesenjangan (gap) yang ada di model mutu jasa. Artinya bahwa LPMP Jawa Barat akan sangat memuaskan atau bahkan sangat tidak memuaskan guru peserta program Teacher Self Evaluation apabila mutu layanannya sesuai ataupun tidak sesuai dengan harapan dan kebutuhan para guru tersebut. Sehinnga mutu layanan yang diterima oleh khalayak utama sebuah lembaga pemerintahan seharusnya sama dengan yang diharapkannya. Berikut adalah langkah-langkah proses tersebut:

a. Dilakukan penghitungan untuk perbandingan (gap) antara kualitas layanan yang dipersepsikan dan diharapkan oleh responden pada setiap butir-butir pertanyaan;

b. Dilakukan koding pada setiap gap tersebut dengan ketentuan sebagai berikut :

• Jika nilai gap berada pada angka <-0,5 sampai dengan maka nilai kodingnya adalah 5 (sangat puas);

• Jika nilai gap berada antara 0,49 s.d -0,5 maka nilai kodingnya adalah 4 (puas);


(40)

• Jika nilai gap berada antara 0,5 s.d 1,49 maka nilai kodingnya adalah 3 (cukup puas);

• Jika nilai gap berada antara 1,5 s.d 2,49 maka nilai kodingnya adalah (tidak puas);

• Jika nilai gap berada antara >2,5 maka nilai kodingnya adalah 1 (sangat tidak memuaskan).

3. Analisis Deskriptif

Analisis ini dipergunakan untuk memberikan gambaran umum mengenai data yang telah diperoleh. Gambaran umum ini bisa menjadi acuan untuk melihat karakteristik dari ketiga variabel yang diteliti yaitu variabel mutu layanan, variabel kompetensi Pedagogik guru dan variabel mutu proses pembelajaran, untuk variabel mutu layanan dilihat dari segi prosentase berdasarkan tingkat kepuasan pelanggan responden berdasarkan hasil koding, sedangkan untuk variabel kompetensi pedagogik guru dan variabel mutu proses pembelajaran analisis yang dipergunakan adalah melihat nilai minimum, maksimum, rata – rata dan standar deviasi kemudian dilakukan analisis frekuensi dan prosentase, untuk melakukan analisis frekuensi data dibagi menjadi beberapa kelas.

4. Analisis Regresi Sederhana

a. Pengaruh nilai mutu layanan (X) terhadap kompetensi Pedagogik (Y1)

Alat analisis ini digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas mutu layanan (X) secara simultan (bersama-sama dengan variabel terikat


(41)

nilai peningkatan kompetensi guru (Y). Rumus Regresi linier sederhana yang dipergunakan adalah sebagai berikut (J Supranto, 2001 : 57) :

Y = β0 + β1X + εi

Di mana :

Y = Kompetensi Pedagogik

β0 = Konstanta

X = Mutu Layanan

Berkenaan dengan analisis regresi linier berganda pada penelitian ini menggunakan program SPSS 13.0 for Windows Evaluation Version. Ink.

b. Pengaruh mutu layanan program (X) terhadap mutu proses pembelajaran (Y2)

variabel bebas mutu layanan (X) secara simultan (bersama-sama dengan variabel terikat mutu proses pembelajaran (Y2). Rumus Regresi linier sederhana yang dipergunakan adalah sebagai berikut (J Supranto, 2001 : 57) :

Z = β0 + β1X + εi

Di mana :

Z = Mutu Proses Pembelajaran

β0 = Konstanta

X = Mutu Layanan

Berkenaan dengan analisis regresi linier berganda pada penelitian ini menggunakan program SPSS 13.0 for Windows Evaluation Version. Ink.


(42)

c. Pengaruh Kompetensi Pedagogik (Y1) terhadap mutu proses

pembelajaran (Y2)

Variabel Kompetensi Pedagogik (Y1) secara simultan (bersama-sama dengan variabel mutu proses pembelajaran (Y2). Rumus Regresi linier sederhana yang dipergunakan adalah sebagai berikut (J Supranto, 2001 : 57) :

Z = β0 + β1Y + εi

Di mana :

Z = Mutu Proses Pembelajaran

β0 = Konstanta

Y = Kompetensi Pedagogik

Berkenaan dengan analisis regresi linier berganda pada penelitian ini menggunakan program SPSS 13.0 for Windows Evaluation Version. Ink.

5. Uji-F

Uji Anova atau F-test digunakan untuk memprediksi variabel – variabel mutu layanan dan secara simultan dapat dikatakan mempunyai hubungan terhadap variabel kompetensi guru. Adapun rumus yang dipergunakan adalah :

4 =( − 66 / (8 − ))/( − 8)

Dimana:

R = koefisien determinasi

k = banyaknya variabel bebas n = banyaknya sampel


(43)

Berkenaan Uji Anova atau F-test dalam penelitian ini pengujiannya menggunakan program SPSS 13.0 for Windows Evaluation Version. Ink.

I. Pengolahan Data

Untuk mengetahui makna dari data yang berhasil dikumpulkan, dilakukan analisis data. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data adalah:

1. Mengumpulkan data sekunder hasil uji kompetensi Pedagogik guru dan observasi kelas

2. Melakukan uji coba instrumen

3. Melakukan uji validitas dan reliabiltas

4. Menyusun kembali butir kuesioner yang memiliki validitas tinggi

5. Mengumpulkan data primer Mutu Layanan Program Teacher Self Evaluation melalui penyebaran kuesioner kepada responden yang sebenarnya

6. Mengolah hasil kuesioner Mutu Layanan Program 7. Melakukan Uji Normalitas untuk semua variabel 8. Melakukan analisis deskripsi

9. Melakukan analisis regresi liner berganda 10.Melakukan uji signifikansi melalui Uji-F 11.Melakukan uji hipotesis


(44)

128 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Mutu Layanan Program Teacher Self Evaluation pada umumnya dipersepsikan Baik oleh para responden. Dari kelima dimensi yang terdapat dalam mutu layanan program, dimensi kehandalan perlu mendapatkan prioritas perbaikan mengingat perolehan skor terendah terdapat pada dimensi ini.

2. Kompetensi pedagogik guru-guru peserta program berada pada kategori cukup baik, adapun komponen yang perlu mendapat prioritas perbaikan adalah komponen pengembangan kurikulum mengingat komponen ini memiliki skor paling rendah dibandingkan dengan komponen lainnya. 3. Mutu Proses Pembelajaran yang ditunjukkan oleh guru-guru peserta

program pada umumnya berada pada kategori cukup baik. Komponen pelaksanaan pembelajaran memperoleh hasil rata-rata terendah, untuk itu prioritas perbaikan hendaknya difokuskan pada komponen ini.

4. Mutu Layanan Program Teacher Self Evaluation Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Barat pada tahun 2010 berpengaruh secara signifikan terhadap kompetensi pedagogik guru-guru peserta program di 3 sekolah binaan LPMP Jawa Barat.


(45)

5. Mutu Layanan Program Teacher Self Evaluation Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Barat pada tahun 2010 berpengaruh secara signifikan terhadap mutu proses pembelajaran guru-guru peserta program di 3 sekolah binaan LPMP Jawa Barat.

6. Kompetensi Pedagogik berpengaruh secara signifikan terhadap mutu proses pembelajaran guru-guru peserta program Teacher Self Evaluation.

B. Rekomendasi

Berpengaruhnya mutu layanan program Teacher Self Evaluation terhadap kompetensi pedagogis dan mutu proses pembelajaran tentu saja diharapkan dapat menjadi evaluasi dan bahan masukan pengembangan program selanjutnya. Konsep perbaikan mutu berkelanjutan senantiasa menjadi prinsip dasar yang harus dimiliki oleh lembaga pemerintah penyedia layanan jasa. Berikut beberapa rekomendasi yang dapat peneliti sampaikan :

1. Berdasarkan hasil penelitian masukan prioritas peningkatan program dalam mutu layanan hendaknya dimensi Kehandalan menjadi perhatian, karena dimensi ini memperoleh nilai terendah diantara dimensi-dimensi lainnya dengan tingkat kepentingan yang paling tinggi menurut responden (guru-guru peserta program). Adapun yang termasuk ke dalam dimensi kehandalan ini adalah: kehandalan program, kehandalan layanan, dan kehandalan fasilitator. Bentuk perbaikan program pada dimensi kehandalan dapat dilakukan misalnya dengan cara melakukan kegiatan kajian program, melakukan kegiatan in house training bagi para fasilitator program.


(46)

Perbaikan mutu layanan prorgram dapat dilakukan juga melalui perbaikan manajemen penugasan karena seringkali para fasilitator dibebani oleh tugas yang berlebih sehingga terjadi overload pekerjaan.

2. Proses peningkatan kompetensi guru sudah pasti membutuhkan waktu yang lama dan berkesinambungan. Untuk itu tim pengembang program TSE hendaknya melakukan kajian yang lebih mendalam pendampingan untuk peningkatan kompetensi pedagogis baik secara teoritis maupun praktis secara simultan atau berkelanjutan. Khususnya untuk peningkatan kompetensi pedagogik guru, dapat difokuskan untuk mendampingi guru-guru secara langsung dalam proses pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

3. Mutu Proses Pembelajaran yang sebaiknya mendapat prioritas proses pendampingan adalah bagaimana seorang guru melakukan kegiatan penutup, yang termasuk didalamnya : membimbing siswa dalam menyimpulkan pembelajaran, mengadakan evaluasi akhir, memberikan tindak lanjut. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pendampingan langsung pada proses belajar mengajar, dengan fokus pendampingan pada bagian penutup.

4. Berpengaruhnya mutu layanan program Teacher Self Evaluation secara signifikan terhadap kompetensi pedagogik dan mutu proses pembelajaran tentu saja menuntut penyelenggara program untuk senantiasa meningkatkan mutu layanannya dalam kerangka penjaminan mutu. Dari kelima dimensi yang diangkat dalam penelitian ini, dimensi kehandalan direkomendasikan


(47)

untuk mendapat fokus perbaikan di masa yang akan datang, dengan tanpa mengabaikan dimensi-dimensi lainnya. Program Teacher Self Evaluation hanyalah sebagian kecil dari sekian banyak usaha yang dilakukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan yang juga dilakukan oleh lembaga-lembaga lain, hal ini tentu saja memberikan motivasi yang lebih bagi LPMP untuk senantiasa memberikan pelayanan yang maksimal untuk memenuhi tuntutan stake holder LPMP.


(48)

132

DAFTAR PUSTAKA

AIBEP (2008). Education Quality Assurance and Improvement System. Academic Paper, Jakarta

Akdon dan Sahlan Hadi, 2006. Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk

Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Arcaro, Jerome S. 2007. Pendidikan Berbasis Mutu; prinsip-prinsip perumusan

dan tata langkah penerapan. Yoyakarta: Pustaka Pelajar.

David Clutterbuck and Megginson. 1999. Techniques for Coaching and

Mentoring. [Online]. Tersedia : http://trainingzone.co.uk/item/10595 Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003,

Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen, Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun

2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 07 Tahun 2007, tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

Penjamin Mutu Pendidikan, Jakarta : Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 16 Tahun 2007, tentang Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Guru, Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 41 tahun 2007, tentang Standar Proses, Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 41 Tahun 2007, tentang Standar Proses, Jakarta: Depdiknas.

Hadis, A. dan B. Nurhayati. 2010. Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta.


(49)

Hanna Cabaj. 2001. Am I Teaching Well?: Self-Evaluation Strategies for Effective

Teachers. Philadelphia. Pippin Publishing.

Juran, Joseph. 1970. Consumerism and Product Quality.New York.

Kotler, Philip & Keller, Kevin Lane. 2007. Manajemen Pemasaran: Jilid Ke – ,

Bahasa Indonesia (Edisi Ke- 12). Jakarta. PT INDEKS Gramedia Group.

Kountur, Ronny. 2003. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi & Tesis

(Cetakan Ke-1) Jakarta: PPM.

Kriyantono, Rachmat . 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi (Cetakan Ke – 4), Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

LPMP Jawa Barat. (2008). Panduan Program TSE LPMP Jawa Barat. Bandung: tidak diterbitkan

LPMP Jawa Barat. (2008). Laporan Hasil Pelaksanaan Program Pelayanan

Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: tidak diterbitkan

Mulyasa, 2005. Menjadi Guru Profesional. Menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan. Bandung: Rosdakarya.

Morgan and Murgatroyd. 1994. Total Quality Management in the Public Sector:

An international perspective. Philadelphia: Open University Press.

Napitupulu, Pamin. 2007. Pelayanan Publik & Customer Satisfaction (Cetakan Ke-1). Bandung: PT. Alumni.

Nasution, M., Nur. 2004. Manajemen Jasa Terpadu. Bogor: Ghalia Indonesia.

Rasto. Kompetensi Guru. http://rasto.wordpress.com/2008/01/31/kompetensi-guru. Diakses pada 24 Maret 2011.


(50)

Riduwan. 2004. Metode & Riset Menyusun Thesis. Bandung: Alfabeta.

Rudd, P. and Davies, D. 2000. Evaluating in School Self-Evaluation.

http://www.scribd.com/doc/24545182. Diakses Pada 24 Maret 2011.

Robertson, Jan. 2000. Coaching Educational Leadership. London : SAGE Publications.

Rohani, Ahmad. 2010. Pengelolaan Pengajaran –Sebuah Pengantar Menuju

Guru Profesional- Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Saud, Udin S. 2009. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Penerbit Alfabeta. Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabeta.

Suhardan, D. 2010. Supervisi Profesional (Layanan dalam Meningkatkan Mutu

Pembelajaran di Era Otonomi Daerah). Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sunarto. 2003. Perilaku Konsumen. Yogyakarta: AMUS dan CV. Ngeksigondo Utama.

Supranto J. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Jakarta: Rineka Cipta.

Suryana, Mengkriminalisasi Rakyat. http://cuyana.multiply.com/journal. Diakses

pada tanggal 6 Nopember 2010.

Tjiptono, Fandi & Anastasia, Diana. 2003. Total Quality Management (TQM)

(Edisi Ke-5). Yogyakarta: ANDI.

Winarsih, Atik Septi & Ratminto. 2009. Manajemen Pelayanan (Cetakan Ke – 4) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yunus, Falah. Manajemen Peningkatan Mutut Pendidikan. http://www.geocities.com/guruvalah/Manaj_Pening_Mutu_Pend.html. Diakses pada tanggal 17 Mei 2011.

Dr. Istamar Syamsuri, M.Pd, Univeritas Negeri Malang, Makalah disampaikan dalam Lokakarya MIPAnet 2010,

The Indonesian Network of Higher Educations of Mathematics and Nanutal Sciences, tanggal 26-27 Juli 2010, di IPB, Bogor.


(1)

129

5. Mutu Layanan Program Teacher Self Evaluation Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Barat pada tahun 2010 berpengaruh secara signifikan terhadap mutu proses pembelajaran guru-guru peserta program di 3 sekolah binaan LPMP Jawa Barat.

6. Kompetensi Pedagogik berpengaruh secara signifikan terhadap mutu proses pembelajaran guru-guru peserta program Teacher Self Evaluation.

B. Rekomendasi

Berpengaruhnya mutu layanan program Teacher Self Evaluation terhadap kompetensi pedagogis dan mutu proses pembelajaran tentu saja diharapkan dapat menjadi evaluasi dan bahan masukan pengembangan program selanjutnya. Konsep perbaikan mutu berkelanjutan senantiasa menjadi prinsip dasar yang harus dimiliki oleh lembaga pemerintah penyedia layanan jasa. Berikut beberapa rekomendasi yang dapat peneliti sampaikan :

1. Berdasarkan hasil penelitian masukan prioritas peningkatan program dalam mutu layanan hendaknya dimensi Kehandalan menjadi perhatian, karena dimensi ini memperoleh nilai terendah diantara dimensi-dimensi lainnya dengan tingkat kepentingan yang paling tinggi menurut responden (guru-guru peserta program). Adapun yang termasuk ke dalam dimensi kehandalan ini adalah: kehandalan program, kehandalan layanan, dan kehandalan fasilitator. Bentuk perbaikan program pada dimensi kehandalan dapat dilakukan misalnya dengan cara melakukan kegiatan kajian program, melakukan kegiatan in house training bagi para fasilitator program.


(2)

Perbaikan mutu layanan prorgram dapat dilakukan juga melalui perbaikan manajemen penugasan karena seringkali para fasilitator dibebani oleh tugas yang berlebih sehingga terjadi overload pekerjaan.

2. Proses peningkatan kompetensi guru sudah pasti membutuhkan waktu yang lama dan berkesinambungan. Untuk itu tim pengembang program TSE hendaknya melakukan kajian yang lebih mendalam pendampingan untuk peningkatan kompetensi pedagogis baik secara teoritis maupun praktis secara simultan atau berkelanjutan. Khususnya untuk peningkatan kompetensi pedagogik guru, dapat difokuskan untuk mendampingi guru-guru secara langsung dalam proses pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

3. Mutu Proses Pembelajaran yang sebaiknya mendapat prioritas proses pendampingan adalah bagaimana seorang guru melakukan kegiatan penutup, yang termasuk didalamnya : membimbing siswa dalam menyimpulkan pembelajaran, mengadakan evaluasi akhir, memberikan tindak lanjut. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pendampingan langsung pada proses belajar mengajar, dengan fokus pendampingan pada bagian penutup.

4. Berpengaruhnya mutu layanan program Teacher Self Evaluation secara signifikan terhadap kompetensi pedagogik dan mutu proses pembelajaran tentu saja menuntut penyelenggara program untuk senantiasa meningkatkan mutu layanannya dalam kerangka penjaminan mutu. Dari kelima dimensi yang diangkat dalam penelitian ini, dimensi kehandalan direkomendasikan


(3)

131

untuk mendapat fokus perbaikan di masa yang akan datang, dengan tanpa mengabaikan dimensi-dimensi lainnya. Program Teacher Self Evaluation hanyalah sebagian kecil dari sekian banyak usaha yang dilakukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan yang juga dilakukan oleh lembaga-lembaga lain, hal ini tentu saja memberikan motivasi yang lebih bagi LPMP untuk senantiasa memberikan pelayanan yang maksimal untuk memenuhi tuntutan stake holder LPMP.


(4)

132

DAFTAR PUSTAKA

AIBEP (2008). Education Quality Assurance and Improvement System. Academic Paper, Jakarta

Akdon dan Sahlan Hadi, 2006. Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Arcaro, Jerome S. 2007. Pendidikan Berbasis Mutu; prinsip-prinsip perumusan dan tata langkah penerapan. Yoyakarta: Pustaka Pelajar.

David Clutterbuck and Megginson. 1999. Techniques for Coaching and Mentoring. [Online]. Tersedia : http://trainingzone.co.uk/item/10595

Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen, Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 07 Tahun 2007, tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan, Jakarta : Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007, tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007, tentang Standar Proses, Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007, tentang Standar Proses, Jakarta: Depdiknas.

Hadis, A. dan B. Nurhayati. 2010. Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta.


(5)

133

Hanna Cabaj. 2001. Am I Teaching Well?: Self-Evaluation Strategies for Effective Teachers. Philadelphia. Pippin Publishing.

Juran, Joseph. 1970. Consumerism and Product Quality.New York.

Kotler, Philip & Keller, Kevin Lane. 2007. Manajemen Pemasaran: Jilid Ke – , Bahasa Indonesia (Edisi Ke- 12). Jakarta. PT INDEKS Gramedia Group.

Kountur, Ronny. 2003. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi & Tesis (Cetakan Ke-1) Jakarta: PPM.

Kriyantono, Rachmat . 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi (Cetakan Ke – 4), Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

LPMP Jawa Barat. (2008). Panduan Program TSE LPMP Jawa Barat. Bandung: tidak diterbitkan

LPMP Jawa Barat. (2008). Laporan Hasil Pelaksanaan Program Pelayanan Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: tidak diterbitkan

Mulyasa, 2005. Menjadi Guru Profesional. Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosdakarya.

Morgan and Murgatroyd. 1994. Total Quality Management in the Public Sector: An international perspective. Philadelphia: Open University Press.

Napitupulu, Pamin. 2007. Pelayanan Publik & Customer Satisfaction (Cetakan Ke-1). Bandung: PT. Alumni.

Nasution, M., Nur. 2004. Manajemen Jasa Terpadu. Bogor: Ghalia Indonesia.

Rasto. Kompetensi Guru. http://rasto.wordpress.com/2008/01/31/kompetensi-guru. Diakses pada 24 Maret 2011.


(6)

Riduwan. 2004. Metode & Riset Menyusun Thesis. Bandung: Alfabeta.

Rudd, P. and Davies, D. 2000. Evaluating in School Self-Evaluation. http://www.scribd.com/doc/24545182. Diakses Pada 24 Maret 2011. Robertson, Jan. 2000. Coaching Educational Leadership. London : SAGE

Publications.

Rohani, Ahmad. 2010. Pengelolaan Pengajaran –Sebuah Pengantar Menuju Guru Profesional- Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Saud, Udin S. 2009. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Penerbit Alfabeta. Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabeta.

Suhardan, D. 2010. Supervisi Profesional (Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah). Bandung: Penerbit Alfabeta. Sunarto. 2003. Perilaku Konsumen. Yogyakarta: AMUS dan CV. Ngeksigondo

Utama.

Supranto J. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Jakarta: Rineka Cipta.

Suryana, Mengkriminalisasi Rakyat. http://cuyana.multiply.com/journal. Diakses pada tanggal 6 Nopember 2010.

Tjiptono, Fandi & Anastasia, Diana. 2003. Total Quality Management (TQM) (Edisi Ke-5). Yogyakarta: ANDI.

Winarsih, Atik Septi & Ratminto. 2009. Manajemen Pelayanan (Cetakan Ke – 4) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yunus, Falah. Manajemen Peningkatan Mutut Pendidikan.

http://www.geocities.com/guruvalah/Manaj_Pening_Mutu_Pend.html. Diakses

pada tanggal 17 Mei 2011.

Dr. Istamar Syamsuri, M.Pd, Univeritas Negeri Malang, Makalah disampaikan dalam Lokakarya MIPAnet 2010,

The Indonesian Network of Higher Educations of Mathematics and Nanutal Sciences, tanggal 26-27 Juli 2010, di IPB, Bogor.


Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK PEMBIMBING TERHADAP MUTU PROSES PRAKTEK KERJA INDUSTRI DAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK AL-HUDA SARIWANGI TASIKMALAYA.

1 5 59

PENGARUH KOMPETENSI PENGELOLAAN PEMBELAJARAN WIDYAISWARA TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN DI PUSDIKLAT GEOLOGI.

0 3 47

PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN TERHADAP MANAJEMEN PEMBELAJARAN SMA DI KABUPATEN.

1 6 61

KONTRIBUSI KOMPETENSI DAN MOTIVASI GURU TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN MOTORIK DI TK SE KOTA CIMAHI.

0 2 53

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PEMANFAATANMEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN.

0 2 49

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL TERHADAP MUTU PROSES PEMBELAJARAN :Studi terhadap guru SMKN di kabupaten Tabanan yang telah memiliki sertifikat pendidik profesional.

1 0 51

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KINERJA GURU TERHADAP MUTU PEMBELAJARAN DI SEKOLAH: Penelitian Survei tentang Pengaruh Kompetensi Pedagogik dan Kinerja Guru SD terhadap Mutu Pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Ria

1 3 102

PENGARUH KOMPETENSI PEGAWAI TERHADAP MUTU PROSES PELAKSANAAN KERJA DAN MUTU KINERJA PEGAWAI : Studi pada LPMP Provinsi Kalimantan Tengah.

0 3 77

PENGARUH PEMBINAAN GURU OLEH KEPALA SEKOLAH DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK TERHADAP MUTU PROSES PEMBELAJARAN : Penelitian Kuantitatif pada Sekolah Dasar di Kota Ternate.

0 0 65

View of PENGARUH KOMUNIKASI DAN KOMPETENSI PROFESIONAL TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN PENJASKES

0 0 12