PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK PEMBIMBING TERHADAP MUTU PROSES PRAKTEK KERJA INDUSTRI DAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK AL-HUDA SARIWANGI TASIKMALAYA.

(1)

SMK AL-HUDA SARIWANGI TASIKMALAYA

TESIS

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknologi Kejuruan

Oleh :

Siti Aminah Solihati 1201040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

Terhadap Mutu Proses Praktek Kerja Industri dan Sikap Kewirausahaan Siswa SMK Al-Huda Sariwangi Tasikmalaya

Oleh

Siti Aminah Solihati S.E UNSIL Tasikmalaya, 2004

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan

Kejuruan

© Siti Aminah Solihati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 10

A. Kompetensi Guru Pembimbing Prakerin ... 10

1. Pengertian Kompetensi Guru ... 10

2. Jenis-Jenis dan Aspek Kompetensi Guru ... 11

a. Kompetensi Pedagogik ... 11

b. Kompetensi Profesional ... 15

c. Kompetensi Kepribadian ... 17

d. Kompetensi Sosial ... 18

B. Mutu Proses Praktek Kerja Industri (Prakerin) ... 19

1. Konsep Mutu Pembelajaran ... 19

2. Pengertian dan Tujuan Prakerin ... 21

3. Tahap Pelaksanaan Prakerin ... 25

C. Sikap Kewirausahaan ... 26

1. Konsep Tentang Sikap ... 26

2. Konsep Dasar Kewirausahaan ... 28

D. Penelitian Terdahulu ... 34

E. Kerangka Pemikiran ... 35


(5)

Siti Aminah Solihati, 2014

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Objek Penelitian ... 39

B. Metode Penelitian ... 39

1. Metode Penelitian ... 39

2. Desain Penelitian ... 40

C. Operasional Variabel ... 40

D. Sumber Data dan Alat Pengumpulan Data ... 42

1. Sumber Data ... 42

2. Teknik Pengumpulan Data ... 43

E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 44

1. Populasi ... 44

2. Sampel ... 45

F. Jenis Data dan Sumber Data Penelitian ... 47

G. Pengujian Instrumen ... 47

1. Validitas Butir Soal ... 47

2. Reliabilitas Butir Soal ... 49

3. Daya Pembeda ... 50

4. Tingkat Kesukaran ... 51

H. Teknik Analisis Data ... 52

1. Perhitungan Skor Tes ... 53

2. Perhitungan Skor Rata-Rata ... 54

3. Uji Persyaratan Analisis Data ... 54

a. Uji Normalitas ... 54

b. Uji Multikolinearitas ... 55

c. Uji Heteroskedostisitas... 56

d. Uji Linieritas ... 56

4. Analisis Jalur (Path Analysis) ... 58

I. Rancangan Pengujian Hipotesis ... 60

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 64


(6)

a. Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 64

b. Komposisi Responden berdasarkan Latar Belakang Pendidikan ... 65

c. Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Tempat Prakerin ... 66

d. Komposisi Responden Berdasarkan Daerah Tempat Prakerin ... 66

2. Deskripsi Variabel Hasil Penelitian ... 67

a. Kompetensi Profesional (X1) ... 67

b. Kompetensi Pedagogik (X2) ... 71

c. Mutu Proses Praktek Kerja Industri (Y) ... 75

d. Sikap Kewirausahaan (Y) ... 78

3. Pengujian Hipotesis ... 81

a. Pengaruh Kompetensi Profesional Terhadap Mutu Proses Prakerin. 81 b. Pengaruh Kompetensi Pedagogik Terhadap Mutu Proses Prakerin.. ... 83

c. Pengaruh Kompetensi Profesional dan Kompetensi Pedagogik Terhadap Mutu Proses Praktek Kerja Industri Dan Sikap Kewirausahaan ... 83

B. Pembahasan ... 90

1. Gambaran Kompetensi Profesional Pembimbing di Dunia Usaha / Dunia Industri (DUDI) ... 90

2. Gambaran Kompetensi Pedagogik Pembimbing di Dunia Usaha/Dunia Industri (DUDI) ... 92

3. Gambaran Mutu Proses Praktek Kerja Industri (Prakerin)... 94

4. Gambaran Sikap Kewirausah Siswa SMK ... 95

5. Gambaran Kompetensi Profesional Pembimbing dan Kompetensi Pedagogik Pembimbing di Dunia Usaha/Dunia Industri terhadap Mutu Proses Prakerin ... 96

6. Gambaran Kompetensi Profesional Pembimbing dan Kompetensi Pedagogik Pembimbing di Dunia Usaha/Dunia Industri terhadap Mutu Proses Prakerin dan Sikap Kewirausahaan... 99

7. Matrik Hasil Penelitian ... 101


(7)

Siti Aminah Solihati, 2014

A. Kesimpulan ... 102

B. Implikasi ... 103

C. Rekomendasi ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106

LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Keadaan Alumni Smk Al-Huda Sariwangi Tasikmalaya………... 6

Tabel 3.1 Operasional Variabel………... 42

Tabel 3.2 Skor Item Pernyataan... 44

Tabel 3.3 Jumlah Responden………... 45

Tabel 3.4 Jenis Data dan Sumber Data... 47

Tabel 3.5 Kriteria Validitas Item…... 48

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Instrumen... 48 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 3.10 Tabel 3.11 Tabel 3.12 Tabel 3.13 Tabel 3.14 Tabel 3.15 Tabel 3.16 Tabel 3.17 Tabel 4.1 Tabel 4.2

Klasifikasi Reliabiltas………... Hasil Perhitungan Reliabilitas... Klasifikasi Daya Pembeda... Hasil Daya Pembeda Instrumen... Indeks Tingkat Kesukaran... Hasil Tingkat Kesukaran Instrumen... Kriteria Persentase Skor……… Rekapitulasi Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov……… Multikolineritas Variabel X1, X2 dan Y... Rekapitulasi Hasil Uji Heteroskedostisitas... Rekapitulasi Hasil Uji Linieritas……... Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... Latar Belakang Pendidikan Pembimbing Dunia Usaha/Dunia Industri...

49 49 50 51 51 52 53 54 55 56 57 65 65


(8)

Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13

Tabel 4.14

Jenis Tempat Prakerin…... Daerah Pemetaan Tempat Praktek Kerja Industri…... Perhitungan Skor Jawaban Variabel X1……… Tingkat Kompetensi Profesional... Perhitungan Skor Jawaban Variabel X2………. Tingkat Kompetensi Pedagogik... Perhitungan Skor Jawaban Variabel Y………... Tingkat Mutu Proses Praktek Kerja Industri (Prakerin)... Perhitungan Skor Jawaban Variabel Z……… Tingkat Sikap Kewirausahaan... Koefisien Jalur Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung, Pengaruh Total Tentang Pengaruh Kompetensi Profesional (X1) dan Kompetensi Pedagogik (X2) Terhadap Mutu Proses Prakerin dan Sikap Kewirausahaan (Z)……… Matrik Hasil Penelitian……….

66 67 68 71 72 75 76 78 79 81

89 101


(9)

Siti Aminah Solihati, 2014

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran………... 37 Gambar 3.1 Model Diagram Jalur Lengkap Hubungan Struktur X1, X2 dan Y

terhadap Z Model-1..……….. 60

Gambar 3.2 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9

Hubungan Struktur X1, X2 terhadap Y Model-2.. …..…..…….. Persentase Dsitribusi Skor Jawaban Variabel X1………... Gambaran Variabel X1 dan Capaian aspek-aspeknya……… Persentase Dsitribusi Skor Jawaban Variabel X2………... Gambaran Variabel X2 dan Capaian aspek-aspeknya……… Persentase Dsitribusi Skor Jawaban Variabel Y..………... Gambaran Variabel Y dan Capaian aspek-aspeknya……….. Persentase Dsitribusi Skor Jawaban Variabel Z………... Gambaran Variabel Z dan Capaian aspek-aspeknya……….. Hubungan Jalur X1, X2,Y dan Z……….…..……….

61 69 70 73 74 77 77 80 80 90


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tingkat Kesukaran (TK) dan Tingkat Pembeda (DP) Lampiran 2 Reliability Statistics

Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9

Validitas Uji Normalitas

Uji Multikolinieritas dan Uji Heteroskedostisitas Uji Linieritas

Uji Analisis Jalur Uji Analisis Jalur Uji Analisis Jalur


(11)

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan, kemajuan dari suatu individu bahkan masyarakat dapat tercapai. Pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan teknologi untuk menciptakan berbagai hal yang berguna untuk masyarakat. Konteks perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat Indonesia dewasa ini, daya saing bangsa tergantung pada pengetahuan dan keterampilan tenaga kerjanya dan untuk membuat tenaga kerja berpengetahuan serta berketerampilan tergantung pada kualitas pendidikan.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan satuan pendidikan kejuruan yang bertujuan menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja yang terampil dan mengutamakan kemampuan untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. Perkembangan teknologi yang sudah semakin maju, menuntut lulusan SMK harus terampil dan mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Prinsip bahwa tempat kerja sebagai tempat terbaik untuk pembelajaran kejuruan yang relevan tidak bisa diabaikan, kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang secara nyata dilaksanakan melalui penyelenggaraan pendidikan sistem ganda (PSG), yang diwujudkan dalam bentuk praktek kerja industri (Prakerin).

Praktek kerja industri merupakan suatu kegiatan belajar yang diikuti oleh siswa SMK sebagai wahana memantapkan hasil belajar sekaligus memberikan kesempatan memahami dan mendalami kemampuan hasil tersebut dalam keadaaan dan situasi kerja yang sesungguhnya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1997, hlm. 7) mengemukakan definisi praktek kerja industri sebagai berikut:

“Praktek kerja industri adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan sikron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja secara langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai tingkat keahlian profesional tertentu”.


(13)

Definisi diatas mengandung arti bahwa praktek kerja industri merupakan penyelenggaraan pendidikan yang merevansikan pendidikan-pendidikan keahlian di


(14)

sekolah antara program keahlian di dunia usaha dan dunia industri dengan cara siswa melaksanakan praktek langsung di perusahaan-perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan kemahiran dan keahlian peserta didik sesuai dengan bidang kejuruannya. Pendidikan berbasis ganda sesuai kebijakan link and match, mengharapkan agar kompetensi pendidikan kejuruan dilaksanakan di dua tempat. Sebagian kompetensi pendidikan dilaksanakan di sekolah, yaitu teori dan praktik dasar kejuruan dan sebagian lainnya dilaksanakan di dunia kerja, yaitu keterampilan produktif yang diperoleh melalui prinsip learning by doing.

Kegiatan praktek industri terbagi menjadi tiga tahap, yaitu; tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi (Djojonegoro, 1998, hlm. 112). Pelaksanaan Prakerin dan pencapaian tujuannya tidak lepas dari keberadaan guru di sekolah dan instruktur dari dunia usaha / dunia industri (DU/DI). Peran guru sebagai pelaksana perubahan sekaligus pelaksana pembelajaran pada tingkat kelas diharapkan dapat terealisasikan sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pembelajaran prakerin. Depdiknas (2005, hlm. 50) menjelaskan bahwa pembinaan keterampilan dan pengetahuan siswa merupakan tanggungjawab guru pembimbing. Guru dan instruktur diharapkan bisa sinergi dalam penyelenggaraan prakerin dalam membimbing, mengarahkan, melatih, memotivasi maupun melakukan evaluasi. Kerjasama yang sinkron dan dinamis antara guru sebagai pelaksana pembelajaran di sekolah dan instruktur sebagai pelaksana prakerin di dunia usaha / dunia industri akan menentukan mutu proses prakerin.

Kemampuan guru dan instruktur tetap memegang peranan kunci, oleh sebab itu program Pendidikan Menengah Kejuruan (SMK) akan dilaksanakan dengan kegiatan pokok peningkatan mutu dan relevansi, diantaranya melalui peningkatan mutu (Depdikbud, 1997, hlm. 19). Kemampuan guru dan instruktur dalam membimbing siswa prakerin ini banyak dipengaruhi berbagai aspek, seperti pengetahuan, pengalaman, minat, sikap, persepsi, wawasan latar belakang pendidikan dan faktor lingkungan lainnya.

Kompetensi merupakan perpaduan antara pengetahuan, keterampilan nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Sukmadinata (2004, hlm. 28-31) bahwa, kompetensi dapat dibedakan minimal ada lima macam


(15)

diantaranya, (1) kompetensi dasar, (2) kompetensi umum, (3) kompetensi akademik, (4) kompetensi vocational dan (5) kompetensi profesional .

Pencapaian kompetensi sangat dominan ditentukan oleh model pembelajaran yang dipergunakan, metode pembelajaran yang dipergunakan, media pembelajaran, kelengkapan sarana prasarana, kualitas interaksi antara guru dan peserta didik pada proses pembelajaran, kondisi sosial ekonomi, kondisi sekolah, lingkungan masyarakat, peran serta orang tua, standar mutu pelayanan, kebijakan pemerintah, dan stake holder. Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey) bagi para siswanya dalam upaya mencapai kompetensi (Mulyasa, 2006, hlm. 40). Sebagai pembimbing seorang guru harus mempunyai kompetensi (1) mengidentifikasi kondisi dan kebutuhan siswa, (2) merencanakan dan mengelola partisipasi siswa dalam pembelajaran baik fisik maupun mental, (3) merencanakan dan memberikan pembelajaran bermakna bagi kehidupan siswa, dan (4) merencanakan dan melaksanakan penilaian pembelajaran.

Guru dan instruktur adalah fasilitator pembelajaran prakerin, berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional (Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen; pasal 4), bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola pembelajaran atau memberikan pelayanan teknis sesuai dengan standar proses pembelajaran prakerin. Kompetensi guru yang meliputi; kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional, dalam aplikasinya untuk dapat menyajikan layanan pembelajaran yang sesuai dengan standar dan dinamika pelaksanaan pembelajaran prakerin.

Guru yang profesional sebagaimana yang telah diutarakan Surya (2003, hlm. 138) kompetensi profesional merupakan kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya. Guru yang memiliki kompetensi profesional keberhasilannya tidak akan sempurna apabila tidak disertai dengan kompetensi pedagogik. Sebagaimana yang dinyatakan Anwar (2004, hlm. 9) kompetensi pedagogik merupakan “kompetensi pengelolaan pembelajaran”. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan guru dalam merencanakan program


(16)

belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian. Jadi guru tidak hanya menjadi pengajar yang profesional, tapi bisa dikatakan sebagai pendidik yang profesional, karena tidak hanya mementingkan ketepatan metode, bertanggungjawab dengan pekerjaannya saja tapi juga mengarahkan dan memantau ketika proses pembelajaran berlangsung dan ketika diluar proses pembelajaran.

Sehubungan dengan kemampuan guru dalam prakerin, dalam pelaksanaan prakerin guru harus memiliki kompetensi profesional dalam prakerin adalah sebagai berikut:

1. Mampu mengorganisasikan program pembelajaran di SMK yang kondusif 2. Mampu memberi inovasi dan motivasi kerja kepada siswa

3. Mampu menguasai keahlian baik secara teknik maupun secara teoritis

4. Mampu menguasai emosi sehingga menjadi suri teladan oleh siswa dan kawan seprofesi

5. Mampu berkomunikasi dan berjiwa entrepreneurship.

Pelaksanaan prakerin memerlukan perencanaan secara tepat oleh pihak sekolah dan pihak industri, agar dapat terselenggara dengan baik, efektif dan efisien. SMK Al-Huda dalam memenuhi kebutuhan prakerin masih menemui beberapa kendala untuk melakukan perencanaan prakerin, diantaranya pada awalnya pihak administrasi prakerin kesulitan dalam mengolah data prakerin untuk menentukan jadwal prakerin dan tempat prakerin yang sesuai dengan kriteria siswa dan kualifikasi dari perusahaan. Berbagai keterbatasan yang dimiliki baik oleh pihak sekolah maupun siswa dapat menimbulkan ketidaksesuaian antara tempat prakerin dengan bidang keahlian siswa. Perbedaan yang mendasar antara sistem nilai yang berlaku di sekolah dengan yang berlaku di dunia kerja menuntut sekolah untuk benar-benar mempersiapkan siswanya sebelum masuk dunia kerja. Persiapan tersebut meliputi pengetahuan kerja, keterampilan kerja, sikap/budaya kerja, dan informasi tentang kebutuhan industri pasangannya tentang kemampuan dasar kerja yang harus dikuasai siswa sebelum diterjunkan dalam praktik di dunia kerja.

Guru pembimbing prakerin yang ditugaskan untuk memonitoring / memantau kegiatan siswa selama melaksanakan prakerin tidak hanya dari guru produktif, akan


(17)

tetapi dari guru non produktif bisa menjadi guru pembimbing prakerin. Pihak DU/DI kurang memahami bahwa peran SMK dengan adanya berbagai program keahlian, dapat memberikan pemahaman pentingnya suatu program keahlian tertentu yang dapat membantu dalam bidang pekerjaan di tempat DU/DI yang bersangkutan. Pelaksanaan penilaian dapat dilakukan secara langsung saat siswa melakukan aktifitas belajar dan secara tidak langsung melalui bukti hasil belajar melalui sikap dan perilaku siswa selama berada di tempat prakerin sesuai dengan kriteria kinerja berupa prestasi kerja, kehadiran dan disiplin, inisiatif dan kreatifitas (kemauan belajar), kerjasama, tanggung Jawab, sikap.

Kegiatan prakerin secara tidak langsung akan memberikan siswa pengalaman dalam dunia kerja, siswa diajarkan untuk bekerja dengan kemampuan sendiri sehingga mereka mendapatkan hasil yang sesuai dengan kemampuannya. Pengalaman bekerja yang diperoleh ini diharapkan akan menumbuhkan sikap siswa untuk bekerja sendiri dengan cara berwirausaha. Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku bahkan kadang-kadang kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu. Hal inilah yang menjadikan prediksi perilaku lebih kompleks. (Azwar, 2008, hlm. 11). Konsep dasar tersebut mengungkapkan bahwa perilaku individu pada dasarnya dilandasi oleh proses-proses psikis pada diri individu atau organisme di dalam lingkungan tertentu.

Winardi (2007, hlm. 197) mengemukakan tiga variabel yang mempengaruhi perilaku individu, yaitu variabel individual meliputi kemampuan-kemampuan, keterampilan-keterampilan, mental, latar belakang keluarga, kelas sosial, pengalaman-pengalaman dan demografik. Kemampuan, keterampilan dan mental yang dimiliki oleh seseorang dapat dibentuk melalui pendidikan/pembelajaran, baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun lembaga sekolah. Variabel psikologikal, meliputi persepsi, sikap, motivasi. Variabel keorganisasian, meliputi sumber-sumber daya, kepemimpinan, imbalan-imbalan, struktur dan desain pekerjaan. Lebih lanjut, Winardi (2007, hlm. 211) menjelaskan bahwa sikap adalah determinan perilaku.


(18)

Dengan demikian bahwa perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh sikap kewirausahaan.

Masalah kewirausahaan saat ini menjadi penting, jika ditelusuri dari siswa yang telah melaksanakan praktek kerja industri di SMK Al-Huda Sariwangi Tasikmalaya dapat dilihat bahwa sikap kewirausahaan sangat rendah, hal ini terlihat dari dari data berikut :

Tabel 1. 1

Keadaan Alumni Smk Al-Huda Sariwangi Tasikmalaya

No Program Keahlian

Tahun 2010/2011 Tahun 2011/2012 Tahun 2012/2013

B M W B M W B M W

1 TKJ

(Teknik Komputer Jaringan)

43 13 8 47 13 8 48 10 31

2 RPL

(Rekayasa Perangkat Lunak)

56 4 10 41 9 10 29 - 2

3 TSM

(Teknik Sepeda Motor)

- - - 40 7 - 37 2 10

4 Administrasi Perkantoran - - - 23 2 1 19 1 1

Jumlah 99 17 18 151 31 19 133 13 44

Sumber data: Rekapitulasi siswa SMK Al-Huda Sariwangi Tasikmalaya yang bekerja, melanjutkan dan berwirausaha.

Keterangan: B = Bekerja M = Melanjutkan W = Wirausaha

Berdasarkan data tersebut dapat dibuktikan bahwa sikap berwirausaha siswa Smk Al-Huda masih rendah dalam 3 tahun periode tamatan sejumlah 525 siswa, hanya 81 siswa yang berwirausaha.

SMK AL-Huda Tasikmalaya sebagai lembaga penanggungjawab dan penyelenggara pendidikan mempunyai peranan penting dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut semakin lama semakin berat seiring dengan meningkatnya keinginan masyarakat untuk


(19)

mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Peningkatan pelayanan harus diimbangi dengan meningkatnya mutu pelayanan dari pendidikan dan tenaga pendidikan.

SMK sebagai lembaga pendidikan yang menyiapkan tenaga kerja tidak hanya memfokuskan pada penyiapan tenaga kerja untuk mengisi lapangan pekerjaan di industri, dan harus siap mengisi lapangan pekerjaan pada sektor informal bahkan harus siap bila harus membuka usaha sendiri atau lapangan kerja bagi dirinya dan bagi orang lain. Sektor informal adalah lapangan pekerjaan yang memerlukan ketangguhan dalam persaingan baik kompetensi disiplin ilmunya maupun kompetensi bidang keahlian tertentu. Kegiatan pembelajaran baik di sekolah maupun di luar sekolah sebagai pusat kegiatan yang dapat dijadikan sebagai sarana berlatih dalam menyiapkan dari kemandirian atau kewirausahaan. Suherman (2008, hlm. 10), mengemukakan bahwa “kewirausahaan adalah sikap dan perilaku wirausaha. Wirausaha adalah orang yang inovatif, antisipatif, inisiatif, pengambil risiko, dan berorientasi laba”. Perilaku kewirausahaan tidak hanya mutlak harus dimiliki oleh orang- orang yang telah memasuki dunia usaha saja atau timbul ketika seseorang telah menjadi pengusaha. Karena hal ini ada pada setiap orang yang memiliki perilaku inovatif dan kreatif serta menyukai perubahan. Seperti yang dikemukakan oleh Suryana:

‘Dalam kehidupan sehari-hari masih banyak orang yang menafsirkan dan memandang bahwa kewirausahaan identik dengan apa yang dimiliki baru dilakukan usahawan atau wiraswasta. Pandangan itu tidaklah tepat karena jiwa dan sikap kewirausahaan (entrepreneurship) tidak hanya dimiliki usahawan akan tetapi dapat dimiliki oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif baik kalangan usahawan maupun masyarakat umum seperti petani, karyawan, pegawai, pemerintah, mahasiswa, guru dan pimpinan organisasi’. (Suryana, 2003, hlm.1).

Sekolah kejuruan dapat mengembangkan pengajaran yang mempersiapkan manusia-manusia wirausaha, diperlukan adanya pula sinergi, kerjasama yang efektif dan efisien antara sekolah, keluarga, masyarakat pemakai industri tenaga kerja, dan dunia ekonomi pada umumnya. Sinergi ini diharapkan terus menerus tumbuh dan berkembang dengan memiliki dasar mengembang ide dan meraih peluang sebanyak-banyaknya. Untuk menjadi seorang wirausahawan harus memiliki sikap mental berani tetapi dengan perhitungan yang matang sangat membantu keberhasilannya,


(20)

perolehan hasil pendidikan formal juga membantu, tetapi penelitian Schriciber, keberhasilan seseorang yang ditentukan oleh pendidikan formal hanya 15% dan selebihnya 85% ditentukan oleh sikap mental atau kepribadian. (Alma, 2007, hlm. 18 )

Dalam hal ini, sikap kewirausahaan tidak harus dimiliki oleh seorang pengusaha saja. Namun, alangkah lebih baik jika sikap kewirausahaan dimiliki oleh siapa saja untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupannya.

Berpedoman pada uraian di atas, perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai:

‘Pengaruh Kompetensi Profesional dan Kompetensi Pedagogik Pembimbing Terhadap Mutu Proses Praktek Kerja Industri dan Sikap Kewirausahaan SMK Al-Huda Sariwangi Tasikmalaya’.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh kompetensi profesional pembimbing terhadap mutu proses prakerin SMK Al-Huda Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya?

2. Bagaimana pengaruh kompetensi pedagogik pembimbing terhadap mutu proses prakerin SMK Al-Huda Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya?

3. Bagaimana pengaruh kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik pembimbing terhadap mutu proses prakerin SMK Al-Huda Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya?

4. Bagaimana pengaruh kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik pembimbing terhadap sikap kewirausahaan siswa SMK Al-Huda Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya?

5. Bagaimana pengaruh mutu proses prakerin terhadap sikap kewirausahaan siswa SMK Al-Huda Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya?

C. Tujuan Penelitian


(21)

1. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi profesional pembimbing terhadap mutu proses prakerin SMK Al-Huda Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya

2. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi pedagogik pembimbing terhadap mutu proses prakerin SMK Al-Huda Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya

3. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik pembimbing terhadap mutu proses prakerin SMK Al-Huda Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya

4. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik pembimbing terhadap sikap kewirausahaan siswa SMK Al-Huda Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya.

5. Untuk mengetahui pengaruh mutu proses prakerin terhadap sikap kewirausahaan siswa SMK Al-Huda Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian ini dapat dilihat secara teoritis maupun empiris. Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai pengaruh kompetensi profesional dan pedagogik terhadap mutu proses praktek kerja industri dan sikap kewirausahaan.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

a. Penelitian ini dapat memberikan informasi bermanfaat untuk pengambilan kebijakan bagi lembaga pendidikan dan pemerintah dalam meningkatkan mutu proses praktek kerja industri siswa SMK.

b. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya yang ingin meneliti topik yang sama.


(22)

c. Penelitian ini dapat dijadikan tambahan rujukan bagi guru pembimbing di sekolah maupun di Dunia Usaha/Dunia Industri untuk meningkatkan bimbingannya dalam proses kegiatan praktek kerja industri.

d. Penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan khususnya bagi pihak sekolah dalam mempersiapkan proses kegiatan prakerin dengan adanya proses pembekalan peserta didik sebelum kegiatan proses prakerin dilaksanakan.


(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Objek Penelitian

Penelitian ini menganalisis mengenai pengaruh kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik pembimbing terhadap mutu proses prakerin dan sikap kewirausahaan siswa SMK Al-Huda Sariwangi Tasikmalaya. Adapun subjek penelitian sebagai variabel eksogen adalah kompetensi profesional (X1) dan kompetensi pedagogik pembimbing (X2). Sementara variabel endogen yang terdiri dari variabel antara/intervening (Y) adalah mutu proses prakerin, serta variabel dependen (Z) yaitu sikap kewirausahaan. Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah instruktur (pembimbing dari dunia usaha/dunia industri) dan siswa SMK Al-Huda Sariwangi Tasikmalaya yang telah melaksanakan kegiatan prakerin.

B.Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Menurut Arikunto (2010, hlm. 10) :

Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian juga pemahaman akan kesimpulan penelitian akan lebih baik apabila disertai dengan table, grafik, bagan, gambar atau tampilan lain. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif.

Penelitian deskriptif menurut Travers, metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan untuk memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Umar, 2001, hlm. 29). Melalui ini data-data dikumpulkan dari sumber data primer dan sekunder dimana data primer diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada sampel responden untuk memperoleh fakta yang relevan di lapangan. Penelitian


(24)

deskriptif disini bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai objek yang sedang diteliti.

Penelitian verifikatif adalah pengujian kebenaran dari hipotesis yang ada melalui pengumpulan data di lapangan dimana dalam penelitian ini akan diuji seberapa besar pengaruh kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik terhadap mutu proses prakerin dan sikap kewirausahaan yang merupakan hasil studi responden yaitu instruktur (pembimbing dari dunia usaha/dunia industri) dan siswa Smk Al-Huda Sariwangi Tasikmalaya yang telah melaksanakan kegiatan prakerin.

Berdasarkan jenis penelitiannya yaitu penelitian deskriptif dan verifikatif, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

survey explanatory. Menurut Malhotra (2005, hlm.196), “ metode survey adalah kuesioner yang terstruktur yang diberikan kepada responden yang dirancang untuk mendapatkan informasi spesifik”.

2. Desain Penelitian

Berdasarkan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, maka disusun desain penelitian. Istijanto (2005, hlm. 29) mengungkapkan bahwa desain riset dapat dibagi menjadi tiga macam. Pertama, riset eksplanatori yaitu desain riset yang digunakan untuk mengetahui permasalahan dasar. Kedua, riset deskriptif yaitu desain riset yang digunakan untuk menggambarkan sesuatu, dan ketiga, riset kausal yaitu untuk menguji hubungan sebab akibat.

Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini, maka desain penelitian yang digunakan adalah riset kausal, karena akan membuktikan hubungan sebab akibat atau hubungan mempengaruhi dan dipengaruhi dari variabel-variabel yang diteliti.

C. Operasional Variabel

Variabel yang dikaji dalam penelitian meliputi kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik pembimbing sebagai variabel eksogen (X1 dan X2), sedangkan untuk variabel intervening (Y) adalah mutu proses prakerin dan


(25)

sikap kewirausahaan sebagai variabel dependen (Z). Secara lebih rinci operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kompetensi Profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

2. Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 3. Mutu adalah kesesuaian fungsi dengan tujuan, kesesuaian dengan spesifikasi

dan standar yang ditentukan, sesuai dengan kegunaannya, produk yang memuaskan pelanggan, sifat dan karakteristik produk atau jasa yang memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.

Mutu pembelajaran secara sederhana dapat diartikan dengan kualitas ataupun keunggulan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru, ditandai dengan kualitas lulusan atau output institusi pendidikan atau sekolah.

Praktek Kerja Industri (Prakerin) adalah sistem pembelajaran yang dilakukan di luar proses belajar mengajar dan dilaksanakan di instansi atau industri.

Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa mutu proses prakerin merupakan kualitas proses pelaksanaan prakerin yang dilaksanakan oleh guru pembimbing sekolah dan pembimbing dunia usaha/dunia dengan institusi pendidikan sebagai kualitas. Proses pembelajaran prakerin bermutu dalam artian sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha/dunia industri, sehingga pencapaian mutu dalam proses prakerin dapat dilaksanakan sesuai dengan standar yang berlaku dalam kepuasan dari pihak internal (SMK) serta eksternal (Dunia Usaha/Dunia Industri).


(26)

4. Sikap Kewirausahaan adalah Kesiapan merespon secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.

Tabel 3.1

Operasional Variabel

Variabel Indikator Skala

Kompetensi Profesional

a. Mampu menguasai bahan ajar teknik komputer dan informatika

b. Mampu mengelola program pengajaran teknik komputer dan informatika

c. Mampu mengelola kelompok kerja teknik komputer dan informatika

d. Mampu menggunakan media dan sumber belajar bidang teknik komputer dan informatika

e. Mampu menilai prestasi siswa secara objektif f. Mampu mengenal fungsi dan program pelayanan

bimbingan dan konseling

g. Mampu mengenal dan menyelenggarakan administrasi

h. Mampu memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan.

Diukur melalui tes

Kompetensi Pedagogik

a.Mampu mendeskripsikan tujuan b.Mampu memilih materi

c.Mampu mengorganisasikan materi

d.Mampu menentukan metode/strategi pembelajaran e.Mampu menentukan sumber belajar/ media f.Mampu menyusun perangkat penilaian g.Mampu menentukan teknik penilaian h.Mampu mengalokasikan waktu

Diukur melalui tes

Mutu proses Praktek Kerja Industri

a.Perencanaan prakerin b.Pengorganisasian prakerin c.Penyelenggaraan prakerin d.Pengawasan prakerin

Diukur melalui kuesioner dengan skala Likert Sikap a. Percaya diri

b. Berorientasi pada tugas dan hasil


(27)

kewirausahaan c. Pengambil risiko d. Kepemimpinan e. Keorisinilan

f. Berorientasi ke masa depan

melalui kuesioner dengan Skala Likert

D. Sumber Data dan Alat Pengumpulan Data 1. Sumber Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2010, hlm. 107), ”sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh”. Sedangkan jenis data yang digunakan dalam penelitian dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: data primer, dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung secara empirik kepada pelaku langsung atau terlibat langsung dengan menggunakan teknik pengumpulan data tertentu. Sedangkan data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah:

a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, mencatat, mempelajari buku-buku pelengkap atau referensi, seperti: jurnal dan media cetak lainnya di perpustakaan dan tempat lainnya, serta sumber data lainnya seperti fasilitas internet yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Studi kepustakaan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang bersifat teoritis yang akan diteliti sehingga penelitian mempunyai landasan yang kuat sebagai suatu hasil ilmiah.

b. Studi Lapangan (Field Research)

Studi lapangan adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data secara langsung pada Smk dan tempat prakerin yang menjadi objek penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan teknik komunikasi tidak


(28)

langsung yaitu teknik pengumpul data dengan mempergunakan angket atau kuesioner sebagai alatnya (Margono, 2009, hlm. 165)

Angket (questionnaire) adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang diteliti (Rianse, 2008, hlm. 217). Adapun kuesioner yang digunakan adalah kuesioner berstruktur atau kuesioner tertutup. Menurut Riduwan (2010, hlm. 27), angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (x) atau tanda checklist (√). Variabel yang diukur dengan tes adalah kompetensi profesional (X1), kompetensi pedagogik (X2),dan varibael yang diukur dengan adalah kuesioner mutu proses prakerin (Y1) dan sikap kewirausahaan (Z).

Tes berupa pilihan ganda disusun dalam bentuk pertanyaan dengan alternative jawanan skala nominal point (Jawaban Benar nilainya 1 dan Salah nilainya 0). Kuesioner disusun dalam bentuk pernyataan dengan alternatif jawaban skala likert point. Kuesioner dikembangkan berdasarkan indikator masing-masing variabel penelitian. Masing-masing jawaban dari 5 alternatif jawaban yang tersedia diberi skor. Secara rinci seperti terlihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 3. 2 Skor Item Pernyataan

Alternatif Jawaban Skor Pernyataan Positif

Sangat Setuju/Sangat Sesuai 5

Setuju/Sesuai 4

Ragu-Ragu/Cukup Sesuai 3

Kurang Setuju/Kurang Sesuai 2

Tidak Setuju/Tidak Sesuai 1

E. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi


(29)

Menurut Sugiyono (2004, hlm. 55), “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Pengertian tersebut sejalan dengan yang dikemukakan dalam Encyclopedia of Educational Evaluations (Arikunto, 2010, hlm. 108): “ a

population is a set (or collection) of all elements possessing one or more

attributes of interest” (populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, yakni semua elemen dalam wilayah penelitian).

Populasi dalam penelitian ini adalah unit analisis tempat praktek kerja industri yaitu Dunia Usaha/ Dunia Industri yang bekerjasama dengan salah satu SMK Al-Huda Sariwangi Tasikmalaya pada tahun pelajaran 2013/2014.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2004, hlm. 56). Terdapat beberapa faktor yang mendasari peneliti tidak meneliti keseluruhan populasi penelitian ini, yakni :

1)Keterbatasan dana, tenaga, dan waktu yang tersedia

2)Kesadaran peneliti akan keterbatasan kemampuan dan kapasitas peneliti untuk meneliti keseluruhan populasi

Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2004, hlm. 56),

Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada dalam populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang dipelajari dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu, sampel yang diambil harus benar-benar representatif (mewakili).

Atas dasar hal tersebut, maka diupayakan setiap subjek dalam penelitian memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel yang dapat mewakili populasi (representative). Dari hasil penelitian sementara diperoleh data jumlah siswa yang telah melaksanakan kegiatan prakerin tahun 2013/2014 diambil sampel yaitu program keahlian teknik komputer dan informatika di


(30)

SMK Al-Huda Sariwangi Tasikmalaya sebanyak 140 siswa. Untuk menjaga keakuratan dalam penelitian ini maka sampelnya yaitu sebanyak 140 siswa dengan penyebaran di tempat praktek kerja industri 40 tempat dunia usaha/dunia industri, maka sampel untuk pembimbing dunia usaha/dunia industri yaitu sebanyak 40 pembimbing.

Tabel 3. 3

Jumlah Responden

No Nama Perusahaan Jumlah Jumlah

Pembimbing DUDI Siswa

1 Media Komputer 1 1

2 Asa Komputer 1 5

3 Qidy.Net 1 1

4 Fara Komputer 1 3

5 Wiku Technologies 1 6

6 Cv. Aptatech 1 1

7 Septa Print 1 7

8 Cv. Satriatech 1 3

9 Threesix Computer 1 2

10 Nika Komputer 1 4

11 Azka Komputer 1 2

12 Chip Komputer 1 2

13 Master Komputer 1 1

14 Spc Komputer 1 3

15 Dewa Komputer 1 2

16 Giga Komputer 1 5

17 Abie.Net 1 1

18 Ars Computer 1 5

19 UPK Sariwangi 1 4

20 UPTD Pendidikan Sariwangi 1 9

21 Kantor Kecamatan Sariwangi 1 7

22 Akbar Photo 1 3

23 PT. PLN Rayon Singaparna 1 2


(31)

25 Smp Manbaul Ulum 1 4

26 Smp Negeri 2 Sariwangi 1 8

27 Dinas Pendidikan Kab.Tasikmalaya 1 1

28 Dinas Bina Marga Dan Pengairan 1 4

29 Kemenag. Kabupaten Tasikmalaya 1 6

30 Pt. Telkom Kandatel Singaparna 1 7

31 Telkomvision Sub Ro Tasikmalaya 1 5

32 BPPBAT 1 3

33 Polsek Sariwangi 1 1

34 Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat 1 5

35 Unlimite The Best Pc Solution 1 3

36 Pt. Len Industri 1 1

37 Pt. Telekomunikasi Indonesia 1 4

38 Pt. Telkom Sto Ujung Berung 1 2

39 Althaf Computer / X-Pro 1 2

40 Sukaregang Computer 1 1

Jumlah Responden 40 140

Sumber : Pengolahan data penelitian Tahun 2014 F. Jenis Data Dan Sumber Data Penelitian

Data dalam penelitian ini merupakan data primer, yaitu data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti untuk menjawab masalah penelitian. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Hermawan (2006, hlm. 168) bahwa “data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti untuk menjawab masalah atas tujuan penelitian yang dilakukan dalam penelitian eksploratif, deskriptif, ataupun kausal dengan menggunakan metode pengumpulan data berupa survey ataupun observasi.

Tabel 3. 4

Jenis Data dan Sumber Data

JENIS DATA SUMBER DATA

Tes responden tentang kompetensi profesional pembimbing dunia usaha/dunia industri

Pembimbing dunia usaha/dunia industri dari industri


(32)

Tes responden tentang kompetensi pedagogik pembimbing dunia usaha/dunia industry

Pembimbing dunia usaha/dunia industri dari industri

Tanggapan responden tentang mutu proses prakerin

Siswa smk yang telah mengikuti prakerin

Tanggapan responden tentang sikap kewirausahaan

Siswa smk yang telah mengikuti prakerin

G. Pengujian Instrumen

Pengujian instrumen penelitian dalam penelitian ini terdiri dari pengujian validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.

1. Validitas Butir Soal

Soal dikatakan valid jika mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total, karena akan menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah (Arikunto 2010, hlm. 71). Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan seluruh skor total dengan menggunakan rumus Product Moment sebagai berikut:

Keterangan :

rxy = validitas butir soal

N = banyaknya subjek / jumlah peserta tes X = nilai suatu butir soal

Y = nilai soal (Arikunto, 2010, hlm. 72)

Adapun Koefesien validitas butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.5 Tabel 3.5

Kriteria Validitas Item

Koefesien Korelasi Kriteria

0.80 – 1.00 Sangat tinggi 0.60 – 0.79 Tinggi

0.40 – 0.59 Cukup


(33)

0.00 – 0.19 Sangat rendah (Arikunto, 2010, hlm. 75)

Uji coba instrumen dalam penelitian ini pada variabel mutu proses prakerin (Y) dan sikap kewirausahan (Z) dilakukan terhadap 50 orang siswa SMK yang tidak menjadi responden penelitian. Setelah data yang terkumpul di proses, item dari masing-masing variabel penelitian yang dinyatakan valid. Laporan hasil uji validitas dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Instrumen

Variabel Total Item Item Valid Item Tidak Valid

Mutu proses prakerin (Y) 10 10 -

Sikap kewirausahan (Z) 10 10 -

Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas variabel mutu proses prakerin (Y), variabel sikap kewirausahaan (Z) masing-masing variabel sebanyak 10 item pernyataan dinyatakan valid karena nilai item total dikoreksi ≥ 0,25. Laporan hasil uji validitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.

2. Reliabilitas Butir Soal

Reliabilitas soal adalah taraf kepercayaan suatu soal, sebuah soal dikatakan reliabel apabila hasi-hasil tersebut menunjukan ketetapan atau tidak berubah-ubah. Rumus yang digunakan adalah:

) Keterangan :

Rxy = Reliabilitas tes secara keseluruhan


(34)

Q = proporsi subjek yang menjawab dengan salah (q=1-1) ∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya item S = standar deviasi (Arikunto, 2010, hlm. 78)

Adapun nilai koefesiensi dari reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.7 Tabel 3.7

Klasifikasi Reliabilitas

(Arikunto, 2010, hlm. 82)

Data hasil uji coba kemudian diuji realibilitasnya. Tabel 3.8 menunjukkan hasil perhitungan realibilitas seluruh variabel.

Tabel 3.8

Hasil Perhitungan Reliabilitas

Sumber : Lampiran 2

Berdasarkan perhitungan di atas, seluruh variabel memiliki koefisien alpha lebih besar dari 0,6. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel penelitian dinyatakan reliabel. Laporan hasil uji reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.

3. Daya Pembeda

Koefesien Korelasi Kriteria

0.80 – 1.00 Sangat tinggi

0.60 – 0.79 Tinggi

0.40 – 0.59 Cukup

0.20 – 0.39 Rendah

0.00 – 0.19 Sangat rendah

Variabel Koefisien Alpha

Kompetensi Profesional (X1) 0,6

Kompetensi Pedagogik (X2) 0,6

Mutu Proses Prakerin (Y) 0,8


(35)

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan rendah (Arikunto, 2010, hlm. 213). Untuk mengetahui daya pembeda soal digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

JA = Banyak peserta kelompok atas JB = Banyak peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB = Banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal benar

Klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.9 Tabel 3.9

Klasifikasi Daya Pembeda Koefesien Korelasi Kriteria

DP < 0.00 Sangat jelek

0.00 – 0.19 Jelek

0.20 – 0.39 Cukup

0.40 – 0.69 Baik

0.70 – 1.00 Sangat baik

(Arikunto, 2010, hlm. 218)

Data hasil uji coba kemudian diuji daya pembedanya. Tabel 3.10 menunjukkan hasil perhitungan daya pembeda yaitu variabel kompetensi profesional (X1) dan variabel kompetensi pedagogik (X2).

Tabel 3.10

Hasil Daya Pembeda Instrumen


(36)

Sangat jelek - -

Jelek 2 -

Cukup 2 6

Baik 4 4

Sangat baik - -

Sumber : Lampiran 1

4. Tingkat kesukaran

Tujuan dari pengujian tingkat kesukaran adalah untuk mengetahui apakah soal tersebut termasuk kategori tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal digunakan rumus:

Keterangan :

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

(Arikunto, 2010, hlm. 208)

Indeks yang digunakan pada tingkat kesukaran ini dapat dilihat pada Tabel 3.11 sebagai berikut:

Tabel 3.11

Indeks Tingkat Kesukaran

Koefesien Korelasi Kriteria

0.00 – 0.29 Sukar

0.30 – 0.69 Sedang

0.70 – 1.00 Mudah

(Arikunto, 2010, hlm. 210)

Data hasil uji coba kemudian diuji tingkat kesukarannya. Tabel 3.12 menunjukkan hasil perhitungan tingkat kesukaran dengan tes pilihan ganda dengan option benar maka nilainya 1 dan jika nilainya tidak sesuai dengan pilihan yang tepat maka nilainya 0. Variabel dengan


(37)

tes pilihan ganda yaitu variabel kompetensi profesional (X1) dan variabel kompetensi pedagogik (X2).

Tabel 3.12

Hasil Tingkat Kesukaran Instrumen

Kriteria Variabel X1 (Item Soal) Variabel X2 (Item Soal)

Sukar 1 2

Sedang 3 8

Mudah 4 -

Sumber : Lampiran 1

H. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan sebab akibat keempat variabel dengan mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung antara variabel kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik sebagai variabel eksogen, variabel endogen yang terdiri dari variabel antara/intervening (Y) adalah mutu proses prakerin, serta variabel dependen (Z) yaitu sikap kewirausahaan, maka digunakan pengujian path analysis (analisis jalur). Model

path analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel

dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung seperangkat variabel eksogen terhadap variabel endogen.

Dalam upaya untuk menjawab semua masalah penelitian, maka analisis data dilakukan secara bertahap, yaitu sebagai berikut :

 Tahap pertama mengolah skor tes untuk variabel kompetensi profesional dan variabel kompetensi pedagogik, kemudian mentransformasikan data skala nominal menjadi skala interval.

 Tahap kedua dengan dibagi rata-rata dari skor masing-masing variabel mutu proses prakerin dan sikap kewirausahaan kemudian mentransformasikan data skala ordinal menjadi skala interval. Hal ini perlu dilakukan mengingat statistika parametrik mensyaratkan data minimal berskala interval, sebagaimana dapat dilihat pada lampiran 3.


(38)

 Tahap ketiga adalah menguji asumsi-asumsi statistik yang dipersyaratkan untuk analisis data selanjutnya. Uji asumsi yang harus dilakukan adalah

pertama uji normalitas untuk mengetahui pola distribusi skor data hasil

penelitian. Kedua, uji multikolinearitas yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terdapatnya multikolinearitas sempurna antar variabel penelitian. Ketiga berkaitan dengan uji heteroskedostisitas yaitu suatu keadaan dimana masing-masing kesalahan pengganggu mempunyai varian yang berlainan. Dan yang Keempat uji linearitas untuk mengetahui model yang dibuktikan merupakan model linier atau tidak dan menguji kelinieran variabel bebas terhadap variabel terikat.

 Tahapan keempat, analisis data difokuskan untuk menjawab masalah penelitian yang telah dirumuskan. Untuk maksud tersebut, analisis data tahap ketiga ini digunakan analisis jalur (Path Analysis) untuk menguji hubungan kausalitas antar variabel dan mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung.

1. Perhitungan Skor Tes

Pengolahan skor tes untuk variabel kompetensi profesional dan variabel kompetensi pedagogik dalam bentuk pilihan ganda menggunakan rumus:

Keterangan:

S = Nilai yang diperoleh

B = Skor atau jumlah jawaban yang benar N = Banyak butir soal

(Arikunto, 2010, hlm. 19)

Kriteria tingkat penilaian persentase skor dapat dilihat pada tabel 3. 13 Tabel 3. 13

Kriteria Persentase Skor

Interval Kriteria Tingkat Penilaian

80% - 100% Sangat Baik


(39)

56% - 65% Cukup Baik

40% - 55% Kurang Baik

≤ 40% Tidak Baik

(Arikunto, 2010, hlm 245)

2. Perhitungan Skor Rata-Rata

Perhitungan skor rata-rata dari nilai pernyataan variabel mutu proses prakerin dan variabel sikap kewirausahaan sesuai dengan skor alternatif jawaban kuesioner yang terentang dari satu sampai lima, maka akan memperoleh jumlah setiap responden, kemudian dari jumlah tersebut di rata-ratakan sesuaikan dengan banyaknya responden sehingga perolehan yang akan di transformasikan ke interval yaitu jumlah dari rata-rata.

3.Uji Persyaratan Analisis Data a. Uji Normalitas

Untuk mengetahui residual model regresi yang diteliti berdistribusi normal atau tidak, maka digunakan uji normalitas. Uji ini menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov. Jika sig lebih dari 0,05 maka asumsi normalitas

terpenuhi.

Hipotesis yang bisa dibuat adalah: Ho = data berdistribusi normal

Ha = data tidak berdistribusi normal

Jika α = 0.05 lebih besar dari signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov maka Ha

diterima dan Ho ditolak artinya data tidak berdistribusi normal.

Jika α = 0.05 lebih kecil dari signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov maka Ho

diterima dan Ha ditolak artinya data berdistribusi normal.

Setelah melakukan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan aplikasi SPSS.20, maka didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 3.14

Rekapitulasi Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov


(40)

1 Kompetensi Profesional (X1) 0.095 Berdistribusi Normal 2 Kompetensi Pedagogik (X2) 0.291 Berdistribusi Normal 3 Mutu Proses Prakerin (Y) 0.819 Berdistribusi Normal 4 Sikap Kewirausahaan (Z) 0.237 Berdistribusi Normal

Sumber : Lampiran 4

Pada hasil signifikansi uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat bahwa dihasilkan kompetensi professional = 0.095, kompetensi pedagogik = 0.291, mutu proses prakerin = 0.819, dan sikap kewirausahaan = 0.237. Keempat nilai tersebut lebih besar dari 0,05, artinya Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat dikatakan untuk data tiga variabel yang ada pada penelitian ini adalah berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas artinya korelasi linier yang tinggi diantara dua atau lebih variabel bebas. Multikolinieritas diuji dengan menghitung nilai VIF (Varience Inflating Factor). Bila nilai VIF lebih kecil dari 5 maka tidak terjadi multikolinieritas atau non multikolinieritas.

Hipotesis yang digunakan untuk menguji korelasi linier diantara variabel bebas tersebut adalah:

Ho = Tidak terjadi multikolinearitas (non multikolinearitas) Ha = Terjadi multikolinearitas

Jika VIF lebih besar dari 5 maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya terjadi multikolinearitas.

Jika VIF lebih kecil dari 5 maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya non multikolinearitas.

Hasil perhitungan dengan bantuan aplikasi SPSS.20, maka didapat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.15

Multikolinearitas variabel kompetensi dan sikap kewirausahaan


(41)

1 Kompetensi Profesional (X1) 1.004 Non Multikolinearitas 2 Kompetensi Pedagogik (X2) 1.178 Non Multikolinearitas 3 Sikap Kewirausahaan (Z) 1.181 Non Multikolinearitas

Sumber : Lampiran 5

Output SPSS 20. dapat dilihat bahwa nilai VIF semua variabel bebas

(kompetensi profesional = 1.004 dan kompetensi pedagogik = 1.178), serta variabel dependen (sikap kewirausahaan = 1.181) disifati non multikolinearitas karena VIF lebih kecil dari 5 atau dapat dikatakan berdasarkan hipotesis maka Ho diterima.

c. Uji Heteroskedostisitas

Uji heteroskedostisitas yaitu suatu keadaan dimana masing-masing kesalahan pengganggu mempunyai varian yang berlainan. Uji ini menggunakan uji koefisien korelasi Rank Spearman. Bila sig lebih besar dari 0.05 maka persamaan regresinya non heteroskedostisitas atau homoskedastisitas.

Sebelum melakukan uji heteroskedostisitas, bisa mempersiapkan hipotesis sebagai berikut:

Ho = Tidak terjadi heteroskedostisitas (homoskedastisitas) Ha = Terjadiheteroskedostisitas

Jika α = 0.05 lebih besar dari signifikansi hasil korelasi maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya terjadiheteroskedostisitas.

Jika α = 0.05 lebih kecil dari signifikansi hasil korelasi maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak terjadiheteroskedostisitas (homoskedastisitas) Hasil uji heteroskedostisitas disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 3.16

Rekapitulasi Hasil Uji Heteroskedostisitas

No Variabel Sig Keterangan

1 Kompetensi Profesional (X1) 1.000 Homoskedastisitas 2 Kompetensi Pedagogik (X2) 1.000 Homoskedastisitas 3 Sikap Kewirausahaan (Z) 0.171 Homoskedastisitas


(42)

Sumber : Lampiran 5

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa variabel yang diuji (kompetensi profesional = 1.000, kompetensi pedagogik = 1.000, dan sikap kewirausahaan = 0.171) tidak mengandung heteroskedostisitas karena α = 0.05 lebih kecil dari signifikansi hasil korelasi, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

d. Uji Linieritas

Pengujian linieritas perlu dilakukan untuk mengetahui model yang dibuktikan merupakan model linier atau tidak dan menguji kelinieran variabel bebas terhadap variabel terikat. Bila sig kurang dari 0.05 maka asumsi linieritas terpenuhi. Penyajian dengan hipotesis sebagai berikut: Ho = Model regresi berbentuk linier

Ha = Model regresi tidak berbentuk linier

Jika α = 0.05 lebih besar dari signifikansi F, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya model regresi berbentuk linier.

Jika α = 0.05 lebih kecil dari signifikansi F, maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya model regresi tidak berbentuk linier.

Hasil perhitungan dengan bantuan aplikasi SPSS.20, uji linieritas disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 3.17

Rekapitulasi Hasil Uji Linieritas

No Variabel Sig Keterangan

1 Kompetensi Profesional (X1) terhadap Mutu Proses Prakerin (Y)

0.983 Linier 2 Kompetensi Pedagogik (X2) terhadap

Mutu Proses Prakerin (Y)

0.212 Linier 3 Kompetensi Profesional (X1) terhadap

Sikap Kewirausahaan (Z)

0.653 Linier 4 Kompetensi Pedagogik (X2) terhadap

Sikap Kewirausahaan (Z)

0.818 Linier

No Variabel F Keterangan


(43)

Mutu Proses Prakerin (Y)

2 Kompetensi Pedagogik (X2) terhadap Mutu Proses Prakerin (Y)

1.493 Linier 3 Kompetensi Profesional (X1) terhadap

Sikap Kewirausahaan (Z)

0.617 Linier 4 Kompetensi Pedagogik (X2) terhadap

Sikap Kewirausahaan (Z)

0.480 Linier

Sumber : Lampiran 6

Berdasarkan nilai signifikansi: dari hasil uji linieritas variabel kompetensi profesional terhadap mutu proses prakerin diperoleh 0.983 lebih besar dari 0.05, yang artinya terdapat hubungan linear secara signifikan. Variabel kompetensi pedagogik terhadap mutu proses prakerin diperoleh 0.212 lebih besar dari 0.05, yang artinya terdapat hubungan linear secara signifikan. Variabel kompetensi profesional terhadap sikap kewirausahaan diperoleh 0.653 lebih besar dari 0.05, yang artinya terdapat hubungan linear secara signifikan. Variabel kompetensi pedagogik terhadap sikap kewirausahaan diperoleh 0.818 lebih besar dari 0.05, yang artinya terdapat hubungan linear secara signifikan.

Berdasarkan nilai F: dari hasil uji linieritas variabel kompetensi profesional terhadap mutu proses prakerin diperoleh nilai Fhitung = 0.95, sedangkan Ftabel pada tabel Distribution Tabel Nilai F0.05 dengan angka df4.34 (Ftabel= 2,65). Variabel kompetensi pedagogik terhadap mutu proses prakerin diperoleh nilai Fhitung = 1.493, sedangkan Ftabel pada tabel Distribution Tabel Nilai F0.05 dengan angka df6.32 (Ftabel= 2,34). Variabel kompetensi profesional terhadap sikap kewirausahaan diperoleh nilai Fhitung = 0.617, sedangkan Ftabel pada tabel Distribution Tabel Nilai F0.05 dengan angka df4.34 (Ftabel= 2,65). Variabel kompetensi pedagogik terhadap sikap kewirausahaan diperoleh nilai Fhitung = 0.480, sedangkan Ftabel pada tabel Distribution Tabel Nilai F0.05 dengan angka df6.32 (Ftabel= 2,34). Karena dari tiap variabel yang berkaitan nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan linier secara signifikan.


(44)

4. Analisis Jalur (Path Analysis)

Analisis jalur (Path Analysis) adalah metode analysis multivariat dependensi yang digunakan untuk menguji hipotesis hubungan asimetris yang dibangun atas dasar kajian teori tertentu, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung. Menurut Gall, gall dan Borg (Kusnendi, 2008, hlm. 146) “Path analysis is method for testing the validity of the theory

about causal relationship between three or more variables that have been

studied using correlational research design”(Analisis Jalur adalah metode untuk mengukur validitas dari teori mengenai hubungan kausal antara tiga atau lebih variabel yang dapat dipelajari menggunakan rancangan penelitian korelasi).

Setelah terpenuhinya uji prasyarat, maka dilanjutkan dengan uji korelasi dan regresi untuk menjawab hipotesis yang diajukan. Korelasi adalah hubungan antara dua variabel atau lebih. Sedangkan analisis regresi adalah alat untuk mengukur ada atau tidaknya korelasi antar variabel. Path analysis digunakan untuk menguji besarnya kontribusi yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antar variabel X1 dan X2 kepada Y dan dampaknya terhadap Z. Untuk mengetahui derajat variabel kompetensi profesional pembimbing (X1), kompetensi pedagogik pembimbing (X2) terhadap mutu proses prakerin (Y) serta dampaknya pada sikap kewirausahaan (Z).

Menurut Riduwan & Kuncoro (2013, hlm. 2) manfaat model Path

Analysis adalah sebagai berikut :

a. Penjelasan (explanation) terhadap fenomena yang dipelajari atau permasalahan yang diteliti.

b. Prediksi nilai variabel terikat ( Y ) berdasarkan nilai variabel bebas ( X ) dan prediksi dengan Path Analysis ini bersifat kualitatif.

c. Faktor determinan yaitu penentu variabel bebas (X) mana yang berpengaruh dominan terhadap variabel terikat (Y), juga dapat digunakan untuk menelusuri mekanisme (jalur-jalur) pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).


(45)

d. Pengujian model, menggunakan theory trimming, baik untuk uji reliabilitas (uji keajegan) konsep yang sudah ada ataupun uji pengembangan konsep baru.

Menurut Riduwan & Kuncoro (2013, hlm. 2) asumsi yang mendasari Path Analysis adalah sebagai berikut :

a. Pada model Path Analysis, hubungan antar variabel adalah bersifat linier, adaptif, dan bersifat normal.

b. Hanya sistem aliran kausal ke satu arah artinya tidak ada arah kausalitas yang berbalik.

c. Variabel terikat (endogen) minimal dalam skala ukur interval dan ratio. d. Menggunakan sampel probability sampling yaitu teknik pengambilan

sampel untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

e. Observed variable diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid dan reliabel) artinya variabel yang diteliti dapat diobservasi secara langsung. f. Model yang dianalisis dispesifikasikan (diidentifikasi) dengan benar

berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep yang relevan artinya model teori yang dikaji atau diuji dibangun berdasarkan kerangka teoritis tertentu yang mampu menjelaskan hubungan kausalitas antar variabel yang diteliti.

I. Rancangan Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik analisis jalur pada penelitian sebagai berikut:

1.Merumuskan hipotesis dan persamaan struktural Model-1

Hipotesis Model-1: Kompetensi profesional, kompetensi pedagogik pembimbing berpengaruh secara simultan terhadap mutu proses prakerin dan sikap kewirausahaan.

Struktur Model-1: Z = ρZX1X1 + ρZX2 X2 + ρZy Y + ρZε1


(46)

Gambar 3. 1

Model diagram jalur lengkap

Hubungan Struktur X1,X2 dan Y terhadap Z Model-1

3. Bentuk diagram koefisien jalur model-2

Hipotesis Model-2: Kompetensi profesional, kompetensi pedagogik pembimbing berpengaruh secara simultan terhadap mutu proses prakerin

Struktur Model-2: Y = ρYX1X1 + ρYX2 X2 + ρYε1

X1

X2

Y

rX1 X2

YX1

1

YX2

Gambar 3. 2

Hubungan Struktur X1, dan X2 terhadap Y Model-2

4. Menghitung koefisien jalur Model-1

Hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut: X1

X2

Y

rX1 X2

ZX1YX1

2

Z

1

YX2

ZY


(47)

Ha : ρZX1 = ρZX2 = ρZy ≠ 0 Ho : ρZX1 = ρZX2 = ρZy = 0

Hipotesis bentuk kalimat:

Ha : Kompetensi profesional, kompetensi pedagogik pembimbing berpengaruh secara simultan terhadap mutu proses prakerin dan sikap kewirausahaan. Ho : Kompetensi profesional, kompetensi pedagogik pembimbing tidak berpengaruh secara simultan terhadap mutu proses prakerin dan sikap kewirausahaan.

Kaidah pengujian signifikansi:

 Jika nilai probabilitas 0.05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau (0.05 ≤ Sig), maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan

 Jika nilai probabilitas 0.05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau (0.05 ≥ Sig), maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya signifikan. 5. Pengujian hipotesis secara individual [(X1 terhadap Z), [(X2 terhadap Z) dan

(Y terhadap Z)] Model – 1

a. Kompetensi profesional pembimbing (X1) berpengaruh secara siginifikan terhadap sikap kewirausahaan (Z)

Hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut:

Ha : ρZX1 > 0 Ho : ρZX1 = 0

Kompetensi profesional berpengaruh Hipotesis:

Ho = Kompetensi profesional pembimbing tidak berpengaruh secara siginifikan terhadap sikap kewirausahaan.

Ha = Kompetensi profesional pembimbing berpengaruh secara siginifikan terhadap sikap kewirausahaan.

Uji signifikansi analisis jalur dicari yaitu membandingkan antara nilai probabilitas 0.05 dengan nilai probabilitas sig.


(48)

 Jika nilai probabilitas 0.05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig (0.05 ≤ Sig), maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.

 Jika nilai probabilitas 0.05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig (0.05 ≥ Sig), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.

b. Kompetensi pedagogik pembimbing (X2) berpengaruh secara siginifikan terhadap sikap kewirausahaan (Z)

Hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut: Ha : ρZX2 > 0

Ho : ρZX2 = 0

Kompetensi pedagogik berpengaruh Hipotesis:

Ho = Kompetensi pedagogik pembimbing tidak berpengaruh secara siginifikan terhadap sikap kewirausahaan.

Ha = Kompetensi pedagogik pembimbing berpengaruh secara siginifikan terhadap sikap kewirausahaan.

c. Mutu proses prakerin (Y) berpengaruh secara siginifikan terhadap sikap kewirausahaan (Z)

Hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut: Ha : ρyZ > 0

Ho : ρyZ = 0

Mutu proses prakerin berpengaruh Hipotesis:

Ho = Mutu proses prakerin tidak berpengaruh secara siginifikan terhadap sikap kewirausahaan.

Ha = Mutu proses prakerin berpengaruh secara siginifikan terhadap sikap kewirausahaan.

Kerangka hubungan kausal empiris antara X1, X2, Y dan Z dibuat melalui persamaan struktural Model-1 sebagai berikut :

Z = zx1 X1 + zx2 X2 + zy Y + z ɛ1 6. Menghitung koefisien jalur Model-2


(49)

Ha : ρyX1 = ρyX2 ≠ 0 Ho : ρyX1 = ρyX2 = 0

Hipotesis:

Ho = kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik tidak berpengaruh secara siginifikan terhadap mutu proses prakerin

Ha = kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik berpengaruh secara siginifikan terhadap mutu proses prakerin.

7. Pengujian hipotesis secara individual [(X1 terhadap Y) dan (X2 terhadap Y)] Model – 2

a. Kompetensi profesional terhadap mutu proses prakerin Kompetensi profesional berpengaruh Hipotesis:

Ho = Kompetensi profesional pembimbing tidak berpengaruh secara siginifikan terhadap mutu proses prakerin.

Ha = Kompetensi profesional pembimbing berpengaruh secara siginifikan terhadap mutu proses prakerin

b. Kompetensi pedagogik terhadap mutu proses prakerin Kompetensi pedagogik berpengaruh Hipotesis:

Ho = Kompetensi pedagogik pembimbing tidak berpengaruh secara siginifikan terhadap mutu proses prakerin.

Ha = Kompetensi pedagogik pembimbing berpengaruh secara siginifikan terhadap mutu proses prakerin

Kerangka hubungan kausal empiris antara X1, X2 terhadap Y dibuat melalui persamaan struktural Model-2 sebagai berikut :


(50)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Pada bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan, implikasi dan rekomendasi penelitian yang berjudul Pengaruh Kompetensi Profesional dan Kompetensi Pedagogik Terhadap Mutu Proses Prakerin dan Sikap Kewirausahaan Siswa SMK Al-Huda Sariwangi Tasikmalaya, berdasarkan tujuan penelitian, pertanyaan penelitian, hasil penelitian dan pembahasan.

A. Kesimpulan

1. Kompetensi profesional pembimbing tidak memiliki pengaruh yang positif terhadap mutu proses prakerin. Artinya pembimbing dengan tinggi rendahnya kompetensi profesional tidak mempengaruhi dalam proses prakerin di Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI).

2. Kompetensi pedagogik pembimbing memiliki pengaruh yang positif terhadap mutu proses prakerin. Semakin tinggi kompetensi pedagogik pembimbing maka siswa dalam kegiatan prakerin akan memandang segala aktivitas selama pembelajaran prakerin sebagai aktivitas yang positif.

3. Kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik pembimbing tidak dipengaruhi secara signifikan oleh variabel sikap kewirausahaan siswa. Artinya tinggi rendahya kompetensi pembimbing DUDI maka tidak menimbulkan sikap yang positif terhadap sikap kewirausahaan.

4. Mutu proses prakerin tidak dipengaruhi secara signifikan oleh variabel sikap kewirausahaan. Artinya tinggi rendahnya mutu proses prakerin maka tidak menumbuhkan semangat sikap kewirausahaan siswa dalam kegiatan proses pembelejaran prakerin.

5. Kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik pembimbing tidak dipengaruhi secara signifikan terhadap mutu proses prakerin dan sikap kewirausahaan siswa. Artinya dalam proses prakerin di DUDI pembimbing dengan tinggi rendahnya kompetensi profesional dan pedagogik tidak


(1)

106

Siti Aminah Solihati, 2014

Pengaruh Kompetensi Profesional dan Kompetensi Pedagogik Pembimbing Terhadap Mutu Proses Praktek Kerja Industri dan Sikap Kewirausahaan Siswa SMK Al-Huda Sariwangi Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pelaksanaan program, kesiapan siswa, kepala sekolah, guru pembimbing, motivasi belajar, kurikulum, dan kesiapan kerja serta faktor eksternal diantaranya; hubungan kerja, fasilitas, harapan keluarga, status sosial, dan lingkungan masyarakat.

b. Kepada peneliti yang ingin menggali lebih jauh tentang faktor lainnya yang mempengaruhi mutu proses prakerin dan sikap kewirausahaan yang disebabkan oleh kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik pembimbing, maka penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan.


(2)

106

Siti Aminah Solihati, 2014

Pengaruh Kompetensi Profesional dan Kompetensi Pedagogik Pembimbing Terhadap Mutu Proses Praktek Kerja Industri dan Sikap Kewirausahaan Siswa SMK Al-Huda Sariwangi Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. (2009). Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung: Alfabeta.

Anwar, (2004). Pendidikan Kecakapan Hidup Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi. (1993). Manajemen Penenlitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI. Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin, (1995). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, Saifuddin, (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Danim. (2007). Dasar – Dasar Komunikasi. Jakarta. Rinieka Cipta

Depdikbud. (1994). Konsep Sistem Ganda Pada SMK di Indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Dit. Dikmenjur.

Depdikbud, (1997). Keterampilan Menjelang 2020 Untuk Era Global. Jakarta: Dit.Dikmenjur,

Depdiknas, (2005). UU RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Bandung: Fokusmedia

Djojonegoro, Wardiman. (1998). Pengembangan Sumberdaya Manusia melalui SMK. Jakarta : PT. Jayakarta Agung Offset.

Hermawan, Asep (2006). Penelitian bisnis paradigma kuantitatif. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Hisrich & Peters. (2002). Entrepreneurship 5th ed. New York: McGraw-Hill. Istijanto. (2005). Riset Sumber Daya Manusia. PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.

Jerris, L.A. (1999). Human Resources Management for Hospitality. Prentice Hall.

Kartono, Kartini. (1999). Psikologi Umum. Bandung: CV. Mandar Maju. Kusnendi. (2008). Model- model Persamaan Struktural. Bandung : Albeta. Malik, Oemar H. (1990). Pendidikan tenaga kerja nasional, kejuruan, kewiraswastaan, dan manajemen. Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti.


(3)

107

Siti Aminah Solihati, 2014

Pengaruh Kompetensi Profesional dan Kompetensi Pedagogik Pembimbing Terhadap Mutu Proses Praktek Kerja Industri dan Sikap Kewirausahaan Siswa SMK Al-Huda Sariwangi Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Malhotra. (2005). Riset Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.

Malthis, Robert L. dan John H. Jackson. (2006). Human Resource Management (Manajemen Sumber Daya Manusia). Edisi Sepuluh, Terjemahan : Diana Angelica, Penerbit : Salemba Empat, Jakarta

Mangkunegara, Anwar Prabu. (2005). Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit : Refika Aditama, Bandung Margono. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta . Meredith, Geoffrey G., et al., (2005). Kewirausahaan: Teori dan Praktek. Alih bahasa Andre Asparsayogi. Lembaga PPM & Pustaka Binaman Pressindo: Jakarta.

Mulyadi. Hari. (2010). Pengaruh Pendidikan Dan Latihan, Magang Terhadap Sikap Dan Motivasi Kewirausahaan Serta Implikasinya Pada Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa. Desertasi UPI: Bandung.

Mulyasa. (2006). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya Offset: Bandung.

Mulyasa. (2013). Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya Offset: Bandung.

Nolker, Schoenfeldt.( 1998). Pendidikan Kejuruan. Jakarta. Gramedia Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI Tahun Akademik 2014/2015

Pedoman Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan Pada Sekolah Menengah Kejuruan. (2012). Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.

Peraturan Pemerintah RI No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta. Redaksi Sinar Grafika

Petrus, Edi. (2004). Menyiasati Praktek Kerja Industri untuk SMK. Bandung.: CV. Moeft Design.

Rianse, U dan Abdi. (2008). Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Bandung: Alfabeta

Riduwan. (2010). Pengantar Statistika Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta

Riduan dan kuncoro. (2013). Cara Menggunakan dan Memaknai Path Analysis (Analisis Jalur). Alfabeta: Bandung.

Slamet, PH. (1997). Perlunya Kebijakan yang utuh. Jurnal Pendidikan dan Teknologi, Yogyakarta: Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan.

Sedarmayanti. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil: Bandung.

Suryosubroto. (2004). Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta


(4)

108

Siti Aminah Solihati, 2014

Pengaruh Kompetensi Profesional dan Kompetensi Pedagogik Pembimbing Terhadap Mutu Proses Praktek Kerja Industri dan Sikap Kewirausahaan Siswa SMK Al-Huda Sariwangi Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sudjana, Nana. (2009). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Penerbit Sinar Baru: Bandung.

Sudrajat. (2012). Kiat mengentaskan pengangguran dan kemiskinan melalui wirausaha. Jakarta : Bumi Aksara.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2004). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT remaja Rosdakarya.

Surya, 2003. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung. Yayasan Bakti Winaya.

Suherman, Eman. (2008). Busniness Entrepreneur. Bandung : Alfa Beta. Sudjana. (2002). Metode Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiyono. (2004). Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Susanto. (2012). Faktor-faktor penentu keberhasilan praktek kerja lapangan Smk. Tesis UNY: Yogyakarta.

Suryana. (2003). Kewirausahaan, Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba empat

Suryana. (2011). Kewirausahaan, Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses, Jakarta: Salemba empat

Sutisna, Oteng. (1993). Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis dan Praktis Profesional. Bandung: Angkasa.

Syaiful, Bahari Djamarah. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta Syah, Muhibbin. (2000). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Catatan ke Lima (revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Umar, Husein. (2001). Metode Penelitian dan Aplikasi dalam Pemasaran. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Usman, M.U. (2002). Menjadi Guru Profesional. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Usmara, A. (2002). Paradigma Baru : Manajemen Sumber Daya Manusia. cetakan keempat, Penerbit : Amara Books, Yogyakarta

Walgito. (2004). Teori Konvergensi. Yogyakarta: Penerbit Fakultas Psikologi UGM.

Wena, Made. (1996). Pendidikan Sistem Ganda. Bandung : Tarsito

Wijaya. (1991). Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Winardi. (2007). Manajemen Perilaku Organisasi, Edisi Revisi, cetakan Kedua, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


(5)

109

Siti Aminah Solihati, 2014

Pengaruh Kompetensi Profesional dan Kompetensi Pedagogik Pembimbing Terhadap Mutu Proses Praktek Kerja Industri dan Sikap Kewirausahaan Siswa SMK Al-Huda Sariwangi Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wirasasmita, Yuyun. (1994). Kewirausahaan : Buku Pegangan Jatinangor : UPT-Penerbitan IKOPIN

Zimmerer, Thomas W. dan Norman Scarborough, (1996). Pengantar Kewirausahan dan Manajemen Bisnis Kecil. Gramedia, Jakarta.

Jurnal :

Abdul Aziz Bachtiar. (2013). Pengaruh Kompetensi Profesional dan Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Sikap Kewirausahaan. Tesis. Program Pascasarjana UPI Bandung.

Agung Winarno. Pengembangan Model Pembelajaran Internalisasi Nilai-Nilai Kewirausahaan pada Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Malang. Jurnal Ekonomi Bisnis Tahun 14, No. 2, Juli 2009, ISSN: 0853-7283.

Anas Arfandi. Pelaksanaan Praktek Kerja Industri Siswa Smk Program Keahlian Teknik Bangunan Di Kota Makassar. Cakrawala Pendidikan, Juni 2009, Th. XXVIII, No. 2.

Anggri Sekar Sari. Kesiapan Berwirausaha Pada Siswa Smk Kompetensi Keahlian Jasa Boga. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012.

Anramus. (2012). Kontribusi Praktek Kerja Industri dan Motivasi Belajar terhadap Sikap Wirausaha. Tesis. Program Pascasarjana UPI Bandung

Atim Surachim. (2013). Pengaruh Motivasi belajar, Kompetensi guru, Fasilitas pembelajaran dan Efektivitas pembelajaran program PSG terhadap Kemampuan kerja lulusan SMK. Tesis. Program Pascasarjana UPI Bandung

Chang, Yuan Chieh, Ming Huei Chen and Phil. Y.Yang, Factors Influencing Academic Entrepreneurship: The Case of Taiwan, Yuan-Ze University and National Chi Nan University, Taiwan

Genoveva. (2002) Mengenal Lebih Dekat: Kewirausahaan, Jurnal Ekonomi Perusahaan, Jakarta, STIE IIBI

I Gede Putu A. Aryanta. (2012). Pengaruh Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional Terhadap Mutu Proses Pembelajaran. Tesis. Program Pascasarjana UPI Bandung

Labagu Arianto. (2011). Pengaruh Pemahaman Konsep dan Intensitas Pengalaman Membimbing Prakerin Terhadap Kemampuan Guru Membimbing Prakerin. Tesis. Program Pascasarjana UPI Bandung : tidak diterbitkan


(6)

110

Siti Aminah Solihati, 2014

Pengaruh Kompetensi Profesional dan Kompetensi Pedagogik Pembimbing Terhadap Mutu Proses Praktek Kerja Industri dan Sikap Kewirausahaan Siswa SMK Al-Huda Sariwangi Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Miharjo. (2012). Pengaruh Layanan Akademik dan Kesiapan Indsutri terhadap Efektivitas Praktek Kerja Industri. Tesis. Program Pascasarjana UPI Bandung

Sudarto. (2012). Pengaruh Kompetensi Pembimbing dan Kompetensi Instruktur Terhadap Keefektifan Pelaksanaan On The Job Training. Jurnal Manajemen Pendidikan. Program Pascasarjana. Universitas Negeri Semarang. Wena, Made. (1997). Pemanfaatan Industri Sebagai Sumber Belajar dalam Pendidikan Sistem Ganda. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Th. III, No. 010 September.

Winardi, (2003). Gagasan Pokok Pendidikan Sistem Ganda di Lima Sekolah Menengah Kejuruan, (PSG-5 SMK). Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Th. IV, No. 013, Juni 1998.

Yayat. (2010). Partnerships LPTK-PTK Dengan SMK Melalui Internships Sebagai Strategi Dalam Penyiapan Guru SMK RSBI. Seminar International. ISSN 1907-2066. Wahyudi, Imawan. (2007). Hubungan Program Praktik Kerja Industri Terhadap Kesiapan Siswa dalam melaksanakan Praktek Kerja Industri di SMK N 5 Bandung. Skripsi pada FPTK UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Internet :

Walgito (2001) Pengembangan Kewirausahaan di Indonesia. (http://wrh,cct,atc,etl,2010)

Kuratko, Donald F. (2005). The Emergence of Entrepreneurship Education: Development, Trends, and Challenges. Entrepreneurship Theory and Practice,

p.577-598. Diakses 21 Juli 2012 dari

http://www3.uma.pt/filipejmsousa/emp/Kuratko,%202005.pdf

http://www.pendidikanekonomi.com/2012/07/pengertian-dan-dimensimutu.html http://yayueayu.blogspot.com/2013/11/analisis-regresi-dengan-spss-17 dan.htmlheteroskedastisitas-glejser-spssraI n

BgI

Shttp://hep.ipgksm.edu.my/uplo/INTERNSHIP01.pdf

http://admisibisnis.blogspot.com/2012/04/model-magang-terencana-guna-penguatan.html