Logam Berat Timbal Pb

senyawa anorganik dan sebagai organologam. Pb dalam bentuk senyawa anorganik cenderung dalam bentuk kation Pb 2+ . Senyawa anorganik ini akan langsung masuk ke dalam aliran darah untuk didistribusikan lebih lanjut ke seluruh tubuh. Beberapa contoh logam Pb dalam bentuk senyawa anorganik, antara lain oksida, nitrat, halida dan sulfida. Pb sebagai organologam biasa disebut dengan senyawa alkil-timbal. Pada bentuk ini ligan organik metil, etil, dll terikat pada atom Pb membentuk oraganologam tetra etil timbal, tetra metal timbal, dll. Senyawa ini memiliki sifat lipofilik sehingga mampu menembus kulit dan saluran pernapasan Palacios and Capdevila, 2013. Sekitar 60 dari produksi di seluruh dunia, timbal digunakan untuk pembuatan baterai terutama baterai mobil, sedangkan sisanya digunakan dalam produksi pigmen, glasir, solder, plastik, selubung kabel, amunisi dan aditif bensin. Industri seperti ini terus menimbulkan resiko signifikan untuk masyarakat sekitar. Namun, industri baterai penyimpanan listrik mungkin memiliki dampak yang relatif rendah terhadap lingkungan karena sekitar 80 dari semua baterai didaur ulang Sarkar, 2002. Selama 50 tahun terakhir, penggunaan timbal senyawa organik sebagai anti-knocking telah menjadi sumber gangguan utama di seluruh dunia yang mengarah ke lingkungan McCally, 2002. Pb merupakan racun spesifik yang menghambat kegiatan enzimatik. Efek khas dari keracunan Pb adalah efek pada hematologi, sistem saraf pusat dan fungsi reproduksi. Anak-anak memiliki risiko yang lebih tinggi untuk keracunan Pb daripada orang dewasa. Anak-anak dapat menyerap proporsi yang lebih tinggi dari Pb yang tertelan, mendistribusikannya lebih dalam jaringan lunak. Sedangkan pada orang dewasa terdapat penghalang yang dapat menetrasi timbal ke dalam sistem saraf pusat dan telah mengembangkan sistem tubuh darah, tulang, kekebalan tubuh, ginjal, otak dan sistem saraf Woolf et al., 2007. Logam Pb dapat masuk ke dalam perairan secara alamiah melalui pengkristalan di udara dengan bantuan air hujan dan proses korosifikasi mineral dari batuan akibat hempasan gelombang dan air Panjaitan, 2010. Sedangkan cara Pb dapat masuk ke dalam tubuh tergantung pada sifat kimia dan fisikanya. Pb anorganik dapat masuk ke dalam tubuh terutama melalui cara terhirup dan tertelan serta tidak mengalami transformasi biologis. Sedangkan Pb organik seperti tetraetil Pb yang digunakan sebagai anti-knocking masuk ke dalam tubuh terutama melalui kontak kulit dan inhalasi kemudian akan dimetabolisme di dalam hati. Setelah masuk ke dalam darah, Pb didistribusikan terutama antara tiga kompartemen, yaitu darah, jaringan lunak seperti ginjal, sumsum tulang, hati, dan otak dan jaringan mineralisasi tulang dan gigi. Pb terakumulasi dalam tubuh selama seumur hidup, sehingga keracunan Pb dapat disebabkan oleh dosis kecil dari waktu ke waktu. Gejala khas keracunan Pb secara umum, yaitu kelelahan, tremor, sakit kepala, muntah, dan kejang. Pb juga mengganggu sintesis hemoglobin dan sangat merusak fungsi ginjal Bradl, 2005.

2.4.3 Kromium Cr

Kromium merupakan logam transisi yang mempunyai konfigurasi elektron [Ar] 4s 1 3d 5 Manahan, 1992, kromium memiliki nomor atom 24 dan massa atom relatif 51,996 grammol, titik didih 2665 o C, titik leleh 1875 o C, dan jari-jari atom 128 pm. Logam Cr berwarna abu-abu dan keras dengan berat jenis 7,19 gmL serta panas laten penguapannya 1474 kalkg Vogel,1985. Logam ini memiliki tingkat oksidasi +2 sampai +6, namun yang sering dijumpai adalah tingkat oksidasi +3 dan +6 Manahan,1992. Toksisitas dari logam Cr bergantung dari tingkat oksidasinya. Cr memiliki tingkat oksidasi dari II hingga VI. Tetapi hanya CrIII dan CrVI yang memiliki peran penting secara biologi. CrIII sering dianggap penting sebagai nutrisi bagi manusia dan hewan, yang diperlukan untuk pemeliharaan glukosa, lipid dan metabolisme protein sehingga banyak digunakan sebagai suplemen makanan. Kekurangan Cr pada manusia menyebabkan gangguan toleransi glukosa glikosuria dan peningkatan dalam serum insulindan kolesterol. Pada hewan, gejala seperti pertumbuhan terganggu dan penurunan fungsi reproduksi Bradl, 2005. Sebaliknya, spesies CrVI bersifat sangat beracun bagi bakteri, tumbuhan dan hewan. Hal ini disebabkan sifat oksidatif yang dimilikinya sehingga mengakibatkan iritasi kulit dan selaput lendir serta efek alergi pada paru-paru Sperling, 2014. Perbedaan toksisitas antara CrIII dan CrVI secara langsung berkaitan dengan kemampuan mereka untuk memasuki sel dan sifat kimianya. CrIII biasanya membentuk senyawa larut dalam media air sehingga tidak dapat dengan mudah masuk ke dalam sel. Sebaliknya, CrVI baik sebagai CrO 4 2- atau HCrO 4 dapat dengan mudah masuk ke dalam sel Palacios and Capdevila, 2013. Kromium banyak digunakan secara luas dalam penyepuhan, penyamakan kulit, pelapis kromat dan pelapis logam Malkoc, 2007. Kromium mempunyai sifat tidak mudah teroksidasi oleh udara, karena itu banyak digunakan sebagai pelapis logam, pengisi stainless steel, lapisan perlindungan untuk mesin-mesin otomotif dan perlengkapan tertentu Sax, 1987. Asam kromat di laboratorium