1. Fase adaptasi atau fase log
Fase log merupakan fase adaptasi bakteri terhadap lingkungan tempat pertumbuhannya. Pada fase ini belum terjadi pertambahan jumlah sel.
2. Fase akselerasi
Pada fase eksponensial terjadi pembelahan sel dimulai dengan peningkatan jumlah sel dengan kecepatan lambat kemudian meningkat
dengan kecepatan cepat sehingga terjadi peningkatan jumlah sel yang luar biasa.
3. Fase stasioner
Fase stasioner membatasi pertumbuhan eksponensial sehingga tidak terjasi peningkatan maupun penurunan jumlah sel. Hal ini terjadi karena
nutrien yang dibutuhkan oleh bakteri telah berkurang. 4.
Fase kematian Pada fase kematian jumlah sel akan berkurang karena nutrisi dalam
media cair dan cadangan makanan dalam sel telah habis. Kecepatan kematian sel jauh lebih lambat daripada kecepatan pertumbuhannya.
Gambar 2.1 Kurva Perumbuhan Bakteri
2.6.3 VSS Volatile Suspended Solid
VSS merupakan konsentrasi padatan tersuspensi yang menguap pada suhu ± 550
o
C. Umumnya digunakan sebagai perkiraan konsentrasi mikroorganisme dalam unit penanganan biologik. Dalam penentuannya, VSS diperoleh dengan
memanaskan residu hasil analisa zat padat total pada suhu ± 550
o
C. Bagian yang terbakar atau hilang selama pemanasan disebut sebagai residu volatile Volatile
Suspended Solid atau zat padat organik sedangkan bagian yang tersisa disebut residu terikat atau zat padat anorganik Suyasa, 2015.
Peningkatan nilai VSS menyatakan peningkatan jumlah biomassa, semakin tinggi jumlah biomassa yang tumbuh, maka akan semakin tinggi aktivitas
mikroorganisme dalam mengolah bahan organik atau anorganik. Saat VSS mencapai fase akselerasi, ditunjukkan dengan nilai VSS sebesar 2000 mgL
Penurunan nilai VSS dapat terjadi karena adanya kompetisi untuk mendapatkan nutrien antar mikroba dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini akan
menyebabkan menurunnya aktivitas mikroorganisme yang digambarkan dengan penurunan nilai VSS Atlas and Bartha, 1987.
Dalam melangsungkan hidupnya, mikroorganisme akan berkembang pesat apabila waktu dan komponen yang dibutuhkan tersedia dengan cukup
seperti halnya nutrien untuk pertumbuhannya Soeparno, 1992. Nutrien merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan sel. Jumlah
mikroorganisme yang dapat tumbuh pada proses pembibitan dipengaruhi oleh faktor aerasi dan nutrien. Pemberian aerasi dan nutrien yang seimbang akan
memenuhi kebutuhan mikroorganisme untuk tumbuh, sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan yang akan berbanding lurus dengan jumlah bahan pencemar yang akan diturunkan atau dihilangkan Sudaryati et al., 2011.
2.7 Mikroorganisme Pengurai Komponen Limbah
Proses penanganan air limbah secara biologis terdiri atas campuran mikroorganisme yang mampu memetabolisme limbah. Mikroorganisme yang
ditemukan dalam air dan air limbah digolongkan dalam empat golongan, yaitu : virus, organisme prokariotik, organisme eukariotik, dan invertebrata sederhana
Laksmi, 2003. Organisme prokariotik dan eukariotik bersel tunggal, sedangkan
invertebrata bersel jamak. Virus adalah partikel-partikel yang tidak hidup dan berikatan dengan mikroorganisme yang mendapat perhatian utama baik dalam air
maupun dalam penanganan air limbah. Sedangkan bakteri merupakan kelompok mikroorganisme terpenting dalam sistem penanganan air limbah karena kultur
bakteri dapat digunakan untuk menghilangkan bahan organik dan mineral-mineral yang tidak diinginkan dalam air limbah Laksmi, 2003.
2.7.1 Peran Mikroorganisme dalam Pengolahan Limbah Logam Berat
Mikroorganisme yang terus menerus terkena paparan logam berat lambat laun akan membuat mekanisme beradaptasi untuk kontaminan logam berat
tersebut. Mikroorganisme dapat melindungi diri dari zat-zat beracun di lingkungan dengan mekanisme penyisihan dan penyerapan logam berat melalui
mekanisme biosorbsi, bioakumulasi, dan biotransformasi Chojnacka, 2010. Mekanisme biosorpsi merupakan pengambilan ion logam berat secara pasif yang
tidak tergantung pada siklus metabolisme sel. Pengambilan ion logam secara pasif dapat terjadi ketika ion logam berat mengikat dinding sel melalui pertukaran ion