Analisis Kesesuaian Antara Single Tuned Filter Terhadap Filter Orde Tiga dalam Proses dalam Proses Minimalisasi Harmonisa pada Transformator 160 kVA di Gedung Rektorat – Puskom Universitas Malikussaleh Lholseumawe
ANALISIS KESESUAIAN ANTARA SINGLE TUNED FILTER TERHADAP FILTER ORDE TIGA DALAM PROSES MINIMALISASI
HARMONISA PADA TRANSFORMATOR 160 kVA DI GEDUNG REKTORAT – PUSKOM
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH LHOKSEUMAWE
TESIS
Oleh:
MISBAHUL JANNAH 087034005/TE
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
(2)
ANALISIS KESESUAIAN ANTARA SINGLE TUNED FILTER TERHADAP FILTER ORDE TIGA DALAM PROSES MINIMALISASI
HARMONISA PADA TRANSFORMATOR 160 kVA DI GEDUNG REKTORAT – PUSKOM
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH LHOKSEUMAWE
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik Dalam Program Studi Magister Teknik Elektro Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
Oleh Misbahul Jannah
087034005/TE
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
Judul Penelitian : ANALISIS KESESUAIAN ANTARA SINGLE TUNED FILTER TERHADAP FILTER ORDE TIGA DALAM PROSES MINIMALISASI HARMONISA PADA TRANSFORMATOR 160 kVA DI GEDUNG REKTORAT – PUSKOM UNIVERSITAS MALIKUSSALEH LHOKSEUMAWE
Nama Mahasiswa : MISBAHUL JANNAH Nomor Induk : 087034005
Prohram Studi : Magister Teknik Elektro
Menyetujui Komisi Pembimbing
( Prof. Dr. Ir. Usman Baafai ) (Dr. Marwan Ramli, M. Si ) Ketua Anggota
Sekretaris Program Studi Dekan,
(Drs. Hasdari Helmi, MT) (Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME)
(4)
Telah Diuji pada
Tanggal: 11 Februari 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ir. Usman Baafai Anggota : 1. Dr. Marwan Ramli, M. Si
2. Ir. Refdinal Nazir, M.S. Ph.D 3. Prof. Dr. Tulus, M. Si
(5)
ABSTRAK
Beban non linier umumnya merupakan peralatan elektronik yang di dalamnya banyak mengandung komponen semikonduktor seperti Switching Power Supplies, UPS, computer, printer, LHE, DC drive, AC drive, battery charger dan lain sebagainya. Banyaknya penggunaan beban non linier akan menghasilkan harmonisa seperti yang terjadi pada transformator 160 kVA di gedung Rektorat – Puskom Universitas Malikussaleh Lhokseumawe. Pada pengukuran awal THDI yang terdeteksi adalah 20,7%. Hal ini menunjukkan bahwa THDI di atas standar yang diizinkan oleh IEEE
519 -1992. Oleh karena itu diperlukan filter dalam meminimalisasi harmonisa yang timbul. Hasil pemodelan dua buah filter pasif yaitu single tuned filter dan filter orde tiga, menghasilkan THDI menjadi 2,73% dan 9,40%. Berdasarkan hasil simulasi model dua buah filter pasif tersebut yang paling sesuain dipakai adalah single tuned filter untuk gedung Rektorat - Puskom Universitas Malikussaleh.
Kata kunci: harmonisa, filter single tuned, filter orde tiga, THD
(6)
ABSTRACT
Generally non linier load is an electronic device that consist of many semiconductor component such as switching power suppliers, UPS, computer, printer, LHE, DC drive, AC drive, battery charger, ect. The using of non linier load would be generate harmonics frequence that happen on transformer 160 kVA in Rectorat building-Puskom Malikussaleh University Lhokseumawe. In the first measurement THDI was detected 20, 7%. This case shows that THDI held in above
IEEE 519-1992 standart. Terefore, a filter was needed to minimize the effect of harmonics. The result of modeling two passive filters were single tuned filter and the third order filter that produced THDI became 2,73% and 9,4%. Based on the
simulation both of two passive filters shows that the single tuned filter was very acceptable in Rectorat building-Puskom Malikussaleh University.
The keyword: harmonics, single tuned filter, the third order filter, THD
(7)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul: ANALISIS KESESUAIAN ANTARA SINGLE TUNED FILTER TERHADAP FILTER ORDE TIGA DALAM PROSES DALAM PROSES MINIMALISASI HARMONISA PADA TRANSFORMATOR 160 kVA DI GEDUNG REKTORAT – PUSKOM UNIVERSITAS MALIKUSSALEH LHOKSEUMAWE yang merupakan salah satu prasyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Pascasarjana di Program Studi Magister Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara.
Penulis terutama sekali mengucapkan terima kasih kepada ayahanda terkasih H. Syuib Nursyah, SH, ibunda tersayang Hj. Hafsah Muhammad, suami tercinta Fajri, M. Kasim, M. Soc. Sc dan mutiara hati tersayang Muhammad Humam Habibie dan Muhammad Hanif Habibie serta kakak-kakak dan adik-adik atas doa dan dorongan batin yang tak ternilai harganya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Usman Baafai, Bapak DR. Marwan Ramli, M.Si, selaku pembimbing atas segala saran, bimbingan dan nasehatnya selama penulisan ini berlangsung.
Terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM &H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara atas
(8)
kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program Magister, dan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat yang berguna bagi penulis dan kita semua.
Medan, Februari 2013
(9)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Misbahul Jannah Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Syafiatuddin No 25 Bukit Panggoi Indah
Lhokseumawe, Aceh
PENDIDIKAN:
1. Tamatan MIN Lhokseumawe, Aceh Tahun 1990 2. Tamatan MTsN Gandapura, Aceh Tahun 1993 3. Tamatan SMAN 1 Lhokseumawe , Aceh Tahun 1996 4. Politeknik Negeri Lhokseumawe, Aceh Tahun 1999 5. Universitas Sumatera Utara, Medan Tahun 2003
PEKERJAAN:
1. Dosen Teknik Elektro - Universitas Malikussaleh Lhokseumawe
Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Medan, 11 Februari 2013
(10)
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK………...
ABSTRACT……… KATA PENGANTAR……… DAFTAR RIWAYAT HIDUP………... DAFTAR ISI……….…….. DAFTAR TABEL……….…….. DAFTAR GAMBAR………..……… BAB 1 PENDAHULUAN……….…… 1.1. Latar Belakang……….……. 1.2. Perumusan Masalah……….….…… 1.3. Batasan Masalah……….………..…… 1.4. Tujuan Penelitian...……….…………..… 1.5. Manfaat Penulisan………...………..… 1.6. Sistematika Penulisan………... TINJAUAN PUSTAKA……….…..
2.1. Harmonisa………..……….………..… 2.1.1. Sumber Harmonisa ………...……. 2.1.2. Orde Harmonisa ……… 2.2. Indeks Harmonisa………...……..
2.2.1. Total Harmonic Distorsion……….……… 2.2.2. Total Demand Distorsion………...……..
2.3. Pengaruh Harmonisa.………..……….. 2.3.1. Efek Harmonisa Pada Transformator.…..…………. 2.4. Filter Pasif……….………….…………
2.5. Resonansi………..………… 2.5.1. Resonansi Seri..……….………
i ii iii v vi ix x 1 1 1 5 6 6 6 7 7 11 13 14 14 15 17 19 20 20 23 25
(11)
2.5.2. Resonansi Paralel……….. …..….………... 2.6. Single Tuned Filter.……….. 2.6.1. Factor Detuning………..… 2.6.2. Perancangan Single Tuned Filter….….……….……
2.7. Filter Pasif Orde Tiga……….………..…. 2.7.1. Perancangan Filter Pasif Orde Tiga…..……….……. 2.8 Perhitungan Hubung Singkat Dan Batas Harmonisa………. 2.8.1. Perhitungan Hubung Singkat………...
2.8.2. Perhitungan Short Circuit Rasio………...…………...
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN……….
3.1. Data Pemakaian Beban Di Gedung Rektorat Dan Puskom Universitas Malikussaleh……… 3.2. Teknik Pengukuran Yang Dilakukan……….. 3.3. Teknik Analisa Data………...……….…… 3.4. Data Spesifikasi Transformator Dan Kabel………..…..
3.5. Data Pengukuran Di Panel Utama Dengan METREL....…… 3.6. Perhitungan Hubung Singkat dan Batas Harmonisa………. 3.7. Perhitunngan Single Tuned Filter………...
3.7.1. Menentukan Kebutuhan Kapasitor Sebagai Perbaikan Faktor Daya………. 3.7.2. Menentukan Parameter Induktor L………. 3.8. Perhitungan Filter Orde Tiga……….. 3.8.1. Menentukan Kebutuhan Kapasitor Sebagai Perbaikan Faktor Daya………...………….. 3.8.2. Menentukan Parameter Induktor L………... 3.8.3. Menentukan Parameter resistor R Filter……….. 3.9. Simulasi Matlab Dengan Menggunkan Single Tuned Filter
Dan Filter Orde Tiga………... 3.9.1. Hasil Simulasi Single Tuned Filter………... 3.9.2. Hasil Simulasi Filter Orde Tiga……… BAB IV HASIL DAN ANALISIS……….
4.1. Hasil………. 4.2. Pembahasan.……… BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 5.1. Kesimpulan……….. 5.2. Saran……… 38 30 32 34 34 36 36 37 38 38 40 41 42 43 50 53 53 54 55 55 57 58 59 60 63 69 69 71 73 73 74
(12)
DAFTAR PUSTAKA. LAMPIRAN
75
(13)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1. 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. 3.1. 3.2. 3.3. 3.4 3.5. 3.6. 3.7. 4.1.
Perbandingan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Yang dilakukan Penulis………. Tabel Frekuensi dan Kelipatannya……….. Jenis Peralatan Terhadap THDI yang diBangkitkan..………….. Standart harmonisa Arus……….. Standart Harmonisa Tegangan…………..………. Urutan Dari Komponen Harmonisa……… Pengaruh Dari Polaritas Komponen Harmonisa………. Rekapitulasi Beban Terpasang Di Gedung Rektorat Dan Puskom Universitas Malikussaleh………... Impedansi Kabel Saluran………. Data Hasil Pengukuran tegangan fasa……….. Data Hasil Pengukuran Tegangan Dan Arus Harmonisa Orde n……….... Impedansi Dan Parameter Filter………... Data Hasil Pengukuran Matlab/ Simulink Tegangan Dan Arus Harmonisa Orde n Setelah Menggunakan Single Tuned Filter...
Data Hasil Pengukuran Matlab/ Simulink Tegangan Dan Arus Harmonisa Orde n Setelah Menggunakan filter Orde
Tiga………. Harmonisa Kondisi Sebelum Dan Kondisi Setelah
4 11 13 16 17 19 19 40 43 44 45 59 47 67 68 69
(14)
Menggunakan Single Tuned Filter Dan Filter Orde Tiga………
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. 2.7. 2.8. 2.9. 2.10. 2.11. 2.12. 2.13. 2.14. 3.1. 3.2.
Bentuk Gelombang Yang Dihasilkan Dari Penjumlahan Gelombang Fundamental Dan harmonisa Ke Tiga…..………... Karakteristik Gelombang Arus pada Beban Linier………. Karakteristik Gelombang Arus pada Beban Non Linier………. Tipe dari Rangkaian Filter Pasif...……….………... Arus Harmonisa Mengalir Menuju Sumber Tegangan…….…... Arus Harmonisa Sebagian Mengalir Menuju
Kapasitor………..
Rangkaian Resonansi Seri……… Impedansi vs Frekuensi Untuk Resonansi Seri………... Sistem Distribusi Tenaga listrik Yang Berpotensi Resonansi Seri……….……….. Rangkaian Resonansi Paralel……….……….. Impedansi VS Frekwensi Untuk Resonansi Paralel.……… Sistem Distribusi Tenaga Listrik Yang Berpotensi Resonansi Paralel………..
Single Tuned Filter……….………... Filter Pasif Orde Tiga……..………... Diagram satu Garis Sistem Kelistrikan Unimal………..
8 11 12 20 21 22 23 24 25 25 27 27 28 34 39
(15)
3.3. 3.4. 3.5. 3.6. 3.7. 3.8. 3.9. 3.10. 3.11. 3.12. 3.13. 3.14. 3.15. 3.16. 4.1.
Titik Pengukuran Panel Utama Di Gedung Rektorat Dan Puskom……….. Rangkaian Ekivalen Perhitungan Hubung Singkat……….. Hasil Pengukuran Bentuk Gelombang Arus Tiga fasa………… Hasil Pengukuran Bentuk Gelombang Arus Pada Fasa R...
Hasil Pengukuran bentuk Gelombang Arus Pada Fasa S……….
Hasil Pengukuran Bentuk Gelombang Arus Pada Fasa T………
Bentuk Gelombang Arus Hasil Pengukuran Dengan THDI Sebesar 20.17% Dengan Arus RMS 90,874……… Rangkaian Simulasi Single Tuned Filter……….. Bentuk Gelombang Arus Dan Bentuk Spektrum Setelah Menggunakan Single Tuned Filter………... Bentuk Gelombang Tegangan Dan Bentuk Spektrum Setelah Menggunakan Single Tuned Filter……… Nilai Faktor Daya Setelah Menggunakan Single Tuned Filter…
Rangkaian Simulasi Filter Orde Tiga………... Bentuk Gelombang Arus Dan Spektrum Setelah Menggunakan Filter Orde Tiga……… Bentuk Gelombang Tegangan Dan Bentuk Spektrum Setelah Menggunakan Filter Orde Tiga……… Nilai Faktor Daya Setelah Menggunakan Filter Orde Tiga…….
Perbandingan Bentuk Gelombang Dan Spektrum Hasil Pengukuran Langsung Dengan Hasil Simulasi Matlab/ Simulink Untuk Arus………
41 42 47 47 48 48 49 62 62 62 63 63 65 66 66 70
(16)
ABSTRAK
Beban non linier umumnya merupakan peralatan elektronik yang di dalamnya banyak mengandung komponen semikonduktor seperti Switching Power Supplies, UPS, computer, printer, LHE, DC drive, AC drive, battery charger dan lain sebagainya. Banyaknya penggunaan beban non linier akan menghasilkan harmonisa seperti yang terjadi pada transformator 160 kVA di gedung Rektorat – Puskom Universitas Malikussaleh Lhokseumawe. Pada pengukuran awal THDI yang terdeteksi adalah 20,7%. Hal ini menunjukkan bahwa THDI di atas standar yang diizinkan oleh IEEE
519 -1992. Oleh karena itu diperlukan filter dalam meminimalisasi harmonisa yang timbul. Hasil pemodelan dua buah filter pasif yaitu single tuned filter dan filter orde tiga, menghasilkan THDI menjadi 2,73% dan 9,40%. Berdasarkan hasil simulasi model dua buah filter pasif tersebut yang paling sesuain dipakai adalah single tuned filter untuk gedung Rektorat - Puskom Universitas Malikussaleh.
Kata kunci: harmonisa, filter single tuned, filter orde tiga, THD
(17)
ABSTRACT
Generally non linier load is an electronic device that consist of many semiconductor component such as switching power suppliers, UPS, computer, printer, LHE, DC drive, AC drive, battery charger, ect. The using of non linier load would be generate harmonics frequence that happen on transformer 160 kVA in Rectorat building-Puskom Malikussaleh University Lhokseumawe. In the first measurement THDI was detected 20, 7%. This case shows that THDI held in above
IEEE 519-1992 standart. Terefore, a filter was needed to minimize the effect of harmonics. The result of modeling two passive filters were single tuned filter and the third order filter that produced THDI became 2,73% and 9,4%. Based on the
simulation both of two passive filters shows that the single tuned filter was very acceptable in Rectorat building-Puskom Malikussaleh University.
The keyword: harmonics, single tuned filter, the third order filter, THD
(18)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi telah mempengaruhi sistem tenaga listrik, hal ini bisa dilihat dari banyaknya penggunaan peralatan listrik di setiap tempat. Seiring dengan banyaknya penggunaan peralatan listrik maka akan mempengaruhi kualitas sistem tenaga. Kualitas sistem tenaga berhubungan erat dengan kualitas daya
(Power Quality).
Kualitas daya tidak hanya berkaitan dengan amplitudo tegangan suplai atau frekuensi, tetapi juga bentuk gelombang arus dan tegangan. Kualitas daya yang buruk salah satunya ditandai dengan tingginya kandungan harmonisa.
Harmonisa merupakan suatu fenomena yang timbul dari pengoperasian beban listrik yang sebagian besar disebabkan oleh beban non linier, dimana pada
awalnya harmonisa adalah gejala pembentukan gelombang‐gelombang dengan frekuensi yang berbeda yang merupakan perkalian bilangan bulat dengan frekuensi fundamentalnya [1,2,3]. Sebagai contoh, frekuensi dasar suatu sistem tenaga listrik adalah 50 Hz, maka harmonisa keduanya adalah gelombang dengan frekuensi sebesar 100 Hz, harmonisa ketiga 150 Hz dan seterusnya. Gelombang ini kemudian
(19)
menumpang pada gelombang aslinya sehingga terbentuk gelombang cacat yang merupakan jumlah antara gelombang murni sesaat dengan gelombang
harmonisanya.
Penyebab munculnya harmonisa disebabkan oleh banyaknya penggunaan beban non linier. Beban linier dan beban non linear adalah dua jenis beban yang
dikenal dalam sistem tenaga listrik. Beban linier adalah beban yang memberikan
bentuk gelombang antara tegangan dan arus yang sama, artinya arus yang mengalir berbanding lurus dengan tegangan dan berbanding terbalik dengan impedansinya. Sementara itu beban non linier adalah bentuk gelombang keluaran
yang tidak sama dengan tegangan masuk dalam setiap setengah siklus sehingga bentuk gelombang arus maupun tegangan keluarannya tidak sama dengan gelombang masukannya. Beban non linear pada umumnya merupakan peralatan
elektronik yang didalamnya banyak terdapat saklar yang bekerja pada setiap siklus gelombang dari sumber tegangan. Proses ini menghasilkan gelombang yang tidak
sinusoidal.
Beban non linear juga merupakan pembangkit harmonisa yang paling
dominan di gedung Rektorat ‐ Puskom Universitas Malikussaleh Lhokseumawe seperti Komputer, AC dan penerangan dengan total daya terpasang sebesar 95,44 kW. Penyebab faktor daya rendah yang paling dominan yaitu penerangan ballast
(20)
Kemudian beban pendingin udara dengan total daya terpasang sebesar 71,616 kW. Pengukuran awal yang sudah dilakukan pada panel di lokasi penelitian dengan THDI sebesar 20,7%. THDI tersebut jika mengacu terhadap standar IEEE 519‐1992 maka
THDI pada pengukuran awal tersebut melebihi standart yang ditetapkan yaitu
dibawah 5%.
Diperlukan suatu peralatan untuk meminimalisasi harmonisa dalama memperbaiki kualitas daya di gedung Rektorat‐Puskom Universitasa Malikussaleh Lhokseumawe, kebanyakan besar beban yang ada merupakan beban non linier.
Diperlukan suatu peralatan untuk meminimalisasi harmonisa dalam memperbaiki kualitas daya di gedung Rektorat ‐ Puskom Universitas Malikussaleh Lhokseumawe, dimana sebagian besar beban yang digunakan merupakan beban
non linear.
Penggunaan filter pasif salah satu cara dalam meminimalisasi harmonisa. Filter pasif mempunyai berbagai tipe. Pada umumnya tipe dari rangkaian filter pasif adalah single tuned filter, filter orde dua, filter orde tiga serta filter tipe C.
Penelitian ini menganalisis kesesuaian dari dua tipe filter pasif yaitu single tuned
filter terhadap filter pasif orde tiga dalam meminimalisasi harmonisa pada
transformator yang disebabkan oleh beban non linear di gedung Rektorat – Puskom
Universitas Malikussaleh Lhokseumawe. Adapun alasan menggunakan dua buah filter tersebut karena single tuned filter dan filter orde tiga dikarenakan pada
(21)
penelitian sebelumnya belum ada perbandingan pemakaian filter dalam satu titik gangguan dalam meminimalisasi harmonisa dan penelitian ini juga orde harmonisa yang dipakai merupakan orde harmonisa ke‐3. Titik pengukuran beban non linier difokuskan pada panel PCC utama, disebabkan PCC utama tersebut terdapat
peralatan pembangkit harmonisa yang cukup tinggi. Pembangkit harmonisa yang tinggi tersebut akan mempengaruhi sistem yang lebih luas. Dengan meminimalisasi harmonisa pada panel PCC utama, tentunya akan mengurangi harmonisa yang
menuju ke bus transformator sehingga kualitas daya sistem secara keseluruhan akan lebih baik. Dengan demikian kualitas daya akan lebih baik dan pembebanan transformator lebih maksimal. Banyak metode yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dalam meminimalisasi harmonisa serta memperbaiki faktor daya, adapun penelitian‐ penelitian sebelumnya dengan dapat dilihat dalam Tabel 1.1. Tabel 1.1. Penelitian‐ penelitian yang telah dilakukan [4,5,6,7] N o Nama Judul Penelitian
Jenis Beban Metode Filter
yang Dirancang Tempat dan Tahun Penelitian 1. Gonzalez D.A dan McCall J.C 1986 [4] Design of Filters to Reduce Harmonic Distortion in Industrial Power Systems
Beban non linear
(Arc Furnace, six pulse rectifier), kapasitor untuk filter belum terpasang pada sistem.) Simulasi Program
Filter pasif : Single Tuned Filter untuk harmonisa ke-5 dan High Pass Filter untuk harmonisa ke-7 McGraw Edison Power System Division of Cooper Industries, Canonsburg, 1986
(22)
2. L.I.Koverni Kova . 2010 [5]
Centralized normalization of harmonic voltages by the third-order passive filter Beban gardu tran smisi dengan tegangan 220kV pada jaringan pan-jang 900 km.
Simulasi prpgram
Filter pasif orde tiga untuk harmonisa ke-3, 5 dan 7.
The Siberia Branch of the Russian Academy of Sciences Energy System Inst. 2010.
3 T. Messikl,
S. Mekhilef and N.A. Rahim 2010 [6] Adaptive Notch Filter for Harmonic current Mitigation
Beban non
linear (Arc Furnaces) kapasitor untuk filter telah terpasang pada system Simulasi Program
Filter Pasif dan filter aktif Electrical Laboratorium University Malaya, 2010
4 Chacpkphed
Madtharad
and Mark
Mcgrana.
2008 [7]
Harmonic Filter Design For Induction Furnace Load in 22 kV Distribution System
Beban non linear
dengan kapasitas 27 MW, 22Kv
Simulasi Program
Filter Pasif: High pass
Filter Untuk Harmonisa ke 5,11 dan 13
Proficial Electricity Auharity (PEA) Thailand, 2008
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian – penelitian yang telah dilakukan adalah penulis menggunakan dua buah filter dalam menganalisis harmonisa yang terjadi di titik gangguan yaitu Biro Rektorat – Puskom Universitas Malikussaleh Lhokseumawe.
1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, yang menjadi permasalah adalah:
a. Berapa besarnya nilai distorsi harmonisa total (Total Harmonic Distorsion)
arus yang terjadi pada gedung Rektorat ‐Puskom Universitas Malikussaleh.
(23)
b. Bagaimana cara meminimalisasi harmonisa dengan single tuned filter dan
filter orde tiga.
c. Bagaimana kesesuaian kedua filter tersebut dalam meminimalisasi harmonisa.
1.3. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini diberikan batasan masalah agar tercapai suatu pembahasan yang sistematik yaitu:
a. Pembahasan hanya terfokus pada kualitas daya listrik khususnya harmonisa
yang ditimbulkan oleh beban non linear.
b. Menggunakan dua buah filter yaitu single tuned filter dan filter pasif orde
tiga.
c. Analisis harmonisa dilakukan pada sistem distribusi tiga fasa yang bebannya seimbang, sehingga analisis dilakukan perfasa.
d. Persoalan bagaimana timbulnya harmonisa yang disebabkan oleh sumber harmonisa tidak dibahas dalam penelitian ini.
1. 4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan THDI dari 20,7%. Sehingga sesuai
(24)
tuned filter dan filter orde tiga. Kemudian dianalisa kesesuaian antara kedua filter
tersebut.
1.5 . Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini dapat memberikan konsep mengenai penggunaan single tuned filter dan filter orde tiga dalam meningkatkan kualitas
daya saat terjadi gangguan berupa harmonisa serta dapat memberi referensi bagi peneliti lain.
1.6. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I : Berisikan Pendahuluan yang mengemukakan latar belakang, perumusan
masalah, batasan masalah, tujuan serta manfaat penelitian.
Bab II : Berisikan tinjauan pustaka mengenai harmonisa, identifikasi harmonisa serta prinsip kerja dari filter yang akan dipakai yaitu single tuned filter dan
filter pasif orde tiga
Bab III : Berisikan berupa metodologi penelitian, perhitungan dan simulasi filter. Bab IV : Berisikan hasil dan analisis.
Bab V : Berisikan kesimpulan dan saran. BAB II
(25)
tuned filter dan filter orde tiga. Kemudian dianalisa kesesuaian antara kedua filter
tersebut.
1.5 . Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini dapat memberikan konsep mengenai penggunaan single tuned filter dan filter orde tiga dalam meningkatkan kualitas
daya saat terjadi gangguan berupa harmonisa serta dapat memberi referensi bagi peneliti lain.
1.6. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I : Berisikan Pendahuluan yang mengemukakan latar belakang, perumusan
masalah, batasan masalah, tujuan serta manfaat penelitian.
Bab II : Berisikan tinjauan pustaka mengenai harmonisa, identifikasi harmonisa serta prinsip kerja dari filter yang akan dipakai yaitu single tuned filter dan
filter pasif orde tiga
Bab III : Berisikan berupa metodologi penelitian, perhitungan dan simulasi filter. Bab IV : Berisikan hasil dan analisis.
Bab V : Berisikan kesimpulan dan saran. BAB II
(26)
Kualitas sistem tenaga listrik berhubungan erat dengan kualitas daya (Power
Quality), suatu kualitas sistem tenaga listrik bisa dikatakan memiliki tingkat
keandalan yang tinggi apabila sistem tersebut mampu menyediakan pasokan energi listrik yang dibutuhkan oleh konsumen secara kontinyu dengan kualitas daya yang baik. Akan tetapi pada masa sekarang dengan banyaknya penggunaan beban non
linear banyak permasalahan‐permasalahan yang timbul dalam sistem tenaga listrik
dalam menyediakan energi listrik secara kontinyu. Dengan adanya permasalahan tersebut maka akan mengakibatkan kurangnya kualitas daya, salah satunya adalah gangguan harmonisa. Pada dasarnya harmonisa adalah munculnya gelombang‐ gelombang dengan frekuensi berbeda yang merupakan perkalian bilangan bulat dengan frekuensi dasarnya [1].
2.1. Harmonisa
Kata harmonisa dipergunakan untuk benda akustik, yang mana artinya getaran dari senar atau kolom udara dengan frekuensi yang biasanya merupakan kelipatan dari frekuensi dasarnya. Dalam sistem tenaga listrik harmonisa adalah gangguan yang terjadi pada sistem distribusi tenaga lisrik akibat terjadinya distorsi gelombang arus dan tegangan. Distorsi gelombang arus dan tegangan timbul karena adanya pembentukan gelombang dengan frekuensi berbeda yang merupakan perkalian bilangan bulat dengan frekwensi dasarnya.
(27)
Hal ini disebut frekuensi harmonisa yang timbul pada gelombang asalnya sedangkan bilangan bulat pengali frekuensi dasar disebut angka urutan harmonisa.
Sistem tenaga listrik dirancang untuk beroperasi pada frekuensi 50‐60 Hz. Akan tetapi pada kenyataan di lapangan ada beberapa beban yang menyebabkan munculnya arus dan tegangan yang frekuensinya merupakan kelipatan 50‐60 Hz yang disebut frekuensi fundamental dan kelipatannya disebut frekuensi harmonisa. Karakteristik dari harmonisa dapat dipresentasikan dengan persamaan deret fourier
sesuai dengan bentuk gelombang non linear dengan menjumlahkan gelombang
(28)
Gambar 2.1. Bentuk gelombang yang dihasilkan dari penjumlahan gelombang fundamental dan harmonisa ke tiga [8]. Dari Gambar 2.1 fungsi periodik dapat diuraikan menjadi deret trigonometri tak terhingga atau biasa disebut deret fourier [3,9].
Atau
Dimana:
Ah dan BBh adalah koefisien dari setiap harmonisa, dengan ketentuan sebagai berikut:
Jumlah antara frekuensi fundamental dan kelipatannya akan menyebabkan frekuensi fundamental tidak lagi berbentuk sinus murni akan tetapi mengalami distorsi. Berikut ini adalah Tabel 2.1, frekuensi fundamental dan kelipatanya:
(29)
Tabel 2.1. Tabel frekuensi dan kelipatanya [10]. Frekuensi ( Hz) Istilah
50 Hz Frekuensi Fundamental 100 Hz Frekuensi Kedua 150 Hz Frekuensi Ketiga 200 Hz Frekuensi Keempat ….. …….
Dalam sistem tenaga listrik gelombang tegangan dan gelombang arus yang ideal bentuk gelombangnya adalah sinusoidal murni. Fungsi tegangan dan arus
yang tergantung pada waktu t dapat dinyatakan dalam Persamaan (2.5) dan (2.6) sebagai berikut:
Fungsi tegangan,
v(t) = Vm sin (2.5)
Fungsi arus,
(30)
Dimana:
Vm : harga maksimun tegangan (volt)
Im : harga maksimun arus (ampere)
: 2 π fo = kecepatan sudut dari gelombang periodik ( rad/dt)
: frekwensi fundamental dari gelombang periodik ( Hz)
: sudut fasa tegangan dan arus, bertanda negatif untuk arus terlambat dan bertanda positif untuk arus terdahulu dari tegangan (derajat) 2.1.1. Sumber harmonisa
Ada dua beban dalam sistem tenaga listrik yaitu beban linier dan beban non
linear. Karakteristik dari beban linier diperlihatkan pada Gambar 2.2. Beban linier
adalah beban yang memberikan bentuk gelombang arus keluaran linier yang artinya arus yang mengalir sebanding dengan impedansi dan perubahan tegangan. Pada beban linier, bentuk gelombang arus akan mengikuti bentuk gelombang tegangan yang akan ditimbulkannya. Bila gelombang tegangan berbentuk sinusoidal, bentuk
(31)
Gambar 2.2. Karakteristik gelombang arus pada beban linier.
Sedangkan beban non linear memberikan bentuk gelombang arus keluaran
yang tidak sebanding dengan tegangan dalam setiap setengah siklus sehingga bentuk gelombang arus maupun tegangan keluarannya tidak sama dengan gelombang masukannya atau dengan istilah lain mengalami distorsi. Beban non
linear pada umumnya terdapat pada peralatan elektronik yang didalamnya banyak
mengandung komponen semikonduktor, dimana dalam proses kerja berlaku sebagai saklar yang bekerja pada setiap siklus gelombang dari sumber tegangan. Proses kerja ini akan menghasilkan gangguan dimana gelombang arus tidak lagi sinusoidal.
(32)
Gambar 2.3. Karakteristik gelombang arus pada beban non linear
Dengan meluas dan banyaknya penggunaan beban non linear, gelombang
sinusoidal ini mengalami cacat sehingga menimbulkan harmonisa atau dengan kata
lain beban non linear merupakan sumber harmonisa.
Ada beberapa contoh beban non linear yang menimbulkan harmonisa diantaranya
adalah:
a. Lampu hemat energi (LHE)
b. Air Condition (AC)
c. Komputer
d. UPS
e. Adjustable Speed Drive
(33)
g. Lampu Penerangan TL ( electronic and magnetic ballast)
Tabel 2.2 memperlihatkan besar harmonisa yang dibangkitkan oleh setiap peralatan listrik. Dari tabel tersebut bisa kita perhitungan gambaran besarnya THII setiap beban elektronika daya atau beban non linier.
Tabel 2.2. Jenis Peralatan terhadap THDI yang dibangkitkan [11].
Jenis Peralatan Tegangan Volt THDI % Keterangan
Fluorescent Lamp (with Magnetic Ballast)
277 18.5 Dominan
harmonisa ke -3 Fluorescent Lamp
( with Electronic Ballast)
277 11.6
Komputer 240 134 91 % Dominan
harmonisa ke -3
Laser Printer 240 134 91 % Dominan
harmonisa ke -3
Refrigerator 120 6.3
240 10.5 Residential Air Conditioner Dominan harmonisa ke-3 240 91
Charger battery UPS Dominan
harmonisa ke -3 2.1.2. Orde harmonisa
Orde harmonisa merupakan perbandingan antara frekuensi harmonisa dengan frekuensi fundamental [2,3]. Contohnya, h = 5, ini menunjukkan harmonisa kelima dengan frekuensi yang merupakan kelipatan lima kali dari frekuensi fundamental. Jika frekuensi fundamentalnya adalah 50 Hz maka frekuensi harmonisa orde ke 5 adalah
(34)
Dalam pengukuran harmonisa ada beberapa petunjuk penting yang harus dimengerti yaitu Total Harmonic Distortion (THD) dan Total Demand Distorsion (TDD).
2.2.1. Total Harmonic Distortion (THD)
Total harmonic distorsion (THD) adalah indeks yang menunjukkan total harmonisa
dari gelombang tegangan atau arus yang mengandung komponen individual harmonisa yang dinyatakan dalam persen terhadap komponen individual [1,2,12].
THDV untuk gelombang adalah:
Dimana:
V1 = Tegangan fundamental.
Vh = Tegangan harmonisa ke – h.
h = 2,3,45…….
(35)
Dimana:
I1 = Arus fundamental
Ih = Arus harmonisa ke ‐ h
h = 2,3,4,5……
2.2.2. Total Demand Distorsion (TDD)
Distorsi harmonisa (harmonic distorsion) paling berarti apabila dimonitor
pada Point of Common Coupling ( PCC) dimana beban dihubungkan jauh dari
pembangkit. Distorsi harmonisa pada PCC ini cenderung menunjukkan distorsi yang lebih besar jika pengukuran arus beban (demand load current) besar dan sebaliknya
[2]. Oleh karena itu total kandungan harmonisa diukur berdasarkan arus beban IL
yang disebut dengan TDD ( Total Demand Distorsion). Persamaan dari Total Demand
Distorsion adalah:
Hasil perhitungan sebaiknya tidak melebihi atau sama dengan nilai yang ditetapkan oleh standart yang berlaku. Bila hasilnya lebih maka tingkat harmonisa sistem membahayakan komponen‐komponen sistem sebaiknya dicari cara menguranginya.
(36)
Ada dua kriteria yang digunakan dalam analisa distorsi harmonisa yaitu limitasi untuk distorsi tegangan harmonisa, standart yang dipakai untuk limitasi tegangan harmonisa adalah IEEE 519‐1992 dan limitasi untuk distorsi arus
harmonisa dimana standar harmonisa arus yang dipakai ditentukan oleh rasio I SC /
IL(arus hubung singkat dibagi dengan arus beban) seperti yang diperlihatkan dalamTabel 2.3.
Tabel 2.3 Standart Harmonisa Arus [13,14] Orde Harmonisa (dalam % )
<11 11- 16
17 -22
23-24
>35
Total Harmonic Distorsion
< 20 4 2 1.5 0.6 0.3 5
20-50 7 3.5 2.5 1 0.5 8
50-100 10 4.5 4 1.5 0.7 12
12 5.5 5 2 1
100-1000 1.5
>1000 15 7 6 2.5 1.4 20
Sedangkan untuk harmonisa tegangan ditentukan oleh tegangan sistem seperti dalam Tabel 2.4.
Tabel 2. 4 Standart harmonisa tegangan [13,14] Tegangan sistem Maximun Distortion
(37)
Individual Harmonic 3 1.5 1
Total Harmonic 5 2.5 1.5
2.3. Pengaruh harmonisa
Setiap komponen sistem distribusi dapat dipengaruhi oleh harmonisa walaupun dengan akibat yang dampak berbeda. Namun hal tersebut akan mengalami penurunan kinerja bahkan akan mengalami kerusakan. Salah satu dampak yang umum dari gangguan harmonisa adalah panas lebih pada kawat netral dan transformator sebagai akibat timbulnya harmonik ketiga yang dibangkitkan oleh peralatan listrik satu fasa. Pada keadaan normal, arus beban setiap fasa dari beban linier yang seimbang pada frekuensi dasarnya akan saling menghapuskan sehingga arus netralnya menjadi nol. Sebaliknya beban non linear satu fasa akan menimbulkan harmonisa kelipatan tiga ganjil yang disebut tripple
harmonic ( harmonisa ke‐3, ke‐9, ke‐ 15 dan seterusnya) yang sering disebut zero
sequence harmonic. Seperti yang terlihat dalam Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Urutan dari komponen harmonisa [13]
Harmonisa 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Frekuensi (Hz) 50 100 150 200 250 300 350 400 450
(38)
Harmonisa pertama urutan polaritas adalah positif, harmonisa kedua urutan polaritasnya adalah negatif dan harmonisa ketiga polaritasnya adalah nol, harmonisa keempat adalah positif dan ini akan berulang berurut sampai seterusnya. Pengaruh yang ditimbulkan oleh arus urutan nol dari komponen harmonisa yaitu tingginya arus netral pada sistem 3 fasa 4 kawat karena arus urutan nol kawat netral 3 kali arus urutan nol masing‐masing fasa. Hal ini bisa dilihat dari Tabel 2.6.
Tabel.2.6. Pengaruh dari polaritas komponen harmonisa. Komponen harmonisa Dampak dari harmonisa
en har
Positif - Panas
Negatif - Panas
- Menghambat atau memperlambat putaran motor
Nol - Panas
-Menimbulkan atau menambah arus pada kawat netral
2.3.1. Efek harmonisa pada transformator
Transformator adalah suatu peralatan yang dirancang untuk menyalurkan daya yang dibutuhkan ke beban dengan rugi–rugi minimum dan frekuensi fundamentalnya. Arus dan tegangan harmonisa yang terus menerus akan menyebabkan panas lebih pada
(39)
transfomator. Ada beberapa pengaruh yang menimbulkan panas lebih pada transformator ketika arus beban mengandung komponen harmonisa yaitu:
a. Harmonisa arus menyebabkan meningkatnya rugi-rugi tembaga yang dinyatakan dengan persamaan berikut:
Rugi tembaga
b. Harmonisa tegangan menyebabkan meningkatnya rugi-rugi besi seperti Eddy Current dan rugi–rugi hysteresis. Eddy current (arus pusar) terjadi bila inti dari sebuah material jenis ferromagnetic (besi) secara elektrik bersifat konduktif. Konsentrasi Eddy Current lebih tinggi pada ujung–ujung belitan transformator karena efek kerapatan medan magnet bocor pada kumparan menyebabkan fenomena terjadinya arus pusar (arus yang bergerak melingkar). Bertambahnya rugi–rugi Eddy Current karena harmonisa berpengaruh pada temperatur kerja transformator yang terlihat pada besar rugi-rugi daya nyata (Watt) akibat Eddy Current ini.
2.4. Filter Pasif
Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengatasi harmonisa dalam memperbaiki faktor daya adalah filter pasif. Filter pasif terdiri dari komponen seperti
(40)
Kapasitor (C), Induktor (L) dan Resistor (R) [2,5,15]. Pada umumnya tipe dari rangkaian filter pasif adalah single tuned filter, filter orde dua, filter orde tiga dan filter tipe C, seperti Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Tipe dari rangkaian filter pasif 2.5. Resonansi
Keadaan dimana reaktansi induktif dari sistem dan reaktansi kapasitif dari kapasitor untuk perbaikan faktor daya sama besar pada satu frekuensi harmonisa tertentu disebut resonansi. Rangkaian sistem distribusi pada umumnya adalah elemen induktif, maka adanya kapasitor yang digunakan untuk perbaikan faktor daya dapat menyebabkan siklus transfer energi antara elemen induktif dan kapasitif pada frekuensi resonansi, dimana pada frekuensi resonansi ini besarnya reaktansi induktif
dan reaktansi kapasitif sama besar. Kombinasi elemen induktif (L) dan kapasitif (C) dilihat dari suatu rel dimana arus harmonisa diinjeksikan oleh beban non linear, interaksi antara arus harmonisa dengan impedansi sistem yang terdiri dari L dan C
(41)
dapat menghasilkan resonansi seri (L dan C seri) dimana resonansi seri akan menghasilkan arus harmonisa yang besar melalui elemen tertentu dari rangkaian. Selain menghasilkan resonansi seri bisa juga menghasilkan resonansi paralel. Resonansi paralel ini menghasilkan tegangan yang besar pada elemen tertentu dari rangkaian.
Arus harmonisa mengalir menuju sumber tegangan, hal ini terjadi pada sumber distribusi dimana arus harmonisa yang dibangkitkan sumber harmonisa akan mengalir menuju ke sumber daya sistem distribusi, karena impedansi dari sistem adalah sangat kecil jika dilihat dari rel dimana arus harmonisa diinjeksikan sehingga menyebabkan arus harmonisa mengalir menuju sumber tegangan seperti terlihat dalam Gambar 2.5.
Gambar 2.5. Arus harmonisa mengalir menuju sumber tegangan
Untuk memperbaiki faktor daya dapat mengubah pola aliran arus harmonisa bisa digunakan kapasitor [2], sebab arus harmonisa akan mengalir menuju impedansi terkecil dan karena pada frekuensi harmonisa reaktansi kapasitor adalah kecil dan
(42)
dapat lebih kecil dari impedansi sistem, sehingga sebagian aliran arus harmonisa
akan menuju kapasitor seperti Gambar 2.6.
Gambar 2.6. Arus harmonisa sebagian mengalir menuju kapasitor
Arus harmonisa yang sebagian mengalir menuju kapasitor seperti Gambar 2.6, akan menyebabkan terjadinya panas berlebihan pada kapasitor dan bisa merusak unit kapasitornya.
2.5.1. Resonansi seri
Rangkaian resonansi seri terdiri dari elemen elemen R, L dan C yang terhubung secara seri seperti Gambar 2.7 [16].
(43)
Gambar 2.7. Rangkaian resonansi seri
Dari Gambar 2.7 dapat ditentukan impedansi seri seperti Persamaan (2.10).
……….………..(2.10)
Arus dalam rangkaian:
) (XL XC j
R V Z
V I
− +
=
= ………..(2.11)
Jika reaktansi maka rangkaian dikatakan mengalami resonansi, sehingga Persamaan (2.11) menjadi:
R V
I = ………..………...(2.12)
Pada saat resonansi :
C
L X
X =
C L
r
r
ω
ω
= 1(44)
LC
r
1 2 =
ω
LC
r
1
=
ω ………..………….(2.13)
Frekuensi resonansi adalah:
LC fr
π
2 1
= ………..………….(2.14)
Persamaan (2.12) menjelaskan bahwa impedansi total rangkaian hanya terdiri dari R saja yang relatif kecil, sehingga arus yang mengalir menjadi besar pada kondisi resonansi seri ini. Dimana jika digambarkan impedansi rangkaian terhadap frekuensi akan diperoleh bentuknya seperti Gambar 2.8.
(45)
Sistem distribusi tenaga listrik yang berpotensi terjadi resonansi seri, dimana kapasitor bank dipasang terhubung seri dengan transformator dapat dilihat pada Gambar 2.9.
Gambar 2.9. Sistem distribusi tenaga listrik yang berpotensi resonansi seri.
2.5.2. Resonansi paralel
Rangkaian resonansi paralel terdiri dari elemen induktor dan kapasitor yang terhubung paralel, seperti yang terlihat pada Gambar 2.10 [4,15].
(46)
Dari Gambar 2.10 rangkaian resonansi paralel besarnya impedansi total rangkaian adalah: ) ( ) )( ( C L L C X X j R jX R jX Z − + + − = ………..(2.15)
Dalam keadaan resonansi:
Maka: R jX R jX
Z = (− C)( + L)……….………….(2.16)
Tegangan adalah: ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − + = = R jX R jX I IZ
V ( C)( L) ……….…(2.17)
Pada Persamaan (2.17) jika impedansi Z >> atau , maka tegangan V akan menjadi sangat besar. Untuk menentukan frekuensi resonansi paralel sama dengan menentukan harga dari frekuensi resonansi seri, yaitu:
LC fr
π
2 1
(47)
Frekuensi response atau impedansi total rangkaian terhadap frekuensi. Impedansi terbesar dari gambar tersebut terdapat pada frekuensi resonansi artinya
terjadi peningkatan tegangan pada frekuensi resonansi paralel
Gambar 2. 11. Impedansi vs frekuensi untuk resonansi paralel
Sistem distribusi tenaga listrik industri yang berpotensi terjadi resonansi paralel ditunjukkan pada Gambar 2.12.
(48)
Dimana Xs = impedansi reaktansi sumber
Gambar 2.12. Sistem distribusi tenaga listrik tenaga listrik yang berpotensi resonansi paralel.
2.6. Single Tuned Filter
Single tuned filter merupakan salah satu filter pasif yang terdiri dari komponen-komponen pasif yaitu R, L dan C yang terhubung secara seri. Gambar 2.13 merupakan skema dari single tuned filter, dimana filter ini paling banyak digunakan dalam sistem tenaga listrik industri dalam hal mengatasi harmonisa, hal ini dikarenakan single tuned filter lebih efisien [1].
Gambar 2.13. Single Tuned Filter
Single tuned filter mempunyai impedansi yang kecil pada frekuensi resonansi, sehingga arus yang mempunyai frekuensi sama dengan frekuensi resonansi akan dibelokkan melalui filter. Dari Gambar 2.13 besarnya impedansi single tuned filter
pada frekuensi fundamental dapat dilihat pada Persamaan 2.19 dibawah ini:
(49)
Sedangkan besarnya impedansi single tuned filter pada frekuensi resonansi dari Persamaan (2.19) menjadi:
Jika frekuensi sudut saat resonansi adalah:
..………(2.21)
Persamaan dari impedansi filter sebagai berikut:
Nilai reaktansi induktif dan reaktansi kapasitif saat resonansi sama besar maka impendansi filter akan diperoleh:
………...…(2.23)
Dari Persamaan (2.22) terlihat bahwa pada frekuensi resonansi, filter akan mempunyai impedansi yang sangat kecil, lebih kecil dari impedansi beban yaitu sama dengan tahanan induktor R, sehingga arus harmonisa yang mempunyai frekuensi sama dengan frekuensi resonansi yang akan dialirkan atau dibelokkan melalui filter dan tidak mengalir ke sistem. Pada dasarnya sebuah single tuned filter dipasang untuk
(50)
setiap harmonisa yang akan dihilangkan. Filter ini dihubungkan pada busbar dimana pengurangan tegangan harmonisa ditentukan.
Besarnya tahanan induktor R dari bisa ditentukan oleh Quality factor (Q). Quality factor (Q) adalah kualitas listrik dari suatu induktor. Dimana secara matematis Q adalah perbandingan nilai reaktansi induktif atau reaktansi kapasitif pada frekuensi resonansi dengan tahanan R. Jika nilai Q yang dipilih besar maka nilai R kecil dan kualitas filter semakin bagus karena energi yang dipakai oleh filter semakin kecil yang artinya rugi-rugi panas filter kecil dan nilai Quality factor
berkisar antara 30 < Q < 100 [1].
Pada frekuensi tuning:
Quality Factor:
Tahanan induktor akan diperoleh berdasarkan Persamaan (2.25), yaitu:
2.6.1. Faktor detuning
Faktor detuning atau relative frequency deviation (δ) menyatakan perubahan frekuensi dari frekuensi nominal penyetelannya. Faktor detuning berkisar antara 3 –
(51)
10% dari resonansi harmonisa [4,16]. Faktor detuning dapat dinyatakan sebagai berikut:
Bila temperatur menyebabkan perubahan induktansi dari inductor dan perubahan kapasintasi dari kapasitor maka faktor detuning menjadi [1,5]:
Dari Persamaan (2.27) maka diperoleh frekuensi tuning:
Atau order tuning adalah:
Dimana:
(52)
= 2 = frekuensi sudut saat resonansi.
= orde harmonisa saat resonansi.
order tuning.
Setiap filter mempunyai kelebihan dan kelemahan dalam meminimalisasi harmonisa. Kelebihan dari single tuned filter adalah:
a. Tahanan R pada filter harmonisa single tuned filter adalah nilai adalah nilai tahanan dari kumparan reaktor.
b. Tahanan R dapat juga digunakan untuk setiap faktor kualitas dari filter dan menyediakan suatu cara untuk mengendalikan jumlah arus harmonisa yang diinginkan yang melaluinya.
c. Besar nilai Q menunjukkan nilai frekuensi resonansi filter dan oleh karena itu filter dilakukan pada nilai paling besar dari frekuensi harmonisa.
d. Single tuned filter secara normal mampu meminimalisasi frekuensi harmonisa yang besar yaitu harmonisa ke 11 dan 13.
Sedangkan kelemahan dari single tuned filter adalah:
a. Single tuned filter digunakan untuk mengurangi harmonisa 1 buah orde harmonisa saja diantara order harmonisa yang ada.
(53)
Perancangan single tuned filter untuk menentukan besarnya komponen- komponen dari single tuned filter tersebut, dimana single tuned filter terdiri dari hubungan seri komponen-komponen pasif induktor, kapasitor dan tahanan [1,4,16].
Adapun langkah-langkah dalam merancang single tuned filter untuk orde harmonisa ke h:
a. Menentukan ukuran kapasitor berdasarkan kebutuhan daya reaktif untuk perbaikan faktor daya. Dimana daya reaktif kapasitor dapat ditentukan dengan Persamaan ( 2.32).
b. Menentukan reaktansi kapasitor.
c. Menentukan kapasitansi kapasitor.
C
X f C
2 1
0 π
= ………..………(2.34)
d. Menentukan reaktansi induktif.
2
n C L
h X
X = ……….(2.35)
(54)
0
2 f X
L L
π
= ………..……….(2.36)
f. Menentukan tahanan ( R ) dari induktor.
Q X
R= n ………(2.37)
2.7. Filter Pasif Orde Tiga
Filter pasif orde tiga terdiri dari kapasitor seri dengan rangkaian paralel dimana salah satu cabangnya berisi kapasitor seri dengan resistor dan cabang lainnya berisi induktor [5,15]. Filter pasif orde tiga dapat dilihat pada Gambar 2.14.
Gambar 2.14. Filter pasif orde tiga
Filter orde tiga ini mempunyai kelebihan yang pada umumnya dimiliki oleh filter pasif yaitu:
a. Dapat digunakan pada frekuensi tinggi.
(55)
Sedangkan kelemahan dari filter orde tiga adalah:
Dalam melakukan perhitungan lebih sedikit rumit dibandingkan dengan
single tuned filter.
2.7.1. Perancangan filter pasif orde tiga
Sama seperti single tuned filter, dalam merancang filter orde tiga untuk mengurangi harmonisa maka harus ditentukan parameter besaran nilai dari
pada frekuensi fundamental [5,15].
a. Reaktansi dapat dihitung dengan cara mengeset nilai dari daya reaktif
(dalam kVAR) yang dibutuhkan serta besar tegangan V pada frekuensi fundamental, seperti pada Persamaan 2.38.
b. Menentukan nilai
Untuk mengurangi harmonisa tegangan pada jaringan menjadi ( 0,5- 0,75) dari nilai KV(h)Npada harmonisa yang ditentukan, filter harus mempunyai nilai resistansi sebesar RF, dimana RF:
(56)
c. Menentukan nilai interval m sebagai berikut:
Mengingat XC2 = m XC1, maka:
d...Menentuka n nilai reaktansi induktansi.
e...Menentuka n nilai tahanan.
(57)
2.8....Perhitunga n Hubung Singkat dan Batas Harmonisa
2.8.1...Perhitungan hubung singkat
Dalam perancangan filter yang akan digunakan dalam minimalisasi harmonisa ada perhitungan arus hubung singkat dimana pada bus utama terlebih dahulu ditentukan besar impedansi trnasformator dan impedansi kabel antara transformator dengan bus utama. Dalam menentukan impedansi transformator ditentukan terlebih dahulu daya dan tegangan base sistem.
(58)
Nilai induktansi transformator ( L) pada frekuensi fundamental yaitu:
Arus hubung singkat:
Zs itu sendiri bisa ditentukan dari penjumlahan impedansi transformator dan impedansi saluran.
2.8.2. Perhitungan short circuit ratio (SCR)
Short circuit ratio (SCR) adalah perbandingan antara arus hubung singkat dengan arus beban rata-rata dari pengukuran. SCR digunakan untuk menentukan batas arus harmonisa sesuai dengan standar IEEE 519-1992, dimana SCR itu sendiri bisa didapat:
itu sendiri merupakan nilai arus fundamental dari pengukuran pada bus PCC utama.
(59)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simulasi dengan data ukur yang didapat dari pengukuran. Sedangkan parameter yang digunakan dalam simulasi ini yaitu impedansi tranasformator, impedansi penghantar dari transformator ke panel utama, parameter filter yang dihitung dan sumber arus harmonisa dari data pengukuran. Parameter yang dibutuhkan diperoleh dengan cara pengumpulan data pemakaian beban, data transformator, data impedansi kabel dan pengukuran harmonisa. Power Q Plus dalam penelitian ini menggunakan merek METREL merupakan alat ukur yang digunakan dalam mengukur harmonisa dan faktor daya. Pengukuran harmonisa dan faktor daya dilakukan untuk mendapatkan besar harmonisa dan faktor daya yang terjadi pada sistem khususnya di panel utama. Setelah diketahui nilai faktor daya dan besar urutan hamonisa, maka nilai tersebut menjadi data dalam menentukan parameter single tuned filter dan filter orde tiga dengan pemodelan simulasi MATLAB/SIMULINK.
3.1. Data Pemakaian Beban di Gedung Rektorat - Puskom Universitas Malikussaleh
Gedung Rektorat - Puskom Universitas Malikussaleh merupakan salah satu pelanggan tegangan menengah 20 kV dengan golongan tarif S-4 PT PLN (Persero) wilayah Aceh. Sumber tegangan disuplai dari jaringan tegangan menengah (TM) 20
(60)
kV ke gardu distribusi TR metering PLN melalui HUTM (Hantaran Udara Tegangan Menengah). Kemudian dari transformator tersebut disambung ke panel utama melalui kabel TIC 4 /0 AWG atau 85 mm2 dengan jarak 400 meter dan selanjutnya dibagi ke panel utama beban antara lain ke gedung Rektorat - Puskom Universitas
Malikussaleh dengan sistem kelistrikannya diperlihatkan pada Gambar 3.1 (Diagram Kelistrikan standart SPLN pada Lampiran 4).
Gambar 3.1. Diagram satu garis sistem kelistrikan Universitas Malikussaleh
Beban pada masing-masing panel utama berupa lampu ballast magnet 2 36 watt dengan
faktor daya 0,45, komputer, pendingin udara dan lampu hemat energi. Data pemakaian beban di Rektorat - Puskom Universitas Malikussaleh dapat dilihat pada Tabel 3.1 dengan rekapitulasi daya sebagai berikut:
(61)
Tabel 3.1 Rekapitulasi beban terpasang di gedung Rektorat - Puskom Universitas Malikussaleh
Gedung Rektorat - Puskom Nama Beban
Jumlah beban (Watt) Penerangan TL 2x36 13.824
Komputer 10.000 Pendingin udara 71.616
Lampu hemat energi 8.000
Jumlah 103.440
3.2. Teknik Pengukuran yang Dilakukan
Sebelum penggunaan filter yang akan digunakan tentunya ada mekanisme yang harus dilakukan diantaranya mengetahui besar nilai harmonisa pada sistem tenaga listrik tersebut. Untuk mengetahui karakteristik harmonisa melalui pengukuran pada sistem distribusi di Rektorat - Puskom Universitas Malikussaleh seperti Gambar 3.2. Titik pengukuran dan pengambilan data dilakukan langsung ke lapangan dengan menggunakan alat ukur bernama Power Q plus MI 2492 (merk METREL) komunikasi data dari Power Q plus MI 2492 ke komputer dilakukan melalui
converter RS232/USB. Paket data komunikasi ini ditampilkan dalam bentuk daftar dan grafik secara langsung, dan data tersebut dapat disimpan di komputer
Kapasitas hubung singkat pada gardu distribusi dibutuhkan untuk menghitung impedansi sumber pada panel utama dan impedansi saluran. Data impedansi
(62)
transformator daya 160 kVA diambil dari plat nama (name plate) dan data impedansi kabel dari transformator ke panel utama dengan kabel jenis TIC 4 3/0 AWG atau 85 mm2 sesuai ukuran penggunaan diperoleh dari standar kabel.
Gambar 3.2 Titik pengukuran panel utama di gedung Rektorat - Puskom
Titik pengukuran
Penghantar TIC
4x3/0AWG
Gedung Rektorat Gedung Puskom
160 kVA-20 KV/400 V Z = 3%
PLN 20KV 50Hz
3.3. Teknik Analisa Data
Data hasil pengukuran yang dapat direkam dan tersimpan yang merupakan data input pada simulasi MATLAB. Data yang dipilih adalah data pengukuran harmonisa yang terbesar sebagai acuan perhitungan pada kondisi terburuk, data yang terpilih tersebut dapat diperlihatkan dalam bentuk gelombang tegangan dan arus
(63)
terdistorsi akibat harmonisa dan spektrum harmonisa untuk tiga fasa. Secara visualisasi, spektrum harmonisa ini memberikan gambaran besar harmonisa yang terjadi karena pengoperasian beban non linier.
Untuk menghitung kapasitas hubung singkat didapat berdasarkan data transformator dan data kabel yang digunakan. Dimana hasil perhitungan hubung singkat ini untuk mendapatkan rangkaian ekivalen satu fasa dengan sistem sumbernya seperti Gambar 3.3.
Gambar 3.3. Rangkaian ekivalen perhitungan hubung singkat
[Panel utama
X kabel pu
X trafo pu
Vpu
ISC
Dari hasil perhitungan hubung singkat akan dipergunakan untuk menentukan
nilai ratio arus hubung singkat dengan arus beban atau Short Circuit Ratio (SCR), seperti pada Persamaan (2.52). Dimana SCR adalah perbandingan antara arus hubung singkat dengan arus beban maksimum sebagai batas arus harmonisa sesuai standar
IEEE 519-1992.
3.4. Data Spesifikasi Transformator dan Kabel
Untuk menentukan parameter single tuned filter dan filter orde tiga pelaksanaan penelitian dimulai dengan mendapatkan data transformator dan impedansi saluran.
(64)
a. Data Spesifikasi Transformator Distribusi Kapasitas daya Transformator 3 fase 160kVA, Tegangan 20 kV/400 V
Hubungan Dyn5 Impedansi Zsc : 3%
Pendingin minyak : Diala B Kenaikan suhu minyak: 55oC b. Data Spesifikasi kabel
Kabel yg digunakan jenis TIC 4 3/0 AWG dari transformator ke panel utama dengan panjang 400 meter. Data kabel dapat dilihat pada Tabel 3.2:
Tabel 3.2. Impedansi kabel saluran Jenis kabel Luas
penampang
Resistasi (r)
(ߗ/10 ft)
Reaktansi (x)
(ߗ/1000 ft)
Impedansi kabel
(z) (ߗ) 400 meter
TIC 1/0-7 0,106 0,098 0.139+j0.1286
Dimana 1 ft = 0,3048 m
(65)
Pengukuran karakteristik harmonisa pada panel utama gedung Rektorat ‐ Puskom Universitas Malikussaleh dilakukan dengan menggunakan alat ukur harmonisa. Parameter data yang dapat diambil adalah komponen harmonisa tegangan, komponen harmonisa arus, faktor daya, daya aktif, daya reaktif dan daya semu seperti tertampil pada Tabel 3.3. Dari pengukuran tersebut akan terlihat nilai setiap orde harmonisa dan daya yang terukur, terutama daya reaktif yang nantinya digunakan untuk menghitung besar kapasitas kapasitor yang harus digunakan sebagai kompensasi faktor daya sistem.
Tabel 3.3. Data hasil pengukuran tegangan fasa, arus fasa, daya, faktor daya, besar THD tegangan dan arus.
Symbol Name Unit L1 L2 L3 Total
U Phase voltage V 211 214.1 208.9
I Phase current A 77.161 99.015 90.874
S Apparent power kVA 16.3 21.2 19 56.5
P Active power kW -12.2 -16 -14.3 -42.5
Q Reactive power kVAr -10.4 -14 -12,6 -37.4
THD U
Total harmonic
distortion % 2.2 2.2 2.2
THD I
Total harmonic
distortion % 18.3 18.3 20.7
Inductive, Capacitive I I I I
Uxx Phase to phase voltage V
(U12) 368.6
(U23) 367.2
(U13) 362.3
(66)
THD Uxx
Phase to phase voltage
– THD %
Inull A 53.209
Freq 50.13
Data hasil pengukuran dengan menggunakan alat ukur Power Q Plus (merk)
METREL dalam bentuk tabel yaitu tegangan dan arus harmonisa orde h dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Data hasil pengukuran tegangan dan arus harmonisa orde h.
Order harmonisa (h) Line-1 V1(Volt) Line-2 V2(Volt) Line-3 V3(Volt) Line-1 I1(Ampere) Line-2 I2(Ampere) Line-3 I3(Ampere)
0 0 0.1 0.2 0.155 0.003 0.203
1 210.9 214.1 208.8 75.918 97.395 88.98
2 0.1 0.1 0.1 0.235 0.63 0.166
3 1.6 1.4 1.1 13.444 17.112 17.781
4 0 0.1 0 0.139 0.191 0.012
5 3.5 3.9 3.5 2.284 3.998 3.161
6 0 0 0 0.049 0.161 0.081
7 2 1.8 2.5 1.418 1.079 3
8 0 0.1 0 0.064 0.15 0.131
9 0.5 0.8 0.5 1.234 1.936 1.644
10 0 0 0 0.096 0.193 0.076
11 0.1 0.7 0.6 0.839 0.785 0.418
(67)
13 0.8 0.6 0.7 0.666 0.133 0.647
14 0 0 0 0.043 0.118 0.016
15 0.5 0.6 0.5 0.31 0.49 0.175
16 0 0 0 0.156 0.073 0.082
17 0.6 0.2 0.7 0.406 0.087 0.23
18 0 0 0 0.085 0.133 0.041
19 0.5 0.1 0.5 0.242 0.05 0.299
20 0 0 0 0.074 0.078 0.125
21 0.3 0.1 0.2 0.148 0.105 0.231
22 0.2 0.1 0.1 0.386 0.416 0.385
23 0.6 0.2 0.4 1.162 0.992 0.925
24 0.1 0.2 0.1 0.466 0.493 0.419
25 0.1 0.1 0.2 0.154 0.184 0.126
26 0 0.1 0 0.195 0.135 0.208
27 0 0.1 0.1 0.231 0.021 0.169
28 0.1 0 0 0.083 0.094 0.033
29 0 0 0 0.214 0.054 0.132
30 0.1 0 0 0.129 0.061 0.093
31 0.1 0.1 0.1 0.041 0.095 0.186
32 0 0 0.1 0.176 0.17 0.133
33 0.1 0.1 0 0.053 0.056 0.135
34 0.1 0.1 0.1 0.086 0.057 0.205
35 0.1 0.1 0.1 0.104 0.031 0.047
36 0 0 0 0.141 0.067 0.13
37 0.1 0.1 0.1 0.039 0.153 0.057
(68)
40 0.1 0 0.1 0.162 0.182 0.132
44 0.1 0 0 0.24 0.114 0.053
48 0 0.1 0.1 0.115 0.095 0.217
49 0 0 0 0.043 0.138 0.082
THD 2.20% 2.20% 2.20% 18.30% 18.30% 20.70%
Sedangkan bentuk gelombang hasil pengukuran gelombang tegangan dan arus untuk tiga fasa dapat dilihat pada Gambar 3.4.
0 19.969 39.938 59.907 79.876 99.845 119.814 139.783 159.752 179.721 199.
-327.79 -295.24 -262.69 -230.14 -197.59 -165.04 -132.49 -99.94 -67.39 -34.84 -2.29 30.26 62.81 95.36 127.91 160.46 193.01 225.56 258.11 290.66 323.21 -327.79 -295.24 -262.69 -230.14 -197.59 -165.04 -132.49 -99.94 -67.39 -34.84 -2.29 30.26 62.81 95.36 127.91 160.46 193.01 225.56 258.11 290.66 323.21 -327.79 -295.24 -262.69 -230.14 -197.59 -165.04 -132.49 -99.94 -67.39 -34.84 -2.29 30.26 62.81 95.36 127.91 160.46 193.01 225.56 258.11 290.66 323.21 Power screen Started at 31.05.2011. 20:01:06 I(A)
[ph1] Current [ph2] Current
[ph3] Current
(ms)
Gambar 3.4. Hasil pengukuran bentuk gelombang arus tiga fasa
Hasil pengukuran bentuk gelombang arus perfasa yaitu fasa R, fasa S dan fasa T dapat dilihat pada Gambar 3.5, 3.6 dan 3.7. Sedangkan bentuk gelombang arus hasil pengukuran dengan THDI sebesar 20,7% dapa dilihat pada Gambar 3.8.
(69)
0 19.969 39.938 59.907 79.876 99.845 119.814 139.783 159.752 179.721 199.6 Power screen
Started at 31.05.2011. 20:01:06 I(A) -266.01 -239.41 -212.81 -186.21 -159.61 -133.01 -106.41 -79.80 -53.20 -26.60 14.21f 26.60 53.20 79.80 106.41 133.01 159.61 186.21 212.81 239.41 266.01 [ph1] Current (ms)
Gambar 3.5. Hasil pengukuran bentuk gelombang arus pada fasa R
0 19.969 39.938 59.907 79.876 99.845 119.814 139.783 159.752 179.721 199.6
Power screen Started at 31.05.2011. 20:01:06 I(A) -327.79 -295.24 -262.69 -230.14 -197.59 -165.04 -132.49 -99.94 -67.39 -34.84 -2.29 30.26 62.81 95.36 127.91 160.46 193.01 225.56 258.11 290.66 323.21 [ph2] Current (ms)
(70)
0 19.969 39.938 59.907 79.876 99.845 119.814 139.783 159.752 179.721 199.
Power screen Started at 31.05.2011. 20:01:06 I(A) -296.92 -267.11 -237.31 -207.50 -177.69 -147.89 -118.08 -88.27 -58.47 -28.66 1.15 30.95 60.76 90.57 120.37 150.18 179.99 209.79 239.60 269.41 299.21 [ph3] Current (ms) ms
Gambar 3.7. Hasil Pengukuran bentuk gelombang arus pada fasa T
0 19.969 39.938 59.907 79.876 99.845 119.814 139.783 159.752 179.721 199
Power screen Started at 31.05.2011. 20:01:06 I(A) -296.92 -267.11 -237.31 -207.50 -177.69 -147.89 -118.08 -88.27 -58.47 -28.66 1.15 30.95 60.76 90.57 120.37 150.18 179.99 209.79 239.60 269.41 299.21 [ph3] Current (ms)
Gambar 3.8. Bentuk gelombang arus hasil pengukuran dengan THDI
(71)
Hasil pengukuran dilapangan dengan menggunakan alat ukur Power Q plus MI 2492 (merk METREL) pada sistem di gedung Rektorat - Puskom dapat dilihat bentuk gelombang arus hasil pengukuran dengan THDI sebesar 20,7 %. Dari Tabel 3.4 terlihat harmonisa arus orde ke 3, dan 5 yang masih melebihi standar IEEE 519-1992 yaitu sebesar 17,781 A, dan 3,161 A dari arus fundamental sebesar 88,98 A. Persen harmonisa orde ke 3 sebesar 19,98% dan persen harmonisa orde ke 5 sebesar 3,55%. Sementara harmonisa orde lainnya masih dibawah kondisi yang diizinkan. Pemodelan pemakaian single tuned filter dan filter orde tiga dengan
MATLAB/SIMULINK sesuai data pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui hasil minimalisasi harmonisa dan perbaikan faktor daya sistem. Dalam hal ini dipilih amplitudo frekuensi harmonisa yang tertinggi yaitu frekuensi harmonisa ke 3 (h = 3) diantara amplitudo frekuensi harmonisa yang lainnya. Setelah penetapan frekuensi harmonisa ke 3 yang akan diminimalisasi, maka selanjutnya perlu dilakukan perhitungan filter untuk meminimalisasi harmonisa dan perbaikan faktor daya sistem tersebut.
3.6. Perhitungan Hubung Singkat Dan Batas Harmonisa
Rangkaian ekivalen analisa satu fasa menurut Gambar 3.3 untuk nilai X1
(reaktansi hubung singkat) merupakan jumlah reaktansi transformator dengan reaktansi saluran. Dari data Spesifikasi Transformator Distribusi dengan kapasitas transformator 3 fase 160kVA, 20kV/400V, dengan impedansi hubung singkat Zsc = 3% (0.03pu).
(72)
Dimana:
Untuk menentukan arus dasar sesuai dengan Persamaan (2.44) yaitu:
Untuk menentukan MVA hubung singkat sesuai dengan Persamaan (2.46) yaitu:
(73)
Sehingga nilai impedansi transformator sesuai dengan Persamaan (2.48) yaitu:
= 0,03 Ω
Nilai induktansi transformator (L) pada frekuensi 50 Hz dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.50).
Untuk mengetahui arus hubung singkat pada panel utama gedung Rektorat - Puskom sesuai dengan Persamaan (2.51) dimana terlebih dahulu dihitung nilai impedansi total sistem dari transformator ke panel utama gedung Rektorat - Puskom (ZS) yaitu:
Z S sistem = 0,03 + 0.139+j0.1286 = 0,169 + j0,1286 Zs system = 0.2124
(74)
Arus beban nominal sebesar IL = 160000/(1,732x400) = 231A
Maka harga dari SCR (Short Circuit Ratio) yang dipakai untuk menentukan batas arus harmonisa sesuai standar IEEE 519-1992 pada sistem kelistrikan sesuai dengan Persamaan (2.52) di gedung Rektorat - Puskom yaitu:
Nilai SCR masih dibawah nilai 20, maka sesuai Tabel 2.2 batas arus harmonisa standar IEEE 519-1992 yaitu THDI sebesar 5%. Dari nilai ini sudah jelas
bahwa sistem kelistrikan di gedung Rektorat - Puskom tidak boleh melebihi standar yaitu THD arus sebesar 5%. Dalam hal ini single tuned filter dan filter orde tiga dan diletakkan pada panel utama di gedung Rektorat - Puskom, dengan total daya sebesar 103440 watt. Penempatan single tuned filter dan filter orde tiga digedung Rektorat - Puskom untuk mengurangi harmonisa menuju ke panelutama.
Pengukuran di panel utama dilakukan untuk mengetahui besar arus beban maksimum rata-rata untuk perhitungan SCR sistem kelistrikan serta untuk mengetahui karakteristik harmonisa untuk single tuned filter dan filter orde tiga di gedung Rektorat - Puskom. Karakteristik harmonisa pada panel utama gedung Rektorat - Puskom listrik merupakan data input simulasi. Rangkaian simulasi
(75)
MATLAB/SIMULINK harus merujuk sesuai diagram satu garis Gambar 3.2, mulai dari transformator sampai ke panelutama gedung Rektorat - Puskom.
3.7. Perhitungan Single Tuned Filter
3.7.1. Menentukan kebutuhan kapasitor sebagai perbaikan faktor daya
Dari pengukuran pada Tabel 3.3 dapat dilihat nilai daya aktif, daya semu, daya reaktif dan nilai faktor daya yaitu:
S = 56,5 kVA P = 42,5 kV Q = 37,4 kVAR Sehingga nilai faktor daya yaitu:
Untuk memperbaiki faktor daya dari 0,75 menjadi 0,95 dibutuhkan kompensasi kapasitor sesuai dengan Persamaan (2.32) yaitu sebesar:
Jadi kebutuhan kompensasi kapasitor per fasa sebesar 7832,75 Var. Menentukan reaktansi kapasitor sesuain dengan Persamaan (2.33) yaitu:
(76)
Menentukan kapasitansi dari kapasitor sesuai dengan Persamaa (2.34) yaitu:
C
X f C
2 1
0 π
=
3.7.2. Menentukan parameter induktor L
Dalam menentukan parameter induktor L, harus ditentukan terlebih dahulu reaktansi induktif dari induktor sesuai dengan Persamaan (2.35) yaitu:
(77)
Menentukan tahanan dari induktor sesuai dengan Persamaan (2.37)
= 0,006133 Ohm
3.8. Perhitungan Filter Orde Tiga
3.8.1. Menentukan kebutuhan kapasitor sebagai perbaikan faktor daya
Dari pengukuran pada Tabel 3.3 dapat dilihat nilai daya aktif, daya semu, daya reaktif dan nilai faktor daya yaitu:
S = 56,5 kVA P = 42,5 kW Q = 37,4 kVar Sehingga nilai faktor daya yaitu:
Sama seperti dalam perhitungan single tuned filter perlu memperbaiki faktor daya dari 0,75 menjadi 0,95 dibutuhkan kompensasi kapasitor sesuai dengan Persamaan (2.38):
(78)
Jadi kebutuhan kompensasi kapasitor per fasa sebesar 7832,75 VAr Menentukan nilai reaktansi seperti Persamaan ( 2.38).
Menentukan nilai C2 sesuai dengan Persamaan (2.39).
XC2 = m . XC1
sehingga nilai
XC2 = 2 = 11,04 ohm
Nilai C2 yaitu:
(79)
Dalam menentukan parameter induktor L, terlebih dahulu menentukan nilai interval m sesuai dengan Persamaa (2.40) yaitu:
Sehingga persamaan disederhanakan menjadi, 9Rf2+ 3,4704 = 33,12 Rf Atau 9Rf2 – 33,12 Rf + 30,4704 = 0
Dengan bantuan MATLAB dengan menggunakan rumus ABC yaitu: a =9;
b =-33,12; c =30,47;
y =(-b+(sqrt(b^2-4*a*c)))/(2*a) y = 1,84
Nilai Rf didapat = 1,84 ohm. Dari nilai ini selanjutnya untuk menentukan nilai XL
dengan menggunakan Persamaan ABC juga dengan nilai, A = -nXC1(1+m) = -3x (1+2) = -49,68
B = Rf2 + 3 Xc12 (1+2 m) = 1.84 2 + 3 2 (1+4) = 3,410 + 457,056 = 460,466
C = - Rf2 2(3 XC1)(1+3 XC12) = -33,12 2 2(3 5,52)(1 + 3 5,522) = 1,84 2 (16,56) (92,4112) = 5652,12
(80)
>> a =-49,68; >> b =460,466; >> c =5652,12;
>> y =(-b+(sqrt(b^2-4*a*c)))/(2*a) y = 16,2639
Maka nilai XL didapat sebesar 16,2639 ohm dan nilai induktansi L pada frekuensi 150
Hz atau orde ke 3 yaitu:
L =16,2639 /(2 x 3,14 x 150) = 0,017 H 3.8.3. Menentukan parameter resistor R filter
Dalam menentukan parameter resistor menggunakan Persamaan (2.43) yaitu:
Nilai reaktansi transformator, saluran kabel, single tuned filter dan filter orde tiga, setelah dihitung dapat dirangkum seperti Tabel 3.5.
(81)
Impendasi dan parameter filter Nilai Satuan
Impedansi trafo j0,03 Ohm
Impedansi saluran TIC 400 m 0.139+ j0.1286 Ohm Parameter single tuned filter
Kapasitor C1 uF
Reaktansi induktor filter L mH
Resistansi R filter Ohm
Parameter filter orde tiga
580 uF
Kapasitor C1
300 uF
Kapasitor C2
0,017 H
Reaktansi induktor input filter L
1,8356 Ohm
Resistor
3.9. Simulasi MATLAB dengan menggunakan single tuned filter dan filter orde tiga
Simulasi yang dilakukan pada Gambar 3.9 dengan menggunakan single
tuned filter dan Gambar 3.13 menggunakan filter orde tiga yang terdiri dari blok
sumber arus harmonisa, blok sistem pengukuran, blok impedansi sistem, dan blok filter single tuned filter dan filter orde tiga dengan parameter sesuai Tabel 3.5.
(82)
Gambar 3.9. Rangkaian simulasi single tuned filter
Rangkaian simulasi pada Gambar 3.9 terdiri dari satu buah single tuned fiter
buah impedansi, satu buah kapasitor dan satu buah resistor dan harmonisa arus orde‐3 sampai orde‐25. Sumber arus mewakili nilai arus harmonisa dari orde‐2 sampai orde‐25, sedangkan sebuah resistor didekatnya, digunakan untuk mendapatkan arus total pengukuran. Tahapan program adalah sebagai berikut:
(83)
a. Klik AC Voltage Source, kemudian masukkan nilai tegangan Vs = 208.9 Volt
dan frekwensi 50.13.
b. Klik AC Current Source, kemudian masukkan nilai arus orde harmonisa (h=
1,3,5….25) yang diperoleh dari hasil pengukuran pada Tabel 3.4.
c. Klik Series RLC Branch3, pilih sebuah kapasitor kemudian masukkan nilai C =
580 uF.
d. Klik series RLC Branch3, pilih sebuah inductor kemudian masukkan nilai L =
1.95 mH.
e. Klik series RLC Branch3, pilih sebuah resistor kemudian masukkan nilai R =
0.006133 Ohm.
f. Current Measurement untuk mengukur arus.
g. Voltage Measurement untuk mengukur tegangan.
h. Block Display untuk menampilkan THD.
i. Scope untuk menampilkan gelombang arus dan tegangan.
j. Block Power QUI untuk memandu pemakaian berkomunikasi dengan sistem
simulasi.
Hasil simulasi MATLAB/SIMULINK setelah menggunakan single tuned filter dengan
(84)
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 -100
0 100
Selected signal: 5.013 cycles. FFT window (in red): 3 cycles
Time (s)
0 5 10 15 20 25 30 35
0 20 40 60 80 100 Harmonic order
Fundamental (50.13Hz) = 171.8 , THD= 2.73%
M a g (% o f F u n d a m e n ta l)
Gambar 3.10. Bentuk gelombang arus dan bentuk spektrum setelah menggunakan single tuned filter.
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1
-200 0 200
Selected signal: 5.013 cycles. FFT window (in red): 3 cycles
Time (s)
0 5 10 15 20 25 30 35
0 20 40 60 80 100 Harmonic order
Fundamental (50.13Hz) = 308.1 , THD= 1.85%
M a g (% o f F u n d a m e n ta l) Gambar 3.11. Bentuk gelombang Tegangan dan bentuk spektrum setelahmenggunakan single tuned filter
(85)
Gambar 3.12. Nilai faktor daya setelah menggunakan single tuned filter
3.9.2. Hasil simulasi filter orde tiga
(1)
6. T. Messikh, S. Mekhilef, and N.A. Rahim, Adaptive Notch Filter For Harmonic
Current Mitigation, International Journal Of Electrical And Information Enggineering, 2008
7. Chakphed Madharad and Mark McGranaghan, Harmonic Filter Design For
Induction Furnace Load in 22 kV Distribution System, Provical Electricity Authority (PEA) Thailand, Tahun 2008
8. Gonen, Turan, Electric Power Distribution Sistem Engineering, Mc Graw. Hill Book Compony, 1986.
9. Arrilaga J, Bradley D.A and Bodger P.S, Power System Harmonics, John Wiley & Sons, 1985.
10. Prasetyo,T. 2003, Pengaruh Harmonik Pada Motor Listrik Dan
Penanganannya,Jurnal Teknik Gelagar, Vol 14, No 02.
11. Grady Mack , Understanding Power System Harmonic, University of Texas at Austin, 2005
12. Kusko Alexander and Thompson Mark. T, Power Quality Elecrical System, Mc Graw – Hill D.C. 2007.
13. IEEE Recomemended Practices and reguirenments for harmonic Control in
Electrical Power Systems. IEEE standart 519‐1992.
14. Irianto. C, Sukmadjaya. M, Wisnu. A, Mengurangi Harmonisa Pada
Transformator 3 Fasa, Jetri, Volume 7, No 2, 2008.
15. Xiao Yao. The method for designing the third orde filter. Proceeding of the 8‐
(2)
16. IEEE Guide for Application of shunt Power Capasitors, IEEE Standard 1036‐ 1992.
LAMPIRAN 1
(3)
LAMPIRAN 2.
(4)
Lampiran 3.
(5)
LAMPIRAN 4.
(6)