Bagaimana Persepsi Siswa Tentang Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta

(1)

PERSEPSI SISWA TENTANG KEMAMPUAN MENGAJAR GURU

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN RAMBUTAN 03

PAGI JAKARTA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Islam (S,Pd.I)

Disusun Oleh :

M. BASRI

NIM: 809011000340

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTASILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2012


(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

PERSEPSI SISWA TENTANG KEMAMPUAN MENGAJAR GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN RAMBUTAN 03 PAGI

JAKARTA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S,Pd.I)

Oleh: M. BASRI NIM: 809011000340

Di bawah Bimbingan :

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2012


(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

` Skirpsi yang berjudul Persepsi Siswa tentang Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta Timur disusun oleh M. Basri, Nomor Induk Mahasiswa 809011000340, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 21 April 2014 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana SI (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 13 Mei 2014 Panitia Ujian Munaqasah

Mengetahui,


(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi Berjudul Persepsi Siswa Ten tang Kemampuan Mengajar Guru Pendidik Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi disusun oleh M.BASRI, NIM 809011000340, Jurusan Pendididkan Agama Islam ,Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak diuji pada siding munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Fakultas


(5)

iv

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : M. BASRI

NIM : 809011000340

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Alamat : Tin . H. Kudun RT 009 RW 009 No. 104 Ciracas Kec. Ciracas Jakarta Timur

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa Skripsi yang berjudul Bagaimana Persepsi Siswa Tentang Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta

adalah benar hasil karya / di bawah bimbingan dosen:

Nama Pembimbing : Drs. H. Mu'arif SAM M.Pd.

NIP : 19650717 199403 1 005

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan siapmenerima segala konsekuensi bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.


(6)

v ABSTRAK

M. BASRI, NIM: 809011000340. Persepsi Siswa Tentang Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam dl SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta Timur,

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi secara empiris mengenai persepsi peserta didik tentang kemampuan mengajar guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif dilakukan dengan menururkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variable dan fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan dijelaskan apa adanya. Untuk memperoleh data, informasi, dan fakta yang mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini digunakan kuesioner.

Hasil penelitian mengungkapkan umumnya siswa berpersepsi guru PAI belum memiliki kemampuan mengajar secara optimal baik dalam rnembuka pelajaran, melakukan kegiatan inti pelajaran, maupun menurup pelajaran. Hal ini dapat diketahui dari nilai rata-rata kemampuan mengajar yang berada pada taraf "Cukup", atau dengan kata lain guru PAI cukup mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan hendaknya guru mengawali pembelajaran, melaksanakan kegiatan inti dan penutup dengan melakukan langkah-langkah kegiatan yang mampu memotivasi dan membangkitkan minat siswa dalam belajar, terus menerus belajar melalui berbagai media dan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan mengajarnya. Kepala Sekolah hendaknya melakukan pembinaan yang optimal melalui berbagai kegiatan untuk meningkatkan keterampilan mengajar guru PAI, dan mengikut sertakan guru PAI dalam berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan/seminar tentang pengembangan kompetensi guru sehingga kemampuan guru PAI dalam melaksankan pembelajaran dapat meningkat yang akan berimplikasi kepada ketercapaian kompetensi siswa yang diharapkan.


(7)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk dan keajaiban, untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan umat manusia, yaitu Nabi Muhammad SAW sang pemilik akhlak mulia, pembawa kebenaran dan kedamaian bagi seluruh alam.

Selama penyusunan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dihadapi dan dialami penulis, baik yang berkenaan dengan pengaturan waktu, pengumpulan data maupun biaya yang tidak sedikit. Namun dengan kerja keras dan dukungan serta motivasi dari berbagai pihak skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dra. Nurlena Rifai MA,Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarip Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Drs. H. Mu'arif SAM, M.Pd, Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan, perhatian dan nasehat yang penulis butuhkan selama pembuat skripsi ini dan bantuan yang teramat banyak diberikan selama penulis menempuh studi di fakultas ini.

4. Seluruh Dosen Jurusan PAI yang telah membimbing dan mendidik penulis 5. Hj. Sosilowati, S.Pd, Kepala SDN Rambutan 03 Pagi beserta guru-guru,

karyawan dan para siswa-siswi, yang telah memperkenankan penulis mengadakan penelitian dan membantu dalam pencarian data-data dan memberikan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 6. Diding Sulaiman S.Pd.I, guru PAI SDN Rambutan 03 Pagi yang telah

bersedia dijadikan sebagai objek penelitian.

7. Masnon, Istri tercinta, dan anak-anak yang telah mendukung penulis untuk melanjutkan studi ke jenjang SI.


(8)

vii

8. Serta segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan dukungannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga segala kebaikan tersebut mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Semoga rahmat, taufiq dan hidayah-Nya selalu dilimpahkan kepada kita semua sepanjang kehidupan kita. Amin.


(9)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN KARYAILMIAH

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTARISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikas Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian ... F. Kegunaan Hasil Penelitian ... BAB II. KAJIAN TEORI A. Persepsi ... 8

1. Pengertian Persepsi 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 9

B. Kemampuan Guru dalam Mengajar ... 11

1. Pengertian Pembelajaran 2. Prinsip-prinsip Pembelajaran ... 13

3. Berbagai Keterampilan dalam Mengajar... 18

4. Langkah-langkah Pembelajaran ... 30

BAB III. METODELOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ... 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian C. Metodelogi Penelitian D. Populasi dan Teknik Sampling ... 39


(10)

ix

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

F. Instrumen Penelitian... 40

G. Teknik AnalisaData ... 42

H. Interpretasi Data ... 43

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Sejarah SDN Rambutan 03 Pagi ... 45

B. Deskripsi dan Interprestasi Data 1. Kegiatan Pendahuluan ... 46

2. Kegiatan Inti ... 53

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah

Pendidikan merupakan hal penting dalam pengembangan sumberdaya manusia sebuah bangsa. Melalui pendidikanlah, setiap generasi muda dipersiapkan untuk menjadi lebih siap dalam menghadapi masa depannya. Hal inilah yang dimaksudkan oleh Azyumardi Azra bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.1

Senada dengan pendapat Azyumardi Azra tersebut di atas, dalam pasal 1 ayat 1 UU. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa:

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2 Proses pendidikan yang dimaksud dalan uraian di atas, bukan hanya pendidikan formal melalui lembaga pendidikan/persekolahan tertentu, tetapi juga termasuk pendidikan non formal (misalnya di keluarga) dan informal (di lembaga kursus atau pelatihan). Dalan kaitannya dengan penelitian ini, pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan persekolahan.

Esensi dari sebuah pendidikan persekolahan adalah proses pembelajaran. Kualitas pendidikan persekolahan yang baik tidak akan lahir tanpa kualitas pembelajaran yang baik pula. Berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan persekolahan tidak dapat mencapai tujuan yang maksimal bila belum menyentuh perbaikan proses pembelajaran. Salah satu komponen yang berperan penting dalam pengembangan proses pembelajaran tersebut adalah

1

Azyumardi Azra, Pendidikan Mam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta: Penerbit Kalimah, 2001), Get. Ill, h. 3.

2


(12)

faktor guru. Kualitas pembelajaran yang baik dapat muncul dari adanya guru yang berkualitas.

Guru merupakan ujung tombak dalam penyelenggaraan pendidikan. Guru merupakan sumber daya manusia yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Guru merupakan unsur pendidikan yang sangat dekat hubungannya dengan anak didik dalam upaya pendidikan sehari-hari di sekolah dan banyak menentukan keberhasilan anak didik dalam mencapai tujuan pendidikan. Gurulah yang berhadapan langsung dengan anak didik oleh sebab itulah maka wajar jika dikatakan bahwa guru merupakan aspek yang penting sebagai faktor yang menentukan bagi masa depan sebuah bangsa. Dengan demikian maka, "... pendidik (guru) mempunyai tanggung jawab yang sangat berat"3

Tanggungjawab yang sangat berat tersebut dikarenakan strategisnya peran guru dalam proses pendidikan. Begitu sangat strategisnya kedudukan guru ini dalam proses pendidikan, maka dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, tepatnya Bab III Pasal 7, diamanatkan bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: (a) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (b) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia (c) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (d) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (e) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; (f) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (g) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (h) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan (i) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.4

Dengan adanya guru yang profesional sebagaimana prinsip tersebut di atas maka diharapkan pembelajaran yang berkualitas akan lahir. Sebab pembelajaran merupakan inti dan muara segenap proses pengelclaan pendidikan. Pembelajaran harus pula melibatkan peserta didik dengan segala karakteristiknya, mulai dari kemampuan, motivasi, latar belakang keluarga,

3

Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: Primasophie, 2004), Cetakan I, h. 50.

4


(13)

lingkungan, ekonomi, dan sebagainya. Sehingga terjadi komunikasi yang seimbang antara guru dan peserta didik, peserta didik dengan sesama peserta didik, dan sebagainya. Dengan kinerja baik yang ditampilkan guru maka diharapkan dapat berdampak positif bagi pembelajaran peserta didik, sebab peserta didik dapat mengamati langsung kinerja guru dalam pembelajaran di kelas.

Namun terkadang, kinerja guru yang maksimal hanya ditunjukkan saat diamati oleh pimpinannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa atasan guru seperti kepala sekolah dan pengawas sekali pun tidak mudah untuk mendapatkan data dan mengamati realitas keseharian performance guru di hadapan peserta. Memang program kunjungan kelas oleh kepala sekolah atau pengawas, tidak mungkin ditolak oleh guru. Akan tetapi tidak jarang terjadi guru berusaha menampakkan kinerja terbaiknya baik pada aspek perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran hanya pada saat dikunjungi. Selanjutnya ia akan kembali bekerja seperti sedia kala, kadang tanpa persiapan yang matang serta tanpa semangat dan antusiasme yang tinggi.

Dalam penyelenggaraan pendidikan di bangsa kita, proses pembelajaran di kelas masih merupakan otoritas guru sepenuhnya. Sangat jarang ditemukan pihak luar yang peduli, memerhatikan serta mencermati pelaksanaan pembelajaran guru di depan kelas. Bahkan sering dikatakan bahwa pekerjaan guru adalah merupakan profesi yang tidak dapat dilihat oleh orang lain, kecuali klien (peserta didik). Apabila ada pihak lain, baik itu pengawas, kepala sekolah, apa lagi sesama guru yang ingin tahu bagaimana seorang guru mengajar, maka hal ini dianggap tidak biasa atau karena memang ada tugas/tanggungjawab dari pihak yang akan mengamati kinerja guru tersebut dalam mengajar.

Berbagai uraian di atas, -secara tidak langsung- pada dasarnya menunjukkan bahwa sosok profesi guru dapat ditinjau melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru profesional memiliki tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral dan spiritual. Tanggung jawab pribadi tercermin dari kemampuan mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri yang mampu memikul dirinya, mengelola dirinya,


(14)

mengendalikan dirinya, menghargai dan mengembangkan dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagi bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan pengetahuan dan perangkat keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk yang beragama, yang berperilaku senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan moral.5

Guru adalah orang tua kedua bagi para siswanya terutama di sekolah. Semua yang dilakukan oleh orang tua secara otomatis akan diikuti oleh anak- anak mereka, baik itu hal yang baik maupun hal yang buruk. Orang tua adalah model keteladanan yang paling dekat dengan anak. Guru di sekolah juga memiliki peran dalam pembentukan kepribadian dan perilaku para siswanya terutama di sekolah. Para siswa menghabiskan cukup banyak waktu di sekolah dan mereka akan bertemu dan berhadapan langsung dengan para guru yang rnengajar mereka. Para siswa akan melihat dan bahkan cenderung mencontoh atau mengimitasi sikap dan perilaku dari guru mereka.5

Peserta didik akan mempersepsikan bagaimana perilaku/sikap guru mereka dalam proses pembelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Persepsi yang baik dari seorang peserta didik cenderung akan menimbulkan sikap positif dalam pembelajaran sehingga dapat berdampak pada minat yang baik untuk mengikuti pelajaran yang diampu oleh guru bersangkutan. Sebaliknya, persepsi yang tidak baik dari seorang peserta didik kepada guru, salah satunya dapat berdampak pada menurunnya semangat belajar peserta didik tersebut dalam mengikuti pembelajaran yang diampu oleh guru yang bersangkutan.

Mulanya minat anak-anak di SDN Rambutan 03 Pagi dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam sudah cukup baik dibandingkan sebelumnya karena adanya peningkatan fasilitas sarana dan prasarana yang tersedia. Dengan adanya minat ini maka perhatian dan usaha peserta didik akan lebih besar. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Slameto bahwa

5

Surya, et.all, Kapita Sekkta KependidikanSD. (Jakarta: Pusat Penerbitan UT, 2004), Get. ke-17, h. 47


(15)

"minat merupakan suatu rasa ketertarikan pada suatu hal dan atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat".6

Pada perkembangan berikutnya banyak siswa yang kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi. Beberapa indikasinya adalah timbulnya kepasifan dalam proses belajar. Tentunya tidak hanya ditentukan oleh keinginan dan sikapnya terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah saja, banyak faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri individu peserta didik sedangkan faktor eksternal berasal dari luar individu peserta didik. Faktor-faktor tersebut ada yang mendukung dan ada pula yang menghambat peserta didik dalam belajar. Faktor pendukung misalnya adanya iming-iming hadiah dari pihak lain bila prestasi belajarnya meningkat, tersedianya saran dan prasarana yang baik, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang menghambat peserta didik dalam belajar misalnya motivasi yang rendah, sarana dan prasarana yang terbatas, dan sebagainya.

Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam diberikan oleh guru untuk menumbuhkembangkan minat belajar agama yang dirasakan masih belum optimal, karena tatap muka jam pelajaran PAI hanya 2 jam pelajaran dalam satu minggu. Oleh karena itu, sekolah terutama guru Pendidikan Agama Islam sangat besar peranannya dalam membantu mengembangkan minat siswa dalam belajar agama Islam. Upaya ini dapat dilakukan melalui berbagai macam cara dan metode pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat dicapai.

Peserta didik yang menurun prestasi belajarnya terutama pada pembelajaran agama Islam bisa disebabkan oleh beberapa hal, misalnya rnenganggap pelajaran agama Islam tidak terlalu penting, pengelolaan kelas kurang baik, ditambah jam tatap muka pada pelajaran agama Islam cuma sedikit yaitu dengan alokasi waktu 2 x jam pelajaran (2 x 40 menit) dalam satu minggu.

6

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h. 57


(16)

Apabila kompetensi guru agama Islam rendah dan tidak mampu menciptakan pembelajaran yang menarik bagi peserta didik dapat berdampak pada minat belajar Pendidikan Agama Islam yang menurun diiringi dengan prestasi belajar yang tidak optimal. Idealnya, guru hams mampu menampilkan pembelajaran yang menyenangkan dan menarik minat/perhatian peserta didik. Dengan penampilan guru yang baik dalam pembelajaran di sekolah, maka diharapkan peserta didik akan melihat hal itu sehingga mereka menjadi tertarik dan lebih bersemangat dalam memahami materi yang disampaikan.

Memperhatikan latar belakang masalah di atas, maka peneliti sangat tertarik untuk mengadakan penelitian untuk mengetahui bagaimana "presepsi siswa tentang kemampuan mengajar guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta".

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang diidentifikasi adalah :

1. Kurangnya minat belajar siswa terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta

2. Minimnya alokasi waktu yang ada pada pembelajaran PAI di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta.

3. Belum terdapat kegiatan keagamaan yang maksimal yang sudah diterapkan oleh guru PAI di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta.

4. Guru PAI belum terampil dalam melaksanakan pembelajaran. C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan penulisan hari-hari yang ada, maka banyak variabel yang potensial mempengarhui kepuasan kerja guru, antara lain supervisi kepala sekolah, budaya oraginasi, kompetensi sosial, iklim organisasi disiplin kerja dan kemitraan organisasi. Mengingat keterbatasan penelitian dalam hal waktu, biaya, pengetahuan dan tenaga, maka tidak semua variabel tersebut diteliti semua, oleh


(17)

karena itu penelitian ini dibatasi hanya meneliti dua variabel yaitu supervisi anak didik kelas VI SDN Rambutan 03 Pagi dan kemampuan guru Pendidikan Agama Islam dalam mengajar.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: "Bagaimana persepsi siswa tentang kemampuan mengajar guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta?"

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi secara empiris mengenai persepsi peserta didik tentang kemampuan mengajar guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, utamanya :

1. Bagi Kepala Sekolah Dasar Negeri Rambutan 03 Pagi Jakarta, sebagai sumbangan pikiran dalam usaha meningkatkan kinerja guru-guru secara umum dan guru Pendidikan Agama Islam secara khusus.

2. Bagi guru-guru SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta, untuk dijadikan bahan masukan dalam memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada, khususnya tentang bagaimana cara pandang peserta didik terhadap guru mereka sehingga ada usaha yang sungguh-sungguh dari guru dalam meningkatkan proses pembelajaran di kelas.

3. Ilmu agama yang dimiliki sebagai bekal masa depan bagi dirinya dan di lingkungan masyarakat sekitar.


(18)

BAB II KAJIAN TEORI A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia persepsi diartikan sebagai 1) tanggapan (penerima) langsung dari sesuatu atau bisa juga diartikan dengan serapan, 2) proses seorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.7 Menurut Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib A. Wahab, "persepsi adalah proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri.8 Pengertian ini memberikan pemahaman bahwa persepsi sebuah proses memberi makna terhadap suatu obyek yang ada di sekeliling seseorang dengan cara menggabungkan dan mengorganisir terhadap data-data yang diperoleh melalui penginderaan.

Menurut Jalaluddin Rakhmat, "persepsi adaiah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulasi inderawi (sensory stimuli)".9 Pengertian persepsi berdasarkan pandangan ini, persepsi dapat difahami sebagai pengalaman seseorang terhadap suatu obyek yang diperoleh dengan cara menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Hal ini senada dengan pengertian persepsi menurut Abdul Rahaman Shaleh dan Muhbib A. Wahab.

Definisi lain tentang persepsi dikemukakan oleh Rita L. Atkinson dkk, yang menyatakann bahwa persepsi adalah "proses di mana kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus ini dalam lingkungan".10

7

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka, 2002), Ed 3, Get. 2, Hal. 863

8

Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib A. Wahab, Psikologi Suatu Pengantar (dalam perspektif Islam), (Jakarta: Kencana, 2004), Get. 1, Hal. 88

9

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), Get. 15, Hal. 51

10

Rita L. Atkinson dkk, Pengantar Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 2003), Jilid 1, Ed. 8, Hal. 29


(19)

M. Alisuf Sabri juga ikut menyumbangkan pendapatnya tentang pengertian "persepsi atau pengamatan sebagai aktivitas jiwa yang memungkinkan manusia mengenali objek-objek, fakta-fakta objektif dan rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat-alat indera".11

Beberapa pendapat para ahli tentang persepsi di atas menyiratkan pemahaman bahwa persepsi merupakan kegiatan mengamati lingkungan sekitar (objek) yang dilakukan dengan menggunakan panca indera sehingga mendapatkan informasi untuk kemudian digabungkan dan selanjutnya diungkapkan kembali berdasarkan pengalaman yang didapat.

Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap suatu benda ataupun suatu kejadian yang dialami. Di samping itu, persepsi juga adalah kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan, dan memfokuskan perhatian terhadap suatu objek rangsangan. Dalam proses pengelompokkan dan membedakan ini persepsi dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-mata menggunakan pengamatan penginderaan.

Nampaknya persepsi siswa berbeda antara satu sama lainnya objek yang sama. Perbedaan pribadi seorang dengan yang lain merupakan bukti keunikan manusia sehingga faktor pribadi ini mengakibatkan perbedaan persepsi terhadap sesuatu yang ada dan terjadi di sekitarnya.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan pengungkapan pengalaman seseorang melalui penglihatan untuk menilai objek dan memberikan makna stimulus inderawi. Bentuk pengungkapan pendapat dari seseorang sangat ditentukan oleh tingkat pemahaman yang ia miliki, pemahaman tersebut berkaitan erat dengan persepsi.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang terhadap suatu objek tidak berdiri sendiri atau terjadi begitu saja, akan tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari dalam (internal) maupun yang berasal dari luar dirinya

11

Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu , 1993) Get. 1, Hal. 45-36


(20)

(eksternal). Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda terhadap objek yang sama. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono terdapat enam faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan persepsi, yaitu: (a) Perhatian, (b) Set, (c) Kebutuhan, (d) Sistem nilai, (e) Ciri kepribadian dan, (f) Gangguan kejiwaan.12

a. Perhatian: manusia biasanya tidak dapat menangkap seluruh rangsangan yang terdapat disekitarnya secara sekaligus, hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan manusia dalam menggunakan panca inderanya secara bersamaan. Di samping itu, perhatian yang terbagi mengakibatkan konsentrasi yang terpecah sehingga tidak dapat menerima informasi secara utuh. Oleh karena itu manusia hanya bisa memfokuskan perhatian pada satu atau dua objek saja. Perbedaan fokus antara satu degan orang lain menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka.

b. Set: adalah harapan seseorang tentang rangsangan yang akan timbul. Misalnya, pada seorang pelari yang siap di garis start terdapat set bahwa akan terdengar bunyi pistol di saat mana ia harus mulai berlari.

c. Kebutuhan: kebutuhan merupakan sesuatu yang perlu untuk dipenuhi oleh seseorang. Baik kebutuhan yang sifatnya sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang, dan kebutuhan tersebut dapat mempengaruhi persepsi seseorang mengenai suatu objek.

d. Sistem nilai: pandangan hidup suatu masyarakat dengan mayarakat yang lain memiliki perbedaan. Hal tersebut dipengaruhi oleh karakteristik budaya dan sistem nilai yang berlaku di dalam masyarakat tersebut. Sehingga budaya dan system nilai yang ada dapat mempengaruhi persepsi sesorang tentang suatu objek yang diamati.

e. Ciri kepribadian: ciri kepribadian juga mempengaruhi persepsi. Misalnya A dan B bekerja pada suatu kantor yang sama di bawah pengawasan satu orang atasan. A pemalu dan penakut mempersepsikan atasannya sebagai tokoh yang menakutkan dan perlu di jauhi, sedangkan B yang mempunyai

12

Sarlito Wirawan Sarwono, Peengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 003), Get. 9, Hal. 46-47


(21)

lebih kepercayaan diri menganggap atasannya sebagai tokoh yang bisa diajak bergaul seperti orang biasa lainnya.

f. Gangguan kejiwaan: gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut halusinasi. Berbeda dengan ilusi, halusinasi bersifat individual, jadi hanya dialami oleh penderitanya saja.

Dalam menentukan persepsi seseorang tidak terlepas dari pengaruh kondisi dalam diri orang tersebut, karena kondisi mempunyai pengaruh besar dalam diri seseorang dalam mempersepsikan sesuatu. Apabila keadaan dan kondisi orang tersebut baik, maka hasil persepsi atau kemampuan berpikir seseorang dalam mempersepsikan juga akan baik pula.

Berdasarkan kajian teori tentang persepsi, maka yang dimaksud dengan persepsi dalam penelitian ini adalah aktivitas jiwa yang memungkinkan manusia mengenali objek-objek, fakta-fakta objektif dan rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat-alat indera. Persepsi seseorang diyakini berpengaruh pada perilakunya dan perilaku tersebut akan berpengaruh pada motivasinya.

B. Kemampuan Guru dalam Mengajar 1. Pengertian Pembelajaran

Dalam keseluruhan proses pelaksanaan pendidikan, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling utama. Hal ini menunjukkan bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional. Kegiatan belajar mengajar senantiasa melibatkan dua pelaku aktif yaitu guru dan siswa. Perpaduan dari keduanya tersebut melahirkan interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan ajar sebagai mediumnya.

Menurut Eveline dan Martini, pembelajaran merupakan usaha yang dilaksanakan secara sengaja, terarah dan terencana, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali dengan maksud agar terjadi belajar pada diri


(22)

seseorang.13 Senada dengan itu, menurut Miarso sebagaimana dikutip oleh Eveline Siregar dan Martini Nara pembelajaran adalah usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum peroses dilaksanakan serta pelaksanaannya terkendali.14

Dari beberapa pendapat para ahli tentang pembelajaran di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha yang dilakukan secara sengaja, terarah dan terencana yang di dalamnya terdapat interaksi edukatif antara pendidik dengan peserta didik yang diharapkan menghasilkan perubahan pada peserta didik, yaitu dari belum mampu menjadi mampu, dari belum terdidik menjadi terdidik, dari belum kompeten menjadi kompeten.

Interaksi edukatif yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran disebut juga interaksi belajar mengajar, karena di dalam interaksi tersebut terjadi proses belajar dan proses mengajar yang berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun tugas siswa adalah belajar yaitu mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal sehingga tujuan dapat tercapai sesuai dengan apa yang dicita-citakan di dalam dirinya.

Oleh karena itu, guru yang memiliki peran sebagai sumber belajar, pengelola pembelajaran, fasilitator, pembimbing, motivator, demonstrator dan evaluator harus mampu untuk berinteraksi secara baik dengan para peserta didik. Hal ini perlu dilakukan agar proses pembelajaran berjalan secara efektif dan hal tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip pembelajaran, yaitu mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, memberikan peluang kepada siswa untuk berinovasi, menjadikan siswa sebagai manusia yang kreatif, membangun komunikasi pembelajaran yang efektif dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan.15

13

Eveline Siregar & Hartini Nara, "Teori Belajar dan Pembelajaran", (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), Get. Ke-1, hal. 13

14

Eveline Siregar & Hartini Nara, "Teori Belajar dan Pembelajaran",... hai. 12-13

15

Yudhi Munadi & Farida Hamid, "Bahan Ajar PLPG Pembelajaran Aklif Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan", (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Get. Ke-2, hal. 33-36


(23)

Guru harus mampu memotivasi anak didiknya sehingga anak didik merasa termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Di

samping itu peserta didik diharapkan dapat mengikuti pembelajaran secara aktif dengan menunjukkan keaktifannya melalui bertanya, menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat. Keaktifan anak didik mencakup kegiatan fisik dan mental, individual dan kelompok. Oleh karena itu interaksi dikatakan maksimal bila terjadi antara guru dengan semua anak didik, antara anak didik dengan guru, antara anak didik dengan anak didik, anak didik dengan bahan dan media pembelajaran bahkan anak didik dengan dirinya sendiri.

Dengan demikian guru harus mampu melibatkan para peserta didik dalam pembelajaran secara maksimal tanpa mengabaikan perbedaan individual anak didik, baik aspek intelektual dan psikologis sehingga partisipasi anak didik dapat menjadi salah satu bentuk interaksi edukatif yang membantu dalam mancapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan uraian tentang pembelajaran, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran dalam penelitian ini adalah suatu usaha yang direncanakan dan dilaksanakan oleh guru secara sengaja, terarah dan terencana, dengan tujuan yang telah ditetapkan dan pelaksanaannya terkendali dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang sehingga guru berperan penting dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif guna membantu anak didik dalam menerima dan memahami materi pelajaran yang disampaikan sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai.

2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran

Agar aktivitas yang dilakukan guru dalam proses kegiatan pembelajaran terarah pada upaya peningkatan potensi siswa secara komprehensip, maka pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar. Prinsip-prinsip belajar menunjuk kepada hal-hal penting yang harus dilakukan guru agar terjadi proses belajar siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang harapkan. Prinsip-prinsip belajar juga memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar anak didik dapat berperan aktif di dalam proses kegiatan pembelajaran.


(24)

Yudhi Munadi dan Farida Ham id mengungkapkan prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut: a) mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, b) memberikan peluang kepada siswa untuk berinovasi, c) menjadikan siswa sebagai manusia yang kreatif, d) membangun komunikasi pembelajaran yang efektif, e) dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.16

Dari prinsip-prinsip yang telah dikemukakan di atas, maka setiap prinsip dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Mengaktifkan Siswa dalam Proses Pembelajaran

Belajar adalah wujud keaktifan siswa di dalam proses kegiatan pembelajaran. Keaktifan belajar anak didik ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik jika dibutuhkan. Pandangan mendasar yang perlu menjadi kerangka pikir setiap guru adalah bahwa pada prinsipnya anak-anak adalah makhluk yang aktif. Oleh karena itu, keaktifan yang dimiliki anak dapat berkembang ke arah yang positif jika lingkungannya memberikan pengaruh dan dukungan yang baik untuk mendukung keaktifan anak didik tersebut. Dengan demikian peran serta anak didik di dalam proses kegiatan pembelajran perlu untuk selalu ditingkatkan agar anak didik teriibat aktif dalam pembelajaran tersebut.

Pendekatan belajar aktif, adalah pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar mandiri. Kemampuan belajar mandiri tersebut merupakan tujuan akhir dari belajar aktif. Pembelajaran aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki.

Di samping itu, pembelajaran aktif juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian anak didik agar tetap berkonsentrasi pada proses kegiatan pembelajaran. Peran guru dalam pelaksanaan pembelajran aktif menjadi sangat penting. Guru berperan aktif sebagai fasilitator

16

Yudhi Munadi & Farida Hamid, "Bahan Ajar PLPG Pembelajaran Aktif, Inovatif, fj-eatif, Efektifdan Menyenangkan", (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Get. Ke-2, -.si. 33-38


(25)

yang membantu memudahkan siswa belajar, sebagai nara sumber yang mampu mengundang pemikiran dan daya kreasi anak didik, sebagai pengelola yang mampu merancang dan melaksanakan kegiatan belajar yang bermakna dan dapat mengelola sumber belajar yang diperlukan. Dengan pendekatan belajar aktif anak didik diharapkan akan mampu mengenal dan mengembangkan kemampuan belajar dan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian, belajar aktif memiliki arti sebagai belajar yang efektif untuk dapat membentuk anak didik sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai kemauan belajar sepanjang hidupnya.

Ciri-ciri pokok pembelajaran aktif yaitu:

1) Interaktif yang ditandai dengan adanya dialog antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dengan menggunakan sumber belajar yang bervariasi.

2) Memotivasi anak didik untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. 3) Menantang bagi anak didik untuk mengikuti pembelajaran.

4) Guru memberikan keteladanan kepada anak didik sehingga anak didik memiliki pandangan yang positif terhadap gurunya.17

b. Memberikan Peluang kepada Siswa untuk Berinovasi

Di dalam prinsip ini, pembelajaran yang dilaksankan diharapkan mampu memberikan peluang sebesar-besarnya kepada anak didik untuk berinovasi. Inovasi memiliki arti pembaruan dan perubahan, inovasi adalah suatu gagasan atau tindakan perubahan menuju ke arah perbaikan atau berbeda dari yang sebelumnya, dilakukan secara sengaja dan berencana.

Memberikan peiuang kepada anak didik untuk melakukan inovasi bertujuan untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki anak didik agar dapat dikembangkan secara maksimal. Sehingga dengan demikian diharapkan pembelajaran yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik

17

Yudhi Munadi&Farida Hamid, "Bahan Ajar PLPG Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan", (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Get. Ke-2, hal. 32


(26)

dan anak didik merasa nyaman dan senang untuk mengikuti pembelajaran.

c. Menjadikan Siswa sebagai Manusia Kreatif

Anak didik merupakan manusia yang sedang tumbuh dan berkembang, oleh karena itu anak didik membutuhkan bantuan orang lain (guru) untuk membimbingnya. Dalam membentuk anak didik agar menjadi manusia yang kretif, guru harus mampu memfasilitasi belajar siswa sehingga suasana belajar yang dialami siswa kondusif.

Dalam hal ini, guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik professional yang mampu menyampaikan materi pembelajaran dengan kreatif. Dengan penyampaian pembelajaran yang kreatif tersebut, diharapkan siswa mampu termotivasi untuk menjadi seorang yang

berbeda dan hasil yang maksimal. Sehingga dengan demikian, para anak didik diharapkan mampu menjadi seorang yang kreatif yang nantinya akan berguna bagi kehidupannya di masa mendatang.

d. Membangun Komunikasi Pembelajaran yang Efektif

Dilihat dari prosesnya, pembelajaran dapat diartikan sebagai komunikasi. Karena di dalam pembelajaran terdapat komunikator (guru) sebagai orang yang menyampaikan pesan, pesan (materi pelajaran) yang disampaikan oleh guru, dan komunikan (anak didik) sebagai orang yang menerima pesan yang disampaikan. Ke tiga komponen tersebut merupakan komponen-komponen di dalam komunikasi. Oleh karena itu, di dalam pembelajaran yang baik terdapat juga komunikasi yang efektif.

Menurut Yudhi Munadi dan Farida Hamid pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang memberikan hasil atau dampak atau kesan terhadap siswa sesuai yang diinginkan dalam tujuan pembelajarannya.18 Komunikasi yang efektif diharapkan dapat membatu guru dan anak

18

Yudhi Munadi&Farida Hamid, "Bahan Ajar PLPG Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektifdan Menyenangkan", (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Get. Ke-2, hal. 36


(27)

didik di dalam melaksanakan pembelajaran. Bagi guru komunikasi yang efektif membantu dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik, dan begitu pula sebaliknya bagi anak didik dapat membantu dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan. Dengan demikian pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapi tujuan yang telah ditetapkan.

Oleh karna itu, guru diharapkan mampu untuk membangun komunikasi yang baik kepada anak didiknya. Selain untuk membantu kegiatan pembelajaran, hal tersebut juga perlu dilakukan oleh guru sebagai contoh terhadap para anak didiknya.

e. Menciptakan Pembelajaran yang Menyenangkan

Pembelajaran merupakan sebuah kegiatan yang kompleks, sehingga di dalam pelaksanaannya dibutuhkan sebuah perencanaan yang matang dan dilanjutkan dengan pelaksanaan yang dilakukan secara kreatif sehingga anak didik merasa senang dan nyaman dalam mengikuti pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan dapat dimulai dengan menciptakan kondisi belajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk belajar mandiri dengan menggunakan berbagai sumber belajar. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator dan juga motivator pembelajaran. Guru dituntut harus mampu merancang, menciptakan dan melaksanakan kegiatan yang bersifat menantang bagi anak didik sehingga membuat anak didik berpikir, menemukan jawaban dan mampu menyampaikan jawabanya dengan baik dan benar.

Oleh karena itu, guru harus mampu memfasilitasi kegiatan belajar anak didik dengan semaksimal mungkin. Di samping itus guru perlu untuk memberikan motivasi kepada anak didiknya sehingga anak didiknya tertarik dan merasa tertantang untuk melakukan hal yang telah direncanakan oleh guru.


(28)

3. Berbagai Keterampilan dalam Mengajar

Mengajar tidak hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran semata, akan tetapi dimaknai juga sebagai proses kegiatan mengatur lingkungan agar anak didik belajar. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kemampuan khusus di dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai tenaga pendidik. Hal tersebut dimaksudkan agar guru dapat menjalankan fungsinya sebagai tenaga pendidik dengan baik dan benar.

Menurut Moh. Uzer Usman kemampuan/keterampilan mengajar yang perlu dimiliki guru antara lain: keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan mengelola kelas, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, dan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan.19

a. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran 1) Membuka Pelajaran

Menurut Ahmad Sabri, membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi murid agar mental dan perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar.20 Membuka pelajaran merupakan usaha untuk menciptakan suasana siap mental pada diri anak didik untuk mengikuti pembelajaran dan menimbulkan perhatian anak didik agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajarinya.

Menurut Ahmad Sabri, ada 4 (empat) komponen keterampilan membuka pelajaran yaitu: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan pelajaran, dan apersepsi.21

a) Menarik perhatian siswa, banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mendapatkan perhatian siswa, antara lain: gaya mengaja guru, penggunaan alat bantu pembelajaran, dan pola interaksi guru yang bervariasi.

19

Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-25, hal. 74

20

Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press, 2010), cet. Ke-3, hal. 99

21


(29)

b) Menimbulkan motivasi belajar siswa, yaitu dapat dilakukan dengan cara guru menunjukkan kehangatan dan keantusiasan dalam memulai pembelajaran, menimbulkan rasa ingin tahu anak didik, mengemukakan ide yang bertentangan dan memperhatikan minat siswa.

c) Memberi acuan melalui berbagai usaha, seperti: mengemukakan tujuan pelajaran dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilaksanakan, meningkatkan masalah pokok yang akan dibahas dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

d) Apersepsi, yaitu membuat kaitan atau hubungan antara materi pelajaran yang akan diajarkan dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai oleh anak didik.

2) Menutup Pelajaran

Menurut Moh. Uzer Usman, menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar.22 Dalam kegiatan ini guru berupaya untuk mengetahui pembentukan kompetensi dan pencapaian tujuan pembelajaran, serta pemahaman anak didik tentang materi pelajaran yang telah disampaikan sekaligus mengakhiri kegiatan tersebut.

Mengakhiri kegiatan pembelajaran bertujuan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari anak didik dan keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya serta untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa.

Menurut Moh. Uzer Usman, ada 2 (dua) komponen keterampilan menutup pelajaran, yaitu: meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dan mengevaluasi.23

a) Meninjau Penguasaan Inti Pelajaran

Peninjauan kembali penguasaan inti pelajaran merupakan kegiatan

22

Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, . 11.. cet. Ke-25, hal. 92

23

Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011 cet. Ke-25, hal. 93


(30)

yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana anak didik mengerti dan memahami materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hal tersebut antara lain dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada anak didik, menugaskan siswa untuk membuat kesimpulan atau menyampaikan ringkasan materi pelajaran yang telah disampaikan.

b) Evaluasi Pembelajaran

Dalara hubungan dengan kegiatan pengajaran. Ahmad Sabri mendefinisikan evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan nilai belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan dengan melalui kegiatan penilaian atau pengukuran belajar dan pembelajaran.24 Sedangkan rumusan yang lebih bersifat operasional dikemukakan oleh Rcestiyah (1989), bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya mengenai kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar guna mendorong atau mengembangkan kemampuan belajar.25

Jadi evaluasi pembelajaran adalah suatu proses untuk mendapatkan informasi tentang hasil pembelajaran. Fokus evaluasi pembelajaran adalah pada hasil, baik hasil yang berupa proses atau produk. Informasi hasil pembelajaran ini kemudian dibandingkan dengan hasil pembelajaran yang diharapkan (ditetapkan).

Sebagai evaluator guru berperan untuk untuk mengumpulkan data dan informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Data yang diperoleh guru dapat dijadikan bahan evaluasi terhadap pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Menurut Ngalim Purwanto, evaluasi pembelajaran dibagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu: "evaluasi formatif dan evaluasi sumatif'.26

24

Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press. 2010), cet.Ke-3, hal. 133

25

25Pupuh Fathurrohman dan M Sobry Sutikno, "Strategi Belajar Mengajar Melalui penanaman Konsep Umum & Konsep Islami", (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), cet. Ke-2, hal 17

26

Nagalim Purwanto, "Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran", (Bandung: PT .snaja Rosdakarya, 2009), cet. Ke-15, hal. 26


(31)

1) Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan.27

Evaluasi formatif secara prinsip merupakan evaluasi yang dilaksanakan ketika program masih berlangsung. Evaluasi formatif tersebut dilakukan untuk memberikan informasi evaluatif sejauh mana program yang telah dirancang dapat berlangsung dan berjalan. Selain itu, untuk mengetahui hambatan dan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan program tersebut sehingga informasi yang diperoleh dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk memperbaiki suatu program.

Di samping itu, hasil evaluasi formatif akan diperoleh gambaran siswa yang telah berhasil dan siswa yang dianggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum berhasil maka akan diberikan remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok bahasan tertentu. 2) Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai di mana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu.28

Evaluasi sumatif dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya mencakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya. Selain itu, fungsi dan tujuan evaluasi sumatif adalah untuk menentukan apakah siswa dapat dapat dikatakan lulus atau tidak berdasarkan

27

Ibid

28

Nagalim Purwanto, "Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengqjaran", (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet. Ke-15, hal. 26


(32)

hasil evaluasi yang telah dilakukannya.

Dari uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa, evaluasi formatif ialah penilaian yang berfungsi dan bertujuan untuk memperoleh umpan balik dan selanjutnya digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Sedangkan evaluasi sumatif adalah ialah penilaian yang berfungsi dan bertujuan untuk mendapatkan informasi sampai sejauh mana keberhasilan atau pencapaian hasil belajar siswa yang selanjutnya digunakan untuk pengambilan keputusan dalam menentukan lulus atau tidaknya seorang siswa.

b. Mengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Istilah lain dari pengelolaan adalah manajemen, yaitu kata yang aslinya merupakan berasal dari bahasa inggris yaitu management. Manejemen atau pengelolaan menurut Suharsimi Arikunto sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, adalah pengadministrasian, pengaturan, atau penataan suatu kegiatan29 Sedangkan kelas menurut Oemar Hamalik sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama nyang mendapat pengajaran dari guru.30

Menurut Ahmad Sabri, pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya apabila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.31 Sementara itu menurut Yudhi Munadi dan Farida Hamid mengelola kelas adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, serta mengembalikan kondisi belajar yang terganggu.32

Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengelolaan kelas di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pengelolaan kelas adalah

29

Syaiful Bahri Djamarah&Aswan Zain, "Strategi Belajar Mengajar", (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), cet. Ke-2, hal.196

30

Syaiful Bahri Djamarah&Aswan Zain, "Strategi Belajar Mengajar", ... hal.196

31

Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press, 2010) cet. Ke-3, hal. 86

32

Yudhi Munadi & Farida Hamid, "Bahan Ajar PLPG Pembelajaran Aktif, Inovatif,Kreatif, Efektif dan Menyenangkan", (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Cet. Ke-2,


(33)

keterampilan guru dalam menciptakan kondisi belajar yang aman, nyaman dan kondusif bagi anak didik serta mampu mengatasi berbagai masalah yang timbul di dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Suatu kondisi belajar optimal akan dicapai apa bila guru mampu mengatur siswa dengan suasana pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hubungan interaksi yang baik antara guru dengan anak didik merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi berlangsungnya proses kegiatan pembelajaran yang efektif.

c. Keterampilan Menyampaikan/Menjelaskan Materi Pelajaran

Keterampilan menjelaskan dalam pengajaran adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab-akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui.33

Menyampaikan atau menjelaskan pelajaran merupakan salah satu aspek sangat penting dari kegiatan guru dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga pengajar. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Di samping itu, penggunaan bahasa yang baik dan benar serta mudah dimengerti menjadi salah satu kunci keberhasilan guru di dalan menjelaskan pelajaran kepada peserta didik. Karena dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar anak didik akan lebih mengerti tentang mated pelajran yang disampaikan oleh guru.

Menurut Moh Uzer Usman ada 2 (dua) komponen keterampilan menjelaskan harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu: "merencanakan dan penyajian suatu penjelasan".34

1) Merencanakan

33

Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet. Ke-25, hal. 88-89

34


(34)

Sebelum guru menjelaskan materi pelajaran kepada anak didik guru perlu untuk merencanakannya terlebih dahulu, terutama yang berkenaan dengan isi pesan (materi pelajaran) dan penerima pesan (anak didik). Berkenaan dengan isi pesan guru harus mampu menguasai materi pelajaran secara keseluruhan sebelum menyampaikannya kepada anak didik.

Mengenai yang berhubungan dengan penerima pesan sebaiknya guru memperhatikan anak didik sebelum menyampaikan materi pelajara. Hal tersebut perlu dilakukan karena anak didik memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya yang memungkinkan juga timbulnya perbedaan terhadap diri anak didik di dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut dipengaruhi faktor usia jenis kelamin, kemampuan, latar beakang sosial, bakat, minat dan Hngkungan belajr anak.

2) Penyajian suatu penjelasan

Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-hal berikut:

a) Kejelasan, penjelasan hendaknya hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa, dan menghindari penggunaan istilah-istilah yang tidak di mengerti oleh anak didik.

b) Penggunaan contoh dan ilustrasi, dalam memberikan penjelasan sebaiknya digunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang ditemui oleh anak didik dalam kehidupan sehari-hari.

c) Pemberian tekanan, dalam memberikan penjelasan guru harus memusatkan perhatian anak didik pada maslah pokok dan mengurangi informasi yang tidak begitu penting.

d)

Penggunaan balikan, guru hendaknya memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menunjukkan pemahaman, keraguan atau ketidak mengertiannya ketika penjelasan itu diberikan.35

d. Keterampilan Bertanya

Dalam proses kegiatan pembelajaran, bertanya memiliki peranan

35

Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, . at. Ke-25, hal. 90


(35)

penting. Pertanyaan yang tersusun dengan balk dan disampaikan dengan cara yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap siswa. Pertanyaan yang sesuai dan tepat merupakan salah satu alat komunikasi yang efektif antara guru dengan siswa.

Guru dituntut untuk dapat menguasai berbagai teknik bertanya dan guru juga harus mendengarkan dengan sungguh-sungguh apa yang dikemukakan oleh siswa, serta memberikan tanggapan yang positif terhadap siswa.36 Menurut Moh. Uzer Usman, pertanyaan yang disampaikan oleh guru memiliki peran sebagai beikut:

1) Meningkatkan pertisipasi siswa dalam belajar mengajar

2) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi atau sedang dibicarakan.

3) Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa sebab berpikir itu sendiri sesungguhnya bertanya.

4) Menuntun berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membentuk siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik.

5) Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.37 Melihat penjelasan di atas, peran pertanyaan berkaitan erat dengan partisipasi anak didik di dalam proses kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru harus mampu membangkitkan semangat dan motivasi siswa sebelum melaksanakan pembelajaran agar pembelajaran berjalan secara aktif.

Menurut Moh. Uzer Usman terdapat 6 (enam) komponen yang berkaitan dengan keterampilan bertanya dasar, yaitu: "penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat, pemberian acuan, pemindahan giliran, penyebaran, pemberian waktu berpikir, dan pemberian tuntunan.38

1) Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat, pertanyaan yang disampaikan oleh guru kepada anak didik harus disampaikan secara jelas

36

Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press, 2010), cet. Ke-3,hal. 79

37

Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-25, hai. 74

38

Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-25, hal. 77-78


(36)

dan singkat. Penggunaan kata-kata yang mudah dipahami dan sesuai dengan taraf perkembangan anak didik, akan membantu anak didik dalam memahami dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang guru berikan.

2) Pemberian acuan, sebelum guru memberikan sebuah pertanyaan sebaiknya guru memberikan acuan yang berkaitan dengan pertanyaan yang akan diberikan. Hal tersebut bertujuan agar anak didik memiliki gambaran jawaban tentang pertanyaan yang diberikan berdasarkan taraf kemampuan yang dimilikinya.

3) Pemindahan giliran, pemberian pertanyaan secara bergiliran merupakan suatu bentuk tindakan yang menunjukkan bahwa guru berlaku adil dan tidak membeda-bedakan anak didik di dalam proses kegiatan pembelajaran. Di samping itu, pemindahan giliran pertanyaan guru bertujuan agar masing-masing anak didik memiliki kesempatan untuk memberikan tanggapannya mengenai pertanyaan yang disampaikan sehingga dengan demikian pembelajaran akan terlihat lebih aktif.

4) Penyebaran, penyebaran bertujuan untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru sebaiknya berusaha agar semua anak didik mendapatkan giliran secara merata. Perbedaannya dengan pemindahan giliran adalah pemindahan giliran beberapa siswa diminta untuk menjawab satu pertanyaan yang sama. Sedangkan pada penyebaran pertanyaan yang diberikan kepada anak didik berbeda-beda dan disebarkan giliran menjawabnya kepada anak didik yang berbeda pula.

5) Pemberian waktu berpikir, setelah guru memberikan pertanyaan kepada seluruh anak didik guru perlu untuk memberikan waktu beberapa saat sebelum guru memberikan pertanyaan kepada salah satu anak didik. Hal ini perlu dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada anak didik agar memiliki gambaran tentang pertanyaan yang diberikan.


(37)

6) Pemberian tuntunan, apa bila terdapat anak didik yang salah atau kesulitan dalam menjawab pertanyaan sebaiknya guru memberikan tuntunan kepada anak didik tersebut agar dia menemukan sendiri jawaban yang benar.

e. Keterampilan Memberikan Penguatan

Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons apakah bersifat verbal ataupun non verbal yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau pun koreksi.39

Sedangkan menurut Moh Uzer Usman penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.40

Jadi pengutaan adalah suatu tindakan guru yang merupakan respons terhadap tingkah laku yang dilakukan oleh anak didik yang bertujuan untuk memberikan informnasi dan umpan balik kepada anak didik agar mereka merasa berbesar hati dan lebih giat berpartisipasi dalam interaksi pembelajaran.

Menurut Moh. Uzer Usman terdapat 3 (tiga) prinsip penggunaan pengutan, yaitu: "kehangatan dan keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respons yang negative".41

1) Kehangatan dan keantusiasan, sikap an gaya guru, termasuk suara, mimik, dan gerak badan akan menunjukkan adanya kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan pengutan. Dengan demikian diharapkan murid beranggapan bahwa guru melakukannya dengan menyenangkan.

2) Kebermaknaan, pengutan sebaiknya diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan siswa sehingga dia mengerti dan yakin bahwa dia patut

39

Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press2010), cet. Ke-3, hal. 82,

40

Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaia Rosdakarya, 2011), cet. Ke-25, hal. 80-81

41

Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-25, hal. 82


(38)

diberi penguatan. Dengan demikian pengutan menjadi bermakna untuk dirinya.

3) Menghindari penggunaan respons yang negatif, sebaiknya guru menghindari hal-hal negatif seperti menghina, menjatuhkan dan sebagainya di dalam merespons tingkah laku anak didiknya, hal tersebut perlu dilakukan agar guru tidak mematahkan semangat anak didik untuk mengembangkan dirinya.

f. Keterampilan Mengadakan Variasi

Menurut Moh. Uzer Usman, variasi stimulus adalah kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar-mengajar murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.42

Di dalam kegiatan pembelajaran guru memiliki peran yang dominan, oleh karena itu suasana belajar yang kondusif sangat dipengaruhi oleh peran guru di dalam menciptakan iklim belajar yang sebaik-baiknya. Penggunaan berbagai macam variasi oleh guru di dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dapat membantu siswa tetap fokus, termotivasi dan antusias terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Menurut Ahmad Sabri, terdapat 3 (tiga) komponen yang berkaitan dengan keterampilan mengadakan variasi, yaitu: variasi dalam mengajar guru, variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran, dan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa.43

1) Variasi dalam Mengajar Guru

Menurut Udin S. Winataputra (2004), variasi adalah keanekaragaman yang tidak monoton.44 Sebagai seorang tenaga pendidik guru diharapkan mampu untuk dapat menjadi seorang yang menyenangkan dan mampu untuk membuat anak didik merasa nyaman dan senang dalam mengikuti

42

42Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-25...hal. 84

43

Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMlcro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press, 2010), cet. K.e-3, hal. 94-99

44

Pupuh Fathurrohman dan M Sobry Sutikno, "Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami", (Bandung: PT Reflka Aditama, 2007), cet. Ke-2, hal. 91


(39)

kegiatan pembelajaran dengan melakukan perubahan-perubahan yang sengaja dilakukan untuk memberikan kesan unik. Oleh karena itu, dalam melaksanakan pembelajaran guru sebaiknya menggunakan berbagai macam variasi yang bertujuan untuk menghilangkan rasa jenuh dan bosan yang dialami oleh para anak didik sehingga mereka dapat tetap fokus dalam mengikuti pembelajaran.

2) Variasi dalam Penggunaan Media dan Alat Pengajaran

Penggunaan media dan alat pengajaran oleh guru diharapkan relevan dengan tujuan pengajaran. Pemilihan media dan alat pengajaran yang tepat dapat membantu anak didik di dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Pemilihan media dan alat pengajaran yang tepat dapat memotivasi anak didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, anak didik akan merasa senang, tertarik dan yang terpenting adalah memahami materi pelajarana yang diajarkan. 3) Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa

Interaksi guru dan anak didik dalam kegiatan pembelajaran sangat beraneka ragam, dari kegiatan yang sepenuhnya dibimbing oleh guru sampai pada kegiatan yang dilakukan sendiri oleh anak didik. Hal tersebut tergantung bagaimana guru mengelola kegiatan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Penggunaan interaksi yang bermacam-macam bertujuan agar tidak menimbulkan kebosanan dan kejenuhan serta untuk menghidupkan suasana belajar yang intinya adalah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

g. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan

Menurut Moh. Uzer Usman, secara fisik bentuk pengajaran kelompok kecil dan perseorangan adalah bila jumlah yang dihadapi oleh guru terbatas yaitu berkisar antara 3-8 orang untuk kelompok kecil, seorang untuk perseorangan.45 Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian kepada anak

45

Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-25, hal. 102


(40)

didik dan terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dengan anak didik maupun antara anak didik dengan anak didik yang lainnya.

Pengajaran kelompok kecil diharapkan mampu membuat anak didik belajar lebih aktif, memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar, berkembangnya daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada siswa serta dapat memenuhi kebutuhan anak didik secara optimal. Dengan demikian, kombinasi pengajaran klasikal, kelompok kecil dan perseorangan memberikan peluang yang lebih besar bagi tercapainya tujuan pembelajaran.

Berdasarkan uraian teori tentang keterampilan mengajar di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan keterampilan mengajar adalah keahlian-keahlian khusus yang perlu dimiliki oleh seorang guru yang dapat membantunya dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai tenaga pendidik agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan benar sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

4. Langkah-Langkah Pembelajaran

Pembelajaran atau proses belajar mengajar adalah proses yang diatur dengan langkah-langkah tertentu, agar pelaksanaanya dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang diharapkan. Mennrut Wina Sanjaya pembelajaran adalah proses yang bertujuan, proses kerja sama, proses yang kompleks, dan proses memanfaatkan berbagai sumber belajar.46 Berdasarkan pengertian pembelajaran tersebut, maka di dalam proses pelaksanaan pembelajaran perlu dilakukan langkah-langkah sistematis yang dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran tersebut agar tujuan pembelajar yang telah diietapkan dapat tercapai.

Menurut Abdul Majid, langkah-langkah pembelajaran pada umumnya meliputi tiga kegiatan, yaitu: (a) kegiatan pembukaan, (b) kegiatan inti, dan (c) kegiatan penutup.47

a. Kegiatan Pendahuluan

Pembukaan merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan guru untuk

46

Wina Sanjaya, "Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran", (Jakarta, Kencana 2008), Get. Ke-l,hal. 31-32

47

Abdul Majid, "Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru". (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya 2009), Cet. Ke-6, hal. 104-105


(41)

memulai atau membuka pembelajaran. Membuka pelajaran merupakan suatu kegiatan untuk memberikan motivasi kepada anak didik, menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian anak didik secara optimal, agar mereka memusatkan diri sepenuhnya untuk belajar.

Menurut Ahmad Sabri, membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi murid agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar, kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajarinya.48 Membuka pelajaran merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan kesiapan mental agar mereka memusatkan diri sepenuhnya untuk belajar.

Menurut Abdul Majid, ada 3 (tiga) komponen keterampilan membuka pelajaran, yaitu: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, dan appersepsi.49

1) Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara, perhatian adalah dorongan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu orang ini muncul karena dirangsang melalui elemen-elemen baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, dan kompleks.50

2) Menarik perhatian siswa bertujuan untuk memfokuskan perhatian siswa pada proses kegiatan pembelajaran, hal ini perlu dilakukan agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik tanpa memikirkan sesuatu di luar pembelajaran. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk men dapat k an perhatian para siswa, antara lain: gaya mengajar yang dilakukan guru, penggunaan alat bantu pembelajaran dan pola interaksi yang bervariasi.

48

48Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMcro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press, 2010), cet. Ke-3,hal.99

49

Abdul Majid, "Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetewi Guru". (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya 2009), Cet. Ke-6, hal. 104

50

Eveline Siregar & Hartini Nara, "Teori Belajar dan Pembelajaran", (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), Cet. Ke-I, hal. 52


(42)

3) Menurut Hilgard sebagaimana yang dikutip oleh Yudhi Munadi dan Farida Hamid, motivasi adalah suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.51 Berdasarkan definisi motivasi di atas, motivasi memiliki peranan sebagai penggerak diri anak didik untuk mengikuti pembelajaran. Di samping itu, motivasi memberikan gairah, semangat, dan rasa senang dalam belajar sehingga anak didik yang memiliki motivasi yang besar akan lebih bersemangat mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu menimbulkan motivasi belajar siswa, yaitu dengan cara: menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, gunakan humor dalam penyajian materi pelajar, gunakan peristiwa nyata dan contoh-contoh untuk memperjelas konsep yang disampaikan.

Menurut Abdul Majid, apersepsi adalah penilaian kemampuan awal untuk mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimiliki siswa.52

Seorang guru perlu menghubungkan materi pelajaran yang telah dimiliki siswa dengan materi yang akan dipelajari atau pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dan untuk menghindari pengulangan pemberian materi pelajaran yang sama oleh guru kepada siswa.

b. Kegiatan Inti (penyampain materi pelajaran)

Kegiatan inti dalam pembelajaran merupakan kegiatan yang terpenting di dalam proses pendidikan itu sendiri, berhasil atau tidaknya pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kegiatan yang terjadi selama proses kegiatan pembelajaran itu dilaksanakan.

Menurut Abdul Majid, kegiatan inti dalam pembelajaran adalah

51

Yudhi Munadi&Farida Hamid, "Bahan Ajar PLPG Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektifdan Menyencmgkan", (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Cet. Ke-2, hal. 10

52

Abdul Majid,"Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru". (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya 2009), Cet. Ke-6, hal. 104


(43)

kegiatan utama untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan berkaitan dengan bahan kajian yang bersangkutan.53 Sementara itu, Wina Sanjaya mengartikan kegiatan inti sebagai kegiatan memberikan pengalaman belajar kepada siswa.54 Dalam kegiatan pembelajaran guru berperan penting dafam memberikan bimbingan dan bantuan guna membantu anak didik dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan.

Berdasarkan defmisi kegiatan inti di atas, penulis menyimpulkan bahwa kegiatan inti dalam pembelajaran adalah sebuah pengalaman yang dialami anak didik yang di dalamnya terdapat proses kegiatan menanamkan dan mengembangkan pengetahuan serta sikap dan keterampilan yang tidak terlepas dengan materi pelajaran yang disampaikan. Dalam kegiatan inti pembelajaran guru memiliki peran strategis, karena dalam pelaksanaan kegiatan inti keterampilan guru sebagai tenaga pendidik diuji.

Menurut Abdul Majid, di dalam kegiatan inti mencakup 4 (empat) kegiatan, yaitu: menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan materi atau bahan ajar, menggunakan metode pembelajaran, dan menggunakan media pembelajaran.55

1) Menyampaikan Tujuan Pembelajaran

Penjelasan mengenai tujuan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat membantu anak didik mengetahui materi pelajaran yang akan diajarkan. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajacan, akan membatu menumbuhkan minat belajar anak didik yang kemudian akan menumbulkan motivasi pada dirinya.

Penyampaian tujuan pembelajaran dapat dilakukan melalui berbagai usaha seperti: mengemukakan acuan pelajaran dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilaksanakan, meningkatkan masalah pokok yang akan dibahas dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

53

Ibid,.

54

Wina Sanjaya, "Perencanaan don Desain Sistem Pembelajaran", (Jakarta, Kencana 2008), Cet. Ke-1, hal. 176

55

Abdul Majid, "Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru". (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya 2009), Cet. Ke-6, hal. 104


(44)

2) Menyampaikan Materi atau Bahan Ajar

Menyampaikan materi pelajaran merupakan kegiatan pokok dari kegiatan pembelajaran itu sendiri. Baik buruknya guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik, akan berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dalam menyampaikan materi pelajaran guru perlu untuk melakukan perencanaan, agar penyampaian materi pelajaran yang dilakukan dapat berjalan dengan baik.

Di samping itu, penggunaan bahasa yang baik dan menghindari istilah-istilah asing yang sukar dimengerti oleh anak didik dapat membantu dan memudahkan anak didik dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan. Selain itu, dalam memberikan contoh-contoh pelajaran sebaiknya guru dapat menyesuaikan dengan sesuatu yang ditemui anak didik dalam kehidupan sehari-hari. Dengan penyampaian materi pelajaran yang baik diharapkan kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancer dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

3) Menggunakan Metode Pembelajaran

Menurut Ahmad Sabri, metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok dengan maksud agar tujuan pembelajaran yang telah direncanakan dapat tercapai.56

Sebagai salah satu komponen pembelajaran, metode memiliki peranan yang penting dan tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan pembelajaran. Karena tidak ada satu pun kegiatan pembelajaran yang tidak menggunakan metode. Oleh karena itu, guru diharapkan memiliki dan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran agar anak didik tidak merasakan jenuh dan bosan melainkan termotivasi dan semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

56

Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, FT Ciputat Press, 2010), cet. Ke-3,hal.49


(1)

PT. Ciputat/Press.

Siregar, Eveline & Martini Nara, 2010. "Teori Belajar dan Pembelajaran ", Bogor: Ghalia Indonesia.

Slameto, 1995. "Belajar dan Faklor-Faktor Yang Mempengaruhi", Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono, 2011. "Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitaiif dan R&B ", Bandung: Alfabeta.

Suharsimi, Arikunto, 2002. "Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek” Jakarta: Balai Pustaka.

Surya, et.all. 2004. "Kapita Selekla Kependidikan SD", Jakarta: Pusat Penerbitan UT, Get. Ke-17.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002. "Kamus Besar Bahasa Indonseia ", Jakarta: Balai Pustaka.

Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Tentang Pendidikan, Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI Tahun 2006. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Uno, Hamzah B, 2008. "Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan

Reormasi/Pendidikan di Indonesia", Jakarta: PT Bumi Askara.

Usman, Moh. Uzer, 2011. "Menjadi Guru Profesional", Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Wirawan, Sarlito Sarwono, 2003. "Penganlar Umum Psikologi", Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Walgito, Bimo, 2007. "Psikologi Sosial", Yogyakarta: Andi Offset.

_____, 2008. "Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajran", Jakarta: Kencana. _____, 2006. "Strategi Pembelajaran ", Jakarta: Prenada Media Group."

_____, 2008. "Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan PraktekPengembangan KTSP ", Jakarta: Kencana.

Zurinal, Z dan Wahdi Sayuti, 2006. "Ilmu Pendidikan Penganlar dan Dasar- Dasar Pelaksanaan Pendidikan ", Jakarta: UIN Jakarta Press


(2)

(3)

ANGKET

Persepsi Siswa tentang Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta

PETUNJUK DAN PENGISIAN KUESIONER (ANGKET)

1. Angket ini dibuat hanya untuk kepentingan ilmiah dalam rangka menyusun sebuah skripsi tidak ada tujuan lain. Oleh karena itu, jawaban siswa/i akan dijamin kerahasiaannya.

2. Isilah data diri anda dengan lengkap.

3. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan, kemudian jawablah dengan jujur sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

4. Berilah tanda (V) pada salah satu jawaban yang tersedia. 5. Atas kesediaannya, saya ucapkan banyak terima kasih. IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Jenis Kelamin : (L/P)

Kelas :

1. Guru Agama memuiai pembelajaran dengan mengucapkan salam.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D, Tidak Pernah

2. Guru Agama mengabsen/memeriksa kehadiran siswa.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

3. Guru Agama bersama dengan siswa berdo'a sebelum memuiai pembelajaran.

A. Selalu B. Sering C Jarang D. Tidak Pernah

4. Guru Agama berpakaian rapi setiap masuk kelas

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

5. Guru Agama memastikan kerapian tempat duduk siswa.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

6. Guru Agama memastikan seluruh siswa mengenakan seragam sesuai jadwal.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

7. Guru Agama memeriksa buku pelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

8. Guru Agama menanyakan kabar siswa.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

9. Guru Agama mendoakan siswa/orang tua siswa yang sakit agar lekas sembuh


(4)

10.Guru Agama memberikan nasehat yang membuat siswa semangat untuk beiajar,

A. Selalu B. Bering C. Jarang D. Tidak Pernah

11.Guru Agama memberikan hadiah/pujian kepada siswa yang dapat mengerjakan tugas dengan benar.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

12.Guru Agama menghubungkan materi pelajaran yang akan dibahas dengan materi pelajaran yang telah dipelajari

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

13.Guru Agama mengaitkan materi pelajaran dengan kejadian-kejadian nyata.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

14.Guru Agama menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

15.Guru Agama menjelaskan sub-sub pembahasan yang akan diajarkan

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

16.Guru Agama menjelaskan langkah-langkah/tahapan pembelajaran yang akan dilaksanakan

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

17.Guru Agama menjelaskan materi pembelajaran dengan bahasa yang mudah dimengerti siswa

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

18.Guru Agama memberikan contoh-contoh yang sesuai dengan materi pelajaran

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

19.Guru Agama memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

20.Guru Agama menanggapi/menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa dengan baik.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D, Tidak Pernah

21.Ketika ada siswa yang bertanya, Guru Agama memberi kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

22.Guru Agama mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang materi pembelajaran yang telah diajarkan.


(5)

dari buku dan sumber-sumber lain.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

24.Guru Agama meminta siswa menyampaikan hasil kerjanya di hadapan kelas,

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

25.Guru Agama meminta siswa/kelompok lain memberi tanggapan/penilaian terhadap hasil kerja suatu kelompok.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

26.Guru Agama memberi kesempatan siswa untuk membahas materi secara berkelompok

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

27.Guru Agama memberikan pujian terhadap siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

28.Guru Agama mengajar dengan sangat menyenangkan.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

29.Guru Agama memberikan bimbingan/arahan/bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

30.Guru Agama menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

31.Selain buku paket Guru Agama juga menyiapkan bahan materi tambahan untuk siswa.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

32.Guru Agama menegur siswa yang membuat gaduh dalam proses pembelajaran.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

33.Guru Agama memberikan tindakan tegas/memberi hukuman terhadap siswa yang nakal.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

34.Guru Agama menggunakan guyonan/canda agar siswa tidak merasa bosan.

A. Selalu B. Sering G. Jarang D. Tidak Pernah

35.Guru Agama menggunakan bahasa yang baik dan benar ketika melaksanakan

pembelajaran.


(6)

36.Guru Agama mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait materi yang telah dipelajari.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D, Tidak Pernah

37.Guru Agama membantu/membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

materi yang dipelajari.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

38.Guru Agama memberikan ulangan/tes setiap materi yang telah dipelajari.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

39.Setiap memberi ulangan/tes Guru Agama mengawasi secara ketat agar siswa tidak bisa mencontek.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

40.Guru Agama memberikan tugas untuk dikerjakan dirumah (PR) setiap pembelajaran selesai.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

41.Guru Agama mengembalikan hasil kerja siswa setelah diperiksa.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

42.Guru Agama memberikan catatan perbaikan pada lembar hasil kerja siswa.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

43.Guru Agama menyediakan waktu di luar jam pelajaran untuk membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

44.Guru Agama mengakhiri pembelajaran dengan memberi pesan-pesan yang bermanfaat.

A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah

45.Guru Agama mengakhiri pembelajaran dengan mengucap salam.