Fasold dalam Chaer dan Leoni Agustina, 1995:115 menawarkan kriteria gramatika untuk membedakan campur kode dan alih kode. Kalau seseorang
menggunakan satu kata atau frase dari satu bahasa, dia telah melakukan campur kode. Tetapi apabila satu klausa jelas-jelas memiliki struktur gramatika satu
bahasa, dan klausa berikutnya disusun menurut struktur gramatika bahasa lain, maka peristiwa yang terjadi adalah alih kode.
2.2.4 Interferensi
Istilah interferensi pertama kali digunakan oleh Weinreich dalam Chaer dan Leoni Agustina, 1995:120 untuk menyebutadanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur- unsur bahasa lain yang dilakukan oleh penutur bilingual. Penutur yang bilingual
adalah penutur yang menggunakan dua bahasa secara bergantian yaitu antara bahasa ibu B1 dan bahasa lain B2. Kemampuan terhadap B1 dan B2 sangat
bervariasi. Chaer dan Agustina mengidentifikasi interferensi bahasa menjadi empat
macam. 1.
Interferensi Fonologis Interferensi fonologis terjadi apabila penutur mengungkapkan kata-kata
dari suatu bahasa dengan menyisipkan bunyi-bunyi bahasa dari bahasa lain. Interferensi dibedakan menjadi dua macam, yaitu interferensi fonologis
pengurangan atau penghilangan huruf fonem dan interferensi fonologis pergantian atau perubahan huruf fonem.
Universitas Sumatera Utara
Contoh: a.
pengurangan atau penghilangan huruf fonem Slalu : selalu
Ama : sama Smua : semua
b. pergantian atau perubahan huruf fonem.
Cayang : sayang Adek : adik
Rame : ramai
2. Interferensi Morfologis
Interferensi morfologis terjadi apabila dalam pembentukan kata suatu bahasa menyerap afiks-afiks bahasa lain. Penyimpangan struktur itu terjadi kontak
bahasa antara bahasa yang sedang diucapkan bahasa Indonesia dengan bahasa lain yang juga dikuasainya bahasa daerah atau bahasa asing.
Contoh: Kepukul : terpukul
Neonisasi : peneonan Dipindah : dipindahkan
Menanyai : bertanya
3. Interferensi Sintaksis
Interferensi sintaksis terjadi apabila struktur bahasa lain bahasa daerah, bahasa asing dan bahasa gaul digunakan dalam pembentukan kalimat bahasa
yang digunakan. Interefernsi ini terdiri dari interferensi struktur kalimat dan tingkat kalimat yang penyerapan unsur kalimatnya dapat berupa kata, frase, dan
klausa. Interferensi sintaksis seperti ini tampak jelas pada peristiwa campur kode.
Universitas Sumatera Utara
Contoh : Di sini toko yang laris yang mahal sendiri kalimat bahasa Indonesia yang
berstruktur Jawa. Toko laris adalah toko yang paling mahal di sini kalimat yang sudah baku.
Mereka akan married bulan depan Karena saya sudah kadhung apik sama dia, ya saya tanda tangan saja.
4. Interferensi Semantis
Interferensi yang terjadi dalam bidang tata makna. menurut bahasa resipiennya, interferensi semantik dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
interferensi ekspansif dan interferensi aditif. a.
Interferensi Ekspansif Interferensi Ekspansif, yaitu interferensi yang terjadi jika bahasa yang
tersisipi menyerap konsep kultural beserta namanya dari bahasa lain. Contoh :
Teman-temanku tambah gokil saja.
b. Interferensi Aditif
Interferensi Aditif, yaitu interferensi yang muncul dengan penyesuaian dan interferensi yang muncul berdampingan dengan bentuk lama dengan makna yang
agak khusus.
Contoh :
Universitas Sumatera Utara
Mbak Ari cantik sekali. http:lathifashofi.wordpress.com20110510makalah-interferensi,diunduh pada
tanggal 02 Juni 2013.
2.3 Tinjauan Pustaka