1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian, pendidikan
adalah sebuah proses transfer nilai-nilai dari orang dewasa guru atau orang tua kepada anak-anak agar menjadi dewasa dalam segala hal. Pendidikan merupakan
masalah yang penting bagi setiap bangsa yang sedang membangun. Upaya perbaikan di bidang pendidikan merupakan suatu keharusan untuk selalu dilaksanakan agar
suatu bangsa dapat maju dan berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Sudharsono, 1994: 2.
Beberapa upaya dilaksanakan antara lain penyempurnaan kurikulum, peningkatan kompetensi guru melalui penataran-penataran, perbaikan sarana-sarana
pendidikan, dan lain-lain. Hal ini dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa dan terciptanya manusia Indonesia seutuhnya. Berdasarkan
fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No.20 Tahun 2003 Sisdiknas, pasal: 3.
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa serta mengembangkan potensi peserta didik agarmenjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan tersebut, maka dalam
lembaga pendidikan formal yaitu sekolah, keberhasilan pendidikan ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, yakni keterpaduan antara
kegiatan guru dengan kegiatan siswa. Bagaimana siswa belajar banyak ditentukan oleh bagaimana guru mengajar. Salah satu usaha untuk mengoptimalkan
pembelajaran adalah dengan memperbaiki pengajaran yang banyak dipengaruhi oleh guru. Karena pengajaran adalah suatu sistem, maka perbaikannya pun harus
mencakup keseluruhan komponen dalam sistem pengajaran tersebut. Komponen yang terpenting adalah tujuan, materi, evaluasi Mulyasa, 2007: 4
Usahameningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, maka guru harus memiliki dan menguasai perencanaan
kegiatan belajar mengajar, melaksanakan kegiatan yang direncanakan dan melakukan penilaian terhadap hasil dari proses belajar mengajar. Kemampuan guru
dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran merupakan faktor utama dalam mencapai tujuan pengajaran. Keterampilan merencanakan dan
melaksanakan proses belajar mengajar ini sesuatu yang erat kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar yang mendidik. Guru sebagai pendidik
mengandung arti yang sangat luas, tidak sebatas memberikan bahan-bahan pengajaran tetapi menjangkau etika dan estetika perilaku dalam menghadapi
tantangan kehidupan di masyarakat. Sebagai pengajar, guru hendaknya memiliki perencanaan planning pengajaran yang cukup matang. Perencanaan pengajaran
tersebut erat kaitannya dengan berbagai unsur seperti tujuan pengajaran, bahan pengajaran, kegiatan belajar, metode mengajar, dan evaluasi. Unsur-unsur tersebut
merupakan bagian integral dari keseluruhan tanggung jawab guru dalam proses pembelajaran. Sebab secanggih apapun suatu kurikulum dan sehebat apapun sistem
pendidikan, tanpa kualitas guru yang baik, maka semua itu tidak akan membuahkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu, guru diharapkan memiliki kompetensi yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien Suharsimi Arikunto, 2004: 1
Kompetensi merupakan salah satu kualifikasi guru yang terpenting. Bila kompetensi ini tidak ada pada diri seorang guru, maka ia tidak akan berkompeten
dalam melakukan tugasnya dan hasilnya pun tidak akan optimal. Dalam syari’at Islam, meskipun tidak terpaparkan secara jelas, namun terdapat hadits yang
menjelaskan bahwa segala sesuatu itu harus dilakukan oleh ahlinya orang yang berkompeten dalam tugasnya tersebut.
ﺮ ﻏ ﺔ ﺎ أ ﻂ ناو ﷲا ﺻ ﷲا لﻮ ر لﺎﻗ لﺎﻗ ﷲا ﺿر ةﺮ ﺮ ﺑا
ﺔ ﺎ ا ﺮﻈ ﻓ ﺎﻬ ها ىرﺎ ﺑ اور
Dari Abu Hurairah r.a, Ia berkata. Rasulullah SAW bersabda: Jikaurusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka nantikanlah saatkehancurannya.
H.R Bukhori
Dari hadits ini, dijelaskan bahwa seseorang yang menduduki suatu jabatan tertentu, meniscayakan mempunyai ilmu atau keahlian kompetensi yang sesuai
dengan kebutuhan jabatan tersebut. Hal ini sejalan dengan pesan kompetensi itu sendiri yang menuntut adanya profesionalitas dan kecakapan diri. Namun bila
seseorang tidak mempunyai kompetensi di bidangnya pendidik, maka tunggulah saat-saat kehancurannya. Terlebih lagi bagi seorang guru agama, ia harus
mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan guru-guru lainnya. Guru agama, disamping melaksanakan tugas keagamaan, ia juga melaksanakan tugas pendidikan
dan pembinaan bagi peserta didik, ia membantu pembentukan kepribadian, pembinaan akhlak disamping menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan
ketaqwaan para siswa. Dengan tugas yang cukup berat tersebut, guru Pendidikan Agama Islam dituntut untuk memiliki keterampilan profesional dalam menjalankan
tugas pembelajaran Ngalim Purwanto, 2004: 3. Kompetensi yang dimiliki seorang guru PAI, selain menguasai materi dan
dapat mengolah program belajar mengajar, guru juga dituntut dapat melaksanakan evaluasi dan pengadministrasiannya. Kemampuan guru dalam melakukan evaluasi
merupakan kompetensi guru yang sangat penting. Evaluasi dipandang sebagai masukan yang diperoleh dari proses pembelajaran yang dapat dipergunakan untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan berbagai komponen yang terdapat dalam suatu proses belajar mengajar. Sedemikian pentingnya evaluasi ini sehingga kelas yang
baik tidak cukup hanya didukung oleh perencanaan pembelajaran, kemampuan guru mengembangkan proses pembelajaran serta penguasaannya terhadap bahan ajar, dan
juga tidak cukup dengan kemampuan guru dalam menguasai kelas, tanpa diimbangi dengan kemampuan melakukan evaluasi terhadap perencanaan kompetensi siswa
yang sangat menentukan dalam konteks perencanaan berikutnya, atau kebijakan perlakuan terhadap siswa terkait dengan konsep belajar tuntas. Atau dengan kata
lain tidak ada satupun usaha untuk memperbaiki mutu proses belajar mengajar yang dapat dilakukan dengan baik tanpa disertai langkah evaluasi Prasetya Irawan, 2001:
1. Dalam arti luas evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan
menyediakan informasi, dan yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif- alternatif keputusan. Dalam hal memperoleh dan menyediakan informasi, evaluasi
menempati posisi yang sangat strategis dalam proses pembelajaran, hal ini dikarenakan seorang guru akan mendapatkan informasi sejauh mana tujuan
pengajaran yang telah dicapai siswa. Guru harus mampu mengukur kompetensi yang telah dicapai oleh siswa dari
setiap proses pembelajaran atau setelah beberapa unit pelajaran, sehingga guru dapat menentukan keputusan atau perlakuan terhadap siswa tersebut. Apakah perlu
diadakannya perbaikan atau penguatan, serta menentukan rencana pembelajaran berikutnya baik dari segi materi maupun rencana strateginya. Oleh karena itu, guru
setidaknya mampu menyusun instrumen tes maupun non tes, mampu membuat keputusan bagi posisi siswa-siswanya, apakah telah dicapai harapan penguasaannya
secara optimal atau belum. Kemampuan yang harus dimiliki oleh guru yang kemudian menjadi suatu kegiatan rutin yaitu membuat tes, melakukan pengukuran,
dan mengevaluasi dari kompetensi siswa-siswanya sehingga mampu menetapkan kebijakan pembelajaran selanjutnya Subari, 1994: 174.
Evaluasi pembelajaran merupakan suatu usaha untuk memperbaiki mutu proses belajar mengajar di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta. Informasi-informasi
yang diperoleh dari pelaksanaan evaluasi pembelajaran pada gilirannya digunakan untuk memperbaiki kualitas proses belajar mengajar.
Proses pelaksanaan evaluasi di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta berlangsung mengunakan tes tertulis, dengan evaluasi seperti itu apakah peserta didik sudah
benar-benar menguasi pelajaran agama ilmu secara mendalam ataukah belum, dalam observasi lapangan ternyata masih banyak peserta didik yang belum menguasai
dasar-dasar ilmu agama, prilaku peserta didikpun belum bisa dibilang baik semua. SMP Muhammadiyah 2 Surakarta dalam pengolahan proses evaluasi belum
bisa disebut maksimal, karena masih banyak peserta didik yang belum menguasai dasar-dasar pendidikan agama islam secara menyeluruh.
Seringkali dalam proses belajar mengajar di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta, aspek evaluasi pembelajaran ini diabaikan. Dimana guru terlalu memperhatikan saat
yang bersangkutan memberi pelajaran saja. Namun, pada saat guru membuat soal
ujian atau tes formatif , soal tes disusun seadanya atau seingatnya saja tanpa harus memenuhi penyusunan soal yang baik dan benar serta pengolahan evaluasi
pembelajaran yaitu pada pelaksanaan evaluasi formatif. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa terdorong untuk mengkaji dan
meneliti lebih lanjut mengenai kompetensi guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang berkaitan dengan kegiatan evaluasi
pembelajaran dalam bentuk skripsi yang berjudul “STUDI KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PELAKSANAAN EVALUASI
PEMBELAJARAN DI SMP MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009-2010”.
B. Penegasan Istilah