Landasan IPA Terpadu PEMBELAJARAN IPA TERPADU

memahami konsep-konsep yang mereka pelajaran melalui pengalaman langsung dan nyata yang menhgubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Jika dibandingkan dalam konsep konvensional, maka pembelajaran terpadu tampak lebih menekankan keterlibatan siswa dalam belajar, sehingga siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan. Setiap siswa memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup di masyarakat dan bakal ini diharapkan diperoleh melalui pengalaman belajar di sekolah. Oleh karena itu pengalaman belajar di sekolah sedapat mungkin memberikan bekal siswa dalam mencapai kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut kecakapan hidup yang cakupannya lebih luas dibanding hanya sekedar keterampilan. Pembelajaran IPA Terpadu di SMP, yaitu pembelajaran yang menghubungkan pelajaran fisika, kimia, dan biologi, menjadi suatu bentuk pembelajaran yang tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan menjadi suatu kesatuan yang diajarkan secara simultan karakteristik nomor 3. Kesimpulan ini sejalan dengan pernyataan yang disampaikan oleh ketua BSNP Badan Standar Nasional Pendidikan Bambang Suhendro dalam Harian Suara Pembaharuan, Senin 9106: “...untuk mata pelajaran IPS terpadu di tingkat SMP, seringkali kompetensi akademik guru kurang memadai. Guru yang mempunyai latar belakang sejarah lebih banyak mengajarkan sejarah. Padahal kompetensi IPS terpadu tidak hanya sejarah, tetapi ada sosiologi, antropologi dan geografi. Begitu juga dengan mata pelajaran IPA terpadu yang mencakup pelajaran fisika, kimia dan biologi”. Pernyataan ketua BSNP tersebut menyiratkan bahwa seorang guru mata pelajaran IPA di SMP dituntut untuk dapat mengajarkan semua subjek dalam pelajaran IPA, yaitu fisika, kimia, dan biologi, terlepas dari latar belakang pendidikannya.

2. Landasan IPA Terpadu

Ada beberapa teori dan filsafat yang melandasi pembelajaran terpadu. Adapun landasan-landasan tersebut sebagai berikut: a. Teori Konstruktivis Menurut Trianto, 2007:21 pembelajaran terpadu dikembangkan menurut paham kontruktivisme yang menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh individu dan pengalaman kunci utama dari belajar bermakna. Dalam hal ini peserta didik diharapkan mampu menyusun pengetahuannya dari pengalamannya. Nurhadi, 2004:33 mengemukakan bahwa manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi arti pada pengetahuan yang sesuai pengalamannya. Hal menunjukkan bahwa pembelajaran Noer.doc 12 3 bermakna tidak akan terwujud jika hanya dengan ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain. b. Teori Perkembangan Kognitif Piaget dalam Ipotes.WordPress.com.mengemukakan perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya setiap anak mengalami perkembangan kognitif yang berbeda-beda tergantug pada umur dan lingkungannya. Lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Menurut Piaget dalam Arini, 1999:25 perkembangan kognitif terjadi dalam empat tahap yakni sensori motor, praoperasional, operasional kongkret, dan operasional formal. Berdasarkan teori perkembangan kognitif, pembelajaran diarahkan pada pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa Arini, 1999:26. Siswa SMPMTs berada pada taraf transisi dan fase kongkrit ke fase operasi formal, maka diharapkan sudah mulai dilatih untuk mampu berpikir abstrak, sehingga segala permasalahan dalam pembelajaran bisa dilakukan dengan kegiatan eksperimen. c. Teori Vygotsky Vygotsky mengemukakan bahwa untuk membantu mengembangkan pengetahuan yang sungguh bermakna, dengan cara memadukan antara konsep-konsep dan prosedur melalui demonstrasi dan praktek Budiningsih, 2005:104. Dalam hal ini siswa memperoleh pengalaman secara langsung dengan mengamati demonstrasi yang dilakukan oleh guru, dan juga pada saat melakukan praktikum. Menurut Ipotes.WordPress.com teori belajar Vygotsky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep - konsep dan pemecahan masalah. Dalam pembelajaran terpadu dapat dilakukan dengan metode pembelajaran kooperatif kelompok. d. Filsafat Progresivisme Landasan filosofis pembelajaran IPA terpadu ialah filsafat pendidikan Progresivisme yang dikembangkan oleh para ahli pendidikan seperti John Dewey, William Kilpatrick, George Count, dan Harold Rugg diawal abad 20 . Progresvisme merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberi penekanan lebih besar pada Noer.doc 12 4 kreativitas, aktivitas, belajar naturalistik, hasil belajar dunia nyata dan juga pengalaman teman sebaya Sismanto, 2007. Anak memperoleh kesempatan melakukan aktivitas belajar secara alami dan mengalami secara langsung, sehingga seluruh aktivitas belajar lebih bermakna. Hasil belajarnya akan dapat bertahan lama. 3. SEJARAH ILMU TERPADU DI DUNIA a. Pengembangan Kurikulum Ilmu Spesifik 1870 - 1900 Tiga puluh tahun tiga dekade mengikuti 1.870 memperlihatkan peningkatan permintaan pendidikan sains di sekolah dasar. Peningkatan ini bersamaan dengan tumbuhnya permintaan dari berbagai faktor pembangunan ekonomi dan sosial yang terjadi selama abad 18 dan 19 termasuk: Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Eropa dan Amerika serta aplikasinya di dunia industri dan kehidupan sehari- hari. pesatnya metode laboratorium dalam teknologi. Meningkatnya kebutuhan tenaga kerja laki-laki yang terampil untuk industri Pengaruh filsafat baru pendidikan yang menekankan aktivitas siswa sebagai ekspresi alami dari perkembangan biologis. b. Studi Alam Gerakan 1890 - 1920 Selama periode ini banyak pendidik ilmu di Eropa, Amerika dan bagian Afrika menunjukkan antusiasme yang besar untuk pengenalan studi alam ke sekolah. Tujuan utama dari gerakan ini adalah untuk meningkatkan pertanian dan untuk mengatasi keinginan anak petani untuk meninggalkan pertanian untuk pergi ke kota. Tren baru-baru ini 1910 Dalam dekade terakhir empat setengah, telah terjadi perubahan dalam sifat ilmu yang diajarkan di sekolah-sekolah. Misalnya, ilmu pengetahuan telah menjadi lebih terintegrasi dan penekanan telah di produk konsep yaitu, hukum dan teori-teori dan proses ilmu pengetahuan, dimana siswa yang baik untuk memahami dan sering melakukan. Dekade 1960-an ditandai dengan inisiasi dan pengembangan sejumlah besar sekolah kurikulum ilmu proyek yang dirancang untuk meningkatkan program ilmu pengetahuan. 4. Empat Unsur Utama IPA IPA didefinisikan sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum universal, dan berupa kumpulan data hasil eksperimen dan observasi. a. Sikap : rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended; Noer.doc 12 5 b. Proses : prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan; c. Produk : berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; d. Aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Ada tiga kemampuan IPA yang harus dimiliki siswa, yaitu : 1 kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, 2 kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, serta 3 dikembangkannya sikap ilmiah. 5. Dasar Berpikir Ilmiah a. Kemanusiaan dan peradaban berkembang karena kuriositi terhadap alam. b. Ingat pertanyaan “mengapa?” yang kerap dikemukakan anak 3 tahunan. c. Sains “hanyalah” kegiatan mengeksplorasi alam. d. Seorang saintis hanyalah seorang pengeksplorasi. 6. Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu Tujuan pembelajaran IPA terpadu sebagai berikut BSNP, 2008: 6-7 a. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai peserta didik masih dalam lingkup bidang kajian energi dan perubahannya, materi dan sifatnya, dan makhluk hidup dan proses kehidupan. Banyak ahli yang menyatakan pembelajaran IPA yang disajikan secara disiplin keilmuan dianggap terlalu dini bagi anak usia 7- 14 tahun, karena anak pada usia ini masih dalam transisi dari tingkat berpikir operasional konkret ke berpikir abstrak. Selain itu, peserta didik melihat dunia sekitarnya masih secara holistik. Atas dasar itu, pembelajaran IPA hendaknya disajikan dalam bentuk yang utuh dan tidak parsial. Di samping itu pembelajaran yang disajikan terpisah-pisah dalam energi dan perubahannya, makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, dan bumi-alam semesta memungkinkan adanya tumpang tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan waktu dan energi yang lebih banyak, serta membosankan bagi peserta didik. Bila konsep yang tumpang tindih dan pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efisien dan efektif. Keterpaduan bidang kajian dapat mendorong guru untuk mengembangkan kreativitas tinggi karena adanya tuntutan untuk memahami keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lain. Guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitik, dan kemampuan kategorik agar dapat memahami keterkaitan atau kesamaan materi maupun metodologi. b. Meningkatkan minat dan motivasi Pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan situasi pembelajaan yang utuh, menyeluruh, dinamis, dan bermakna sesuai dengan harapan dan kemampuan guru, serta Noer.doc 12 6 kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Dalam hal ini, pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tema yang disampaikan. Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam tema tersebut. Dengan model pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari, peserta didik digiring untuk berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistimik, dan analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, dan bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya. c. Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus Model pembelajaran IPA terpadu dapat menghemat waktu, tenaga, dan sarana, serta biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar dapat diajarkan sekaligus. Di samping itu, pembelajaran terpadu juga menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan langkah pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan atau keterkaitan. Menurut Tymamya 2008 Pembalajaran terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan pembalajaran yang telah ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat : d. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna. e. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi. f. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan. g. Menumbuhkembangkan keterampilan social seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain. h. Meningkatkan minat dalam belajar, i. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. 7. Karakteristik pembelajaran terpadu Karakteristik pembelajaran terpadu Menurut Sutrisno 2009 meliputi, a. Pembelajaran yang berawal dari adanya pusat minat centre of interest yang digunakan untuk memahami gejala-gejala konsep lain, baik yang berasal dari bidang ilmu yang sama maupun yang berbeda. b. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan anak secara simultan. c. Menghubungkan berbagai bidang studi atau berbagai konsep dalam satu bidang studi yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak. Noer.doc 12 7 d. Menggabungkan sejumlah konsep kepada beberapa bidang studi yang berbeda, dengan harapan anak dapat belajar lebih baik dan bermakna.

6. Karakteristik Pembelajaran IPA Terpadu