1
B AB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Republik Indonesia merupakan Negara kesatuan, sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Dasar 19
45: “Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Repub
lik”. Sebagai konsekuensi dari negara kesatuan, Negara Republik Indonesia membagi
wilayahnya menjadi daerah-daerah, yang terdiri atas daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota. Daerah-daerah ini saling berhubungan erat dengan
pemerintah pusat. Sekalipun demikian, daerah-daerah tersebut diberi kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan sesuai dengan aspirasi
masyarakat setempat yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah. Otonomi daerah tersebut menimbulkan dua konsekuensi logis yaitu
disatu sisi menimbulkan kebebasan daerah untuk mengatur tumah tangga daerahnya dengan sumber-sumber daya yang dimiliki,dan di lain sisi daerah
dituntut untuk semakin memaksimalkan sumber-sumber pendapatan daerah guna membiayai pembangunan daerah sebagai akibat dari subsidi pemerintah
yang berkurang. Kaitanya dengan otonomi daerah tersebut Kota Semarang sebagai salah
satu kota besar di Indonesia dituntut untuk dapat memaksimalkan potensi sumber-sumber pendapatan asli daerah PAD.
Dalam hal keuangan yang baik,
2 disini keuangan mengandung arti setiap hal yang berhubungan dengan masalah
uang, sumber pendapatan,jumlah uang yang cukup, dan pengelolaan uang. Kemampuan self supporting dalam bidang keuangan adalah merupakan faktor
esensial dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonomi. Bidang keuanganlah yang menjadi peran penting dalam menjalankan
otonomi daerah dan menentukan corak, bentuk serta kegiatan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
Kota Semarang sebagai Kota besar di Indonesia berusaha menggali secara maksimal sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah PAD. Pajak dan
retribusi daerah merupakan sumber Pendapatan Asli daerah yang penting untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.
Retribusi daerah merupakan kontributor bagi Pendapatan Asli Daerah PAD Kota Semarang, salah satunya melalui retribusi parkir yang ditegaskan melalui
penetapan kebijakan hukum berupa peraturan daerah Perda. Kebijakan hukum yang digunakan untuk mengatur penyelenggaran retribusi parkir tepi
jalan umum Kota Semarang tertuang dalam peraturan daerah kota Semarang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Umum di Kota Semarang yang
terdapat didalam bab VII pasal 32 hingga 38. Diharapkan dengan adanya peraturan daerah ini dapat meningkatkan efektivitas dari sumber pendapatan
asli daerah. Sistem pengelolaan parkir, termasuk tempat-tempatnya sering
mengalami kesulitan, di lapangan juga beresiko, karena adanya beberapa oknum yang melanggar peraturan daerah tersebut, yaitu berupa penarikan uang
3 parkir yang lebih dari ketentuan yang telah ditetapkan. Disamping itu juga
adanya petugas parkir yang ilegal atau tidak resmi dan menggunakan tempat- tempt yang tidak semestinya digunakan untuk parkir seperti ditrotoar jalan.
Dengan kenyataan tersebut, perlu dikaji dan diteliti dengan judul “Implementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa
Umum di Kota Sermarang”.
B. Rumusan Masalah