d. Ulama  Syafiʻ iyyah  mendefinisikan  dengan “menjadikan  suatu benda sebagai jaminan utang yang dapat dijadikan pembayar ketika
berhalangan dalam membayar utang”.
10
Definisi  yang  diungkapkan ulama Hanafiyyah, Hanabilah dan
Syafiʻ iyyah mengandung  pengertian  bahwa harta yang  boleh  dijadikan jaminan utang hanyalah harta yang bersifat materi; tidak termasuk manfaat
sebagaimana dikemukakan  ulama  Malikiyyah,  sekalipun  sebenarnya manfaat menurut mereka termasuk dalam pengertian harta.
11
2. Dasar Hukum
Hukum gadai adalah mubah, berdasarkan: a. Alquran
ﻰ ﻠ ﺻ
... Artinya:“Dan  jika  kamu  dalam  perjalanan  sedang  kamu  tidak
mendapatkan  seorang  penulis, maka  hendaklah  ada barang jaminan  yang  dipegang”...QS. al-Baqarah  2:
283
b. Hadits ٌد ﱠﺪ َﺴ ُﻣ  ﺎ َﻨ َﺛ ﱠﺪ َﺣ
: ِﺪ ِﺣ ا َﻮ ْﻟ ا   ُﺪ ْﺒ َﻋ  ﺎ َﻨ َﺛ ﱠﺪ َﺣ
: َل ﺎ َﻗ   ُﺶ َﻤ ْﻋ ْﻷ ا  ﺎ َﻨ َﺛ ﱠﺪ َﺣ
: :
: ﱠﻲ ِﺒ ﱠﻨ ﻟ ا   ﱠن َأ
َﺻ ﱠﻠ
ﻰ ُﷲ
.
10
Ibid.
11
Nasrun Haroen, Fiqih Muamalat Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007, h. 252.
Artinya: “Musaddad  menyampaikan  kepada  kami  dari  Abdul Wahid  bahwa  al-Aʻ masy  berkata:“kami  dan  Ibrahim
pernah  membahas  tentang  hukum  gadai  dan jaminan dalam  akad  pemesanan”.  Lalu  Ibrahim  berkata: “al-
Aswad  menyampaikan  kepada kami  dari  Aisyah  bahwa Nabi SAWpernah membeli  makanan dari orang Yahudi
secara tangguh dan menggadaikan baju besinya kepada orang tersebut”. HR. Bukhari
12
c. Ijmak ulama ahli fikih sepakat akan diperbolehkannya akad gadai, baik dalam keadaan hâdir berada di tempat maupun safar dalam
perjalanan.
13
d. Dewan  Syariah  Nasional  Majelis  Ulama  Indonesia DSN-MUI dalam Fatwa  Nomor  25DSN-MUIIII2002  telah  menetapkan
bahwapinjaman dengan menggadaikan  barang sebagai jaminan utang   dalam  bentuk rahn dibolehkan.
14
3. Rukun dan Syarat
Rukun-rukun gadai yaitu : a. Orang  yang  berakad  penggadai [rahin] dan  penerima  gadai
[murtahin] b. Ijab dan kabul sighat
c. Utang marhun bih d. Harta yang dijadikan jaminan marhun
Ulama Hanafiyyah berpendapat bahwa rukun gadai hanyalah ijab dan
12
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, ed., Shahih Bukhari, jilid I, cet. I, Penerjemah Masyhar dan Muhammad Suhadi Jakarta: Almahira, 2011, h. 566.
13
Ibnu Qudamah, Ed., al-Mughni, Jilid VI, penerjemah Misbah Jakarta: Pustaka Azzam, 2009, h. 26.
14
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, ed., Himpunan Fatwa Keuangan Syariah Jakarta: Erlangga, 2014, h.738.