Motivasi Manajemen Laba KONSEP MANAJEMEN LABA

56 2. Motivasi Utang Selain melakukan kontrak bisnis dengan pemegang saham, manajer juga melakukan beberapa kontrak bisnis dengan pihak ketiga, atau kreditur. Agar kreditur mau menginvestasikan dananya di perusahaan, maka manajer harus menunjukkan performa yang baik dari perusahannya. Selain untuk mendapatkan pinjaman, kasus seperti itu berlaku untuk menjaga perjanjian utang. Jika suatu perusahaan mendapatkan dana dari kreditur, perusahaan berkewajiban menjaga rasio keuangannya agar berada pada batas bawah tertentu. Jika hal ini dilanggar, maka perjanjian utang dibatalkan. 3. Motivasi Pajak Tindakan manajemen laba tidak hanya terjadi pada perusahaan go public dan selalu untuk kepentingan harga saham, tetapi juga untuk kepentingan perpajakan. Kepentingan ini lebih didominasi oleh perusahaan yang belum go public. Perusahaan yang belum go public cenderung melaporkan dan menginginkan untuk menyajikan laporan laba fiskal yang lebih rendah dari nilai sebenarnya.kecenderungan ini memotivasi manajer untuk bertindak kreatif untuk melakukan manajemen laba agar seolah-olah laba fiskal yang dilaporkan lebih rendah tanpa melanggar aturan dan kebijakan akuntani perpajakan. 4. Motivasi Penjualan Saham Motivasi ini banyak digunakan oleh perusahaan yang akan go public ataupun sudah go public. Perusahaan yang akan go public akan melakukan penawaran saham perdananya ke publik atau lebih dikenal dengan istilah Initial Public 57 Offering IPO untuk memperoleh tambahan modal usaha dari calon investor. Demikian juga dengan perusahaan yang suah go public, untuk kelanjutan dan ekspansi usahanya, perusahaan akan menjual sahamnya ke publik baik melalui penawaran kedua, penawaran ketiga, dan seterusnya Seasoned eiuty offerings – SEO, melalui penjualan saham kepada pemilik lama right issue, maupun melakukan akuisisi perusahaan lain. 5. Pergantian Direksi Praktik manajemen laba biasanya terjadi pada sekitar pergantian direksi atau Chief Executive Officer CEO. Menjelang berakhirnya masa jabatan, direksi cenderung bertindak kreatif dengan memaksimalkan laba agar performa kerjanya tetap baik pada tahun terakhir ia menjabat. Perilaku ini ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan laba yang cukup signifikan pada periode menjelang berakhirnya masa jabatan. 6. Motivasi Politik Memotivasi ini biasanya terjadi pada perusahaan besar yang bidang usahanya banyak menyentuh masyarakat luas, seperti perusahaan-perusahaan industri strategis perminyakan, gas, listrik, dan air. Demi tetap mendapatkan subsidi, perusahaan-perusahaan tersebut cendrung menjaga posisi keuangannya dalam keadaan tertentu sehingga prestasi atau kinerjanya tidak terlalu baik. Hal ini dikarenakan jika performa baik maka subsidi tidak akan diberikan. 58

G. Bentuk Manajemen Laba

Scott 1997 dalam Sulistyawan 2011 merangkum pola umum yang banyak dilakukan dalam praktik manajemen laba, yaitu: 1. Taking a bath Pola ini dilakukan dengan cara mengatur laba perusahaan tahun berjalan menjadi sangat tinggi atau rendah dibandingkan dengan laba periode tahun sebelumnya atau tahun berikutnya. Pola ini biasa dipakai pada perusahaan yang sedang mengalami masalah organisasi organisational stress atau sedang dalam proses pergantian pimpinan manajemen perusahaan. Pada perusahaan yang baru mengalami pergantian pimpinan , jika perusahaan berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan sehingga harus melaporkan kerugian, manajer baru cenderung bersemangat melaporkan nilai kerugian dalam jumlah yang sangat ekstrim agar pada periode berikutnya dapat melaporkan laba sesuai target. 2. Income Minimization Pola ini dilakukan dengan menjadikan laba periode tahun berjalan lebih rendah dari laba sebenarnya. Secara praktis, pola ini sering dilakukan dengan motivasi perpajakan dan politis. Agar nilai pajak yang dibayarkan tidak terlalu tinggi, manajer cenderung menurunkan laba periode tahun berjalan , baik melalui penghapusan aset tetap maupun melalui pengakuan biaya-biaya periode mendatang ke periode tahun berjalan. 59 3. Income Maximization Pola ini dilakukan dengan cara menjadikan laba tahun berjalan lebih tinggi dari laba sebenarnya. Teknik yang dilakukan pun beragam. Seperti menunda pelaporan biaya-biaya tahun berjalan ke periode mendatang, pemilihan metode akuntansi yang dapat memaksimalkan laba, sampai dengan meningkatkan jumlah penjualan dan produksi. Pola ini biasanya banyak digunakan oleh perusahaan yang akan melakukan IPO agar mendapat kepercayaan dari kreditor. Hampir semua perusahaan go public meningkatkan laba dengan tujuan menjaga kinerja saham mereka. 4. Income Smoothing Pola ini dilakukan dengan mengurangi fluktuasi laba sehingga laba yang dilaporkan relatif stabil. Untuk investor dan kreditur yang memiliki sifat risk adverse, kestabilan laba merupakan hal penting dalam pengambilan keputusan. Dalam dunia keuangan, fluktuasi harga saham atau fluktuasi laba merupakan indikator risiko. H. Manajemen Laba, Apakah Legal dan Etis? Praktik manajemen laba melalui akrual dan aktivitas riil merupakan praktik akuntansi yang legal, karena tidak melanggar Pernyataan Akuntansi Berterima Umum PABU, namun praktik ini dapat memberikan penafsiran interpretasi yang salah bagi investor, kreditur, dan pihak-pihak lain terhadap informasi laba yang diperoleh perusahaan dalam laporan keuangan. Sulistiawan, et al., 2011. 60 Masalah utama dalam manajemen laba terdapat pada kecenderungan manusia untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingannya sendiri. Karena manusia cenderung memanfaatkan pengetahuan atau informasi yang dimiliki guna mendapatkan tujuannya masing-masing. Teknik dan kebijakan akuntansi hanyalah alat untuk mencapai tujuan tersebut. Yang dapat membedakan apakah legal atau tidaknya, etis atau tidaknya, baik atau buruknya sebuah praktik manajemen laba ialah motivasi dan perilaku manusia di belakangnya. Masalah terbesar dalam praktik akuntansi adalah etika. Henderson dan Peirson 2002 menjelaskan kriteria untuk menilai perilaku akuntan dalam pelaporan keuangan ialah sebagai berikut: a. Kejujuran Kemampuan dan kemauan akuntan menyampaikan realitas ekonomi yang terjadi dan tidak memberikan informasi yang menyimpang. b. Reabilitas Kemampuan untuk memberikan keyakinan bagi pihak pengguna laporan keuangan bahwa informasi tersebut dapat dipertanggungjawabkan. c. Taat Pada Hukum Kebijakan dan teknik akuntansi harus sesuai aturan. Pelanggaran terhadap aturan berarti pelanggaran terhadap hukum. d. Kompetensi Kejujuran tanpa kompetensi juga merupakan pelanggaran etika karena akuntan disewa jasanya atau dibayar oleh pihak lain karena kemampuannya