Bentuk Manajemen Laba menurut Syariah

67 Begitu pula anjuran untuk menunaikan janji, karena janji itu akan dimintai pertanggungjawaban, seperti dalam Surat Al-Isra ayat 34:         Artinya: ….. Dan tunaikanlah janji-janji itu, Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawaban ….. “ Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas. Untuk memenuhi tuntutan keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertanggungjawabkan tindakannya. 3 Tanggung jawab merupakan suatu prinsip dinamis yang berhubungan dengan perilaku manusia. Bahkan merupakan kekuatan dinamis individu untuk mempertahankan kualitas kesetimbangan dalam masyarakat. 4 Kaidah fikih juga menyebutkan, ه ي حت ى ع ٌ ي د دي أ اإ ح بإا ام ع ا ىف صأا. “ Pada dasarnya, segala bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengaramkannya.” لازي َّلا “Kemudharatan harus dihilangkan.” 3 Rafik Issa Beekun, Islamic Bussiness Ethics, Virginia: International Institute of Islamic Thought, 1997, h. 26. 4 Muhammad dan Lukman Fauroni, Visi Al- Qur’an tentang Etika dan Bisnis, Jakarta: Salemba Diniyah, 2002, h. 16 68 Maksudnya ialah jika sesuatu itu dianggap sedang atau akan bahkan memang menimbulkan kemadharatan, maka keberadaanya wajib dihilangkan.Yang dimaksud “darurat” ialah suatu keadaan yang bisa berakibat fatal jika tidak diatasi dengan cara yang luar biasa dan bahkan terkadang dengan cara melanggar hukum. Sedangkan yang dimaksud “hajat” ialah suatu keadaan biasa tidak diperkenankan menanganinya secara khusus, bisa timbul kesukaran dan kerepotan. Seperti dalam kaidah fikih, Artinya : “Hajat tidak menyebabkan bagi seseorang boleh mengambil harta milik pihak lain. ” 5 Di sisi lain, pebisnis pun juga harus tetap jujur tanpa merugikan pihak lain. Seperti hadist riwayat Tirmidzi dan Hakim berikut ini, Artinya : “Pedagang yang jujur lagi terpercaya adalah bersama-sama para nabi, orang- orang yang benar dan para syuhada”HR. Tirmidzi dan Hakim 5 Ali Ahmad Al-Nadwi. Al-Qa wa’id al-Fiqhiyyah … , „Damaskus: Dar al-Qalam. 1994, h. 102 69 Tempat yang terhormat ba ’i pedagang yang jujur disejajarkan dengan para Nabi. Karena bedagang dengan jujur berarti menegakkan kebenaran dan keadilan yang merupakan bagian dari amal salehnya, sedangkan persamaan degan para syuhada, karena berdagang adalah berjuang membela kepentingan dan kehormatan diri dan keluarganya dengan cara yang benar dan adil. Dalam melakukan perdagangan atau bisnis , baik dalam skala besar ataupun skala kecil, kebenaran ialah sangat diutamakan. Walaupun adalah hal yang sangat sulit, namun kebenaran ini akan membawa kepada ketenangan, seperti dinyatakan dalam hadist riwayat Tirmidzi berikut ini: ... بي او ، نينأ ط قدص ا َ إ... Artinya: “Sesungguhnya kebenaran membawa ketenangan dan kedustaan menimbulkan keragu-raguan. ” 6

B. Manajemen Laba ditinjau dari Etika Bisnis Islam

Manajemen laba jelas terjadi dengan alasan – alasan tertentu yang melandasinya, apapun bentuk yang melandasinya, maka disana terdapat faktor pendorong dalam diri individu khususnya manajer dalam melakukan praktik manajemen laba. Praktik manipulasi tidak akan terjadi jika dilandasi dengan moral yang tinggi. Moral dan tingkat kejujuran rendah akan menghancurkan tata nilai etika bisnis itu sendiri. 6 HR. Tirmidzi, no. 2518. 70 Motivasi ialah satu bentuk kendali intern dalam hati yang sangat erat kaitannya dengan etika. 7 Letak etika ialah rasa dan pikiran yang mengkontrol motivasi sendiri. Hal ini tidak dapat ditakar dan dilihat oleh mata, namun implikasinya dapat berdampak besar. Apabila terdapat motivasi –motivasi yang mengunggulkan kepentingan satu pihak dan membuat pihak yang lain mengalami kerugian, hal tersebut disebut perbuatan curang atau dzalim. Perbuatan curang dalam bisnis seringkali dilakukan dalam menakar, menimbang, dan sebagainya. Al-Q ur’an sangat tidak setuju dengan segala penipuan dalam bentuk apapun. Penipuan kelicikan digambarkan oleh Al-Quran sebagai karakter utama kemunafikan, Allah berfirman dalam Surah An Nisa ayat 145:             Artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu ditempatkan pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” Prinsip Umum Etika Bisnis Islami ialah Kesatuan, Keseimbangan, Kehendak Bebas, Tanggung Jawab, dan Kebenaran. 8 Pertama, Kesatuan. Dalam konteks kesatuan, hendaknya pebisnis muslim mempunyai satu asa antara kegiatan bisnis dengan moralitas dan pencarian ridha 7 Dedhy Sulistiawan, Creative Accounting Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat, 2008, h. 8 Abdul Aziz. Etika Bisnis Perspektif Islam: Implementasi Nilai Etika Islami untuk Dunia Usaha. Bandung: Alfabeta, 2013, h. 45. 71 Allah, karena pada hakikatnya kekayaan ialah merupakan amanah dari Allah. Bila Tauhid tidak ada didalam diri manusia, hal ini dapat mengakibatkan kehancuran karena sifat dasar manusia yang tidak pernah puas,dan salah satu contoh implikasinya ialah motivasi manajemen laba ini. Kesatuan di sini ialah adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, menjadi suatu “homogenous whole” atau keseluruhan yang homogen, serta mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh. 9 Kedua, Keseimbangan. Dalam beraktivitas di dunia bisnis, Islam mengharuskan untuk berbuat adil, tak terkecuali pada pihak yang tidak disukai. 10 Seperti dalam Surat Al-Maidah ayat 8, yaitu:                                Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali- kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. ” 9 Syed Nawab Naqvi, Ethics and Economics: An Islamic Syntesis, Penerjemah Husin Asin: Etika dan Ilmu Ekonomi Suatu Sintesis Alami, Bandung: Mizan, 1993, hlm. 50-51. 10 Abdul Aziz. Etika Bisnis Perspektif Islam: Implementasi Nilai Etika Islami untuk Dunia Usaha. Bandung: Alfabeta, 2013, h. 46