Pedoman Bisnis dalam Islam

45 a. Melakukan transaksi bisnis yang diharamkan agama Islam. Seorang muslim harus berkomitmen dalam berinteraksi dengan hal-hal yang dihalalkan oleh Allah SWT. Seorang pengusaha muslim tidak boleh melakukan kegiatan bisnis dalam hal-hal yang diharamkan oleh syariah serta dituntut untuk selalu melakukan usaha yang mendatangkan kebaikan dan masyarakat. Bisnis, makanan tak halal atau mengandung bahan tak halal, minuman keras, narkoba, pelacuran atau semua yang berhubungan dengan dunia gemerlap seperti night club diskotik, suguhan minuman dan makanan tak halal dan lain-lain QS: Al- A’Raf : 32. QS: Al Maidah : 100 adalah kegiatan bisnis yang diharamkan. b. Memperoleh dan menggunakan harta secara tidak halal. Praktik riba yang menyengsarakan agar dihindari, Islam melarang riba dengan ancaman berat QS. Al Baqarah : 275-279. c. Melakukan pemalsuan dan penipuan, Islam sangat melarang perbuatan memalsukan dan menipu karena dapat menyebabkan kerugian, kezaliman, serta dapat menimbulkan permusuhan dan percekcokan. Allah berfirman dalam QS. Al-Isra : 35, yang berbunyi ”Dan sempurnakanlah takaran ketika kamu menakar dan timbanglah dengan neraca yang benar ”. Nabi bersabda ”Apabila kamu menjual maka jangan menipu orang dengan kata-kata manis ”. Kemudian contoh penawaran atau promosi yang tidak terpuji ialah yang tidak fair. Hal sangat dicela oleh Allah sebagaimana disebutkan dalam Al- Qur’an 46 surat Al Baqarah: 188: ”Janganlah kamu memakan sebagian harta sebagian kamu dengan cara yang batil ”. 1 Penawaran dan pengakuan testimoni fiktif 2 Iklan yang tidak sesuai dengan kenyataan 3 Eksploitasi wanita. Islam sebagai agama yang menyeluruh mengatur tata cara hidup manusia, setiap bagian tidak dapat dipisahkan dengan bagian yang lain. Demikian pula pada proses jual beli harus dikaitkan dengan ’etika Islam’ sebagai bagian utama. Jika penguasa ingin mendapatkan rezeki yang barokah, dan dengan profesi sebagai pedagang tentu ingin dinaikkan derajatnya sestara dengan para Nabi, maka ia harus mengikuti syari’ah Islam secara menyeluruh, termasuk ’etika jual beli’.

H. Etika Bisnis Islam kaitannya dengan Manajemen Laba

Pekerjaan jual beli atau berdagang adalah sebagian dari pekerjaan bisnis. Kebanyakan masyarakat jika berdagang, selalu ingin mencari laba besar. Jika ini tujuan usahanya, maka seringkali mereka menghalalkan berbagai cara untuk mencapai tujuan tersebut. dan hal ini yang kemudian seringkali melatarbelakangi mereka untuk berbuat atau berperilaku negatif. Salah satunya dengan berbuat curang, penipuan, melakukan pengukuran atau timbangan tidak benar, utang yang selalu ditunda pembayarannya, bila dipercaya ia khianat. Perilaku demikian sangat ditentang dalam ajaran Islam. 47 Sedangkan manajemen laba ialah suatu tindakan yang banyak menuai kontroversi, dan dapat dikatakan sebagai praktik manipulasi yang dapat merugikan pihak lainnya bila diteliti. Jikalau seseorang memiliki kode etik dan prinsip-prinsip etika bisnis islam di dalam dirinya, maka sejatinya ia takkan berbuat praktik yang dapat menyesatkan pengguna laporan keuangan seperti manajemen laba. 48

BAB III KONSEP MANAJEMEN LABA

A. Laporan Keuangan

Laporan keuangan ialah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dapat dikatakan bahwa laporan keuangan adalah suatu alat informasi yang menghubungkan perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan, yang menunjukkan kondisi kesehatan keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan. Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum mengenai posisi keuangan dan hasil usaha. 1

B. Agency Theory

Konsep teori keagenan menurut Anthony dan Govindarajatan 1995 dalam Pudyastuti 2009 adalah hubungan antara principal dan agent yang dibuat berdasarkan angka akuntansi sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Agency Conflict atau konflik keagenan timbul pada berbagai hal seperti berikut: Jensen Meckling, 1976, Jensen, 1986, Alijoyo Zaini, 2004. 1 Hery, Teori Akuntansi, Jakarta: Kencana, 2009, Cet. 1, h. 46