Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
bangsa dan mempercepat pembangunan nasional demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
Partisipasi pemuda dalam pembangunan berarti memberikan kesempatan pada pemuda untuk memenuhi berbagai keinginan dan harapan-harapanya.
Pembangunan merupaka masalah bersama dimana diperlukan peran aktif masyarakat terutama pemuda.
Partisipasi pemuda dalam pembangunan berarti telah ikut serta dalam mengembangkan keterampilan dalam kehidupan kelompok dimana terpupuk rasa
kebersamaan dan tanggung jawab bersama. Di dalam masyarakat, pemuda
merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsanya karena pemuda sebagai
harapan bangsa. Pemuda yang dimaksudkan disini adalah pemuda yang berusia 18-30 tahun, baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah. Kaum muda
yang dianggap insani dan ahli waris serta penerus cita-cita bangsa, perlu mempersiapkan diri menjadi kader bangsa agar tetap menjadi generasi muda yang
rasial, berbudi pekerti luhur memiliki keterampilan serta beranggung jawab demi masa depan.
Membentuk suatu pembangunan bukan hanya peningkatan sumber daya manusia yang dapat diperoleh melalui latihan dan pendidikan serta penguasaan iptek
melalui bangku pendidikan. Sebaiknya jangan sampai lupa memperhitungkan bahwa sebelum memasuki pendidikan perlu disiapkan pembinaan sikap mental
yang bersifat mendasar yang harus dimulai pada masa kanak-kanak didalam lingkungan keluarga. Sikap mental yang benar itu nantinya yang menjadi alat
untuk menggali sumber daya yang ada dalam tubuh anak-anak serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sesungguhnya yang ditingkatkan itu bukanya
sumbernya melainkan daya yang ada dalam diri. Dengan demikian, berarti sumber daya itu telah tersedia dan tersimpan pada setiap orang. Beberapa besarnya yang
tersimpan itu, baik secara individu maupun kolektif tidak dapat diketahui, tidak dapat diragukan lagi bahwa kekuatan daya itu amat besar sekali dan terus
berkembang. Setiap manusia memiliki potensi yang besar dan tidak terlihat, sehingga sehingga masih banyak dari manusia itu sendiri kurang menyadari
potensi potensi yang dimilikinya dan masih perlu digali.
Potensi mempunyai rangkaian yang erat dengan pembangunan karena dengan penggalian pemanfaatan dari potensi ini oleh pemuda dengan bimbingan aparat
desa maka tahap demi tahap pembangunan menunjukan hasil-hasil positif bagi pemuda dan dengan adanya potensi manusia dapat menghasilkan suatu karya dan
ketrampilan yang dapat memajukan pembangunan.
Bangsa Indonesia selalu menekankan pentingnya asas pemerintahan dalam langkah-langkah pembangunan, namun dalam realisasinya masih tersendat-sendat.
Keadaan seperti ini menuntut adanya keterampilan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang ada di desa, dengan demikian akan terbentuk lapangan
kerja. Pengembangan sumber daya alam setempat dapat juga dilakukan dengan memberi nilai tambah pada sesuatu yang tadinya tidak berharga. Hal ini hanya
bisa dilakukan jika pengetahuan, keterampilan dan kepekaan memadai atau dengan kata lain pengembangan sumber daya alam membutuhkan perlunya
pengembangan sumber daya manusia. Kualitas sumber daya sangat ditentukan oleh sikap mental manusia jadi jelasnya bahwa kualitas sumber daya tidak hanya
ditentukan oleh keahlian seseorang saja.
Program-program pembangunan desa hendaknya program yang mencerminkan kebutuhan dan kepentingan bersama, jangan sampai program pembangunan hanya
mendukung kepentingan minoritas tertentu saja program-program yang dikehendaki oleh masyarakat akan memicu semangat ikut serta dalam kegiatan
pembangunan tersebut, tetapi sebaliknya program pembangunan yang tidak dikehendaki oleh rakyat dapat menimbulkan perilaku memusuhi, menumbuhkan
sikap acuh tak acuh, sikap membiarkan kerusakan-kerusakan pada bangunan yang dibangun. Perilaku sikap mental yang dilahirkan dapat dilihat seketika. Tetapi,
keadaan atau kualitas dari mental itu sendiri tersimpan dalam diri manusia. Kualitas mental hanya dapat ditentukan dengan bukti-bukti nyata kadang-kadang
memakan waktu yang cukup panjang untuk sampai pada suatu pemberian nilai yang disebut nilai mentalitas atau nilai manusianya. Sikap dalam bentuk fisik
adalah tingkah laku yang terlahir dalam bentuk gerakan dan perbuatan fisik sedangkan, sikap dalam bentuk non fisik yang sering juga disebut mentalitas
merupakan gambaran keadaan kepribadian seseorang yang tersimpan yang mengendalikan setiap tindakan. Secara sederhana bahwa mentalitas atau sikap
mental itu searah atau tidak searahnya perbuatan seseorang dengan hati nuraninya. Pembangunan non fisik merupakan suatu bentuk realisasi yang dilakukan pemuda
dalam waktu yang akan datang. Pembangunan non fisik dapat direalisasikan
dalam partisipasi dalam setiap kegiatan di desa misalnya partisipasi dalam penyuluhan, pertanian, perikanan, kesehatan, dan partisipasi dalam musyawarah
dalam pembangunan yang ada di desa. Manfaat dalam partisipasi dalam pembangunan non fisik sebenarnya dirasakan oleh pemuda itu sendiri tetapi para
pemuda kurang menyadarinya.
Pemuda adalah generasi penerus dari generasi terdahulu. Anggapan itu merupakan beban moral yang ditanggung bagi pemuda untuk memenuhi tanggung jawab
yang diberikan generasi tua. Selain memikul beban tersebut pemuda juga dihadapkan persoalan-persoalan diantaranya kenakalan remaja, ketidak patuhan
pada orang tuaguru, kecanduan narkotika, keterbatasan lapangan kerja dan adanya sikap mental yang statis, pasif, suka bermalas-malasan, kurang disiplin,
kurangnya inisiatif serta ide-ide untuk meningkatkan hasil karya dengan cara kerja atau sarana kerja yang efektif dan efisien.
Seperti yang terjadi di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah. Pemuda yang ada di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah sikap
mental dalam pembangunan dapat digolongkan statis dan pasif berdasarkan
penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 20 oktober 20011. Partisipasi pemuda dalam kegiatan-kegiatan non fisik yang ada di desa masih dirasakan kurang,
misalnya kurangnya partisipasi dalam musyawarah dalam pembangunan fisik dan kurangnya partisipasi dalam organsasi karang taruna dan risma.
Dalam pembangunan yang diadakan oleh pihak pemerintah pusat yang bekerjasama dengan aparat desa, dimana dalam kegiatan tersebut melibatkan
pemuda seperti penyuluhan pertanian dan perikanan karena sebagian penduduk di desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah adalah petani dan dalam
kegiatan tersebut diharapkan dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat tersebut.
Pemuda mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk ikut serta dalam berpartisipasi dalam pembangunan di desa. Sebagai generasi bangsa yang mampu
memberikan ide-ide kreatif dan inovatif untuk dapat memajukan pembangunan di desa dalam bentuk fisik maupun non fisik. Tetapi faktanya masih kurangnya
partisipasi pemuda terhadap pembangunan non fisik banyak kegiatan yang diselenggarakan demi meajukan pembangunan desa. Untuk lebih jelasnya
kurangnya partisipasi pemuda dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 1.
Presentase kurangnya partisipasi pemuda dalam kegiatan
pembangunan non fisik di Desa Kelirejo Lampung Tengah Tahun 2011
NO
Pembangunan non fisik
I II
III
Pemuda yang aktif
Pemuda yang non aktif
Pemuda yang ada di desa
kalirejo 1.
2 3
Musyawarah -
Kerja bakti Karang taruna
Risma 15
26 20
337
326 332
352
352 352
Sunber : Dokumentasi Kantor Kepala Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah.
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui kurangnya partisipasi pemuda terhadap pembangunan non fisik di desa tersebut. Di Desa Kalirejo Kecamatan
Kalirejo Lampung Tengah jumlah pemuda adalah 352 orang, pemuda yang berpartisipasi dalam kegiatan musyawarah dalam pembagunan desa berjumlah 15
orang, yang berpartisipasi dalam karang taruna berjumlah 26 orang, yang berpartisipasi dalam risma berjumlah 20 orang. Dapat disimpulkan bahwa faktor
intern dan faktor ekstern menjadi penyebab rendahnya partisipasi pemuda di desa tersebut. Faktor intern yang berasal dari dalam diri pemuda tersebut yaitu tingkat
kemampuan dan kemauan pemuda dalam pembangunan non fisik masih rendah, sedangkan faktor ektern yaitu tingkat inisiatif kepemimpinan di desa masih rendah
sehingga kurang mampu mendorong pemuda untuk berpartisipasi dalam pembangunan non fisik. Disamping itu partisipasi rakyat yang disebabkan oleh
jauhnya desa dari pusat adminitrasi pembangunan yang juga rendah.