KEWENANGAN INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DALAM PEMBINAAN DAN PENGAWASAN TERHADAP PEMERINTAH KAMPUNG KALIREJO KECAMATAN KALIREJO

(1)

ABSTRAK

KEWENANGAN INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DALAM PEMBINAAN DAN PENGAWASAN TERHADAP

PEMERINTAH KAMPUNG KALIREJO KECAMATAN KALIREJO

OLEH: NENI KURNIAH

Menurut ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dan Kabupaten/Kota, pengawasan dan pembinaan pemerintahan desa dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten/kota tercantum dalam Pasal 3 ayat (2). Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan Inspektorat Daerah Kabupaten Lampung Tengah kepada aparatur Pemerintah Kampung Kalirejo dirasa kurang optimal. Inspektorat Daerah Kabupaten Lampung Tengah menganggap Pemerintah Kampung Kalirejo belum mampu menjalankan otonomi desa sesuai dengan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimanakah kewenangan Inspektorat Kabupaten Lampung Tengah dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Pemerintah Kampung Kalirejo dan apa sajakah faktor penghambat dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Pemerintah Kampung Kalirejo.

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder, dan dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa bentuk pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah Kabupaten Lampung Tengah terhadap Pemerintah Kampung Kalirejo terbagi menjadi tiga yaitu: 1) pengawasan/pemerikasaan reguler, 2) pengawasan/pemeriksaan kasus dan 3) pengawasan/pemeriksaan khusus. Kewenangan pembinaan dan pengawasan meliputi: bidang administrasi, bidang kinerja, tingkat kedisiplinan dan bidang pembangunan. Faktor penghambat yang utama dirasakan oleh Inspektorat adalah kurangnya kualitas sumber daya manusia aparatur kampung.


(2)

ABSTRACT

AUTHORITY INSPECTORATE LAMPUNG TENGAH DISTRICT OF GUIDANCE AND SUPERVISION OF THE GOVERNMENT OF THE

VILLAGE KALIREJO DISTRICT KALIREJO

By:

NENI KURNIAH

Under the terms of the Regulation of the Minister of the Interior No. 64 Year 2007 on Technical Guidelines on the Organization and Work Inspectorate provincial and district / city, village government supervision and oversight carried out by Inspectorate district / city listed in Article 3 (2). Implementation of the guidance and supervision of the Inspectorate Lampung Tengah district to the village government apparatus Kalirejo considered less than optimal. Lampung Tengah district Inspectorate considers the Government has not been able to run the Village Kalirejo village autonomy in accordance with Law No. 6 Year 2014 on the village.

The problem in this thesis is how the authority of the Lampung Tengah District Inspectorate in conducting guidance and supervision of the Government of Village Kalirejo and what are the limiting factor in fostering and supervision of the Government of Village Kalirejo.

This study used juridical normative and empirical. The data used are primary data and secondary data, and analyzed deskriptive qualitatively.

Based on the survey results revealed that the forms of supervision carried out by the Inspectorate of Lampung Tengah district of the village government Kalirejo divide into three: 1) supervision/ regular examination, 2) supervision/inspection of case and 3) control/special examinations. Guidance and supervision authority covers: in administration, performance areas, the level of discipline and field development. The main limiting factor is the Inspectorate perceived lack of quality human resources aperture village.


(3)

KEWENANGAN INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DALAM PEMBINAAN DAN PENGAWASAN TERHADAP

PEMERINTAH KAMPUNH KALOREJO KECAMATAN KALIREJO

Oleh Neni Kurniah

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016


(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Neni Kurniah dilahirkan di Kalidadi 16 Mei 1994, yang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Supriyatno dan Ibu Endang Riyanti.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 04 Kalidadi Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah pada Tahun 2006, penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 01 Sendang Agung Kecamatan Sendang Agung Kabupaten Lampung Tengah pada Tahun 2009, dan Madrasah Aliyah Negeri 01 Poncowati Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah pada Tahun 2012.

Penulis pada tahun 2012 di terima dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung dan penulis menyelesaikan perkuliahan pada tahun 2016. Selain itu, pada tahun 2015 penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tanggal 20 Januari 2015 sampai dengan 01 Maret 2015 yang dilaksanakan di Desa Bumi Dipasena Utama Kecamatan Rawa Jitu Timur Kabupaten Tulang Bawang.


(7)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-NYA, maka dengan ketulusan dan kerendahan hati serta setiap perjuangan, doa

dan jerih payah, saya persembahkan sebuah karya ini kepada :

BAPAK DAN IBU

Bapak Supriyatno dan Ibu Endang Riyanti

yang selalu kuhormati, kusayangi, kucintai dan kubanggakan

Terimakasih untuk setiap pengorbanan, kesabaran, kasih sayang yang tulus serta doa demi keberhasilanku selama ini

ADIK-ADIKKU

Adikku Ardi Riyanto dan Intan Tri Nurhayati yang menjadi pelepas lelah dan selalu menghadirkan canda tawa untukku

SAHABAT

Retno Pangastuti, Tria Aprininda dan Hesti Kurniati

yang selalu menemani hari-hari selama menuntut ilmu. Muhammad David Prasetyo yang selalu mengasihi dan memberikan semangat yang tak pernah henti,

selalu menjadi tempat mengadu akan lelahku

ALMAMATERKU TERCINTA UNIVERSITAS LAMPUNG


(8)

MOTTO

Barang siapa yang keluar dalam menuntut ilmu maka ia adalah seperti berperang di jalan Allah hingga pulang.

(H.R. Tirmidzi)

Orang yang menuntut ilmu berarti menuntut rahmat, orang yang menuntut ilmu berarti menjalankan rukum islam dan pahala yang diberikan kepadamu sama

dengan para Nabi. (H.R.Dailani dari Anas r.a)


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Kewenangan ... 8

2.2. Pemerintah dan Pemerintahan ... 13

2.2.1.Pengertian Pemerintah dan Pemerintahan ... 13

2.2.2.Pemerintahan Desa atau Kampung ... 14

2.3. Pengertian Pembinaan dan Pengawasan ... 17

2.3.1. Pengertian Pembinaan ... 17

2.3.2. Pengertian Pengawasan ... 19

2.4. Kewenangan Inspektorat Kabupaten/Kota ... 25

BAB III. METODE PENELITIAN ... 28

3.1.Pendekatan Masalah ... 28

3.2.Sumber Data ... 29

3.3.1. Data Primer ... 29

3.3.2. Data Sekunder ... 29

3.3. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data... 31

3.3.1. Prosedur Pengumpulan Data ... 31

3.3.2. Prosedur Pengolahan Data ... 32

3.4. Analisa Data ... 33

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

4.1. Gambaran Umum Inspektorat Kabupaten Lampung Tengah ... 34

4.2. Gambaran Umum Kampung Kalirejo ... 42

4.3. Pembinaan dan Pengawasan Inspektorat Kabupaten Lampung Tengah Terhadap Penyelenggaraan Pemerintahan Kampung Kalirejo ... 45

4.4. Faktor Penghambat Inspektorat Kabupaten Lampung Tengah Dalam Melakukan Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Pemerintahan Kampung Kalirejo ... 58


(10)

BAB V. PENUTUP ... 61 5.1. Kesimpulan ... 61 5.2. Saran ... 62


(11)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang penulis alami dalam proses pengerjaan, namun penulis berhasil menyelesaikan dengan baik. Skripsi ini sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung dengan judul : Kewenangan Inspektorat Daerah Kabupaten Lampung Tengah Dalam Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Pemerintah Kampung Kalirejo Kecamatan Kalirejo.

Penulis menyadari selesainya skripsi ini tidak terlepas dari partisipasi, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Dekan Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S. yang telah memperlancar penyelesaiaan skripsi ini.

2. Ibu Upik Hamidah, S.H,. M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Unuversitas Lampung.

3. Ibu Nurmayani, S.H,. M.H. selaku Pembimbing Kedua yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis selama penyelesaian skripsi.


(12)

4. Bapak Dr. Fx. Sumarja, S.H.,M.H. selaku Pembimbing Pertama yang telah banyak memberikan bimbingan selama penyelesaian skripsi.

5. Ibu Upik Hamidah, S.H,. M.H. selaku Pembahas Pertama yang telah memberikan masukan guna perbaikan skripsi ini.

6. Ibu Marlia Eka Putri, AT., S.H,. M.H. selaku Pembahas Kedua yang telah memberikan masukan guna perbaikan skripsi ini.

7. Ibu Siti Nurhasanah, S.H,. M.H. selaku Pembimbing Akademik selama penulis menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung.

8. Para dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bimbingannya dan pengajarannya selama penulis menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Lampung, serta para staf dan karyawan yang telah membantu penulis dalam proses akademik dan kemahasiswaan atas bantuan selam penyusunan skripsi. 9. Kedua orang tuaku yang selalu menjadi inspirasi memberikan dukungan

baik materil maupun pikiran serta selalu mendukung tingkah laku dan tindakanku.

10.Teman-teman seperjuanganku di bangku kuliah: Retno Pangastuti, Ika Nursanti, Putri Utami, NI Made Ayu Sumerti, yang selalu memberikan semangat dan informasi terupdate.

11.Teman-teman saat duduk di bangku sekolah: Elly Puspita Ningsih, Rizki Desi Kumalasari, Siti May Saroh, Yushinta Claudia Pratiwi dan adikku Anggita Putri Sulung.


(13)

12.Seseorang yang selalu memberikanku semangat yang luar biasa dalam bentuk apapun, terimakasih telah meluangkan waktu dan fikiran Muhammad David Prasetyo.

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara, para mahasiswa, akademisi, serta pihak-pihak lain yang membutuhkan terutama bagi penulis. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, 2015 Penulis,


(14)

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

BAGAN

Bagan 1. Struktur Organisasi Inspektorat Kabupaten

Lampung Tengah ... 35 TABEL

Tabel 1. Kegiatan Peningkatan Kesejahteraan ... 51 Tabel 2. Kegiatan Peningkatan Prasarana Dasar Kampung ... 52


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintahan pusat.

Sejak kebijakan otonomi daerah diberlakukan, terjadi perubahan yang mendasar dalam sistem dan struktur pemerintahan daerah. Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah yang diganti beberapa kali, terakhir diganti dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah telah membawa dampak yang sangat luas bagi penyelenggaraan pemerintahan, perencanaan pembangunan, pengelolaan keuangan dan sistem penganggaran dalam menunjang penyelenggaraan pemerintahan di daerah khususnya pada tingkat pemerintahan desa. Kebijakan


(16)

2

otonomi daerah tersebut bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Otonomi daerah sangat berkaitan erat dengan desa dan pemerintahan desa. Desa merupakan organisasi komunitas lokal yang mempunyai batas-batas wilayah, dihuni oleh dirinya sendiri. Desa atau kampung pada umumnya mempunyai pemerintahan sendiri yang dikelola secara otonom tanpa ikatan hirarkhis-struktural dengan struktur yang lebih tinggi.1

Pasal 1 angka 43 Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 menyatakan bahwa desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kesatuan masyarakat hukum yang telah dijadikan desa itu harus memiliki pemerintahan yang akan melaksanakan kewenangan, hak dan kewajiban desa serta menyelenggarakan pemerintahan desa, seperti dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1979, namun demikian sesuai dengan perkembangan zaman dan pemikiran para ahli terbitlah undang-undang khusus yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan desa dan otonomi desa yaitu Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa serta Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

1


(17)

3

Mewujudkan pemerintahan desa yang ideal sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa, maka dibutuhkan adanya pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa yang dilakukan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa diatur dalam Pasal 112 ayat (1) Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 menyatakan bahwa, “Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota membina dan mengawasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa”. Pembinaan dan pengawasan oleh pemerintah daerah dilakukan dalam berbagai bidang diantaranya, bidang pembentukan peraturan desa, bidang pembangunan, bidang administrasi, dan terhadap bidang pemberian sanksi bagi pelanggaran yang dilakukan oleh perangkat desa sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pembinaan dan pengawasan tersebut dilakukan untuk kebijaksaan pembangunan bagi seluruh lapisan masyarakat yang merupakan sasaran utama berdasarkan landasan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan demi mencapai tujuan sehingga masyarakat desa dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Pada kenyataannya tujuan pembangunan dapat tercapai apabila dimulai dari jajaran terendah yaitu pembangunan di tingkat desa atau kampung.2

Hakekat pembangunan desa atau kampung bertujuan untuk memperbaiki kondisi dan taraf hidup masyarakat. Di samping itu pemerintah desa merupakan suatu strategi pembangunan yang memungkinkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dinikmati oleh rakyatnya, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan tercapainya stabilitas keamanan wilayah yang sehat dan dinamis. Pemerintah desa sebagai alat untuk mencapai tujuan administrasi negara, berfungsi sebagai tangan

2

Sunarno Siswanto, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 8


(18)

4

panjang pemerintahan dalam rangka pembangunan nasional demi tercapainya kesejahteraan rakyat yang merata diseluruh tanah air.

Penyelenggaraan administrasi desa atau kampung yang efektif diperlukan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten terhadap aparatur pemerintahan desa dalam bidang pelaksanaan pengelolaan keuangan desa, sehingga perangkat desa dapat melakukan tugas dan kewajibanya dengan baik dalam melayani masyarakat. Hal tersebut diatur dalam Pasal 44 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Pembinaan administrasi desa yang dijalankan adalah untuk mengembangkan sistem pengelolaan keuangan desa yang berfungsi sebagai sumber data dan informasi bagi seluruh aktifitas pemerintahan dalam pembangunan secara nasional.

Meningkatkan manajemen pemerintahan desa perlu dilakukan penataan administrasi agar lebih efektif dan efisien, penataan administrasi merupakan pencatatan data dan informasi dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan desa maka dilakukan penyempurnaan terhadap pelaksanaan administrasi. Oleh karena itu pemerintah daerah kabupaten sangat dituntut untuk turut berperan aktif dalam usaha pembinaan dan pengawasan administrasi yang dilakukan untuk aparatur pemerintah desa, sehingga akan terwujud pelaksanaan administrasi tertib dan dapat mendorong pelaksanaan pemerintahan diwilayah pedesaan.

Menurut ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dan Kabupaten/Kota, pengawasan dan pembinaan pemerintahan desa dilakukan oleh


(19)

5

Inspektorat Kabupaten/kota tercantum dalam Pasal 3 ayat (2) yang menyatakan bahwa, “Inspektorat Kabupaten/Kota mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kabupaten/kota, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan desa dan pelaksanaan urusan

pemerintahan desa”.

Lebih lanjut diatur dalam Pasal 45 Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah No. 08 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah No. 12 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Tengah, menjelaskan susunan organisasi inspektorat beserta tugasnya, di antaranya mengawasi pemerintahan, mengawasi bidang pembangunan dan mengawasi bidang keuangan.

Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan Inspektorat Daerah Kabupaten Lampung Tengah kepada aparatur Pemerintah Kampung Kalirejo dirasa kurang optimal. Inspektorat Daerah Kabupaten Lampung Tengah menganggap Pemerintah Kampung Kalirejo belum mampu menjalankan otonomi desa sesuai dengan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa3, dimana dalam undang-undang tersebut pemerintah desa mempunyai wewenang penuh dalam menyelenggarakan pemerintahan untuk membangun desa dan dengan dikeluarkannya undang-undang tersebut desa mendapatkan anggaran khusus untuk dapat digunakan untuk membangun infrastruktur, sarana dan prasarana di desa tersebut seperti memperbaiki dan memperlebar jalan agar dapat dengan mudah memajukan perekonomian masyarakat desa, walaupun pemerintah desa mempunyai wewenang penuh untuk menjalankan otonomi desa, tetap saja

3


(20)

6

pemerintah desa memerlukan pembinaan dan pengawasan yang cukup agar pemerintah desa mampu mewujudkan pembangunan secara keseluruhan guna menciptakan kesejahteraan masyarakat desa.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Kewenangan Inspektorat Daerah Kabupaten Lampung Tengah Dalam Pembinaan Dan Pengawasan Terhadap Pemerintah Kampung Kalirejo Kecamatan Kalirejo”.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang dapat di identifikasikan adalah:

1. Bagaimanakah kewenangan Inspektorat Daerah Kabupaten Lampung Tengah dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Pemerintah Kampung Kalirejo Kecamatan Kalirejo?

2. Apakah yang menjadi faktor penghambat Inspektorat Daerah Kabupaten Lampung Tengah dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Pemerintah Kampung Kalirejo Kecamatan Kalirejo?

1.3. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui kewenangan Inspektorat Daerah Kabupaten Lampung Tengah dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Pemerintah Kampung Kalirejo Kecamatan Kalirejo.


(21)

7

b. Untuk mengetahui faktor penghambat Inspektorat Daerah Kabupaten Lampung Tengah dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Pemerintah Kampung Kalirejo Kecamatan Kalirejo

1.4. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini dapat berguna sebagai pengembangan Ilmu Hukum Administrasi Negara, khususnya mengenai Hukum Administrasi Daerah, yakni pembinaan dan pengawasan oleh Kabupaten terhadap Pemerintah Desa atau Kampung.

b. Kegunaan Praktis

1) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan kepada Inspektorat Daerah Kabupaten/Kota, dalam rangka meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

2) Menambah bahan informasi bagi Pemerintah Desa untuk mengetahui sejauh mana Pemerintah Kabupaten membina dan mengawasi Pemerintahan Desa.

3) Menambah informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan referensi yang dapat digunakan untuk penelitian lanjutan berkaitan dengan permasalahan pembinaan dan pengawasan terhadap Pemerintahan Desa oleh Inspektorat Daerah Kabupaten/Kota.

4) Sebagai salah satu syarat akademik bagi penulis untuk menyelesaikan studi Strata Satu (S1) pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kewenangan

Menurut H.D Stout, kewenangan adalah pengertian yang berasal dari hukum pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan-perolehan dan penggunaan kewenangan dari pemerintah oleh subyek hukum publik di dalam hubungan hukum politik.1Sedangkan menurut P. Nicholai, disebutkan bahwa kewenangan adalah kemampuan untuk melakukan tindakan hukum tertentu, yaitu tindakan-tindakan yang dimaksudkan untuk menimbulkan akibat hukum, dan mencakup mengenai timbul dan lenyapnya akibat hukum tertentu. Hak berisi kebebasan untuk melakukan tidakan tertentu, sedangkan kewajiban memuat keharusan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu.

Menurut Bagir Manan wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan. Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat dan tidak berbuat. Wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban. Contoh dalam otonomi daerah diartikan hak mengandung kekuasaan untuk mengatur dan mengelola sendiri. Kewajiban secara horizontal berarti menyelenggarakan pemerintahan

1


(23)

9

sebagaimana mestinya, kewajiban vertikal berarti menjalankan pemerintahan dalam suatu tertib ikatan pemerintahan negara secara keseluruhan.2

Kewenangan adalah merupakan hak menggunakan wewenang yang dimiliki seorang pejabat atau institusi menurut ketentuan wewenang yang berlaku, dengan demikian kewenangan juga menyangkut kompetensi tindakan hukum yang dapat dilakukan menurut kaedah-kaedah formal, jadi kewenangan merupakan kekuasan formal yang dimiliki oleh pejabat atau institusi.

Seiring dengan pilar utama negara hukum, yaitu asas legalitas, maka kewenangan dari pemerintah untuk melaksanakan tugasnya dalam pemerintahan berasal dari peraturan perundang-undangan yang ada, oleh karena itu pemerintah tidak boleh menganggap bahwa ia memiliki sendiri wewenang pemerintah dan tidak boleh berbuat sesuatu selain yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam kepustakaan terdapat pembagian mengenai sifat wewenang pemerintahan3, yaitu:

a. Terikat

Wewenang pemerintah yang bersifat terikat terjadi apabila peraturan dasarnya menentukan kapan dan dalam keadaan yang bagaimana wewenang tersebut dapat digunakan atau peraturan dasarnya sedikit banyak menentukan tentang isi dari keputusan yang harus diambil.

2

Nurmayani, Hukum Administrasi Daerah, (Bandar Lampung: Penerbit UNILA, 2009), hlm. 26 3


(24)

10

b. Fakultatif

Wewenang yang bersifat fakultatif terjadi apabila badan atau pejabat tata usaha negara yang bersangkutan tidak wajib menerapkan wewenangnya atau sedikit banyak masih ada pilihan, sekalipun pilihan itu hanya dapat dilakukan dalam hal-hal atau keadaan tertentu sebagaimana ditentukan dalam peraturan dasarnya.

c. Bebas

Wewenang yang bersifat bebas terjadi apabila peraturan dasarnya memberi kebebasan untuk menentukan sendiri mengenai isi dari keputusan yang akan dikeluarkan atau peraturan dasarnya memberikan ruang lingkup kebebasan.

Kewenangan bersumber dari tiga cara4, yaitu: a) Atribusi

Atribusi merupakan pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat undang-undang kepada organ pemerintahan.

b) Delegasi

Delegasi merupakan pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ pemerintahan yang satu ke organ pemerintahan yang lainnya.

c) Mandat

Mandat merupakan pelimpahan wewenang ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangannya dijalankan oeh orang lain atas namanya.

Untuk dapat memperoleh suatu kewenangan akan suatu urusan pemerintahan, pemerintah daerah dapat memperolehnya melalui tiga cara, yaitu melalui atribusi,

4


(25)

11

delegasi, dan mandat. Setelah memperoleh kewenangan dari tiga sumber memperoleh kewenangan tersebut, barulah pemerintah dapat menjalankan kewenangannya. Kewenangan tersebut merupakan suatu tindakan hukum dari pemerintah dan hanya dapat dilakukan oleh aparatur negara dengan tanggung jawab yang diemban sendiri. Selain itu, perbuatan dari aparatur pemerintahan tersebut yang dilakukan sesuai kewenangannya akan menimbulkan suatu akibat hukum di bidang hukum administrasi demi terciptanya pemeliharaan kepentingan negara dan rakyat. Hal ini sesuai dengan unsur dari tindakan hukum yang dilakukan berdasarkan kewenangan aparatur pemerintahan5, yaitu:

a. Perbuatan itu dilakukan oleh aparat pemerintah dalam kedudukannya sebagai penguasa maupun sebagai alat perlengakapan pemerintahan dengan prakarsa dan tanggung jawab sendiri

b. Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan

c. Perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat hukum di bidang hukum administrasi

d. Perbuatan yang bersangkutan dilakukan dalam rangka pemeliharaan kepentingan negara dan rakyat

Tindakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah dalam menjelaskan fungsi pemerintahannya dapat dibedakan dalam tindakan hukum publik dan tindakan hukum privat. Tindakan hukum publik berarti tindakan hukum yang dilakukan tersebut didasarkan pada hukum publik, sedangkan tindakan hukum privat adalah tindakan hukum yang didasarkan pada ketentuan hukum keperdataan. Tindakan

5


(26)

12

hukum publik yang dilakukan oleh pemerintah dalam menjalankan fungsi pemerintahannya, dapat dibedakan dalam tindakan hukum publik yang bersifat sepihak dan tindakan banyak pihak. Peraturan bersama antar kebupaten atau antara kabupaten dengan provinsi adalah contoh dari tindakan yang hukum publik beberapa pihak, dan tindakan hukum publik sepihak berbentuk tindakan yang dilakukan sendiri oleh organ pemerintahan yang menimbulkan suatu akibat hukum publik, misalnya saja pemberian izin oleh pemerintah kepada subyek hukum atau badan hukum yang memerlukannya.

Untuk dapat melakukan suatu tindakan hukum, pemerintah memerlukan instrumen pemerintah yang digunakan sebagai sarana-sarana untuk menjalankan tugas-tugas pemerintahan yang. Instrumen dari pemerintah terdiri dari bermacam-macam bentuk, yaitu Peraturan Perundang-Undangan, Ketetapan Tata Usaha Negara, Peraturan Kebijakan, perizinan dan lainnya. Semua instrumen ini haruslah digunakan oleh pemerintah dengan sebaik-baiknya agar pemerintah dapat mengatur kegiatan yang menjadi urusan pemerintahan dan kemasyarakatan dengan baik dan tidak menyimpang dari tugas pokok dan fungsi pemerintahan yang baik.

Berdasarkan penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kewenangan adalah hak untuk melakukan suatu kekuasaan yang terdapat pada sebuah lembaga untuk mencapai tujuan tertentu.


(27)

13

2.2. Pemerintah Dan Pemerintahan

2.2.1. Pengertian Pemerintah Dan Pemerintahan

Pemerintah dan pemerintahan memiliki arti yang berbeda. Pemerintahan diartikan sebagai keseluruhan lingkungan jabatan dalam suatu organisasi Negara, pemerintahan sebagai lingkungan jabatan adalah alat-alat kelengkapan negara seperti jabatan eksekutif, jabatan legislatif, jabatan yudikatif, dan jabatan supra struktur lainnya.6

Jabatan-jabatan tersebut menunjukkan lingkungan kerja tetap yang berisikan wewenang yang memberikan kekuasaan untuk melakukan perbuatan tertentu pemerintah yang berisi lingkungan pekerjaan tetap disebut juga pemerintahan dalam arti statis, dan dapat diartikan dalam arti dinamis, yang berisi bergerak atau akktifitas berupa tindakan atau proses menjalankan kekuasaan pemerintahan. Untuk menjalankan wewenang atau kekuasaan yang melekat dalam lingkungan jabatan, harus ada pemangku jabatan yaitu pejabat (ambstrager).Pemangku jabatan menjalankan pemerintahan, karena itu disebut pemerintah.7

Pemerintah sebagai alat kelengkapan negara dapat diartikan sebagai secara luas dan dalam arti sempit. Pemerintah dalam arti luas mencakup semua alat kelengkapan negara yang terdiri dari cabang-cabang kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudisial atau alat-alat kelengkapan negara lain yang bertindak untuk dan atas nama negara. Pemerintah juga dapat diartikan dalam arti sempit yaitu

6

Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, (Jogjakarta: Pusat Studi Hukum FH UII, 2001), hlm. 100

7


(28)

14

pemangku jabatan sebagai pelaksana kekuasaan eksekutif atau secara lebih sempit, pemerintah sebagai penyelenggara administrasi negara.8

Berdasarkan penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pemerintah berarti organ, badan atau lembaga, alat perlengkapan negara yang menjalankan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan negara. Sedangkan pemerintahan adalah segala kegiatan yang terorganisir yang bersumber pada kedaulatan dan kemerdekaan, berlandaskan pada dasar negara, rakyat atau penduduk dan wilayah negara itu demi terwujudnya tujuan negara dan didalamnya terdapat pemerintah.

2.2.2. Pemerintahan Desa atau Kampung

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa mengatakan bahwa,

“Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya

disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam system pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia”.

Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk didalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.9

Landasan pemikiran dalam pangaturan mengenai pemerintahan desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan pemberdayaan

8

Bagir Manan, Op cit, hlm. 101 9


(29)

15

masyarakat.10Pemerintahan desa merupakan bagian dari pemerintahan nasional yang penyelenggaraannya ditujukan untuk pedesaan. Pemerintahan desa adalah suatu proses dimana usaha-usaha masyarakat desa yang bersangkutan dipadukan dengan usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.11Lebih lanjut pada Pasal 1 angka 2 PP No. 47 Tahun 2015, Pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintahan desa terdiri dari pemerintah desa dan BPD (Badan Permusyawaratan Desa).

Pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan desa. Perangkat desa terdiri dari, antara lain:

1. Sekretariat Desa

Sekretariat desa adalah unsur staf yang membantu Kepala Desa dalam menjalankan hak, wewenang dan kewajiban pimpinan Pemerintahan Desa.12Sekretariat desa dipimpin oleh sekretaris desa dibantu oleh unsur staf sekretariat yang bertugas membantu kepala desa dalam bidang administrasi pemerintahan.

2. Pelaksana Kewilayahan

Pelaksana kewilayahan merupakan unsur pembantu kepala desa sebagai satuan tugas kewilayahan. Jumlah pelaksana kewilayah ditentukan secara

10

Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Pusat Ke Daerah, (Jakarta: CV Muliasari, 2002), hlm. 181 11

Maria Eni Surasih, Pemerintah Desa dan Implementasinya, (Jakarta: Erlangga, 2006) hlm. 23 12


(30)

16

proposional antara pelaksana kewilayahan yang dibutuhkan dan kemampuan keuangan desa.

3. Pelaksana Teknis

Pelaksana teknis merupakan unsur pembantu kepala desa sebagai pelaksana tugas operasional.

Perangkat desa bertugas membantu kepala desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Sekretaris desa diangkat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota. Perangkat Desa lainnya diangkat oleh kepala desa dari penduduk desa dengan Keputusan kepala desa. Usia perangkat desa paling rendah 20 (dua puluh) tahun dan paling tinggi 60 (enam puluh) tahun.13

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah No. 8 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah No. 12 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Tengah, desa disebut dengan kampung. Kampung atau sebutan lain dari kampung selanjutnya disebut kampung adalah kesatuan masyarakat hukum yang memilki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia di wilayah Kabupaten.

Pemerintahan Kampung adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah kampung dan Badan Permusyawaratan Kampung (BPK) dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul

13


(31)

17

dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia.

Berdasarkan penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa Pemerintahan Desa atau yang disebut dengan Kampung adalah penyelenggaraan urusan pemerintah dan masyarakat desa atau kampung setempat untuk mencapai tujuan bersama berdasarkan peraturan yang berlaku.

2.3. Pengertian Pembinaan dan Pengawasan 2.3.1. Pembinaan

Pengertian pembinaan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu: 1. Proses, cara, perbuatan membina (Negara, dsb), 2. Pembaharuan, penyempurnaan, 3.Usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Menurut Widjaja pembinaan adalah suatu proses atau pengembangan yang mencakup urutan-urutan pengertian, yang diawali dengan mendirikan, membutuhkan, memelihara pertumbuhan tersebut disertai usaha-usaha perbaikan, penyempurnaan, dan mengembangkanya. Pembinaan tersebut menyangkut kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pembiayaan, koordinasi, pelaksanaan, dan pengawasan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan hasil yang maksimal.

Menurut Miftah Thoha, pembinaan adalah tindakan, proses, hasil atau pernyataan menjadi lebih baik.14 Ada dua unsur dalam pengertian ini, pertama yaitu pembinaan itu dapat berupa suatu tindakan, proses dan pernyataan tujuan dan kedua yaitu pembinaan dapat menunjuk kepada perbaikan atas sesuatu. Dari

14


(32)

18

beberapa definisi pembinaan diatas, pembinaan bermuara pada adanya perubahan kearah yang lebih baik dari sebelumnya, yang diawali dengan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pembiayaan, koordinasi, pelaksana dan pengawasan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan dengan hasil yang lebih baik. Pembinaan merupakan segala usaha dan tujuan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggunaan dan pemeliharaan dengan tujuan untuk mampu melaksanakan tugas organisasi dengan efektif dan efisien. Pembinaan dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan sesuatu yang bermutu dan berkualitas yang berdaya guna dan hasil guna, yang dilakukan secara sistematis dan pemanfaatan potensi dan kemampuan sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Sementara itu, ciri-ciri pembinaan menurut Mappa adalah15:

a. Pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka mencapai setinggi-tingginya tingkat kematangan dan tujuan pembinaan.

b. Prosedur pembinaan dirancang sedemikian rupa agar tujuan yang hendak dicapai terarah.

c. Pembinaan sebagai pengatur proses belajar harus merancang dan memilih peristiwa yang sesuai dengan anak binaan.

d. Pembinaan diartikan sebagai usaha untuk menata kondisi yang pantas.

Terdapat istilah pembinaan organisasi yang menunjukkan kepada sesuatu mengenai organisasi dan cara-cara membinannya. Pembinaan organisasi adalah suatu usaha yang berencana yang meliputi organisasi secara keseluruhan dan dikelola dari pucuk pimpinan untuk meningkatkan efektivitas dan kesehatan organisasi melalui intervensi yang berencana didalam proses organisasi dengan

15


(33)

19

menggunakan pengetahuan ilmu prilaku.16 Pembinaan organisasi dapat pula diartikan sebagai suatu usaha terencana untuk melaksanakan proses perubahan yang terencana. Pembinaan organisasi tidak hanya sesuatu hal yang dikerjakan untuk pencapaian keadaan organisasi yang lebih baik, melainkan merupakan suatu jenis proses perubahan yang khusus dirancang untuk menghasilkan suatu hasil yang khusus pula.

Berdasarkan penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud pembinaan adalah suatu tindakan untuk memberikan arahan atau bimbingan secara efektif dan efisien guna mencapai suatu tujuan tertentu.

2.3.2. Pengawasan

Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting agar pekerjaan maupun tugas yang dibebankan kepada aparat pelaksana terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Sondang P. Siagian yaitu suatu proses pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang ditentukan sebelumnya.

Menurut Sujamto pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksana tugas atau kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak. Pengertian pengawasan tersebut menekankan pada suatu proses pengawasan berjalan secara sistematis sesuai dengan tahap-tahap yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Soekarno.K yaitu pengawasan adalah proses yang menentukan

16


(34)

20

tentang apa yang harus dikerjakan aagar apa yang diselenggarakan sejalan dengan rencana.

Pengawasan adalah proses mengamati, membandingkan tugas pekerjaan yang dibebankan kepada aparat pelaksana dengan standar yang telah ditetapkan dalam suatu rencana yang sistematis dengan tindakan kooperatif serta korektif guna menghindari penyimpangan demi tujuan tertentu.17

Setelah mengkaji tentang pengawasan maka selanjutnya akan dikemukakan tentang pengertian fungsi pengawasan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian fungsi secara singkat yaitu fungsi adalah jabatan (pekerjaan) yang dilakukan.18Fungsi pengawasan adalah suatu kegiatan yang dijalani oleh pimpinan ataupun suatu badan dalam mengamati, membandingkan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepada aparat pelaksana dengan standar yang telah ditetapkan guna mempertebal rasa tanggung jawab untuk mencegah penyimpangan dan memperbaiki kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan. Pengawasan yang dilaksanakan mempunyai fungsi sesuai dengan tujuan yang disandangnya, mengenai hal ini Soewarno Handayaningrat menyatakan 4 (empat) hak yang terkait dengan fungsi pengawasan yaitu:

a. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas dan wewenang dalam melaksnakan pekerjannya

b. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan

17

Nurmayani, Op Cit, hlm. 82 18


(35)

21

c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, kelalaian dan kelemahan agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan

d. Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan agar pelaksaan pekerjaan tidak mengalami hambatan-hambatan dan pemborosan

Dari beberapa fungsi tersebut dapat diketahui bahwa pengawasan dapat mendorong rasa tanggung jawab seorang pegawai atau aparat pelaksana dalam melaksanakan tugas yang diembannya. Dengan pengawasan tersebut seseorang akan merasa bahwa tugas yang dilaksanakan diamati sesuai dengan prosedur aturan yang telah ditetapkan. Dengan demikian bentuk penyimpangan itu telah terjadi dapat segera diperbaiki sebagaimana mestinya.

Suatu kebijaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh suatu pimpinan dari suatu lingkungan kerja tertentu, mempunyai tujuan yang diharapkan terjadi. Dari sedikit penjelasan di atas dapat dilihat pada dasarnya pengawasan mempunyai tujuan untuk menyesuaikan pelaksanaan tugas dapat segera diantisipasi dengan pengawasan. Tujuan pengawasan mencakup usaha menyesuaikan pelaksanaan tugas dengan rencana, instruksi dan asas yang telah ditetapkan. Dengan pengawasan juga akan diketahui berbagai kesulitan, hambatan kekurangan dan kelemahan dalam pelaksanaan tugas serta jalan keluar yang akan diambil untuk mengatasinya. Pengawasan juga melihat efisiensi pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada aparat pelaksana, karena hal ini berkaitan dengan penggunaan berbagai sumber yang ada pada suatu lingkungan kerja atau suatu instansi. Dengan demikian kesimpulan yang dapat diambil dari tujuan pelaksanaan


(36)

22

pengawasan ialah bahwa pelaksanaan tugas dengan rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.19

Pengawasan yang dilaksanakan pada suatu lingkungan kerja atau suatu organisasi harus dilandasi oleh prinsip-prinsip tertentu yang menyertainya. Prinsip-prinsip inilah yang akan mendasari pelaksanaan pengawasan dilingkungan kerja tersebut. Prinsip pelaksanaan pengawasan antara lain yaitu:

a. Pengawasan harus berorientasi kepada tujuan organisasi

b. Pengawasan harus objektif, jujur, dan mendahului kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi

c. Pengawasan harus berorientasi kepada kebenaran menurut peraturan-peraturan yang berlaku, berorientasi kepada tujuan, manfaat dalam pelaksanaan pekerjaan, dan berorientasi kepada tujuan, manfaat dalam pelaksanaan pekerjaan

d. Pengawasan harus menjamin daya guna dan hasil guna pekerjaan e. Pengawasan harus berdasarkan atas faktor yang obyektif, teliti dan tepat f. Pengawasan harus bersifat terus menerus

g. Pengawasan harus dapat memberikan upah balik terhadap perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan, perencanaan, dan kebijaksanaan waktu yang akan datang

19


(37)

23

Adapun sifat dan waktu pengawasan, yaitu:

a. Pengawasan preventif yaitu pengawasan yang dilaksanakan sebelum kegiatan dilaksanakan dengan maksud untuk mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan seawal mungkin

b. Pengawasan represif yaitu pengawasan yang dilakukan setelah terjadinya penyimpangan atau kesalahan dalam melaksanakan kegiatan

c. Pengawasan yang dilakukan pada waktu proses kegiatan terjadi

d. Pengawasan berkala yaitu pengawasan yang dilakukan secara berkala 1 (satu) bulan sekali, 1 (satu) semester sekali, atau 1 (satu) tahun sekali e. Pengawasan mendadak yaitu pengawasan yang dilakukan secara

mendadak dengan tidak memberitahukan terlebih dahulu

Sistem pengawasan yang efektif adalah sarana terbaik untuk membuat segala sesuatunya berjalan dengan baik dalam Administrasi Negara terutama pengawasan preventif. Pengawasan represif hanya berguna bilamana (a) dilakukan secara komprehensif dan cukup intensif, (b) bilamana laporannya bersifat cukup obyektif dan analitis, dan (c) bilamana laporannya disampaikan cukup cepat.20

Pengawasan merupakan suatu proses yang berjalan secara sistematis, maka hal ini berarti ada tahap-tahap tertentu dalam proses pengawasan yang dilaksanakan tersebut. Tahap-tahap tersebut pada dasarnya merupakan langkah tertentu dalam menjalankan pengawasan:

a. Menentukan standar untuk kontrol b. Mengukur pelaksanaan

20


(38)

24

c. Membandingkan pelaksanaan dengan standar, juga menentukan penyimpangan jika ada

d. Melakukan tindakan perbaikan jika terdapat penyimpangan-penyimpangan sehingga tetap sesuai dengan rencana

Menentukan standar dasar atau kontrol dilakukan pada waktu perencanaan dari kegiatan yang dilaksanakan. Mengukur pelaksanaan dilakukan melalui pengamatan pimpinan terhadap tugas yang dibebankan kepada aparat pelaksanaan untuk kemudian dilakukan perbaikan-perbaikan bila ada penyimpangan, baru kemudian kembali pada tahap awal, demikian seterusnya proses itu berlangsung.21

Pada waktu ini dapatlah dikatakan, bahwa pengawasan intern dilakukan oleh Inspektur/Inspektorat Jenderal di tingkat pusat beserta aparaturnya yang di wilayah/daerah, dan di Daerah oleh Inspektur/Inspektorat Daerah.

Pengawasan ekstern formal dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat melalui siding-sidang komisi DPR, melalui konsultasi Dewan Pertimbangan Agung, dan melalui pemeriksaan keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Di samping itu masih terdapat pemeriksaan khusus yang dilakukan oleh Bank Indonesia, Akuntan Publik, dan tim-tim khusus. Hasil pengawasan ada yang mempunyai akibat-hukum, namun sebagian terbesar bersifat politis, administratif (ketatausahaan, organisasional manajerial, operasional), atau teknis-fungsional.22

Berdasarkan penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pengawasan adalah suatu tindakan pemeriksaan untuk memastikan bahwa semua aktifitas atau kegiatan yang terlaksana telah sesuai dengan yang direncanakan.

21

Ibid, hlm. 85-86 22


(39)

25

2.4. Kewenangan Inspektorat Daerah Kabupaten/Kota

Inspektorat Jenderal adalah aparat pengawasan di tingkat Departemen yang tugas pokoknya adalah membantu menteri dalam menyelenggarakan pengawasan umum atas segala aspek kegiatan yang menjadi tanggung jawab Departemen. Lembaga ini bukan hanya membantu menteri dalam menyelenggarakan pengawasan atas keuangan pembangunan saja, melainkan dalam seluruh aspek penyelenggaraan tugas yang diemban atas menteri yang bersangkutan, jadi kedudukan Inspektorat terhadap menteri, yakni membantu meneteri dalam menyelenggarakan pengawasan umum atas seluruh kegiatan pemerintahan. Inspektorat Daerah Provinsi dan Inspektorat Daerah Kabupaten/Kota masing-masing bernaung dalam Departemen Dalam Negeri.23

Inspektorat sebagai salah satu lembaga pengawas yang diberi tugas dan wewenang melaksanakan pengawasan fungsional atas penyelenggaraan pemerintahan daerah, khususnya terhadap kinerja aparatur pemerintah daerah, yang bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga tercapai daya guna dan hasil guna pembangunan nasional bagi kesejahteraan masyarakat.

Pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dimaksudkan agar proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin Pemerintah daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 42 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah diatur mengenai Inspektorat Kabupaten/Kota. Pasal 23 Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 menjelaskan bahwa pengawasan yang dilakukan oleh pengawas

23


(40)

26

intern pemerintah (inspektorat) dalam pemerintahan daerah meliputi:

a. Pembinaan atas pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah provinsi, kabupaten/kota dan pemerintahan desa

b. Pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah provinsi, kabupaten/kota, dan pemerintahan desa

Pada Pasal 26 ayat (4) dijelaskan bahwa, Inspektorat Kabupaten/Kota melakukan pengawasan terhadap:

a. pelaksanaan uurusan pemerintahan di daerah Kabupaten/Kota b. pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan desa c. pelaksanaan urusan pemerintahan desa

Pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintahan Desa berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Menurut Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, menyatakan bahwa, pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa meliputi:

a. administrasi pemerintahan desa; dan b. urusan pemerintahan desa.

Menurut Pasal 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 2008 dijelaskan bahwa pengawasan terhadap urusan pemerintahan di desa dilaksanakan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah sesuai dengan fungsi dan kewenangannya, Aparat Pengawas Intern Pemerintah yang dimaksud adalah Inspektorat Daerah lebih bersifat pembinaan dan dalam praktiknya memberikan saran dan


(41)

27

pertimbangan kepada Kepala Desa, Inspektorat Daerah tidak berwenang untuk menghakimi dan menindak.

Berdasarkan penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kewenangan Inspektorat Daerah yaitu melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa.


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris.

a. Pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan normatif atau pendekatan kepustakaan adalah metode atau cara yang digunakan dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada. Norma hukum yang berlaku itu berupa norma hukum positif tertulis bentukan lembaga perundang-undangan, kodifikasi, undang-undang, peraturan pemerintah dan seterusnya, dan norma hukum tertulis buatan pihak-pihak yang berkepentingan.

b. Pendekatan yuridis empiris yaitu pendekatan mengkaji hukum yang dikonsepkan sebagai perilaku nyata, sebagai gejala sosial yang sifatnya tidak tertulis yang dialami setiap orang dalam hubungan hidup bermasyarakatnya.


(43)

29

3.2. Sumber Data 3.2.1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh atau yang dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru. Data primer merupakan data yang diperoleh dari studi lapangan yang tentunya berkaitan dengan pokok penulisan. Teknik penelitian, wawancara, dan diskusi terfokus pihak yang akan diwawancarai merupakan narasumber, meliputi:

1. Pihak Inspektorat Kabupaten Lampung Tengah yang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Pemerintah Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo, yaitu:

a. Bapak Dendi Indrajaya, S.H., selaku Ketua Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

b. Bapak Abdullah Ali, S.Sos. selaku Ketua Subtim 3 pada bagian Inspektur Pembantu Wilayah II (Irban II)

c. Ibu Debby selaku anggota Subtim 3 (tiga) pada bagian Inspektur Pembantu Wilayah II (Irban II)

2. Pihak Pemerintah Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo:

a. Bapak Muhammad Ghozen selaku Kepala Kampung Kalirejo b. Bapak Nanang Kosim, S.Pd., selaku Sekretaris Kampung c. Bapak Joko selaku Staf Administrasi Kampung

3.2.2. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada, dengan mempelajari buku-buku, dokumen-dokumen, dan


(44)

30

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ada kaitannya dengan permasalahan yang dibahas. Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier.

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer yaitu data yang diambil dari sumber aslinya yang berupa undang-undang memiliki otoritas tinggi yang bersifat mengikat untuk penyelenggaraan kehidupan masyarakat. Bahan hukum primer antara lain meliputi:

a) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

b) Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 Tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah c) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2007 Tentang

Pedoman Teknis Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi Dan Kabupaten/Kota

d) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas PenyelenggaraanPemerintahan Desa

e) Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah No. 8 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah No. 12 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Tengah

f) Peraturan Bupati Lampung Tengah No. 42 Tahun 2011 Tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Inspektorat Kabupaten Lampung Tengah

g) Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa

h) Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah i) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113 Tahun 2014 Tentang


(45)

31

j) Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu merupakan bahan hukum yang memberikan keterangan terhadap bahan hukum yang memberikan keterangan terhadap bahan hukum primer dan diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya atau dengan kata lain dikumpulkan oleh pihak lain, berupa buku jurnal hukum, dokumen-dokumen resmi, penelitian yang berwujud laporan dan buku-buku hukum.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yang merupakan petunjuk ataupun penjelasan terhadap bahan primer dan bahan sekunder meliputi Kamus Hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

3.3. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 3.3.1. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini prosedur pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan, yaitu:

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dengan membaca, mempelajari, mencatat dan mengutip literatur yang berkaitan dengan pokok pembahasan yang bertujuan untuk memperoleh gambaran awal sebelum penelitian di lapangan.

b. Studi Lapangan

Dalam studi ini digunakan prosedur pengumpulan data dengan melakukan wawancara. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data primer, dengan


(46)

32

cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada inspektorat dan Pemerintah Desa berkaitan dengan pembinaan dan pengawasan oleh Inspektorat Daerah Kabupaten. Wawancara dilakukan dengan mengajukan daftar pertanyaan yang telah disiapkan

3.3.2. Prosedur Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dengan baik melalui studi kepustakaan dan studi lapangan, kemudian data diolah degan cara mengelompokkan kembali data setelah itu diidentifikasi sesuai dengan pokok bahasan. Setelah mendapatkan data, maka penulis melakukan kegiatan-kegiatan antara lain:

a) Editing, yaitu data yang diperoleh dengan cara pemilihan data dengan cermat dan selektif sehingga diperoleh data yang relefan dengan pokok masalah.

b) Evaluasi, yaitu penentuan nilai terhadap data-data yang telah terkumpul. c) Klasifikasi, yaitu penyusunan dan mengelompokkan data berdasarkan

jenis data.

d) Sistematika Data, yaitu proses penyusunan data menurut system yang telah ditetapkan.

e) Penyusunan Data, yaitu melakukan penyusunan data secara sistematis sesuai dengan jenis dan pokok bahasan dengan maksud memudahkan dalam menganalisa data tersebut.


(47)

33

3.4. Analisis Data

Setelah semua data yang diperlukan diperoleh, maka data tersebut akan diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif, maksudnya yaitu data tersebut akan disajikan dengan memberikan uraian dan dipaparkan secara sistematis dengan maksud agar dapat dirangkum dan pengertian-pengertian tertentu untuk menjawab dan membahas bab-bab selanjutnya.


(48)

BAB V PENUTUP 5.1.Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

(1) Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah Kabupaten Lampung Tengah terhadap Pemerintah Kampung Kalirejo yaitu terbagi dalam 1) pengawasan/pemerikasaan reguler yang dilakukan dengan cara pemeriksaan administrasi pemerintahan kampung dan pembangunan kampung, 2) pengawasan/pemeriksaan kasus yang dilakukan dengan cara tidak terjadwal dan berdasarkan pada pengaduan masyarakat serta pemberitaan kabar, dan 3) pengawasan/pemeriksaan khusus yang dilakukan pada Akhir Masa Jabatan (AMJ) Kepala Kampung.

(2) Kewenangan Inspektorat Kabupaten Lampung Tengah terhadap Pemerintah Kampung Kalirejo adalah pembinaan dan pengawasan yang meliputi bidang administrasi, bidang kinerja, tingkat kedisiplinan dan bidang pembangunan.

(3) Faktor penghambat yang utama dirasakan oleh Inspektorat Kabupaten Lampung Tengah adalah kurangnya kualitas sumber daya manusia aparatur kampung.


(49)

62

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, selanjutnya peneliti menyarankan:

(1) Sebaiknya Inspektorat Kabupaten Lampung Tengah dalam melakukan pembinaan dan pengawasan kepada Pemerintah Kampung tidak dilakukan dalam 1 (satu) hari saja karena Pemerintah kampung Kalirejo merasa kurang optimal dan kurang memahami pembinaan yang dilakukan oleh Inspektorat.

(2) Kemudian dengan adanya faktor penghambat yang ada, sebaiknya dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia aparatur kampung dengan cara meningkatkan pendidikan.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Atmosudirjo, Prajudi. 1994. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia Indonesia. Bohari. 1992. Pengawasan Keuangan Negara. Jakarta: Rajawalipers.

HR, Ridwan. 2002. Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta: UII Press.

Kansil, C.S T., 1984. Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. Jakarta: Aksara Baru. ___________, 1988. Hukum Administrasi Desa. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Manan, Bagir. 2001. Menyongsong Fajar Otonomi Daerah. Jogjakarta: Pusat Studi Hukum FH UII.

Mappa. 1984. Pembinaan Pegawai. Bandung: Maju Mundur.

Muchsan. 1982. Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia. Jakarta.

Nurmayani. 2009. Hukum Administrasi Daerah. Bandar Lampung: Penerbit Universitas Lampung.

Rudi. 2013. Hukum Pemerintahan Daerah. Bandar Lampung: PKKPUU FH Universitas Lampung.

Sarundajang. 2002. Arus Balik Kekuasaan Pusat Ke Daerah. Jakarta: CV Mulia Sari. Sunarsih, Maria. 2006. Pemerintahan Desa dan Implementasinya. Jakarta: Erlangga. Sunarno, Siswanto. 2008. Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia. Jakarta: Sinar

Grafika.

Thoha, Miftah. 2008. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta: Kencana. Widjaja, HAW. 1996. Pemerintahan Desa. Jakarta: Rajawali Pres.


(51)

Perundang-Undangan

Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi Dan Kabupaten/Kota

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah No. 8 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah No. 12 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Tengah

Peraturan Bupati Lampung Tengah No. 42 Tahun 2011 Tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Inspektorat Kabupaten Lampung Tengah

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa

Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Sumber lain

Tabulasi Data Potensi Penilaian Kampung Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011, Kampung Kalirejo.

Hasil wawancara dengan, yaitu: Pihak Inspektorat Kabupaten Lampung Tengah yang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Pemerintah Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo, Bapak Dendi Indrajaya, S.H., selaku Ketua Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dan Bapak Abdullah Ali, S.Sos. selaku Ketua Subtim 3 pada bagian Inspektur Pembantu Wilayah II (Irban II), Ibu Debby selaku anggota Subtim 3 (tiga) pada bagian Inspektur Pembantu Wilayah II (Irban II).


(52)

Hasil wawancara dengan, yaitu: Pihak Pemerintah Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo, Bapak Muhammad Ghozen selaku Kepala Kampung Kalirejo, Bapak Nanang Kosim, S.Pd., selaku Sekretaris Kampung dan Bapak Joko selaku Staf Administrasi Kampung.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Atmosudirjo, Prajudi. 1994. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia Indonesia. Bohari. 1992. Pengawasan Keuangan Negara. Jakarta: Rajawalipers.

HR, Ridwan. 2002. Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta: UII Press.

Kansil, C.S T., 1984. Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. Jakarta: Aksara Baru. ___________, 1988. Hukum Administrasi Desa. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Manan, Bagir. 2001. Menyongsong Fajar Otonomi Daerah. Jogjakarta: Pusat Studi Hukum FH UII.

Mappa. 1984. Pembinaan Pegawai. Bandung: Maju Mundur.

Muchsan. 1982. Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia. Jakarta.

Nurmayani. 2009. Hukum Administrasi Daerah. Bandar Lampung: Penerbit Universitas Lampung.

Rudi. 2013. Hukum Pemerintahan Daerah. Bandar Lampung: PKKPUU FH Universitas Lampung.

Sarundajang. 2002. Arus Balik Kekuasaan Pusat Ke Daerah. Jakarta: CV Mulia Sari. Sunarsih, Maria. 2006. Pemerintahan Desa dan Implementasinya. Jakarta: Erlangga. Sunarno, Siswanto. 2008. Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia. Jakarta: Sinar

Grafika.

Thoha, Miftah. 2008. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta: Kencana. Widjaja, HAW. 1996. Pemerintahan Desa. Jakarta: Rajawali Pres.


(54)

Perundang-Undangan

Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi Dan Kabupaten/Kota

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah No. 8 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah No. 12 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Tengah

Peraturan Bupati Lampung Tengah No. 42 Tahun 2011 Tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Inspektorat Kabupaten Lampung Tengah

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa

Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Sumber lain

Tabulasi Data Potensi Penilaian Kampung Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011, Kampung Kalirejo.

Hasil wawancara dengan, yaitu: Pihak Inspektorat Kabupaten Lampung Tengah yang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Pemerintah Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo, Bapak Dendi Indrajaya, S.H., selaku Ketua Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dan Bapak Abdullah Ali, S.Sos. selaku Ketua Subtim 3 pada bagian Inspektur Pembantu Wilayah II (Irban II), Ibu Debby selaku anggota Subtim 3 (tiga) pada bagian Inspektur Pembantu Wilayah II (Irban II).


(55)

Hasil wawancara dengan, yaitu: Pihak Pemerintah Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo, Bapak Muhammad Ghozen selaku Kepala Kampung Kalirejo, Bapak Nanang Kosim, S.Pd., selaku Sekretaris Kampung dan Bapak Joko selaku Staf Administrasi Kampung.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Atmosudirjo, Prajudi. 1994. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Bohari. 1992. Pengawasan Keuangan Negara. Jakarta: Rajawalipers.

HR, Ridwan. 2002. Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta: UII Press.

Kansil, C.S T., 1984. Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. Jakarta: Aksara Baru.

___________, 1988. Hukum Administrasi Desa. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Manan, Bagir. 2001. Menyongsong Fajar Otonomi Daerah. Jogjakarta: Pusat Studi Hukum FH UII.

Mappa. 1984. Pembinaan Pegawai. Bandung: Maju Mundur.

Muchsan. 1982. Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia. Jakarta.

Nurmayani. 2009. Hukum Administrasi Daerah. Bandar Lampung: Penerbit Universitas Lampung.

Rudi. 2013. Hukum Pemerintahan Daerah. Bandar Lampung: PKKPUU FH Universitas Lampung.

Sarundajang. 2002. Arus Balik Kekuasaan Pusat Ke Daerah. Jakarta: CV Mulia Sari.

Sunarsih, Maria. 2006. Pemerintahan Desa dan Implementasinya. Jakarta: Erlangga.

Sunarno, Siswanto. 2008. Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

Thoha, Miftah. 2008. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta: Kencana.


(2)

Perundang-Undangan

Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi Dan Kabupaten/Kota

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah No. 8 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah No. 12 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Tengah

Peraturan Bupati Lampung Tengah No. 42 Tahun 2011 Tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Inspektorat Kabupaten Lampung Tengah

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa

Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Sumber lain

Tabulasi Data Potensi Penilaian Kampung Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011, Kampung Kalirejo.

Hasil wawancara dengan, yaitu: Pihak Inspektorat Kabupaten Lampung Tengah yang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Pemerintah Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo, Bapak Dendi Indrajaya, S.H., selaku Ketua Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dan Bapak Abdullah Ali, S.Sos. selaku Ketua Subtim 3 pada bagian Inspektur Pembantu Wilayah II (Irban II), Ibu Debby selaku anggota Subtim 3 (tiga) pada bagian Inspektur Pembantu Wilayah II (Irban II).


(3)

Hasil wawancara dengan, yaitu: Pihak Pemerintah Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo, Bapak Muhammad Ghozen selaku Kepala Kampung Kalirejo, Bapak Nanang Kosim, S.Pd., selaku Sekretaris Kampung dan Bapak Joko selaku Staf Administrasi Kampung.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Atmosudirjo, Prajudi. 1994. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Bohari. 1992. Pengawasan Keuangan Negara. Jakarta: Rajawalipers.

HR, Ridwan. 2002. Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta: UII Press.

Kansil, C.S T., 1984. Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. Jakarta: Aksara Baru.

___________, 1988. Hukum Administrasi Desa. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Manan, Bagir. 2001. Menyongsong Fajar Otonomi Daerah. Jogjakarta: Pusat Studi Hukum FH UII.

Mappa. 1984. Pembinaan Pegawai. Bandung: Maju Mundur.

Muchsan. 1982. Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia. Jakarta.

Nurmayani. 2009. Hukum Administrasi Daerah. Bandar Lampung: Penerbit Universitas Lampung.

Rudi. 2013. Hukum Pemerintahan Daerah. Bandar Lampung: PKKPUU FH Universitas Lampung.

Sarundajang. 2002. Arus Balik Kekuasaan Pusat Ke Daerah. Jakarta: CV Mulia Sari.

Sunarsih, Maria. 2006. Pemerintahan Desa dan Implementasinya. Jakarta: Erlangga.

Sunarno, Siswanto. 2008. Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

Thoha, Miftah. 2008. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta: Kencana.


(5)

Perundang-Undangan

Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi Dan Kabupaten/Kota

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah No. 8 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah No. 12 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Tengah

Peraturan Bupati Lampung Tengah No. 42 Tahun 2011 Tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Inspektorat Kabupaten Lampung Tengah

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa

Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Sumber lain

Tabulasi Data Potensi Penilaian Kampung Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011, Kampung Kalirejo.

Hasil wawancara dengan, yaitu: Pihak Inspektorat Kabupaten Lampung Tengah yang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Pemerintah Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo, Bapak Dendi Indrajaya, S.H., selaku Ketua Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dan Bapak Abdullah Ali, S.Sos. selaku Ketua Subtim 3 pada bagian Inspektur Pembantu Wilayah II (Irban II), Ibu Debby selaku anggota Subtim 3 (tiga) pada bagian Inspektur Pembantu Wilayah II (Irban II).


(6)

Hasil wawancara dengan, yaitu: Pihak Pemerintah Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo, Bapak Muhammad Ghozen selaku Kepala Kampung Kalirejo, Bapak Nanang Kosim, S.Pd., selaku Sekretaris Kampung dan Bapak Joko selaku Staf Administrasi Kampung.


Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURANGNYA PARTISIPASI PEMUDA TERHADAP PEMBANGUNAN NON FISIK DI DESA KALIREJO KECAMATAN KALIREJO LAMPUNG TENGAH TAHUN 2011

0 10 64

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI GENTENG DI KECAMATAN KALIREJO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

6 47 77

PERSEPSI SUAMI TERHADAP ALAT KONTRASEPSI MOP ATAU VASEKTOMI (Studi di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah)

0 26 75

PERAN KEPALA KAMPUNG DALAM PENANGGULANGAN DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP (Studi di Kampung Kalirejo, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2015)

0 22 98

Implementasi Pembelajaran PAI Dalam Pembinaan Akhlak di SMK Bustanul Ulum Kalirejo Kabupaten Lampung Selatan

0 0 5

Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Peserta Didik di Sekolah Dasar Negeri 2 Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah

0 3 186

UPAYA SISTEM KEAMAANAN LINGKUNGAN (SISKAMLING) DALAM PENCEGAHANPENCURIAN SEPEDA MOTOR (Studi di Wilayah Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah)

0 0 15

Judul Skripsi : PENGAWASAN KYAI TERHADAP AKHLAK SANTRI DI PONDOK PESANTREN ALH-IHYA’ KALIREJO LAMPUNG TENGAH

0 0 105

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum SD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah 1. Letak geografis - Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Peserta Didik di Sekolah Dasar Negeri 2 Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah - Ra

0 0 53

TINJAUAN EKONOMI ISLAM TERHADAP PRAKTIK KERJASAMA SEKTOR PERIKANAN AIR TAWAR (Studi di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah) - Raden Intan Repository

0 1 116