Campuran Bahan Organik dan Batuan Fostat Alam sebagai Subsrat bagi

12 sehingga warna, rupa, tekstur, bau, dan kadar airnya tidak lagi seperti aslinya Redaksi AgroMedia, 2007. Ketersediaan bahan baku kotoran sapi segar dari industri penggemukan sapi di Provinsi Lampung mencapai 576.700 ton tahun -1 diantaranya terdapat di PT Santosa Agrindo Santori di Kampung Bumiaji, Kecamatan Anaktuha, Lampung Tengah Lamteng 160 ribu kg hari -1 , dan Sidomulyo Lampung Selatan 75 ton hari -1 . Batuan fosfat sumber bahan baku pupuk P juga tersedia di Provinsi Lampung, misalnya di Kec, Selagai Lingga Lampung Tengah, Kabupaten Tanggamus dan diproduksi di Sinar Harapan 80 PK Tanggamus, PT. Tajung Kemalaraya Tanggamus dan CV. Sinar Bara Manik Tanggamus. Batuan fosfat sebaiknya dapat diaplikasikan langsung ke tanah. Penggunaan batuan fosfat yang diberikan secara langsung sebagai pupuk fosfat merupakan salah satu cara untuk mengatasi mahalnya harga pupuk dan rendahnya efisiensi pemupukan menggunakan pupuk superfosfat Adiningsih dkk, 1998. Namun demikian, sifat batuan fosfat yang sukar terlarut dalam air menyebabkan laju pelarutannya tidak berimbang dengan kebutuhan fosfat tanaman Matunubun dkk, 1988. Kemudahan dekomposer bahan organik berkaitan erat dengan nisbah kadar hara. Secara umum, makin rendah nisbah antara kadar C dan N di dalam bahan organik, akan semakin mudah dan cepat mengalami dekomposer. Oleh karena itu, untuk mempercepat dekomposer bahan organik yang memiliki nisbah C dan N tinggi sering ditambahkan pupuk nitrogen dan kapur untuk memperbaiki perbandingan kedua hara tersebut serta menciptakan kondisi lingkungan yang lebih baik bagi 13 dekomposer. Selain itu, kandungan bahan juga mempengaruhi proses pengomposan. Komarayati dkk, 2002, bahwa penambahan arang pada proses pembuatan arang kompos selain dapat mempercepat proses, juga dapat meningkatkan populasi mikroba antara lain bakteri. Fungsi arang disini adalah sebagai rumah bakteri atau sebagai tempat berkembang biak bakteri, karena arang merupakan sumber karbon C. Dari beberapa penelitian lain diketahui bahwa bakteri menempati jumlah total populasi terbesar. Diduga dalam kegiatan selulotik, bakteri lebih aktif dibandingkan dengan jamur dan actinomycetes Rao, 1994. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan jumlah dan aktivitas metabolisme organisme tanah serta meningkatkan kegiatan jasad mikro dalam membantu proses dekomposisi bahan organik. Aktivitas mikroorganisme potensial dan penambahan hara pada tanah dapat ditingkatkan dengan pemberian bahan organik. Bahan organik mengandung sejumlah enzim dan zat tumbuh yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman dan jasad mikro. Peranan bahan organik dalam tanah dapat meningkatkan aktivitas biota tanah, juga sebagai sumber energi bagi mikroba tanah Shiddieq dan Partoyo, 1999. Hasil penelitian Noor 2008 menunjukkan bahwa pemberian fosfat alam yang dicampurkan dengan pupuk kandang dengan kombinasi faktor perlakuan 7,5 fosfat alam + 92,5 pupuk kandang, dapat meningkatkan P tersedia sebesar 30 dibandingkan dengan kontrol. Jika campuran diinokulasi dengan bakteri pelarut dapat meningkatkan P tersedia sampai 48 dibandingkan dengan kontrol Noor, 2008. Dalam hal ini faktor nisbah campuran bahan organik dan batuan fosfat menentukan besarnya pelepasan N dan sekaligus P Soelaeman, 2008. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2011 di kebun terpadu Unila dan Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, erlenmayer, tabung reaksi, gelas ukur, plastik, gunting, alat tulis, tisu, kapas, alumunium foil, inkubator, autoklaf, kantong plastik, QCC Quebec Colony Counter, lakban, dan alat-alat laboratorium lainnya untuk analisis tanah. Bahan yang digunakan adalah kotoran sapi segar yang berasal dari PT. Juang Jaya Sidomulyo Lampung Selatan, batuan fosfat alam yang berasal dari pertambangan rakyat di Selagai Lingga Lampung Tengah, aquades, alkohol, agar nutrien nutrient agar, NaCl, bahan-bahan yang digunakan untuk media biakan bakteri serta bahan kimia yang digunakan untuk analisis N total Kjeldahl, C-organik Walkley and Black, pH Elektrometrik, P-larut asam sitrat 2 dan P-total HCl 25. 15

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok RAK dengan 4 ulangan, secara keseluruhan penelitian ini terdiri dari 16 satuan percobaan. Adapun perlakuan yang digunakan adalah: K = Campuran 20 batuan fosfat alam dan 80 kotoran sapi segar + Dekomposer Kontrol N = Campuran 20 batuan fosfat alam dan 80 kotoran sapi segar + Dekomposer + Penambat N Azotobacter sp dan Azospirillum sp P = Campuran 20 batuan fosfat alam dan 80 kotoran sapi segar + Dekomposer + Pelarut P Aspergillus niger dan Pseudomonas fluorescens NP = Campuran 20 batuan fosfat alam dan 80 kotoran sapi segar + Dekomposer + Penambat N + Pelarut P Data yang diperoleh dirata-ratakan, kemudian diuji homogenitasnya dengan uji Bartlet dan aditivitasnya dengan uji Tukey. Selanjutnya data dianalisis dengan analisis ragam pada taraf 5 . Untuk mengetahui beda nilai tengah dilakukan Uji Kontras Ortogonal, serta untuk melihat hubungan antara total populasi bakteri dengan pH, C-organik, P-larut, P-total dan N-total dilakukan uji korelasi pada taraf 5. D. Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Bahan yang digunakan adalah kotoran sapi segar yang berasal dari PT. Juang Jaya Sidomulyo Lampung Selatan, batuan fosfat berasal dari pertambangan rakyat di Selagai Lingga Lampung Tengah. Sebelum dilakukan pencampuran

Dokumen yang terkait

Pengaruh pemberian fosfat alam dan bahan organik terhadap sifat kimia tanah,pertumbuhan dan produksi padi(Oryza sativa L.) pada tanah sulfat masam potensial.

1 48 75

Pemberian Beberapa Jenis Rock Phosphate, Mikroorganisme Pelarut Fosfat dan Bahan Organik Terhadap P-Tersedia dan Pertumbuhan Tanaman Kedelai ( Glycine max L. Merr ) Pada Ultisol Gebang

1 26 54

Efisiensi dan Perubahan P Total Pemupukan Batuan Fosfat Alam pada tanah Masam yang Diperlakukan Dengan Kombinasi Asam Humik, Zeolit dan Mikroba Pelarut Fosfat.

0 2 3

PENGARUH ASIDULASI BATUAN FOSFAT DENGAN LIMBAH CAIR INDUSTRI NANAS DAN PELARUT ASAM TERHADAP FOSFAT-LARUT

1 13 2

PENGARUH PEMBERIAN INOKULAN MIKROBA PENAMBAT NITROGEN (N -F IX E R ) DAN PELARUT FOSFAT (P-S OLUB ILIZE R ) PADA CAMPURAN KOTORAN SAPI SEGAR DAN BATUAN 2 FOSFAT ALAM TERHADAP TOTAL POPULASI DAN KEANEKARAGAMAN FUNGI

0 9 38

PENGARUH LAMA PENGOMPOSAN CAMPURAN KOTORAN SAPI SEGAR DAN BATUAN FOSFAT TERHADAP N-ANORGANIK DAN P-LARUT DALAM KOMPOS

3 27 39

Pengaruh Fosfat Alam dan Kombinasi Bakteri Pelarut Fosfat dengan Pupuk Kandang terhadap P Tersedia dan Pertumbuhan Kedelai pada Ultisol

0 20 8

Tanggap morfofisiologi bibit kakao yang diberi fosfat alam Ayamaru Papua, asam humat, inokulasi FMA, bakteri pelarut fosfat

1 20 208

EFEKTIVITAS KULTUR CAMPURAN BAKTERI PENAMBAT N- BEBAS DAN PELARUT FOSFAT PADA TOMAT

0 0 8

Uji Multilokasi Pengaruh Bakteri Penambat Nitrogen, Bakteri Pelarut Fosfat, dan Mikoriza Asal Desa Condro, Kecamatan Pasirian, Lumajang terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau

0 0 44