3. Kekuatan dan Kelemahan Street Level Bureaucracy
Para birokrat yang berhubungan langsung dengan masyarakat ini tentunya
mempunyai kekuatan dan kelemahan sebagai pemberi pelayanan. Michael Lipsky 1980 mendeskripsikan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh street level
bureaucracy. Kekuatan street level bureaucracy :
Street level bureaucracy sebagai pemberi pelayanan secara langsung artinya bahwa para birokrat ini yang memberikan pelayanan langsung kepada para
customernya publik. Contohnya adalah perawat, dokter-dokter praktek, polisi lalulintas, atau aparat birokrasi lainnya yang terjun langsung kepada
publik dan memberikan pelayanan sesuai dengan permintaan publik dalam batasan aturan lembaga mereka masing-masing.
Sebagai birokrat yang memberikan sanksi dan membatasi kehidupan masyarakat sesuai dengan kebijakan atau prosedur-prosedur yang telah
ditetapkan. Para birokrat ini mengarahkan orang bertindak dalam konteks kehidupan sosial.
Mereka menentukan kelayakan warga negara untuk tunjangan pemerintah dan sanksi. Mereka mengawasi pelayanan servis warga dalam menerima
program tersebut. Jadi, secara tersirat street level bureaucracy memediasi aspek hubungan konstitusional warga negara. Singkatnya, mereka
memegang kunci ke dimensi kewarganegaraan.
Kelemahan street level bureaucracy : Perekrutan pegawai dikalangan street level bureaucracy yang
mengedepankan perwakilan komposisi sosial masyarakat disekitar birokrasi,
membuat birokrasi mengabaikan merit sistem dan objektifitas berdasarkan kualifikasi standar yang telah ditetapkan dalam perekrutan
pegawai. Oleh sebab itu dalam perekrutan anggota birokrasi sering muncul istilah putra daerah. Putra daerah yang mewakili belum tentu memiliki
kapasitas yang memadai untuk menduduki suatu jabatan dalam pelayanan publik. Hal tersebut dapat membuat kinerja birokrasi kurang maksimal
atau bisa dikatakan tidak profesional. Orientasi street level bureaucracy terhadap peraturan dan prosedur amat
tinggi dan
menjadikannya sebagai
barometer pelayanan
yang mengakibatkan rendahnya kemampuan street level bureaucracy dalam
merespon perubahan, tidak adanya inisiatif dan pengembangan kreatifitas dalam mengendalikan perubahan sehingga rutinitas dianggap sesuatu yang
wajar dan benar. Kinerja street level bureaucracy menjadi instrumen penguasa. Sistem
kekuasaan yang cenderung sentralistik dan paternalistik mengakibatkan kinerja street level bureaucracy terkonsentrasi pada pejabat atasan.
Kepentingan penguasa yang cenderung sentral dan menggusur kepentingan publik mengakibatkan krisis kepercayaan terhadap birokrasi
publik.