Penatalaksanaan Pasien Dengan Permasalahan Gag Reflex Pada Pengambilan Foto Rontgen Intra Oral
PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN
PERMASALAHAN GAG REFLEX PADA
PENGAMBILAN FOTO RONTGEN INTRA ORAL
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi
Oleh :
SYARIFAH MUTHIA ULFA NIM: 040600111
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
(2)
Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Radiologi dental Tahun 2010
Syarifah Muthia Ulfa
Penatalaksanaan pasien dengan permasalahan gag reflex pada pengambilan foto rontgen intra oral
vii + 27 halaman
Untuk mencapai tingkat keberhasilan yang optimal pada pengambilan foto rontgen intra oral, tidak sedikit terdapat faktor yang menjadi penghambat. Salah satu faktor penghambat tersebut adalah pasien dengan reaksi hipersensitif gag
reflex.
Gag reflex merupakan suatu reflek yang memancing seseorang untuk
muntah atau batuk akibat masuknya suatu benda asing ke dalam rongga mulutnya. Dari semua permasalahan yang mungkin terjadi di bagian intra oral radiografi,
gag reflex merupakan salah satu masalah terbanyak. Gag reflex dapat terjadi
sebelum atau bersamaan dengan waktu diletakkannya paket film ke dalam rongga mulut pasien.
Seiring dengan kemajuan ilmu di bidang kedokteran gigi, beberapa ilmuwan telah melakukan penelitian terhadap cara-cara mengatasi gag reflex ini. Dengan begitu, operator radiologi dental dapat melaksanakan prosedur pengambilan foto rontgen intra oral pada pasien dengan permasalahan gag reflex dengan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi, dan pasien juga dapat menjalani
(3)
perawatan dengan baik serta dokter gigi pun dapat memberikan perawatan secara optimal.
Berbagai cara yang dapat digunakan untuk mencegah gag reflex ini meliputi penanganan terhadap etiologi gag reflex yakni penanganan terhadap faktor psikogenik (berhubungan dengan psikis) dan penanganan terhadap faktor taktil (rangsangan gerakan).
Dalam skripsi ini Penulis menguraikan beberapa cara yang dapat dilakukan oleh operator radiologi dental maupun dokter gigi untuk menangani maupun mencegah terjadinya gag refleks pada pasien dalam pengambilan foto rontgen intra oral.
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis hanturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ayahanda Drs. Sayid Saifullah dan ibunda Dra. Yusmidar yang terus menerus memberikan dukungan dan doa yang kepada penulis hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Prof. H. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D, Sp.Pros (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Abdullah, drg. selaku dosen pembimbing akademik penulis.
3. Trelia Boel, drg., M kes., SpRKG selaku Ketua Departemen Radiologi Dental
4. Amrin Thahir, drg., selaku dosen pembimbing dan koordinator skripsi yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis sehingga skripsi dapat terselesaikan.
5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik, membimbing, dan membantu penulis selama menuntut ilmu selama masa pendidikan.
(5)
6. Kakanda Syarifah Fitria Ulfa Amd. dan adinda Sayid Ali Mursyid atas motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama menyusun skripsi ini. 7. Teman-teman yang selalu memberikan bantuan dan semangat penulis
selama ini terutama Tia, Liza, Putri, Piqi, Icut, Riza, Onna, Unna, Teuku Rengga Felamona, Novrizal Nasution, Azwar Arif, Azmar Ahmadie Harahap, teman-teman yang juga menyelesaikan skripsi di Departemen Radiologi Dental, serta semua teman-teman stambuk 2004 yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas kebersamaan yang telah kita lewati. Penulis menyadari kelemahan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki menjadikan skripsi ini kurang sempurna, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi khususnya bidang Radiologi Dental.
Medan, 01 Januari 2010
Penulis,
(SYARIFAH MUTHIA ULFA )
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGESAHAN JUDUL... ii
HALAMAN PERSETUJUAN... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR GAMBAR... vii
BAB 1 : PENDAHULUAN ... 1
BAB 2 : DEFINISI GAG REFLEX 2.1 Definisi ... 3
2.2 Reseptor-reseptor Gag Reflex ... 4
2.3 Nervus yang Berperan dalam Mengontrol Terjadinya Gag Reflex ... 7
2.4 Mekanisme Terjadinya Gag reflex ... 8
2.5 Reaksi-reaksi Tubuh yang Timbul Akibat Gag Reflex ... 9
BAB 3 : ETIOLOGI GAG REFLEX 3.1 Faktor Psikogenik ... 11
3.2 Faktor Taktil ... 12
3.3 Faktor Pemicu Lain ... 12
BAB 4 : PENATALAKSANAAN PASIEN GAG REFLEX 4.1 Penanganan Terhadap Faktor psikogenik... 14
4.2 Penanganan Terhadap Faktor taktil... 15
BAB 5 : KESIMPULAN ... 21
DAFTAR RUJUKAN... 22
(7)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Bagian-bagian lidah ………..………. 4 2 Bagian-bagian Pemicu Muntah di dalam Rongga Mulut…………. 5 3 Lokasi dari Nervus Glosofaringeal (IX) dan Nervus Vagus (X)… 7 4 Mekanisme terjadinya gag reflex ………... 8
5 Beberapa contoh obat semprot untuk mencegah Gag Reflex ……. 16 6 Lokalisasi titik akupuntur Ren-24 ………... 18 7 Titik akupuntur anti-gagging di telinga……….. 19 8 Lokasi titik akupuntur P6 Neukuan………... 20
(8)
Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Radiologi dental Tahun 2010
Syarifah Muthia Ulfa
Penatalaksanaan pasien dengan permasalahan gag reflex pada pengambilan foto rontgen intra oral
vii + 27 halaman
Untuk mencapai tingkat keberhasilan yang optimal pada pengambilan foto rontgen intra oral, tidak sedikit terdapat faktor yang menjadi penghambat. Salah satu faktor penghambat tersebut adalah pasien dengan reaksi hipersensitif gag
reflex.
Gag reflex merupakan suatu reflek yang memancing seseorang untuk
muntah atau batuk akibat masuknya suatu benda asing ke dalam rongga mulutnya. Dari semua permasalahan yang mungkin terjadi di bagian intra oral radiografi,
gag reflex merupakan salah satu masalah terbanyak. Gag reflex dapat terjadi
sebelum atau bersamaan dengan waktu diletakkannya paket film ke dalam rongga mulut pasien.
Seiring dengan kemajuan ilmu di bidang kedokteran gigi, beberapa ilmuwan telah melakukan penelitian terhadap cara-cara mengatasi gag reflex ini. Dengan begitu, operator radiologi dental dapat melaksanakan prosedur pengambilan foto rontgen intra oral pada pasien dengan permasalahan gag reflex dengan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi, dan pasien juga dapat menjalani
(9)
perawatan dengan baik serta dokter gigi pun dapat memberikan perawatan secara optimal.
Berbagai cara yang dapat digunakan untuk mencegah gag reflex ini meliputi penanganan terhadap etiologi gag reflex yakni penanganan terhadap faktor psikogenik (berhubungan dengan psikis) dan penanganan terhadap faktor taktil (rangsangan gerakan).
Dalam skripsi ini Penulis menguraikan beberapa cara yang dapat dilakukan oleh operator radiologi dental maupun dokter gigi untuk menangani maupun mencegah terjadinya gag refleks pada pasien dalam pengambilan foto rontgen intra oral.
(10)
BAB 1 PENDAHULUAN
Penggunaan sinar rontgen telah lama di kenal sebagai suatu alat dalam bidang kedokteran gigi yang sangat membantu dalam menegakkan diagnosa dan untuk menentukan rencana perawatan. Gambaran yang dihasilkan foto rontgen bagi seorang dokter gigi sangat penting terutama untuk melihat adanya kelainan – kelainan yang tidak tampak dapat diketahui secara jelas, sehingga akan sangat membantu seorang dokter gigi dalam hal menentukan diagnosa serta rencana perawatan.1
Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada 2, yaitu teknik intraoral dan ekstraoral. Pada teknik intraoral , film rontgen diletakkan didalam mulut pasien, salah satunya adalah foto periapikal dan bite wing serta oklusal, sedangkan pada teknik rontgen foto ekstra oral, film rontgen diletakkan diluar mulut pasien , salah satunya adalah foto panoramik, macam lainnya adalah lateral foto, cephalometri dan lain-lain. Teknik intra oral merupakan yang paling sering dipakai oleh dokter gigi.1
Dari semua permasalahan yang mungkin terjadi di bagian intra oral radiografi, gagging merupakan salah satu masalah terbanyak. Gagging yang juga sering disebut gag reflex adalah suatu mekanisme pertahanan diri. Gagging merupakan suatu kontraksi dari otot konstriktor di faring karena adanya stimulasi dari reseptor sensori di soft palate oleh rangsangan fisik atau obat sistemik. Gag reflex atau sering juga disebut pharyngeal reflex merupakan suatu peristiwa kontak antara benda asing dengan membrane mukus fauces yang menyebabkan
(11)
terjadinya gagging. Gag reflex mencegah benda asing melintasi tenggorokan diluar cara menelan normal dan membantu mencegah tersangkutnya benda asing tersebut di tenggorokan.2,3
Banyak praktisi di bidang kedokteran gigi berhadapan dengan pasien yang memperlihatkan respon gag refleks. Maka dari itu, prosedur terapeutik menjadi sangat mengganggu, mulai dari prosedur diagnostik sampai kepada perawatan, baik bagi dokter gigi yang tidak dapat mengerjakan pekerjaannya maupun bagi pasien yang tidak dapat mengatasi situasi sehingga mengakibatkan kesulitan penanganan medis, bahkan tidak mungkin dilakukan.4,5
Berbagai teknik telah ditemukan untuk mengatasi masalah ini. Dokter gigi akan tidak ragu-ragu lagi untuk merawat pasien dengan masalah gagging dan memiliki pengetahuan mengenai berbagai strategi penatalaksanaan gag refleks yang diperlukan untuk membantu terlaksananya pelayanan gigi.5
Di dalam tulisan ini, penulis mencoba membahas mengenai penatalaksanaan pasien dengan permasalahan gag reflex pada pengambilan rontgen fotointra oral, termasuk di dalamnya membahas tentang latar belakang terjadinya gag refleks dan etiologi gag refleks.
(12)
BAB 2
DEFINISI GAG REFLEX
2.1 Definisi
Dari semua permasalahan yang mungkin terjadi di bagian intraoral
radiography, gagging merupakan salah satu masalah terbanyak. Gagging yang
juga sering disebut gag reflex adalah suatu mekanisme pertahanan diri.2
Gagging merupakan suatu kontraksi dari otot konstriktor di faring karena
adanya stimulasi dari reseptor sensori di soft palate oleh rasangan fisik atau obat sistemik. Gag Reflex atau sering juga disebut pharyngeal reflex merupakan suatu peristiwa kontak antara benda asing dengan membrane mukus fauces yang menyebabkan terjadinya gagging. Gag Reflex mencegah benda asing melintasi tenggorokan diluar cara menelan normal dan membantu mencegah tersangkutnya benda asing tersebut di tenggorokan.3
Gag Reflex merupakan sensasi subjektif yang berawal dari tingkat cortical.
Lebih tepatnya, gag reflex merupakan suatu reflex bawaan yang bertujuan untuk melindungi sistem pernafasan dan sistem pencernaan dari benda asing yang dapat merusaknya. Walaupun bisa juga reflex yang didapat yang dikondisikan oleh berbagai rangsangan seperti : visual, olfaktori, akustik, fisik, kimia atau racun yang disebarkan lewat aliran darah atau cairan serebrospinal.4
Menurut Bradley (1981) Gagging adalah suatu refleks yang diawali oleh rangsangan mekanis dari facial pillars, dasar lidah, palatum dan dinding faring bagian posterior. Refleks yang terjadi merupakan mekanisme pertahanan alami dan dapat terjadi melalui beberapa jalur aferen.3 6,7 Gag reflex normal dapat
(13)
berubah menurut keadaan, mekanisme vital bagi pertahanan kontrol primer oleh persarafan parasimpatetik dari sistem saraf otonom.8
2.2 Reseptor-reseptor Gag Reflex
Film intra oral yang diletakkan di dalam mulut berhubungan erat dengan awal terjadinya refleks ini.9 Bagian posterior merupakan daerah tersulit bagi pasien dengan gagging untuk menolerir di foto rontgen intra oral.10,11
Gambar 1. Bagian-bagian lidah
Reseptor yang berperan pada gag reflex yang terjadi pada foto rontgen intra oral adalah orofacial receptor. Di dalam mulut, area penutup palatine dari faring posterior dan batang tonsil kaya dengan reseptor nosiseptif. Reseptor ini, ditemukan di papila lidah yang membawa taste buds (gambar 1), dapat memicu terjadinya gag reflex. Mereka menciptakan suatu bidang refleks yang dapat
(14)
dengan reseptor labirin yang memicu gagging tergantung pada pergantian posisi. Pada saat yang bersamaa, gag reflex juga dapat dipicu oleh rangsangan visual, olfaktori atau reseptor sensori suara.4
Muntah biasanya terjadi pada proyeksi molar maksila maupun mandibula. Reseptor-reseptor gag reflek berada pada palatum lunak, bagian 1/3 lateral posterior lidah dan pada bagian retromolar mylohyoid.13
Gambar 2. Bagian-bagian pemicu muntah di dalam rongga mulut
Area yang sangat sensitif untuk merasakan stimulus yang menghasilkan refleks muntah adalah palatum, dasar lidah,uvula, palatum lunak, palatum keras, dinding belakang dari faring, dan daerah palatofaringeal mulut seperti yang terlihat pada gambar 2.12 Sensor rangsang yang mampu memulai gag reflex, ditemukan pada tiga tipe reseptor yang terletak di orofacial, pencernaan dan aliran darah.4
2.2.1Reseptor orofacial
Somesthetic affrence yang berasal dari labirin (cabang cohlear dari
(15)
nerve- X), rongga mulut (cabang trigeminal V2, V3. Wrisberg.s VII bis intermediate nerve), lidah (glossopharyngeal nerve- IX), sistem pencernaan (vagus nerve-X), sistem okular (optic nerve II), semua bertemu, baik secara langsung atau tidak langsung, melalui pusat tinggi bertanggung jawab terhadap terjadinya gag reflex. 4
2.3.1 Reseptor Pencernaan
Reseptor-reseptor ini, bersama dengan reseptor olfaktori termasuk dalam kelompok kemoreseptor. Afferen berasal dari saluran pencernaan, melalui nervus vagus, mencapai solitary nucleus, menuju ke afferen dari nervus Wrisberg.s intermediate (VII bis) dan juga bertemu dari nervus glosofaringea. 4
2.3.2 Reseptor Aliran Darah
Dalam memicu gag reflex, aliran darah dan limfa membawa mediator kimia yang bertanggung jawab terhadap perubahan humoral di area kemoreseptor dalam area postrema, dinding ventrikel keempat, kaya dengan reseptor dopaminergik. Perubahan cairan patologis, seperti uremia atau keracunan obat dapat bereaksi terhadap pusat muntah. 4
2.3 Nervus yang Berperan dalam Mengontrol Terjadinya Gag Reflex Nervus Kranial yang terlibat dalam refleks ini adalah Nervus IX dan Nervus X. Nervus Glosofaringeal dan Nervus Vagus secara berturut-turut. Serabut saraf muncul dari medulla dan meninggalkan tengkorak melalui foramen jugular ke tenggorokan. Nervus IX atau nervus glosofaringeal bertugas
(16)
menentukan tingkat sensitifitas dari reseptor-reseptor gag refleks diatas dan juga mengontrol pergerakan reflek pada saat mengunyah, batuk dan muntah.3
Lokasi nervus tersebut dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Lokasi dari Nervus Glosofaringeal (IX) dan Nervus Vagus (X) 2.4Mekanisme Terjadinya Gag Reflex
Menurut Langland, Langlais R.P & Preece, Gag reflex dikontrol secara menyeluruh dari batang otak. Mekanisme terjadinya gag reflek dimulai pada saat timbulnya iritasi atau sentuhan pada palatum lunak atau bagain 1/3 posterior belakang lidah dan kemudian diteruskan oleh serabut-serabut saraf afferent ke pusat pengaturan muntah di medulla oblongata (porsi bagian bawah otak). Dari
(17)
medula oblongata, stimulus dilanjutkan keluar oleh serabut saraf efferent keluar dari serabut-serabut saraf otak ke otot-otot yang berperan dalam terjadinya muntah.13
Gambar 4. Mekanisme terjadinya gag reflex
Dari mekanisme gag refleks pada gambar 4, Gag refleks normal adalah kontraksi antara kedua sisi belakang mulut dan otot-otot faringeal dan ditandai pada pasien dengan adanya pengalaman tidak menyenangkan. Informasi rangsang (sakit) datang dari batang otak melalui SSP IX dan X (tubuh sel di ganglia superior), memasuki jalur spinal AV dan berakhir di caudal spinal nucleus V. Sel
(18)
ambigus. Kontraksi otot faringeal ipsilateral terhadap rangsang diseput Respon Langsung (Direct Response), sedangkan kontraksi otot-otot kontralateral terhadap rangsang disebut Respon Konsensual (Consensual Respons). Stimulasi sensori dari palatum lunak dan faring dapat mencapai nukleus spinal V (melalui SSP IX dan X; ganglia superior) dan TTT (Trigeminothalamic Tract), keduanya nukleus ambigus.14
Sentuhan pada bagian dinding faringeal bagian posteriol, daerah tonsil atau dasar lidah dapat menyebabkan respon palatal (palatal reflex), terdiri dari pergerakan keatas palatum lunak dengan penyimpangan ipsilateral dari uvula, dan
gag reflex yang terdiri dari kontraksi visibel dari dinding faringeal. Respon yang
terjadi termasuk perpindahan medial, peregangan, gerakan dinding faringeal, mata berair, batuk dan muntah. Terdapat variabilitas respon refleks pada setiap individu.3,10,11
2.5 Reaksi-reaksi Tubuh yang Timbul Akibat Gag Reflex
Peristiwa gag reflek berlangsung dalam suatu rangkaain reaksi. Reaksi pertama kali adalah terhalangnya repirasi (jalan nafas) yang lalu diikuti oleh kontraksi otot-otot orofaringeal dan thoracicoabdominal. Terkadang peristiwa tersebut dapat menyebabkan keluarnya makanan menuju laring, orofaring dan mulut.13 Batuk dan muntah yang dihasilkan gag reflex bertujuan untuk mengeluarkan semua benda asing dari tenggorokan dan menghindari obstruksi saluran nafas. 2
Pada sebagian orang, terjadi peningkatan produksi keringat dan saliva serta sekresi air mata ketika gag refleks terjadi. Sebagai tambahan gejala ini,
(19)
sebagian orang dalam persentase kecil juga mengalami nausea, muntah, pingsan dan serangan panik setelah terjadi rangsangan gag refleks.13
(20)
BAB 3
ETIOLOGI GAG REFLEX
Gag reflex disebabkan oleh adanya faktor psikogenik dan taktil. Sebagian
pasien akan mulai merasakan reflex tersebut hanya dengan memikirkannya atau mengantisipasi penempatan film. Tingkat eksitasi dari refleks ini bervariasi pada setiap orang. Pasien dengan ambang rangsang yang rendang cenderung mengalami masalah dengan radiografi intra oral.2,13
3.1 Faktor Psikogenik
Gag reflex dapat terjadi akibat faktor psikogenik yang dialami oleh pasien. Faktor-faktor psikogenik ini diinduksi antara lain oleh rasa takut, anxietas, antisipasi, rangsangan visual, bau atau imajinasi.12
Pengaruh faktor psikogenik tersebut dapat ditandai dengan terlihatnya reaksi pasien yang langsung merasa ingin muntah ketika operator mendekat dengan membawa film intraoral, padahal operator tersebut belum memulai untuk memasukkan film ke dalam mulut pasien. Reaksi tersebut akan bertambah parah ketika film mulai dimasukkan kedalam rongga mulut pasien. Dan ketika film sudah ditempatkan ke dalam mulut pasien, pasien akan langsung mengalami muntah.13
Hal tersebut diakibatkan oleh karena pasien menciptakan sugesti tentang rasa muntah yang akan terjadi apabila film dimasukkan kedalam mulutnya. Dan rasa sugesti tersebut akan semakin bertambah apabila pasien tidak berusaha untuk menghilangkannya. Selain itu, faktor psikogenik tersebut juga dapat diakibatkan karena pasien telah mendengar dari orang lain yang menceritakan pengalaman 11
(21)
buruknya pada saat akan difoto rontgen intra oral yang menyebabkan rasa muntah. Faktor psikogenik juga dapat muncul akibat pengalaman langsung pasien melihat pasien lainnya ketika akan difoto rontgen intra oral yang juga mengalami gag reflex ataupun muntah dan dari menonton tayangan di televisi, mendengar diskusi di radio, atau membaca artikel tentang efek muntah yang dapat ditimbulkan oleh karena pengambilan foto rontgen intra otal.13,13
3.2 Faktor Taktil
Secara umum, faktor taktil yang dapat menyebabkan terjadinya gag reflex yakni setiap aktifitas yang memberikan stimulus pada otot-otot-otot orofaringeal dan thoracoabdominal. Selain itu, cairan mukus yang berlebihan yang disebabkan oleh infeksi sinusitis yang diderita oleh pasien juga dapat memicu terjadinya gag réflex. Penyebab lain yang dapat mencetus terjadinya gag réflex ini adalah iritasi pada tenggorokan maupun alergi. Gag réflex juga dapat disebabkan oleh karena nausea dan anxietas.13
3.3 Faktor Pemicu Lain
Selain faktor psikogenik dan faktor taktil, terdapat juga faktor pemicu lain yang dapat menyebabkan terjadinya gag reflex. Faktor tersebut antara lain seperti terdapatnya lapisan plak yang tebal pada lidah, penyakit-penyakit mulut yang mengenai lidah dan palatum seperti mukositis, serta tebalnya tulang maksila terutama palatum sehingga ruangan pada rongga mulut menjadi sempit untuk ditempatkan film dan dapat memicu terjadinya peristiwa gag reflex.13
(22)
BAB 4
PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN PERMASALAHAN GAG REFLEX
Gag reflex merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam proses pengambilan foto rontgen intra oral. Gag reflex juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pasien menolak untuk melakukan foto rontgen intra oral dimana proses tersebut merupakan faktor penting dalam menentukan rencana perawatan bagi pasien. Sehingga, apabila pasien menolak untuk dilakukannya foto rontgen intra oral terhadap rongga mulutnya, maka proses perawatan akan terganggu.2
Sangat sedikit pasien, mungkin kurang dari 0,1%, yang memiliki gag
reflex sangat aktif yang menyebabkan foto rontgen intra oral menjadi tidak
mungkin dilaksanakan. Tidak semua teknik dapat diterapkan berhasil pada tiap pasien. Namun salah satunya dapat ditetapkan yang paling sesuai dengan pribadi pasien. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa teknik, otoritas dan kepercayaan diri dari operator merupakan faktor utama dalam mencegah dan menekan gag reflex pada dental radiography.2
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Anas A Mohammad, University of Mosul, diperoleh hasil bahwa wanita lebih mudah terkena gag reflex daripada pria. Bagian kanan memiliki prevalensi daripada bagian kiri dan daerah maxilari lebih daripada mandibular.16
Oleh karena itu, sangat diperlukannya penatalaksanaan pasien dengan permasalahan Gag reflex meliputi beberapa langkah, antara lain :
(23)
Pasien dengan gag refleks yang tinggi biasanya ditandai dengan sikap gugup dan mereka memiliki kepekaan yang tinggi pada jaringan oralnya. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat membantu mengurangi rangsangan yang dapat memicu gag refleks.13
1. Seorang ahli radiologi dapat menggambarkaan dan menjelaskan prosedur radiografi. Keadaan muntah yang sering dapat dikontrol jika operator mampu membangkitkan rasa percaya diri pasien dengan mendemonstrasikan teknik yang kompeten dan menunjukkan contoh, bisa juga dilakukan dengan menggunakan model sebelum di aplikasikan padda pasien itu sendiri.2 Dari hasil studi Anas A.Muhammad (2003), kebanyakan peristiwa gagging dapat di kontrol dengan menciptakan kepercayaan pasien dengan kemampuan demonstrasi yang tinggi oleh operator.16
2. Seorang ahli radiologis berusaha untuk membuat pasien santai dan mampu meyakinkan pasien dan jangan pernah menyebutkan kemungkinan akan terjadinya gagging karena pasien tidak akan memikirkan gagging jika tidak diingatkan.2
3. Pendekatan yang pertama dan yang paling baik untuk mencegah gag
reflex adalah sikap tenang, dengan suara yang menenangkan. Melalui tipe
komunikasi ini, pasien akan bertambah kepercayaannya sehingga dapat menekan rasa takutnya.16 Seorang ahli radiologis berusaha untuk memperlihatkan kemampuannya dalam mengontrol situasi. Pasien ingin percaya bahwa operator sangat kompeten sehingga film tidak mungkin akan tergelincir dan tersangkut di tenggorokan. Bahasa tubuh sangat diperlukan untuk mewujudkan kepercayaan
(24)
4. Pastikan pasien telah beristirahat dengan cukup. Usahakan mengatur pertemuan pada pagi hari untuk mencegah fatigue yang dapat menyebabkan gag
reflex menjadi lebih sensitif, khususnya pada anak-anak.18 4.2. Penanganan Faktor taktil
Beberapa orang memiliki gag refleks karena area faringeal yang sensitif. Pasien dengan penyakit sinis kronik (dikenal juga dengan postnasal drip) adalah pasien terparah. Akumulasi saliva dan mukus di dalam nasofaring atau orofaring dapat mengawali terjadinya gag refleks pada pasien ini.13
1. Jika akan mengambil radiografi seluruh mulut harus dilakukan dari maksila, yang dimulai dengan mengambil film dari anterior kemudian ke posterior. Awali dengan film periapikal anterior, film ditempatkan dengan akurat dan cepat. Ketika menempatkan film didalam mulut pasien pada molar dan premolar maksilla sebaiknya film tidak ditempatkan sepanjang palatum. Usahakan untuk meminimalisir upaya penyeimbangan film, pastikan film terletak tepat di dalam mulut.19
2. Menginstruksikan kepada pasien untuk mengambil nafas yang dalam melalui hidung ketika paket film ditempatkan pada daerah yang memungkinkan muntah. Hal ini mungkin disebabkan karena bernafas melalui hidung dapat mencegah dorongan udara melewai jaringan sensitif di palatum. Juga disarankan untuk meminta pasien tetap membuka matanya selama prosedur berlangsung. Kedua hal ini mungkin untuk memberikan kesibukan kepada pasien sehingga pikirannya dapat teralihkan dari pemikiran tentang gagging.2,19
(25)
3. Untuk dapat mempertahankan pasien tetap bernafas melalui hidungnya, dapat digunakan ”nasal decongestant” yang berfungsi untuk mempertahankan jalan nafas dan otot-otot hidung (konka nasalis) tetap berkontraksi.13
4. Pasien juga dapat di instruksikan dengan mengangkat kedua kakinya ketika ia merasa ingin muntah.13
5. Beberapa alat pemegang film yang memandu pasien untuk menggigit dan mempertahankan tekanan juga membantu mencegah muntah. Gunakan Dentsply/Rinn Snap-A-Ray (pemegang film untuk bagian posterior dan anterior mulut) telah terbukti efektif bagi pasien dengan gag reflex yang hipersensitif.13
6. Gunakan waktu seefisien mungkin. Semakin lama film berada di dalam rongga mulut, semakin besar kemungkinan terjadinya gag reflex.18
7. Tablet hisap atau cairan dan semprot dengan anastesi lokal sebelum menempatkan film. Tindakan alternatif lain adalah dengan menggunakan analgetik nitrogen oksida yang memiliki efek mengurangi rasa ingin muntah, tidak seperti efek anastesi umum, obat ini tidak mempengaruhi refleks batuk.2,19
(26)
8. Salah satu teknik yang menyenangkan untuk menghentikan muntah adalah dengan menempatkan sedikit garam dapur pada ujung lidah pasien yang muntah. Garam diletakkan pada telapak tangan pasien dan ia diminta untuk menyentuhkan ujung lidah pada garam dan mengangkatt lidah menyentuh palatum.2
9. Untuk pasien muntah yang sulit ditangani dapat dilakukan dengan proyeksi ekstra oral dan film panoramik, karrena proyeksi intra oral tidak dapat dilakukan lagi. Dengan meletaakkan film ekstraa oral ukuran # No.4 atau meletakkan film pada permukaan bukal di antara gigi, pipi dan sisi film yang disinari. Tube diletakkan pada posisi berlawanan dengan cara memposisikan cone dari bawah suddut mandibula. Radiasi diarahkan langsung melalui lidah dan struktur gigi, kemudian film ditempatkan. Karena jarak X-ray lebih jauh ke film daripada posisi yang biasa (normal), maka dibutuhkan waktu penyinaran.13
10. Penanganan dengan metode hipnosis
Hipnosis dapat digunakan untuk mengendurkan dan menekan gag reflex. Seorang hipnoterapi yang terlatih akan bekerja dengan individu untuk mendapatkan strategi dalam mengeliminasi gag reflex.12
11. Penanganan dengan metode akupuntur
Akupuntur merupakan salah satu metode pengontrolan reaksi gagging yang aman, murah, cepat dan teknik yang relatif tidak invasif. Akupuntur merupakan suatu teknik penatalaksanaan medis yang pertama kali ditemukan pada tahun 2.500 SM oleh Kaisar Hung Ti. Berbagai teknik akupuntur yang berbeda telah dikembangkan, dengan melibatkan keseluruhan badan, sebagian melibatkan daerah spesifik, seperti telinga atau tangan.20
(27)
Terdapat beragam metode akupuntur yang berbeda untuk mengurangi gag
reflex. Salah satu teknik sederhana yang dapat mengurangi gag reflex adalah
dengan merangsang titik akupuntur - Conception Vessel 24 (Ren - 24).12
Gambar 6. Lokalisasi titik akupuntur Ren-24
Ren-24 terletah di pusat atanra bagian bawah bibir dan dagu. Dengan
tekanan yang dapat ditahan, titik ini ditekan dengan jari teluncuk. Tekanan ditahan selama 5 menit dan selama penginduksian gagging. Rangsangan ini akan menahan respon gag reflex untuk sementara sehingga prosedur perawatan gigi dapat dilaksanakan.12
Sebuah penelitian oleh Fiske J, Dickinson (2001) terhadap sepuluh sukarelawan yang mencoba akupuntur telinga untuk mengontrol gagging selama
(28)
setiap telinga, digerakkan cepat dan ditinggalkan in situ. Kemudian dilakukan perawatan gigi dan dilihat keefektivan akupuntur dalam mencegah gagging. Setelah perawatan, jarum dilepaskan dan pasien dilepaskan. Dari penelitian tersebut di peroleh hasil bahwa akupuntur telinga berhasil mengontrol gag reflex. Metode ini merupakan teknik yang murah, cepat, aman dan relatif non-invasif.20
Titik akupuntur lainnya yang telah diteliti oleh Lu DP, Lu GP, Reed JF 3rd adalah di P-6 Neukuan yang terletak di pinggung. Telah dilakukan rubuan tahun yang lalu sebagai anti-nausea dan anti-anxietas. Titik P-6 telah memberikan efek anti-gagging yang luar biasa jika stimulasi dilakukan dengan bear. Sebagian dokter di klinik juga memberikan tekanan dengan jempol pada titik P-6 untuk mencapai beberapa efek, walaupun ini tidak seefektif akupuntur. Namun, persentase substansial dari pasien dengan gagging mampu melalui prosedur perawatan gigi ketika titik P-6 diberikan stimulus.21
Berdasarkan hasil riset dari Thayer,T (2006), terhadap 64 kasus gag refleks, dapat disimpulkan bahwa titik akupuntur lainnya, yaitu CV-24 merupakan salah satu metode efektif dalam mengontrol gag refleks parah selama perawatan gigi berlangsung.22
(29)
BAB 5 KESIMPULAN
1. Dari semua permasalahan yang timbul, pasien dengan permasalahan gag reflex merupakan salah satu permasalahan paling umum yang mungkin terjadi pada bagian foto rontgen intra oral.
2. Gag Reflex atau sering juga disebut pharyngeal reflex merupakan suatu peristiwa kontak antara benda asing dengan membrane mukus fauces yang menyebabkan terjadinya gagging. gag reflex merupakan suatu reflex bawaan yang bertujuan untuk melindungi sistem pernafasan dan sistem pencernaan dari benda asing yang dapat merusaknya
3. Area yang sangat sensitif untuk merasakan stimulus yang menghasilkan refleks muntah adalah palatum, dasar lidah dan dinding belakang dari faring. Reseptor-reseptor gag reflek berada pada palatum lunak, bagian 1/3 lateral posterior lidah dan pada bagian retromolar mylohyoid. Nervus Kranial yang terlibat dalam refleks ini adalah Nervus IX dan Nervus X. Nervus Glosofaringeal dan Nervus Vagus secara berturut-turut.
4. Gag reflex dikontrol secara menyeluruh dari batang otak. Mekanisme terjadinya gag reflek dimulai pada saat timbulnya iritasi atau sentuhan pada palatum lunak atau bagain 1/3 posterior belakang lidah dan kemudian diteruskan oleh serabut-serabut saraf afferent ke pusat pengaturan muntah di medulla oblongata (porsi bagian bawah otak). Dari medula oblongata, stimulus dilanjutkan keluar oleh serabut saraf efferent keluar dari serabut-serabut saraf otak ke
(30)
otot-5. Peristiwa gag reflek berlangsung dalam suatu rangkaain reaksi. Reaksi pertama kali adalah terhalangnya repirasi (jalan nafas) yang lalu diikuti oleh kontraksi otot-otot orofaringeal dan thoracicoabdominal. Terkadang peristiwa tersebut dapat menyebabkan keluarnya makanan menuju laring, orofaring dan mulut.
6. Dua tipe rangsangan untuk terjadinya gag reflex adalah psikogenik dan taktil. Bukti dari aspek psikologi terlihat ketika pasien mulai muntah saat operator mendekati pasien dengan memegang film sebelum film tersebut mulai menyentuh pasien. Komponen fisik sangat terlihat ketika pasien muntah hanya pada saat film menyentuh palatum.
7. penatalaksanaan pasien dengan permasalahan Gag reflex dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan penanganan faktor psikogenik dan faktor taktil yang meliputi : 1) 1. Seorang ahli radiologi dapat menggambarkaan dan menjelaskan prosedur radiografi. 2) Pendekatan yang pertama dan yang paling baik untuk mencegah gag reflex adalah sikap tenang, dengan suara yang menenangkan sehingga mampu meyakinkan pasien dan membuat pasien santai. 3) 1. Jika akan mengambil radiografi seluruh mulut harus dilakukan dari maksila, yang dimulai dengan mengambil film dari anterior kemudian ke posterior. 4) Menginstruksikan kepada pasien untuk mengambil nafas yang dalam melalui hidung ketika paket film ditempatkan pada daerah yang memungkinkan muntah. 5) Untuk dapat mempertahankan pasien tetap bernafas melalui hidungnya, dapat digunakan ”nasal decongestant”. 6) Pasien juga dapat di instruksikan dengan mengangkat kedua kakinya ketika ia merasa ingin muntah. 7) Beberapa alat pemegang film yang memandu pasien untuk menggigit dan
(31)
mempertahankan tekanan juga membantu mencegah muntah. 8) Tablet hisap atau cairan dan semprot dengan anastesi lokal sebelum menempatkan film. 9) Menempatkan sedikit garam dapur pada ujung lidah pasien yang muntah. 10) Untuk pasien muntah yang sulit ditangani dapat dilakukan dengan proyeksi ekstra oral dan film panoramik. 11) Akupuntur pada titik P-6 Neukuan dan - Conception Vessel 24 (Ren - 24). 12) 11. Penanganan dengan metode hipnosis.
(32)
DAFTAR RUJUKAN
1 Hidayat, Wahyu. Gambaran Distribusi Teknik Foto Rontgen Gigi yang
Digunakan di RSGM-FKG UNPAD. Bandung.
http://www.akademik.unsri.ac.id. 2007. (25/01/2010)
2 Frommer H., Stabulas-savage. Radiology for the Dental Professional. Elsevier Mosby, 2005. P:358-365
3 Larner HJ 2002, A Dictionary of Neurological Signs, Kluwer Academic Publishers, Netherlands. 2007. P: 90-94
4 Lavinia Ardelean, Cristina Bortun, Marilena Motoc. Gag Reflex In Dental
Practice – Etiological Aspects. TMJ 2003, Vol. 53, No. 3-4. 2003.
http://www.tmj.ro. (10/01/2010)
5 Dickinson CM, Fiske J. A review of gagging problems in dentistry: I.
Aetiology and classification.. Dental Institute, London. Dental Journal. 2005:
32(1):26-8, 31-2. http://www.medline.com
6 Bradley RM. Basic Oral Physiology. 1st ed. Year Book Medical Pub, Inc. 1981; p: 195.
7 Roth GI, Calmes R. Oral Biology. 1st ed. CV Mosby Co. 1981; p: 69.
8 Murphy WM. A clinical survey of gagging patients. J Prosthet Dent. 1979; 42: 145-148.
9 Wuehrmann AH, Manson–Hing LR. Dental Radiology. 5th ed. CV Mosby Co. 1981; p: 218.
10 Manson–Hing LR. Fundamentals of Dental Radiology. 1st ed. Lea & Febiger Co. 1979; Pp: 146-147. 22
(33)
11 Friedman MH, Weintraub MI. Temporary elimination of gag reflex for dental
procedures. J Prosthet Dent. 1995; 73: 319.
12 Brown, Benjamin. Gag Reflex. http://www.moving-towards-balance.com.au/ MTB_Gag_Reflex.html. (25/01/2010)
13 Langland O.E, Langlais R.P & Preece J.W,. Principles of Dental Imaging
(Second Edition), Lippincott Williams & Wilkins, United States of America.
2002:130-131
14 Anonim. Brain Stem. Medical Neuroscience 731.
http://www.neuroanatomy.wisc.edu/virtualbrain/BrainStem/10ISN.html. (02/02/2010)
15 Means, C.R. and Flenniden, I.E. Gagging, A Problem in Prosthetic Dentistry. Dental Journal. 1970: 23:614-620.
16 Mohammad, A.Anas. (2003). Management of Gagging Patient during
Intra-oral Posterior Radiography. Department of Oral and Maxillofacial Surgery.
College of Dentistry, University of Mosul. Al–Rafidain Dental Journal Vol. 3, No. 1, 2003
17 O’Brien RC. Dental Radiology. An Introduction for Dental Hygienists and
Assistants. 4th ed. WB Saunders Co. 1982; Pp: 147-148.
18 White SC, Pharoah MJ, Oral radiology principle and interpretation. Fifth edition. ST louis: Mosby, 2004: 200- 9, 624- 38.
19 Whaites E, 2003, Essentials of Dental Radiograhy (3rd Edition), Churchill Livingstone, USA.
(34)
20 Fiske J, Dickinson C. The role of acupuncture in controlling the gagging
reflex using a review of ten cases. British Dental Journal June 9,
2001;190(11):611-613. http://www.medline.com. (10/01/2010)
21 Lu DP, Lu GP, Reed JF 3rd. Acupuncture/Acupressure to Treat Gagging
Dental Patients: A Clinical Study Of Anti-Gagging Effects. University of
Pennsylvania, USA. Dental Journal. http://www.medline.com. 2007
22 Thayer.T, Acupuncture For Controlling The Gag Reflex During Upper
(35)
LAMPIRAN
1. Sinar Rontgen : Sinar X yang digunakan dalam diagnosis gambar medikal 2. Radiografi : penggunaan sinar pengionan (sinar X, sinar gama) untuk
membentuk bayangan benda yang dikaji pada film
3. Oral : gerakan semuanya yang berhubungan dengan mulut. 4. Stimulus : Rangsangan
5. Superior(=atas) atau kranial: lebih dekat pada kepala. 6. Posterior(=belakang): lebih dekat ke belakang. 7. Superfisial: lebih dekat ke/di permukaan. 8. Lateral(=luar): menjauhi bidang median. 9. Membrane : lapisan tipis jaringan
10. Membran mukus : selaput lendir 11. Sekresi : Proses pengeluaran hasil
12. Stimulator : Sesuatu yang berperan menstimulasi 13. Mediator : Perantara
14. Nausea : Perasaan mual
15. Refleks :Suatu respon fisiologis involunter yang sifatnya seketika terhadap suatu stimulus.
16. Obstruksi : Penyumbatan 17. Sublingual : di bawah lidah
18. Hipnosis : teknik atau praktik dalam mempengaruhi orang lain secara sengaja untuk masuk ke dalam kondisi yang menyerupai tidur, di mana seseorang
(36)
yang terhipnotis bisa menjawab pertanyaan yang diajukan, serta menerima sugesti dengan tanpa perlawanan.
19. Sugesti : Proses dimana suatu jiwa atau keadaan mental dipengaruhi oleh suatu ide atau pikiran
20. Otoritas : kekuasaan untuk menjalankan suatu kewenangan. 21. Kompeten : Mampu
(1)
mempertahankan tekanan juga membantu mencegah muntah. 8) Tablet hisap atau cairan dan semprot dengan anastesi lokal sebelum menempatkan film. 9) Menempatkan sedikit garam dapur pada ujung lidah pasien yang muntah. 10) Untuk pasien muntah yang sulit ditangani dapat dilakukan dengan proyeksi ekstra oral dan film panoramik. 11) Akupuntur pada titik P-6 Neukuan dan - Conception Vessel 24 (Ren - 24). 12) 11. Penanganan dengan metode hipnosis.
(2)
DAFTAR RUJUKAN
1 Hidayat, Wahyu. Gambaran Distribusi Teknik Foto Rontgen Gigi yang Digunakan di RSGM-FKG UNPAD. Bandung. http://www.akademik.unsri.ac.id. 2007. (25/01/2010)
2 Frommer H., Stabulas-savage. Radiology for the Dental Professional. Elsevier Mosby, 2005. P:358-365
3 Larner HJ 2002, A Dictionary of Neurological Signs, Kluwer Academic Publishers, Netherlands. 2007. P: 90-94
4 Lavinia Ardelean, Cristina Bortun, Marilena Motoc. Gag Reflex In Dental Practice – Etiological Aspects. TMJ 2003, Vol. 53, No. 3-4. 2003.
http://www.tmj.ro. (10/01/2010)
5 Dickinson CM, Fiske J. A review of gagging problems in dentistry: I. Aetiology and classification.. Dental Institute, London. Dental Journal. 2005: 32(1):26-8, 31-2. http://www.medline.com
6 Bradley RM. Basic Oral Physiology. 1st ed. Year Book Medical Pub, Inc. 1981; p: 195.
7 Roth GI, Calmes R. Oral Biology. 1st ed. CV Mosby Co. 1981; p: 69.
8 Murphy WM. A clinical survey of gagging patients. J Prosthet Dent. 1979; 42: 145-148.
9 Wuehrmann AH, Manson–Hing LR. Dental Radiology. 5th ed. CV Mosby Co. 1981; p: 218.
(3)
11 Friedman MH, Weintraub MI. Temporary elimination of gag reflex for dental procedures. J Prosthet Dent. 1995; 73: 319.
12 Brown, Benjamin. Gag Reflex. http://www.moving-towards-balance.com.au/ MTB_Gag_Reflex.html. (25/01/2010)
13 Langland O.E, Langlais R.P & Preece J.W,. Principles of Dental Imaging (Second Edition), Lippincott Williams & Wilkins, United States of America. 2002:130-131
14 Anonim. Brain Stem. Medical Neuroscience 731.
http://www.neuroanatomy.wisc.edu/virtualbrain/BrainStem/10ISN.html. (02/02/2010)
15 Means, C.R. and Flenniden, I.E. Gagging, A Problem in Prosthetic Dentistry. Dental Journal. 1970: 23:614-620.
16 Mohammad, A.Anas. (2003). Management of Gagging Patient during Intra-oral Posterior Radiography. Department of Oral and Maxillofacial Surgery. College of Dentistry, University of Mosul. Al–Rafidain Dental Journal Vol. 3, No. 1, 2003
17 O’Brien RC. Dental Radiology. An Introduction for Dental Hygienists and Assistants. 4th ed. WB Saunders Co. 1982; Pp: 147-148.
18 White SC, Pharoah MJ, Oral radiology principle and interpretation. Fifth edition. ST louis: Mosby, 2004: 200- 9, 624- 38.
19 Whaites E, 2003, Essentials of Dental Radiograhy (3rd Edition), Churchill Livingstone, USA.
(4)
20 Fiske J, Dickinson C. The role of acupuncture in controlling the gagging reflex using a review of ten cases. British Dental Journal June 9, 2001;190(11):611-613. http://www.medline.com. (10/01/2010)
21 Lu DP, Lu GP, Reed JF 3rd. Acupuncture/Acupressure to Treat Gagging Dental Patients: A Clinical Study Of Anti-Gagging Effects. University of Pennsylvania, USA. Dental Journal. http://www.medline.com. 2007
22 Thayer.T, Acupuncture For Controlling The Gag Reflex During Upper Alginate Impression. British Dental Journal. http://www.medline.com. 2006.
(5)
LAMPIRAN
1. Sinar Rontgen : Sinar X yang digunakan dalam diagnosis gambar medikal
2. Radiografi : penggunaan sinar pengionan (sinar X, sinar gama) untuk membentuk bayangan benda yang dikaji pada film
3. Oral : gerakan semuanya yang berhubungan dengan mulut. 4. Stimulus : Rangsangan
5. Superior(=atas) atau kranial: lebih dekat pada kepala. 6. Posterior(=belakang): lebih dekat ke belakang. 7. Superfisial: lebih dekat ke/di permukaan. 8. Lateral(=luar): menjauhi bidang median. 9. Membrane : lapisan tipis jaringan
10. Membran mukus : selaput lendir 11. Sekresi : Proses pengeluaran hasil
12. Stimulator : Sesuatu yang berperan menstimulasi 13. Mediator : Perantara
14. Nausea : Perasaan mual
15. Refleks :Suatu respon fisiologis involunter yang sifatnya seketika terhadap suatu stimulus.
16. Obstruksi : Penyumbatan 17. Sublingual : di bawah lidah
18. Hipnosis : teknik atau praktik dalam mempengaruhi orang lain secara sengaja untuk masuk ke dalam kondisi yang menyerupai tidur, di mana seseorang
(6)
yang terhipnotis bisa menjawab pertanyaan yang diajukan, serta menerima
sugesti dengan tanpa perlawanan.
19. Sugesti : Proses dimana suatu jiwa atau keadaan mental dipengaruhi oleh suatu ide atau pikiran
20. Otoritas : kekuasaan untuk menjalankan suatu kewenangan. 21. Kompeten : Mampu