Permasalahan Tujuan Manfaat Proses Pengolahan Kelapa Sawit

hasil suatu proses namun minyak tersebut tidak dapat diperoleh atau hilang. Dalam hal ini minyak tersebut masih terkandung dalam ampas press sebagai sisa pengepresan. Pada proses pemisahan minyak sawit dari daging buah sangat dipengaruhi oleh hasil dari proses pengadukan buah kelapa sawit di digester. Namun dalam proses pengepresan itu sendiri dipengaruhi oleh besarnya tekanan yang diberikan pada saat pengepresan. Hal ini dapat mempengaruhi hasil minyak yang diperoleh dan kadar minyak yang terdapat dalam ampas yang merupakan jumlah kehilangan minyak. Tingginya kehilangan minyak yang terikut dalam ampas pressan merupakan suatu masalah yang dapat merugikan perusahaan karena adanya kehilangan minyak ini maka rendemen minyak yang diperoleh dari hasil pengolahan kelapa sawit tersebut akan menurun. Untuk itu, perusahaan selalu berusaha menekan angka kehilangan minyak seminimal mungkin dan memperhatikan besar tekanan dari screw press yang diberikan pada saat pengepresan. Berdasarkan hal diatas maka penulis mengambil judul karya ilmiah ini adalah Upaya Memperkecil Kehilangan Minyak Losses dengan Pengaturan Tekanan pada Ampas Press pada Stasiun Pressing di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi.

1.2. Permasalahan

Kehilangan minyak pada ampas press dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah tekanan. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana mengatur besar tekanan agar kadar kehilangan minyak pada ampas press pada stasiun pengepresan dapat diperkecil di pabrik kelapa sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi. Universitas Sumatera Utara

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui kadar minyak yang terkandung dalam ampas pressan dengan mengatur tekanan yang berbeda. 2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara tekanan screw press terhadap persentase kadar minyak yang terikut pada ampas pressan.

1.4. Manfaat

Sebagai petunjuk penggunaan untuk menanggulangi dan mengatasi secara optimal yang mempengaruhi kehilangan minyak pada ampas kempa guna memperoleh efisiensi pemisahan minyak sawit dan mutu produksi yang jauh lebih baik. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Kelapa Sawit

2.1.1 Sejarah Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit Elaeis guinensis Jack berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi. Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesaia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersil pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah banyak belajar tentang kelapa sawit di Afrika. Budi daya yang dilakukan diiukuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Universitas Sumatera Utara Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor negara Afrika pada waktu itu. Namun, kemajuan pesat yang dialami oleh Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan perekonomian nasional. Yan Fauzi, 2004

2.1.2 Tipe Varietas Kelapa Sawit

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah atau berdasarkan warna kulit buahnya. Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal beberapa varietas antara lain : 1. Dura Tempurung dura cukup tebal antara 2 - 8 mm dan tidak dapat terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging buah terhadap buah variasi antara 35 - 50. Kernel daging biji biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah. Dalam persilangan varietas dura dipakai sebagai pohon induk betina. 2. Pisifera Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat tipis. Jenis pisifera tidak banyak diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara pisifera dengan dura akan menghasilkan varietas tenera. Universitas Sumatera Utara 3. Tenera Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu dura dan pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam diperkebunan perkebunan pada saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5-4 mm, dan terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara 60 - 96. Tandan buah yang dihasilkan oleh tenera lebih banyak dari pada dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil. 4. Macro carya Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm sedangkan daging buahnya tipis sekali. Tim Penulis, 1997

2.1.3 Pemanenan dan Transportasi Panen

Tandan buah segar TBS dipanen saat kematangan buah tercapai dengan ditandai oleh sedikitnya 1 brondolan telah lepaskg tandan buah segar. Dengan kriteria panen ini, diharapkan kandungan minyak dalam tandan buah segar optimal dengan kandungan asam lemak bebas yang sangat rendah dan biaya panen yang relatif lebih ekonomis. Kematangan ini ditandai oleh warna buah. Buah sawit berwarna hitam bila masih muda, dan berubah menjadi orange-merah pada saat matang. Buah di bagian dalam janjangan buah relatif gepeng, lebih kecil dan kurang berpigmen dibanding buah di bagian luar. Pada minggu-minggu terakhir proses pematangan buah, pada saat poduksi minyak meningkat, warna buah berubah dengan cepat dari kuning menjadi lebih kemerahan. Kandungan asam lemak bebas buah sawit yang baru di panen biasanya 0,3. Asam lemak bebas minyak yang diperoleh dari buah yang tetap Universitas Sumatera Utara berada pada janjang sebelum diolah dan tidak mengalami memar tidak pernah melewati 1,2. Sedangkan, asam lemak bebas brondolan biasanya sekitar 5,0. Di lain pihak, sangat jarang diperoleh asam lemak bebas dibawah 2 pada crude palm oil hasil produksi perkebunan kelapa sawit, biasanya sekitar 3. Peningkatan asam lemak bebas yang mencapai sekitar 20 kali ini terjadi karena kerusakan buah selama proses panen sampai tiba di ketel perebusan. Kemungkinan penyebab utama kerusakan terjadi pada saat pengisian buah di tempat pemungutan, penurunan buah di tempat pengumpulan hasil, pengisian buah ke alat transpor pembawa buah ke pabrik, penurunan buah di loading ramp dan pengisian buah ke lori. tandan buah segar yang memar juga akan membawa lebih banyak tanah dan kotoran yang membantu mempercepat kenaikan asam lemak bebas oleh karena kontaminasi mikroorganisme, sekaligus menjadi sumber kontaminasi logam, di antara besi, yang menjadi pro-oksidan proses hidrolisis minyak. Selain berpengaruh terhadap asam lemak bebas, kerusakan buah pada saat panen juga menurunkan daya pemucatan crude palm oil yang diperoleh. Warna dan inti juga menjadi lebih gelap pada buah yang rusah atau lewat matang. Universitas Sumatera Utara Tabel 1. Kriteria Kematangan Buah Fraksi buah Kategori Persyaratan Jumlah brondolan Fraksi 00 F-00 Fraksi 0 F-0 Sangat mentah afkir 0.0 Maks 3.0 Tidak ada 1-12.5 buah luar Fraksi 1 Fraksi 2 Fraksi 3 Kurang matang Matang I Matang II F1+F2+F3 min 85 12.5-25 buah luar 25-50 buah luar 50-75 buah luar Fraksi 4 Fraksi 5 Lewat matang Terlalu matang Maks 10 Maks 2.0 75 buah luar Buah dalam membrondol Brondolan Tandan kosong Buah busuk Panjang tangkai TBS Maks 10 0.0 0.0 Maks 2.5 PPKS. Medan

2.1.4. Standar Mutu Kelapa Sawit

Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu yaitu: kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna, dan bilangan peroksida. Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adlah titik cair dan kandungan gliserida, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan. Universitas Sumatera Utara Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 persen dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin kurang lebih 2 persen atau kurang, bilangan peroksida di bawah 2, bebas dari warna merah dan kuning harus berwarna pucat tidak berwarna hijau, jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam. Standar mutu Special Pime Bleach SPB atau standar perusahaan, dibandingkan dengan mutu umum ordinary, dapat dilihat dari tabel 2. Tabel 2. Standar Mutu SPB dan Ordinary Kandungan SPB Umum Asam lemak bebas 1-2 3-5 Kadar air 0,1 0,1 Kotoran 0,002 0,01 Besi p.p.m 10 10 Tembaga p.p.m 0,5 0,5 Bilangan Iod p.p.m 53 ± 1,5 45-56 Karotene p.p.m 500 500-700 Tokoferol p.p.m 800 400-600 Ketaren, 1986

2.2 Proses Pengolahan Kelapa Sawit

Proses pengolahan yang terdapat pada pabrik minyak sawit adalah memproses buah kelapa sawit menjadi minyak. Pada proses pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi sangat memerlukan peralatan modern yang dapat menunjang mutu dari hasil pengolahan. Tujuan dari pengolahan kelapa sawit adalah untuk memperoleh Universitas Sumatera Utara minyaknya dengan kadar dan rendemen yang tinggi, sehingga kehilangan minyak dapat ditekan dengan sekecil mungkin. Teknik-teknik pengolahan kelapa sawit semakin hari semakin berkembang, dimana pada setiap proses pengolahan kehilangan minyak masih sering terjadi terutama pada proses pengempaan yaitu minyak yang terikut pada ampas. Pada dasarnya pengolahan buah kelapa sawit tujuannya adalah pengutipan minyak dari buahnya, disamping itu juga pengutipan inti dari bijinya yang diolah untuk menghasilkan minyak inti sawit. Dengan semakin meningkatnya teknologi pengolahan kelapa sawit menjadi minyak sawit seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan minyak, maka perusahaan yang mengolah kelapa sawit semakin meningkatkan produksi dan mutu dengan penekanan biaya pengolahan yang sekecil- kecilnya. Proses pengolahan kelapa sawit sehingga sehingga menghasilkan bahan setengah jadi mempunyai beberapa tahapan pengolahan yaitu : Stasiun PemeriksaanPenerimaan Buah Loading Ramp. Stasiun Perebusan Sterilizer. Stasiun Penebahan Thresher. Stasiun Pencacahan Digester. Stasiun Pengepresan Presser. Stasiun Pengutipan Minyak Clarifikasi. Stasiun Pengutipan Inti Kernel. PTPN III, 2002 Universitas Sumatera Utara

2.3 Lemak dan Minyak

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tekanan dan Waktu Perebusan terhadap Kehilangan Minyak (Losses) pada Air Kondensat di Stasiun Sterilizer dengan Sistem Tiga Puncak (Triple Peak) di Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV (Persero) Pulu Raja

58 311 56

Analisa Kehilangan Minyak ( Oil Losses ) Pada Fiber Dari Hasil Pengepresan Screw Press Dengan Menggunakan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PT. Multimas Nabati Asahan

73 305 50

Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Akibat Pengaruh Screw Press Di PTPN IV Dolok Sinimbah

24 112 72

Analisa Kehilangan Minyak Berdasarkan Perbedaan Tekanan Pada Ampas Screw Press Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PKS Rambutan PTPN III Tebing Tinggi

10 57 49

Pengaruh Tekanan Pada Screw Press Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press

34 105 53

Pengaruh Penambahan Air Pengencer terhadap Jumlah Kehilangan Minyak dalam Ampas Press pada Stasiun Pengepresan di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan

17 65 54

Rancanglah Sebuah Mesin Screw Press Untuk Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dengan Kapasitas 15 Ton TBS/Jam

74 326 95

Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi

1 100 58

Penentuan Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Air Kondensat Unit Perebusan Di PTPN III PKS Rambutan Tebing Tinggi Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi

4 70 38

Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba

15 72 43