Perkembangan Moral
1. Perkembangan Moral
Moral berasal bahasa Latin yaitu mores yang berari tatacara, kebiasaan dan adat. Perilaku moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial. Perilaku moral dikendalikan oleh konsep-konsep moral, peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya. Konsep-konsep moral menentukan pola perilaku yang diharapkan oleh masyarakat
Setiap individu sebagai bagian dari masyarakat diharapkan bersikap sesuai dengan cara yang disetujui masyarakat. Berperilaku sesuai dengan yang disetujui masyarakat diperoleh melalui proses yang panjang dan lama yang terus berlanjut sampai usia remaja. Interaksi sosial memegang peranan penting dalam perkembangan moral, karena anak mempunyai kesempatan untuk belajar kode moral dan mendapat kesempatan untuk belajar bagaimana orang lain memberikan penilaian.
a. Tingkat danTahapan Perkembangan Moral
Kohlberg menekankan bahwa perkembangan moral didasarkan terutama pada penalaran moral dan berkembang secara bertahap (Santrock, 2010:119). Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral, khususnya teori Kohlberg adalah internalisasi, yaitu perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikan secara eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal.
Tabel. 5.1 Tingkat dan Tahapan Perkembangan Moral Menurut Kohlberg Tingkat Kesadaran Moral
Tahapan Perkembangan Moral
2.Orientasi ganjaran (the (Preconventional level)
I. Penalaran Prakonvensional
1. Orientasi hukuman dan
ketaatan. (The
instrumental relativist
Punishment obidience
orientation ).
Anak mengenal nilai baik Pada tahap ini
orientation)
IPA SMP KK A
Tingkat Kesadaran Moral Tahapan Perkembangan Moral dan buruk berdasarkan
penalaran moral dampak yang ditimbulkan,
Penalaran moral
didasarkan atas hadiah yang menyakitkan
didasarkan pada
dan kepentingan (hukuman) atau yang
hukuman. Anak-anak taat
sendiri. Anak taat menyenangkan (hadiah)
karena menghindari
karena akan mendapat secara fisik. Anak tidak
hukuman, menaruh
hadiah, mendapat melanggar aturan karena
hormat karena melihat
balasan budi. takut kepada otoritas
sifat yang memberi aturan
yang bersangkutan.
Hubungan seperti jual beli, kau cubitaku, ku
cubit kau.
II. Penalaran Konvensional
3. Norma-norma
4. Orientasi otoritas
(Conventional level) Interpersonal (The
(authority and social
interpersonal
Suatu perbuatan dianggap order maintaining
orientation). baik, apabila mematuhi harapan keluarga, kelompok orientation)
concordance
Perilaku yang benar atau bangsa. Individu
menerapkan standar-standar Suatu perilaku dipndang adalah melaksanakan tertentu yang ditetapkan oleh
tugas dan kewajiban, pihak lain seperti orangtua
baik, kalau
menghargai kewibawaan, dan pemerintah. Pada
menyenangkan, dan
dan mempertahankan tingkat ini sudah terjadi
membantu orang lain.
peraturan yang berlaku internalisasi tetapi belum
Individu akan disetujui
atau diterima apabila
sepenuhnya.
berbuat baik.
6. Prinsip-prinsip etika Pascakonvensional
III. Penalaran
5 : Orientasi kontrak
universal (The universal (Pastconventional
sosial
ethical principle autonomous, or principle
( The social contract
orientation level
legalistic orientation)
Sesuatu yang Upaya dilakukan
Pelaksanaan undang-
dipandang benar mendefinisikan prinsip-
undang dan hak-hak
apabila sesuai dengan prinsip moralitas yang tidak
individu diuji secara
kata hati, prinsip-prinsip terikat oleh
kritis. Aturan yang
universal yang logis dan pendukung/pemegang/penga
diterima masyarakat
komprehensif. nutnya; universal
penting; menekankan
prosedur penyusunan
Pengakuan atas hak
dan azasi mnausia .
aturan; rasional.
serta individu.
Abin Syamsudian Makmun (2009:107) Tingkat Satu: Penalaran Prakonvensional ( Preconventional level)
Penalaran prakonvensional (4 – 10 Tahun) adalah tingkat yang paling rendah dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini anak tidak
Kegiatan Pembelajaran 5
memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral tetapi dikendalikan oleh hadiah dan hukuman eksternal.
Tahap1 : Orientasi hukuman dan ketaatan. ((The Punishment obidience orientation). . Pada tahap ini penalaran moral didasarkan pada hukuman. Anak-
anak taat karena menghindari hukuman, menaruh hormat karena melihat sifat yang memberi aturan yang bersangkutan. Contohnya ketika seorang anak dilarang oleh ayahnya, anak akan taat karena selain hormat juga takut dihukum
Tahap 2: Orientasi ganjaran (the instrumental relativist orientation). Pada tahap ini penalaran moral didasarkan atas hadiah dan kepentingan sendiri. Anak taat karena akan mendapat hadiah, mendapat balasan budi. Contohnya anak akan patuh pada aturan karena akan mendapat pujian atau hadiah.
Tingkat Dua : Penalaran Konvensional. (Conventional level). Pada tingkat penalaran konvensional ( usia 10-13 tahun) individu memandang apa yang diharapkan keluarga, kelompok atau bangsa. Setia dan mendukung aturan sosial bukan sekedar konformitas, melainkan berharga. Pada tingkat ini sudah terjadi internalisasi tetapi belum sepenuhnya.
Tahap 3. Norma-norma interpersonal. (interpersonal concordance orientation) Norma-norma interpersonal. Pada tahap ini seseorang menghargai kebenaran, kepedulian dan kesetiaan kepada orang lain sebagai landasan-landasan pertimbangan moral. Anak taat untuk menghindari rasa tidak setuju dari orang lain. Anak-anak sering mengambil standar-standar moral orangtuanya untuk mengharapkan penghargaan dari orangtuanya sebagai anak yang baik. Contohnya anak-anak dan remaja akan mematuhi peraturan dan nilai-nilai moral sesuai dengan standar moral orangtuanya. Anak berusaha menjadi anak baik untuk mendapatkan penghargaan dari orangtuanya.
Tahap 4. Orientasi otoritas (authority and social order maintaining orientation). Pada tahap ini pertimbangan moral didasarkan atas pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, keadilan dan kewajiban. Perilaku yang benar adalah melaksanakan tugas dan kewajiban, menghargai kewibawaan, dan mempertahankan peraturan yang berlaku. Contoh, remaja mungkin berpikir agar
IPA SMP KK A
dapat bekerja efektif, maka komunitas harus dilindungi oleh hukum yang ditaati oleh anggotanya
Tingkat Tiga: Penalaran Pascakonvensional (Pastconventional autonomous, or principle level )
Penalaran pascakonvensional (usia 13 tahun ke atas) adalah tingkat tertinggi dari teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini terjadi internalisasi moral pada individu dan tidak didasarkan pada standa-standar moral orang lain. Seseorang mengenal tindakan-tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan, kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi.
Tahap 5 : Orientasi kontrak sosial. (The social contract legalistic orientation). Pada tahap ini seseorang memahami bahwa nilai-nilai dan aturan-aturan bersifat relatif dan standar nilai dapat berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Tindakan seseorang dibimbing oleh asas-asas yang biasa disetujui sebagai hal yang penting bagi kesejahteraan umum, asas-asas yang dijunjung tinggi untuk mempertahankan penghargaan dari teman sebaya merupakan penghargaan diri. Contohnya remaja dan dewasa dapat berperilaku sesuai dengan nilai-nilai sosial tanpa dibimbing dan di awasi, didorong, dan diancam dengan hukuman seperti saat masa anak-anak. Mereka dapat mengendalikan perilakunya sendiri sesuai dengan yang disetujui oleh masyarakat.
Tahap 6 : Prinsip-prinsip etika universal ((The universal ethical principle orientation ). Pada tahap ini seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak manusia yang bersifat universal. Tindakan dibimbing oleh asas-asas atas pilihan sendiri atau kata hati, asas-asas yang dijunjung tinggi untuk menghindari penyesalan diri. Contohnya ketika individu dihadapkan pada sebuah konflik antara hukum dan suara hati, maka individu menalar akan memilih suara hati, meskipun pilihannya itu mungkin berisiko. Penalaran di tahap 6 jarang dijumpai.
Dengan memperhatikan perkembangan moral di atas maka menurut Conger (Makmun, 2002: 108) terdapat hubungan yang sangat erat antara perkembangan kesadaran moralitas dengan perkembangan intelektual. Perkembangan pertimbangan mana yang baik dan salah tidak hanya merupakan
Kegiatan Pembelajaran 5
fungsi kematangan kemampuan kognitif (intelektual) tetapi berdasarkan identifikasi anak dengan orangtua, standar moral yang dianut oleh teman sebaya, dan tokoh idola. Remaja mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh- tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya (Makmun, 2009:134).
b. Perkembangan Moral Masa Remaja
Menurut Hurlock (2006:225) salah satu tugas perkembangan yang penting pada masa remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok atau sosial-budayanya. Remaja harus berperilaku sesuai dengan harapan-harapan sosial tanpa dibimbing dan di awasi, didorong, dan diancam dengan hukuman seperti saat masa anak-anak. Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral pada masa anak-anak dengan prinsip-prinsip moral yang berlaku umum, dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi menjadi pedoman untuk berperilaku baik. Mitchel menegaskan remaja harus mengendalikan perilakunya sendiri, yang dulu menjadi tanggung jawab orangtua dan guru. (Hurlock, 2006:225). Hal ini sesuai dengan pandangan Kohlberg bahwa remaja diharapkan berada pada tingkat pascakonvensional. Pada tingkat ini terjadi internalisasi moral dan tidak didasarkan pada standar-standar moral orang lain. Bila remaja telah mencapai tingkat pascakonvensional, berarti remaja telah mencapai kematangan sistem moral.
Kohlberg (Santrock, 2011:369) berkeyakinan bahwa tingkat dan tahap perkembangan moral merupakan sebuah rangkaian dan berkaitan dengan usia.. Sebagian besar remaja berada pada tahap 3, dan beberapa indikasi di tahap 2 dan 3. Pada masa dewasa awal hanya sedikit individu yang bernalar di pascakonvensional. Hasil peneiitian Colby dkk (Santrock, 201:983) Tahap 4 tidak muncul sama sekali di penalaran moral ana-anak usia 10 tahun, terlihat 62 % orang-orang berumur 36 tahun berada pada tahap penalaran ini. Tahap 5 tidak muncul sampai individu mencapai usia 20 sampai 23 tahun dan jumlahnya tidak pernah mencapai lebih dari 10%.
Ada kondisi yang membuat pergantian konsep moral pada masa anak-anak kepada konsep moral yang bersifat lebih baik menjadi sulit, yaitu: 1). kurangnya bimbingan dari orangtua dan guru dalam mempelajri konsep moral
IPA SMP KK A
2). jenis disiplin yang diterapkan di rumah dan sekolah. Menerapkan disiplin
melalui penerapan hukuman terhadap perilaku yang salah, tanpa memberikan penjelasan dan memberikan hadiah/ganjaran kepada remaja yang berperilaku baik.
c. Karakteristik Umum Perilaku Moral Remaja Awal
Peserta didik bersikap kritis terhadap perilaku orangtua, guru, atau orang dewasa lainnya, peserta didik akan menilai apakah perilaku mereka adalah asli atau bersifat kepura-puraan (hypocrite). Remaja mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh-tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya (Makmun, 2009:134). Remaja membentuk kode moral sebagai pedoman berperilaku, dan beberapa remaja dilengkapi dengan kode moral yang diperoleh dari pelajaran agama.
Kehidupan moral tidak dapat dipisahkan dari keyakinan beragama , karena nilai- nilai moral bersifat tegas, pasti, dan tetap, tidak berubah karena keadaan, tempat dan waktu adalah nilai yang bersumber kepada agama (Daradjat, 2010:156). Menurut Santrock (2007:315) perilaku moral adalah perilaku prososial, yang melibatkan sifat untuk menolong orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri (altruisme ). Sifat empati berkontribusi terhadap perkembangan moral remaja. Karakter moral menurut Rest (Santrock, 2007:319) melibatkan keyakinan yang kuat, ketekunan, serta mampu mengatasi rintangan dan masalah Selanjutnya, Walker (Santrock, 2007:319) menyatakan di antara kebijaksanaan moral yang diutamakan adalah kejujuran, kebenaran, dapat dipercaya, kepedulian, keharuan, keprihatinan, dan konsiderasi, loyalitas dan mendengarkan kata hati. Perilaku buruk peserta didik yang perlu mendapat perhatian diantaranya adalah berbohong/tidak jujur, mencuri, menyontek, perilaku melukai dirii sendiri, tidak tanggungjawab misalnya menggunakan narkoba, menyakiti diri sendiri dan melukai orang lain.
Dengan demikian keluarga dan sekolah harus memberikan perhatian yang besar terhadap pengembangan moral peserta didik, melalui pemahaman nilai-nilai moral yang diberikan sesuai dengan tahap perkembangan moralitas, usia, serta perkembangan kognitif. Selain itu orangtua dan guru harus menjadi model
Kegiatan Pembelajaran 5
identifikasi anak-anak, dan dikembangkan melalui pembiasaan dengan penguatan.