Budaya Kementerian Keuangan

3. Budaya Kementerian Keuangan

a. Wawasan Tugas Kementerian Keuangan

Dalam pembahasan terdahulu telah disampaikan bahwa nilai-nilai budaya yang dominan yang berlaku dalam satu organisasi harus sama, karena elemen-elemen dalam Dalam pembahasan terdahulu telah disampaikan bahwa nilai-nilai budaya yang dominan yang berlaku dalam satu organisasi harus sama, karena elemen-elemen dalam

Dalam buku Panduan Pengelolaan Kinerja Berbasis Balanced Scorecard di lingkungan Kementerian Keuangan (2010) yang diterbitkan oleh Pusat Harmonisasi Kebijakan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan dinyatakan bahwa visi merupakan pernyataan yang berisi gambaran keadaan organisasi yang ingin dicapai di masa yang akan datang. Visi menjawab pertanyaan “kita ingin menjadi apa?” Sementara itu, misi menerangkan cara yang harus dilakukan sebagai wujud penjabaran visi yang telah ditetapkan.

Sesuai ketentuan konstitusi, Kementerian Keuangan adalah lembaga yang bertugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan negara. Sedangkan fungsi dari Kementerian Keuangan adalah:

• Perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis di

bidang keuangan dan kekayaan negara; • Pelaksanaan urusan pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan negara; • Pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawabnya; • Pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidang keuangan dan kekayaan negara; • Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang

keuangan dan kekayaan kepada Presiden. Kementerian Keuangan memiliki visi yakni Menjadi Pengelola Keuangan dan

Kekayaan Negara yang Dipercaya dan Akuntabel untuk Mewujudkan Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan . Untuk mewujudkan visi tersebut, Kementerian Keuangan mempunyai 5 (lima) misi yaitu:

1) Misi di Bidang Fiskal Mengembangkan kebijakan fiskal yang sehat dan berkelanjutan serta mengelola kekayaan dan utang negara secara hati-hati (prudent), bertanggung jawab, dan transparan.

2) Misi di Bidang Ekonomi Mengatasi masalah-masalah ekonomi bangsa serta secara proaktif senantiasa mengambil peran strategis dalam upaya membangun ekonomi 2) Misi di Bidang Ekonomi Mengatasi masalah-masalah ekonomi bangsa serta secara proaktif senantiasa mengambil peran strategis dalam upaya membangun ekonomi

3) Misi di Bidang Politik Mendorong proses demokratisasi fiskal dan ekonomi.

4) Misi di Bidang Sosial Budaya Mengembangkan masyarakat finansial yang berbudaya dan modern.

5) Misi di Bidang Kelembagaan Memperbaharui diri (self reinventing) sesuai dengan aspirasi masyarakat dan perkembangan mutakhir teknologi keuangan serta administrasi publik, serta pembenahan dan pembangunan kelembagaan di bidang keuangan yang baik dan kuat yang akan memberikan dukungan dan pedoman pelaksana yang rasional dan adil, dengan didukung oleh pelaksana yang potensial dan mempunyai integritas yang tinggi. Dalam menjalankan tugasnya, Kementerian Keuangan banyak memberikan

pelayanan kepada pihak luar sebagai stakeholder-nya (pemangku kepentingan), di antaranya wajib pajak, importir/eksportir, emiten, masyarakat, dunia usaha, DPR, termasuk pemerintah daerah dan kementerian teknis yang unit kerjanya tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Pelayanan tersebut dikelola oleh Kemenkeu melalui 12 unit organisasi eselon I yang kesemuanya diselenggarakan dengan belandaskan prinsip pelayanan yang terbaik demi kepuasan para stakeholder-nya masing-masing. Hal ini sesuai dengan motto organisasi yang terpampang di dalam logo sepasang sayap burung dalam bingkai segilima, yaitu Nagara Dana Rakca yang memiliki pengertian bahwa Kementerian Keuangan adalah “Punggawa Keuangan Negara” yang akan selalu berusaha mewujudkan visi dan misi organisasi melalui tugas dan fungsi yang dilaksanakannya.

Di samping visi dan misi, sebagaimana dinyatakan oleh Kasali (2007) kebiasaan dan tradisi yang berlaku di Kementerian Keuangan pada saat ini dipengaruhi oleh apa yang telah terjadi di masa lalu dan itu merupakan sejarah yang tidak akan bisa terhapus begitu saja. Sejarah Kementerian Keuangan secara ringkas dimulai sejak tanggal 30 Oktober 1946, yaitu tanggal dikeluarkannya Oeang Repoeblik Indonesia (ORI). ORI menggantikan uang Jepang dan uang De Javasche Bank yang ditetapkan tidak berlaku lagi. Masa peredaran ORI memang terbilang cukup singkat, namun ORI diterima dengan bangga di seluruh wilayah Republik Indonesia dan telah ikut menggelorakan semangat perlawanan terhadap penjajah di segenap kubu patriot pembela tanah air. Semasa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, suasana di Jakarta sempat genting sehingga pemerintah pada waktu itu memutuskan untuk melanjutkan pencetakan ORI di daerah lain yang lebih aman, seperti di Yogyakarta, Surakarta dan Malang. Untuk Di samping visi dan misi, sebagaimana dinyatakan oleh Kasali (2007) kebiasaan dan tradisi yang berlaku di Kementerian Keuangan pada saat ini dipengaruhi oleh apa yang telah terjadi di masa lalu dan itu merupakan sejarah yang tidak akan bisa terhapus begitu saja. Sejarah Kementerian Keuangan secara ringkas dimulai sejak tanggal 30 Oktober 1946, yaitu tanggal dikeluarkannya Oeang Repoeblik Indonesia (ORI). ORI menggantikan uang Jepang dan uang De Javasche Bank yang ditetapkan tidak berlaku lagi. Masa peredaran ORI memang terbilang cukup singkat, namun ORI diterima dengan bangga di seluruh wilayah Republik Indonesia dan telah ikut menggelorakan semangat perlawanan terhadap penjajah di segenap kubu patriot pembela tanah air. Semasa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, suasana di Jakarta sempat genting sehingga pemerintah pada waktu itu memutuskan untuk melanjutkan pencetakan ORI di daerah lain yang lebih aman, seperti di Yogyakarta, Surakarta dan Malang. Untuk

b. Reformasi Birokrasi di Kementerian Keuangan

Merubah budaya organisasi seperti budaya Kementerian Keuangan menjadi unit yang reformis ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Belum lagi citra negatif beberapa unit organisasi Kementerian Keuangan yang berkembang di masyarakat melalui pemberitaan media massa bersama-sama maupun sendiri-sendiri cukup menyulitkan langkah-langkah yang diambil untuk mengejar ketertinggalan Kementerian Keuangan dari lembaga sejenis di luar negeri. Namun, budaya Kementerian Keuangan harus berubah agar dapat merealisasikan visinya Menjadi Pengelola Keuangan dan Kekayaan Negara yang Dipercaya dan Akuntabel untuk Mewujudkan Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan.

Gambar 2.4. Pilar Reformasi Birokrasi

Sebagaimana dinyatakan dalam website reformasi birokrasi Kementerian Keuangan Keuangan (http://www.reform.depkeu.go.id.), Kementerian Keuangan menitikberatkan pada tiga pilar, yaitu penataan organisasi, perbaikan proses bisnis, dan peningkatan manajemen sumber daya manusia (SDM) dalam melaksanakan reformasi birokrasinya. Secara umum, penataan organisasi meliputi modernisasi dan pemisahan, penggabungan, serta penajaman fungsi. Penajaman tugas dan fungsi dilakukan di Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal, Ditjen Anggaran, Ditjen Perbendaharaan, Ditjen Perimbangan Keuangan, dan Badan Kebijakan Fiskal. Sementara modernisasi Sebagaimana dinyatakan dalam website reformasi birokrasi Kementerian Keuangan Keuangan (http://www.reform.depkeu.go.id.), Kementerian Keuangan menitikberatkan pada tiga pilar, yaitu penataan organisasi, perbaikan proses bisnis, dan peningkatan manajemen sumber daya manusia (SDM) dalam melaksanakan reformasi birokrasinya. Secara umum, penataan organisasi meliputi modernisasi dan pemisahan, penggabungan, serta penajaman fungsi. Penajaman tugas dan fungsi dilakukan di Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal, Ditjen Anggaran, Ditjen Perbendaharaan, Ditjen Perimbangan Keuangan, dan Badan Kebijakan Fiskal. Sementara modernisasi

Salah satu faktor kemajuan program reformasi birokrasi Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terletak pada pegawai, karena diyakini berhasil atau tidaknya organisasi mencapai tujuan tergantung dari kualitas individu. Segala hal yang berkaitan dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS), sebelumnya selalu disebut dengan istilah "kepegawaian" yang identik dengan urusan administratif, seperti pengangkatan, kepangkatan dan penggajian pegawai, penyelesaian mutasi pemberhentian, dan pemensiunan, serta tata usaha kepegawaian. Konsekuensinya, hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan dan pengembangan pegawai menjadi kurang tampak, sehingga terkesan tidak menjadi prioritas organisasi. Melihat kondisi tersebut, Kemenkeu pun mengambil langkah dengan berinvestasi dalam bentuk pengembangan sumber daya manusia (SDM).

Perubahan paradigma kepegawaian dimulai sejak akhir 2006, ditandai dengan kajian mengenai penajaman fungsi Biro Kepegawaian sebagai unit yang melaksanakan pengelolaan dan pembinaan kepegawaian. Perubahan istilah "kepegawaian" menjadi "sumber daya manusia" merupakan bagian dari perubahan paradigma pembinaan SDM dalam konteks reformasi birokrasi Kemenkeu. Perubahan tersebut tidak semata-mata menyangkut istilah, tetapi meliputi sistem pengelolaan dan pembinaan SDM. Prinsip peningkatan manajemen SDM meliputi peningkatan kualitas, penempatan SDM yang kompeten pada tempat dan waktu yang sesuai, sistem pola karir yang jelas dan terukur, pengelolaan SDM berbasis kompetensi, serta keakuratan dan kecepatan penyajian informasi SDM sesuai kebutuhan manajemen. Dengan terwujudnya prinsip baru ini diharapkan manfaat yang dapat muncul antara lain kepuasan kerja meningkat, pergaulan yang lebih akrab, disiplin meningkat, pengawasan fungsional berkurang, tingkat absensi turun, keinginan belajar yang tinggi, keinginan memberikan yang terbaik bagi organisasi, dan lain-lain.

Gambar 2.5. Peningkatan Manajemen SDM

Strategi reformasi birokrasi yang diterapkan di Kementerian Keuangan pada dasarnya mengikuti strategi reformasi birokrasi menurut Prof. Eko Prasodjo (2009), guru besar sekaligus ahli administrasi negara dari FISIP UI, sehingga memunculkan budaya baru di Kementerian Keuangan, yaitu:

• Level kebijakan, menciptakan berbagai kebijakan yang mendorong Birokrasi yang berorientasi pada pemenuhan hak-hak sipil warga (kepastian hukum, batas waktu, prosedur, partisipasi, pengaduan, gugatan), yang dengan ini tiap unit eselon I telah menyusun produk unggulan masing-masing yang hasilnya di antaranya dapat terlihat dari:

o Pemendekan waktu pelayanan di berbagai Direktorat Jenderal, seperti penyelesaian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) di Ditjen Pajak tiga hari

menjadi sehari; o Pengurusan pabean jalur prioritas yang dilakukan oleh Ditjen Bea dan

Cukai dari 16 jam menjadi 20 menit. • Level organizational, dilakukan melalui perbaikan proses rekrutmen berbasis kompetensi, pendidikan dan pelatihan yang sensitif terhadap kepentingan masyarakat, penciptaan Standar Kinerja Individu, Standar Kinerja Tim dan Standar Kinerja Instansi Pemerintah.

Kemenkeu dipandang telah cukup berhasil dalam merubah cara 'kuno' yang selama ini digunakan dalam seleksi calon Pegawai Negeri Sipil dengan cara baru yang lebih bersih dengan memperketat kompetisi. Perubahan proses ini sebenarnya mulai mengalami perubahan sejak tahun 80-an yaitu dengan melibatkan surat kabar untuk memuat pengumuman soal pendaftaran CPNS dan hasil ujian.

Proses seleksi pegawai Kemenkeu saat ini berlangsung semakin fair dan bersih karena semua peserta harus melewati tahapan yang panjang dan ketat.

Proses seleksi pegawai yang bersih dan fair yang dilakukan oleh Kemenkeu secara langsung akan mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan kompeten dan akan mempengaruhi kinerja dan produktifitas dari Kemenkeu sendiri dalam melayani masyarakat.

• Level operasional, dilakukan perbaikan melalui peningkatan service quality meliputi dimensi tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan emphaty.

Saat ini, masyarakat dan komunitas usaha yang menemukan adanya indikasi penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang yang dilakukan pegawai Kemenkeu dapat melaporkan/mengadukan hal tersebut kepada pihak Kementerian Keuangan yang akan segera ditindaklanjuti oleh Inspektorat Bidang Investigasi (IBI) Inspektorat Jenderal Kemenkeu. Untuk memfasilitasi pelaporan/pengaduan tersebut, Inspektorat Jenderal Kemenkeu telah menyiapkan berbagai fasilitas mulai dari telepon bebas pulsa 24 jam, faksimile dan surat elektronik (e-mail), serta kotak pos.

• Secara periodik melakukan pengukuran kepuasan pelanggan (survey kepuasan

pelanggan) melalui kerjasama dengan institusi pendidikan seperti Universitas Indonesia dan Institut Pertanian Bogor dan segera melakukan perbaikan sebagai tindak lanjut dari hasil pengukuran tersebut.