Upaya Konselor Adiksi dalam Penanganan Pecandu Narkoba

kendala-kendala tertentu. Adiksi adalah suatu penyakit yang membutuhkan pertolongan pengobatan yang sama dengan penyakit lainnya, melalui pengobatan rehabilitasi. Konselor adiksi adalah pemberi layanan konseling yang telah dilatih keterampilan konseling dan dinyatakan menguasai ilmu adiksi. Konselor adiksi adalah individu yang bekerja secara profesional di tempat rehabilitasi untuk menangani masalah penyalahgunaan narkoba dengan upaya memberikan evaluasi, informasi dan saran-saran yang diperlukan oleh penyalahgunaan narkoba. Tujuannya agar dapat bebas dari penyalahgunaan narkoba, dan meningkatkan aspek positif agar mereka dapat membentuk gaya hidup sehat. 16

6. Upaya Konselor Adiksi dalam Penanganan Pecandu Narkoba

Upaya konselor adiksi dalam penanganan pecandu narkoba yaitu: a Tahap Rehabilitasi Medis detoksifikasi Pada tahap ini pecandu diperiksa seluruh kesehatannya baik fisik dan mental oleh dokter terlatih. Dokterlah yang memutuskan apakah pecandu perlu mendapat obat tertentu, misalnya untuk mengurangi gejala putus zat sakau yang ia derita. Pemberian obat pada tahap ini tergantung dari jenis narkoba dan berat ringannya gejala putus zat. Oleh karena itu selain konselor adiksi juga dibutuhkan kepekaan, 16 Jurnal kajian Komunikasi, Volume 2, No 2, Desember 2014, hlm. 173-185 pengalaman, dan keahlian dokter yang merawat pecandu guna mendeteksi gejala kecanduan narkoba tersebut. 17 b Tahap Rehabilitasi Nonmedis Tahap ini pecandu ikut dalam program rehabilitasi. Program rehabilitasi adalah sebuah tindakan atau program yang diberikan kepada korban penyalahgunaan narkoba. Rehabilitasi bukan sekedar memulihkan kesehatan semula si pemakai, melainkan memulihkan serta menyehatkan seseorang secara utuh dan menyeluruh. 18 Di Indonesia sudah dibangun tempat-tempat rehabilitasi, sebagai contoh di BNNP SUMUT. Di tempat rehabilitasi ini, pecandu menjalani berbagai metode diantaranya: a. Konseling Individual Konseling individual merupakan salah satu pemberian bantuan secara perseorangan dan secara langsung. Dimana pemberian bantuan ini dilakukan secara face to face muka ke mukaempat mata antar konselor adiksi dengan individuklien. Dalam konseling individual, konselor dituntut untuk mampu bersikap penuh simpati dan empati. Simpati ditunjukkan oleh konselor melalui sikap turut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh klien. Sedangkan empati adalah usaha konselor menempatkan diri dalam situasi diri klien dengan masalah- masalah yang dihadapinya. 19 Keberhasilan konselor bersimpati dan berempati 17 Danu Wijayanti, Revolusi Mental Stop Penyalahgunaan Narkoba, Yogyakarta: Indoliterasi, 2016, hlm. 197 18 Lambertus Somar, Rehabilitasi Pecandu Narkoba, Jakarta: Grasindo, 2001, hlm. 19 19 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, hlm. 296 akan memberikan kepercayaan yang sepenuhnya kepada konselor. Keberhasilan bersimpati dan berempati dari konselor juga akan sangat membantu keberhasilan proses konseling. b. Metode Grup Terapi Penyelenggaraan bimbingan kelompok antara lain dimaksudkan untuk membantu mengatasi masalah bersama atau membantu seorang individu yang menghadapi masalah dengan menempatkannya dalam suatu kehidupan kelompok. 20 Dengan menggunakan kelompok, pembimbing dan konseling dapat mengembangkan sikap sosial, sikap memahami peran klien dalam lingkungannya menurut penglihatan orang lain dalam kelompok itu karena ia ingin mendapatkan pandangan baru tentang dirinya dari orang lain serta hubungannya dengan orang lain. Dengan demikian, melalui metode kelompok ini dapat timbul kemungkinan diberikannya group therapy penyembuhan gangguan jiwa melalui kelompok yang fokusnya berbeda dengan konseling. Grup terapi adalah salah satu metode yang dilakukan secara kelompok sebagai media dalam proses pertolongan profesional. Di dalam terapi kelompok yang dilakukan yaitu share feeling berbagi perasaandimana klien dapat menuangkan atau mengerluarkan ide dan pendapatnya. Tujuannya yaitu agar klien dapat beradaptasi dengan individu lain dan berbagi pengalaman serta keterampilan yang dipunya. 20 Ibid, 289. c. Pendekatan Keagamaan Konselor memberikan penyadaran atau pendekatan agama. Adapun bimbingan yang diberikan yaitu, membantu klien ke arah penemuan kembali sumber pola hidup agama dalam pribadinya, yakni segala problem yang dihadapi pada hakikatnya tidak ada yang tidak dapat diselesaikan jika pribadi yang bersangkutan bersedia kembali kepada petunjuk agama. Selain itu, pemberian insight dan klarifikasi pencerahan terhadap unsur-unsur kejiwaan yang menjadi sumber konflik seseorang. 21 Selain metode, konselor adiksi memberikan pendekatan konseling melalui: a. Konseling Rational Emotif Konseling rational emotif yaitu dimana klien diminta untuk berfikir secara rasional. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berfikir yang rasional dan logis yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional. Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif, tingkah laku bermasalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berfikir yang irrasional. Tujuan konseling ini yaitu memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berfikir, keyakinan, serta pandangan-pandangan klien yang irrasional dan tidak logis menjadi pandangan 21 Suyadi, Mencegah Bahaya Penyalahgunaan Na rkoba Melalui Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Yogyakarta: Andi Offset, 2013, hlm. 137 yang rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif. 22 b. Konseling Behavioral Konseling behavioral adalah salah satu dari teori-teori konseling yang ada pada saat ini. Konseling behavioral merupakan bentuk adaptasi dari aliran behavioristik yang menekankan perhatiannya pada perilaku yang tampak. Tingkah laku bermasalah adalah kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan. Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah. Tujuan dari konseling behavioral adalah membantu klien menolong diri sendiri untuk membuang respon-respon yang lama yang dapat merusak diri, dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat, meningkatkan keterampilan sosial, dan memperbaiki tingkah laku yang meyimpang. Selain itu, tujuan terapi behavioral yaitu untuk memperoleh perilaku baru, mengeleminasikan perilaku yang maladatif dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang di inginkan serta membentuk perilaku baru yang adaptif melalui proses belajar dan lingkungan. 23 c Tahap Bina Lanjutan after care Pada tahap ini pecandu diberi kegiatan sesuai dengan minat dan bakatnya untuk mengisi kegiatan sehari-hari, pecandu juga dapat kembali ke sekolah atau ke 22 Anas Salahuddin, Bimbingan dan Konseling, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010, hlm. 62 23 Andi Mappiare, Pengantar Konseling dan Psikoterapi ..., hlm. 143-144 tempat kerjanya namun tetap berada di bawah pengawasan. 24 Tahap bina lanjutan sama dengan tahap pascarehabilitasi. Tahap dimana pecandu yang sudah mengikuti tahap rehabilitasi namun masih belum pulih maka konselor akan memasukkannya ke dalam pascarehabilitasi.

C. Kajian Terdahulu