Analisa Beton Segar SCC

4.4 Analisa Beton Segar SCC

Hasil pengujian slump flow menunjukkan bahwa dengan penggantian agregat alami batu pecah dengan agregat daur ulang akan meningkatkan waktu alir t 500 dari 5,69 detik menjadi 16,50 detik untuk penggunaan agregat daur ulang 100% atau meningkat 189,98%. Diameter sebaran slump flow beton segar SCC mengalami penurunan 11,18% dengan penggantian agregat batu pecah dengan agregat daur ulang sebesar 100%. Hasil waktu alir dan diameter tersebut akan didapatkan kecepatan aliran beton segar SCC. Penggunaan agregat daur ulang 100% akan menurunkan kecepatan aliran sebesar 69,37%.

commit to user

Waktu alir t 500 slump flow meningkat 122,97%, dari 7,4 detik menjadi 16,5 detik dengan penggunaan 100% agregat daur ulang sebagai pengganti agregat alami batu bulat, diameter sebaran dan kecepatan aliran slump flow mengalami penurunan sebesar 9,40% dan 59,37%.

Penggunaan 100% agregat alami batu pecah dan 100% agregat alami batu bulat juga memiliki perbedaan. Waktu alir t 500 dan kecepatan aliran beton segar 100% agregat batu pecah lebih cepat 22,13% dan 32,67% dari pada penggunaan 100% agregat batu bulat dalam campuran beton segar SCC. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan 4.10 serta ditunjukkan pada Gambar 4.8 sampai 4.13 yang menunjukkan bahwa dengan penambahan agregat daur ulang akan menurunkan waktu alir, diameter, dan kecepatan alir.

Pengujian J-Ring juga menunjukkaan bahwa penggunaan agregat daur ulang akan menurunkan aliran beton segar SCC. Waktu alir J-Ring akan meningkat 46,39% untuk penggunaan 100% agregat daur ulang sebagai pengganti agregat batu pecah dan 44,12% untuk penggunaan 100% agregat daur ulang sebagai pengganti agregat batu bulat. Diameter sebaran yang terjadi mengalami penurunan seperti halnya pengujian slump flow.

Hal ini berbanding terbalik dengan tinggi blocking, dengan penggunaan agregat daur ulang akan menurunkan tinggi blocking sebesar 60% untuk 100% agregat daur ulang sebagai pengganti agregat batu pecah dan 38,46% untuk 100% agregat daur ulang sebagai pengganti agregat batu bulat. Penurunan tinggi blocking ini dikarenakan gradasi agregat daur ulang yang menunjukkan bahwa 10,98 % berat agregat daur ulang lolos saringan ukuran 4,75 mm, sedangkan untuk agregat batu pecah dan batu bulat hanya 5,03% dan 2,81%. Peningkatan penggunaan agregat daur ulang sebagai pengganti agregat kasar akan meningkatkan jumlah agregat yang berukuran maksimal 4,74 mm sehingga akan lebih mudah melewati tulangan dan menurunkan tinggi blocking di tulangan.

commit to user

Bentuk agregat batu bulat memiliki tinggi blocking yang rendah dari pada agregat batu pecah. Tinggi blocking pada pemakaian 100% agregat batu bulat adalah 3,25 cm, sedangkan tinggi beton segar yang tersangkut pada tulangan J-Ring dengan penggunaan 100% agregat batu pecah sebesar 5 cm. Hasil pengujian J-Ring dapat dilihat pada Gambar 4.14 sampai 4.21.

Waktu alir t 200 dan t 400 pada pengujian L-box mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan kadar agregat daur ulang yang digunakan. Sedangkan rasio self leveling pada pengujian L-box dan box type adalah 1, permukaan yang sama rata setelah beton segar diuji L-box dan box type.

Waktu penuangan beton segar menjadi lebih lambat dengan penambahan agregat daur ulang. Penggunaan agregat batu bulat juga mengakibatkan waktu tuang juga menjadi lebih lambat dari pada beton segar SCC dengan batu pecah. Waktu tuang beton segar SCC dengan batu pecah lebih cepat 62,21% dari pada menggunakan agregat batu bulat untuk pemakaian 100%. Hal ini terlihat pada pengujian V- funnel pada Gambar 4.28 dan Gambar 4.29.

Hasil pengujian beton segar menunjukkan bahwa dengan penggunaan agregat daur ulang akan menurunkan pengerjaan, pengaliran beton segar SCC, dan kemampuan mengisi ruang menjadi lebih lambat. Sifat agregat daur ulang memiliki retak mikro yang dikarenakan proses pembuatanya menyebabkan agregat daur ulang lebih porous dan juga kandungan mortar yang terdapat pada agregat daur ulang juga menyebabkan agregat daur ulang memiliki sifat absorbsi yang lebih besar dari pada agregat alami, yaitu 5,37%.

Sifat ini akan mempengaruhi proses pengerjaan beton segar karena kebutuhan air akan menjadi berkurang karena terserap oleh agregat daur ulang. Sehingga dengan penggunaan agregat daur ulang akan menurunkan proses pengerjaan, diameter sebaran, dan kecepatan aliran beton segar SCC. Hasil pengujian beton segar juga menunjukkan bahwa kinerja beton segar SCC dengan agregat batu pecah lebih baik dari pada menggunakan agregat batu bulat. Hal ini karena sifat agregat batu

commit to user

bulat yang memiliki banyak pori sehingga daya serap air menjadi besar dari pada agregat batu pecah.

Kemampuan untuk melewati tulangan dipengaruhi gradasi agregat, semakin banyak agregat yang tidak terlalu besar maka kemampuan melewati tulangan semakin baik. Bentuk agregat juga mempengaruhi blocking yang terjadi pada daerah tulangan. Bentuk agregat yang bulat dan halus lebih mudah melewati tulangan, sedangkan bentuk agregat yang pipih, tidak beraturan, dan kasar akan mudah tersangkut pada tulangan.

Penggunaan fly ash dan silica fume akan meningkatkan workability beton segar karena bentuk fly ash yang bulat dan silica fume yang berbentuk agak bulat. Bentuk fly ash dan silica fume ini akan menyebabkan beton segar SCC lebih mudah mengalir.

Rekapitulasi hasil pengujian beton segar SCC menggunakan agregat batu pecah dan agregat batu bulat dapat dilihat pada Tabel 4.21.