Pengganjaran (rewarding)

b. Pengganjaran (rewarding)

Pengganjaran merupakan imbalan yang diberikan seseorang atas tindakannya, meskipun tidak semua orang memberi ganjaran atas tindakannya juga sebaliknya. Pengganjaran dalam keluarga broken home biasa dilakukan oleh orang tua kepada anaknya, baik pengganjaran berupa hukuman ataupun penghargaan.

Berikut Matriks 4. menunjukan pola pengganjaran dalam keluarga broken home .

Matriks 4 Pola Pengganjaran (rewarding)

Ibu Tanti memberi nasehat

dan menjewer

- memberi uang lebih

- membelikan ice

cream - memberi pujian

Membelikan ice cream jika anak nilainya tidak ada yang merah

Ibu Retno

Menasehati, memberi pengertian, membentak, menghajar,

- memberi pujian - membelikan barang atau makanan yang diminta anak

Jika anak minggat, maka anak akan dimarahi dan di hajar Jika anak minggat, maka anak akan dimarahi dan di hajar

Ibu Nino

Menasehati dan pengarahan

memberi pujian

Orang tua tidak pernah melarang apapun yang anak lakukan

Ibu Warsi

Menasehati, dicetoti (mencubit dengan cara memelintir), membentak dan memarahi

- memberi pujian - memberi uang jajan lebih - membelikan barang atau makanan yang diminta anak

Jika anak berbohong, maka akan akan dimarahi dan dicetoti

Ibu Atik

menasehati

memberi uang jajan lebih

Orang tua tidak pernah melarang apapun yang anak lakukan

Sumber: Data Primer Bulan April-Mei 2012

Hukuman diberikan oleh orang tua kepada anaknya berdasarkan tingkah laku anak yang salah, tidak baik, kurang/tidak sopan, tidak diterima oleh masyarakat. Hukuman bisa berupa hukuman fisik (menjewer, mencubit, menampar hingga memukul) dan hukuman psikis seperti membentak, membatasi hak-hak anak dan mengabaikan/mendiamkan.

1. Hukuman

Dalam keluarga Ibu Retno Hastuti, ketika anaknya melakukan kesalahan yang ringan beliau hanya menasehati dan meberi pengarahan, tetapi jika anak melakukan kesalahan yang berat dan tidak bisa diampuni beliau mulai menggunakan hukuman fisik seberti memukul dan menampar. Seperti yang telah diungkapkannya sebagai berikut:

mengarahkan yang benar itu begini. Tapi suatu ketika Desi melakukan hal yang nekat, dia minggat dengan teman cowoknya dan tidak pulang selama 2 hari. Apa ya saya cuma diam, tentu tidak, saya cari dia sampai ketemu, begitu ketemu dia saya marahi di kamar. Om-nya sampai ikut muring-muring. Gimana enggak to mbak, anak kok ngisin-isinke wong tuwo nganti koyo ngunu. Untung ora mètèng, wong turu cah lor

(Sumber: Wawancara tanggal 24 April 2012) (Sumber: Wawancara tanggal 24 April 2012)

sendiri ditampar ama dipukuli. Tapi mau gimana lagi saya juga salah. Kalau masalah ga boleh bawa HP sih juga keberatan, anak jaman sekarang masa iya apa-apa ga bo

(Sumber: Wawancara tanggal 25 April 2012)

Hukuman fisik juga digunakan oleh Ibu Suwarsi untuk memberi ganjaran atas apa yang telah anaknya lakukan. Berikut pemaparannya: atau menginap di

rumah saudaranya, tapi ijin dulu. Nek Fitri enggak, milih kabur alesan ijin njenguk temannya, tabrakan, di RS. Ternyata dolan sama Septi, nginep, aku lak yo kwatir. Malah sing dikwatirke kenthir. Tekan omah tak cetoti nganti gosong ben kapok.

(Sumber: Wawancara tanggal 8 Mei 2012)

Ibu Suwarsi berpendapat bahwa apabila anak melakukan kesalahan terlebih berbohong maka ia tidak bisa hanya dinasehati, harus menggunakan hukuman fisik, yaitu dicetoti (adalah cara mencubit dengan memelintir di bagian tubuh). Beliau berpendapat bahwa berbohong merupakan kesalahan anak yang tidak bisa diampuni, terlebih itu berbohong kepada orang tua.

Berbeda dengan Ibu Retno Gendrowati (Nino), beliau mengaku tidak pernah menggunkan hukuman fisik. Hal ini terlihat dalam wawancara berikut: Berbeda dengan Ibu Retno Gendrowati (Nino), beliau mengaku tidak pernah menggunkan hukuman fisik. Hal ini terlihat dalam wawancara berikut:

(Sumber: Wawancara tanggal 3 Mei 2012) Hal itu sependapat dengan Dinta, anaknya, yang berpendapat bahwa

ibunya hanya menasehati dan memberi pengarahan jika dia melakukan kesalahan, itu dilakukan tidak hanya kepadanya saja, tetapi perlakuan yang sama dilakukan kepada kedua saudaranya. Dinta mengungkapkan:

a nggak pernah mukul saya atau nyeples yang berarti, ketika saya salah ya cuma dinasehati. Sama mbak Linda dan

(Sumber: Wawancara tanggal 5 Mei 2012)

Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu Atik bahwa beliau tidak pernah menghukum anaknya, adalah sebagai berikut: -boro saya mukul dia, membentak dia saja tidak saya

(Sumber: Wawancara tanggal 17 Mei 2012)

Ibu Atik berpendapat bahwa anaknya tidak pernah nakal, beliau kurang begitu tahu bahwa di luar rumah perilaku anaknya bagaimana. Sehingga beliau tidak pernah menghukum anaknya, kalau pun anaknya melakukan kesalahan beliau hanya menasehati supaya anaknya tidak mengulanginya lagi.

Suatu hukuman tidak bisa lepas dengan aturan yang harus ditaati. Tujuan dari adanya suatu aturan adalah untuk menata keberlangsungan hidup seseorang di masyarakat dan melatih atau membuat seseorang mematuhi dan mentaati peraturan tersebut sehingga seseorang itu bisa diterima di lingkungan masyrakat. Sama halnya di dalam sebuah keluarga dibutuhkan peraturan supaya seluruh anggota keluarga tertata dan bisa diterima oleh anggota keluarga yang lain, tentunya peraturan dalam keluarga ini tidak tertulis. Dengan dibentuknya peraturan maka terbentuklah sebuah hukuman bagi mereka yang melanggar. Hukuman diberikan sesuai dengan tingkat kesalahan yang dilakukan anak, serta Suatu hukuman tidak bisa lepas dengan aturan yang harus ditaati. Tujuan dari adanya suatu aturan adalah untuk menata keberlangsungan hidup seseorang di masyarakat dan melatih atau membuat seseorang mematuhi dan mentaati peraturan tersebut sehingga seseorang itu bisa diterima di lingkungan masyrakat. Sama halnya di dalam sebuah keluarga dibutuhkan peraturan supaya seluruh anggota keluarga tertata dan bisa diterima oleh anggota keluarga yang lain, tentunya peraturan dalam keluarga ini tidak tertulis. Dengan dibentuknya peraturan maka terbentuklah sebuah hukuman bagi mereka yang melanggar. Hukuman diberikan sesuai dengan tingkat kesalahan yang dilakukan anak, serta

2. Penghargaan

Penghargaan diberikan jika anak melakukan hal baik, menyenangkan dan berprestasi maka anak akan mendapatkan penghargaan berupa hadiah benda/barang yang diinginkan dan berupa pujian atau sanjungan. Dalam keluarga Ibu Tanti mengaku bahwa meberikan uang jajan lebih merupakan penghargaan yang diberikannya kepada Bintang, anaknya. Uang jajan lebih dari biasanya akan diberikan jika anaknya mau melakukan apa yang beliau perintahkan. Seperti yang beliau ungkapkan sebagai berikut:

ngambil laundry di tempat anak kost. Paling Rp.2.000,- mbak,

(Sumber: Wawancara tanggal 12 April 2012)

Ibu Tanti menjelaskan bahwa tidak selalu pekerjaannya digantikan oleh anaknya, seperti mengambil baju kotor dan mengantarkan baju bersih kepada anak kost di sekitar rumahnya. Namun begitu kalau beliau sedang banyak pekerjaan, dan harus segera mengantarkan baju bersih kepada anak kost maka beliau meminta tolong anaknya. Senada dengan Bintang, anaknya senang diberikan uang jajan lebih oleh ibunya, berikut ungkapnya:

eneng mbak, padahal ga jauh lho. Ibu nyuruh nganter ama ngambil baju kotor yang mau dilaundry, Cuma di deket-deket rumah kok. Nggak berat, paling 5 kg dapet uang Rp. 2.000,-

(Sumber: Wawancara tanggal 13 April 2012)

Selain Ibu Tanti, Ibu Atik juga melakukan hal yang sama dalam memberi penghargaan kepda anaknya. Beliau mengungkapkan:

warung ya saya opahi mbak, kadang malah sudah tak opahi

(Sumber: Wawancara tanggal 17 Mei 2012)

Ibu Atik berpendapat bahwa memberi uang kepada anaknya untuk bermain game online tidak ada salahnya, asal tidak setiap kali anaknya disuruh Bagas mendapatkan uang jajan. Berbeda dengan kedua keluarga diatas, Ibu Nino mengaku jika anaknya melakukan apa yang beliau suruh, maka beliau hanya memberikan pujian. Seperti pada wawancara Ibu Nino mengatakan sebagai berikut:

pujian. Kalau dia lulus kemaren, ya cuma bilang anak mama pi

(Sumber: Wawancara tanggal 3 Mei 2012)

Ibu Nino berpendapat bahwa anak tidak perlu diberikan uang jajan, karena itu akan mendidik dia menjadi boros sehingga hanya pujian yang biasa beliau berikan kepada anak-anaknya.

Lain halnya dengan Ibu Nino, Ibu Suwarsi justru terkesan memanjakan anaknya, berikut penuturannya: yang saya perintah, dia

manut, apapun yang dia minta pasti saya berikan asalkan itu masuk akal, seperti dia pengin makan cap jay, pengin baju baru,

(Sumber: Wawancara tanggal 8 Mei 2012)

Ibu Suwarsi terkesan agak memanjakan karena Fitri merupakan anak terkahir dan perempuan, karena kakaknya perempuan sudah menikah secara otomatis perhatian beliau lebih fokus pada Fitri. Apabila anak kesayangannya telah menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan oleh beliau, maka beliau akan membelikan makanan atau barang yang sedang anaknya inginkan. Hal yang sama diungkapkan oleh Ibu Retno Hastuti seperti pada kutipan wawancara berikut: Ibu Suwarsi terkesan agak memanjakan karena Fitri merupakan anak terkahir dan perempuan, karena kakaknya perempuan sudah menikah secara otomatis perhatian beliau lebih fokus pada Fitri. Apabila anak kesayangannya telah menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan oleh beliau, maka beliau akan membelikan makanan atau barang yang sedang anaknya inginkan. Hal yang sama diungkapkan oleh Ibu Retno Hastuti seperti pada kutipan wawancara berikut:

(Sumber: Wawancara tanggal 24 April 2012)

Senada dengan Ibu Suwarsi, Ibu Retno Hastuti juga melakukan hal yang sama, beliau memanjakan anak sematang wayangnya dengan memberikan pujian dan membelikan makanan atau barang yang diinginkan anaknya.