Proses Perceraian

E. Proses Perceraian

Dalam sebuah rumah tangga pastilah kerap terjadi konflik antara suami dan istri, dimana banyak hal yang memicu terjadinya pertengkaran bahkan sampai kepada perceraian. Setiap pertengkaran pastilah ada penyelesaiannya, tetapi apabila pertengkaran tersebut memicu sebuah keputusan yang besar seperti perceraian, maka proses melangkah ketahap itu pun bukan hal yang mudah dan singkat untuk dilakukan. Apabila seorang istri ingin mengajukan gugatan perceraian terhadap suaminya yang dianggap telah melakukan pengkhianatan terhadap perkawinan mereka, maka ada prosedur yang harus dilakukan dalam mengajukan Gugatan Perceraian di Pengadilan Agama, yakni sebagai berikut :

1. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah :

a. Mengajukan Gugatan secara tertulis atau lisan kepada Pengadilan Agama

b. Penggugat dianjurkan untuk meminta petunjuk kepada Pengadilan Agama tentang tata cara membuat Surat Gugatan

c. Surat gugatan dapat dirubah sepanjang tidak merubah posita dan petitum, namun jika Tergugat telah menjawab surat gugatan dan ternyata terdapat perubahan, maka perubahan tersebut harus atas persetujuan Tergugat.

2. Pengadilan tempat gugatan didaftarkan:

a. Bilamana Penggugat meninggalkan tempat kediaman yang telah disepakati bersama tanpa izin Tergugat, maka gugatan diajukan kepada Pengadilan Agama yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Tergugat.

b. Bilamana Penggugat bertempat kediaman di luar negeri, maka gugatan diajukan kepada Pengadilan Agama yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Tergugat.

maka gugatan diajukan kepada Pengadilan Agama, yang daerah hukumnya meliputi tempat perkawinan dilangsungkan atau kepada Pengadilan Agama Surakarta.

3. Alasan dalam Gugatan Perceraian di Pengadilan Agama:

a. Suami berbuat zina, pemabuk, pemadat, penjudi dan sebagainya;

b. Suami meninggalkan isteri selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa ada ijin ataupun alasan yang jelas, dengan kata lain perbuatan suami merupakan perbuatan sadar dan sengaja dilakukan.

c. Suami mendapat hukuman penjara selama 5 (lima) tahun atau lebih setelah perkawinan dilangsungkan;

d. Suami melakukan kekerasan terhadap isteri, bertindak kejam dan suka menganiaya;

e. Suami tidak menjalankan kewajibannya sebagai suami karena cacat badan atau penyakit yang diderita;

f. Terjadi perselisihan dan pertengkaran terus menerus tanpa kemungkinan untuk rukun kembali;

g. Suami melanggar taklik talaq yang diucapkan saat ijab qabul;

h. Suami beralih agama atau murtad yang mengakibatkan ketidak- harmonisan dalam keluarga.

4. Saksi dan Bukti

a. Pihak Penggugat (istri) wajib membuktikan di Pengadilan kebenaran alasan-alasan tersebut, dengan hal-hal berikut ini:

b. Salinan Putusan Pengadilan, jika alasan yang dipakai adalah suami mendapat hukuman 5 (lima) tahun atau lebih.

c. Bukti hasil pemeriksaan dokter atas perintah dari pengadilan, bila alasan isteri adalah suami mendapat cacat badan atau penyakit yang menyebabkan tidak mampu memenuhi kewajibannya.

d. Keterangan dari saksi-saksi, baik saksi yang berasal dari keluarga atau orang-orang dekat yang mengetahui terjadinya pertengkaran antara istri (si penggugat) dengan suaminya.

a. Surat Nikah asli;

b. Foto copy surat Nikah masing-masing 2 (dua) lembar yang dibubuhi materai dan dilegalisir;

c. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) terbaru dari pihak Penggugat;

d. Foto copy Kartu Keluarga; dan

e. Foto copy akta kelahiran anak (apabila sudah memiliki anak) dengan dibubuhi materai serta dilegalisir.

6. Permohonan Gugatan harus memuat :

a. Nama, umur, pekerjaan, agama dan tempat kediaman Pemohon dan Termohon.

b. Posita atau fakta kejadian dan fakta hukum.

c. Petitum yakni hal-hal yang dituntut berdasarkan posita.

7. Terkait gugatan lain, seperti: Penguasaan anak, nafkah anak dan isteri serta harta bersama, dapat diajukan secara bersama-sama dalam Gugatan Perceraian atau dapat diajukan setelah putusan perceraian memperoleh keputusan yang berkekuatan hukum tetap.

8. Biaya Perkara :

a. Biaya perkara dalam bidang perkawinan dibebankan kepada penggugat atau pemohon.

b. Biaya perkara penetapan atau putusan Pengadilan yang bukan merupakan penetapan atau putusan akhir akan diperhitungkan dalam penetapan atau putusan akhir.

c. Namun terhadap mereka yang tidak mampu, maka dapat berperkara secara cuma-cuma (prodeo).

9. Setelah melalui proses diatas dan Penggugat telah mendaftarkan Gugatan Perceraiannya ke Pengadilan Agama, maka Penggugat dan Tergugat atau kuasanya menghadiri persidangan berdasarkan panggilan pengadilan agama.

10. Tahapan Persidangan :

a. Pada pemeriksaan sidang pertama, hakim berusaha mendamaikan kedua belah pihak, dan suami istri harus datang secara pribadi.

agar lebih dahulu menempuh mediasi.

c. Apabila mediasi tidak berhasil, maka pemeriksaan perkara dilanjutkan dengan membacakan surat permohonan, jawaban, jawab menjawab, pembuktian dan kesimpulan. Dalam tahap jawab menjawab (sebelum pembuktian), Termohon dapat mengajukan gugatan rekonvensi (gugat balik).

11. Putusan Pengadilan Agama atas Gugatan Cerai :

a. Gugatan dikabulkan Dalam hal ini bilamana Tergugat tidak puas dapat mengajukan upaya hukum banding melalui Pengadilan Agama.

b. Gugatan ditolak Dalam hal ini bilamana tidak menerima putusan hakim maka Penggugat dapat mengajukan banding melalui Pengadilan Agama.

c. Gugatan tidak diterima Dalam hal ini Penggugat dapat mengajukan gugatan baru.

Apabila putusan telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka Pengadilan Agama akan memberikan Akta Cerai sebagai surat bukti cerai kepada kedua belah pihak selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah putusan tersebut diberitahukan kepada para pihak. Proses Perceraian seperti ini bisa memakan waktu hingga 6 (enam) bulan. Demikian penjelasan mengenai prosedur Gugatan

Perceraian di Pengadilan Agama sebagaimana ketentuan yang berlaku. 38

Diana Kusumasari. Hukum online.com : Bagaimana Mengurus Perceraian Tanpa Advokat? (2011)