Perbuatan Penyalahgunaan Dana Hibah Bantuan Sosial

b. Proses Pemberian Dana Hibah Bantuan Sosial

Menteri terkait atau pimpian lembaga pemerintah non departemen, Gubernur, Bupati, atau Walikota meneliti kebenaran dokumen dana hibah bantuan sosial dan mencari fakta atau keterangan tentang keadaan Yayasan

yang

bersangkutan dari

pihak lain yang dapat dipertanggungjawabkan 82 akurasinya. Tahapan setelah syarat dan

dokumen Permohonan bantuan sosial diberikan yaitu:

1) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang memberikan dana bantuan sosial menunjuk SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) untuk melakukan usulan tertulis yang dilakukan pemohon bantuan sosial;

2) Kepala SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) terkait menyampaikan hasil evaluasi berupa rekomendasi kepada kepala daerah melalui TAPD (Tim Anggaran Pemerintah Daerah).

81 Pasal 22 ayat (3) dan (4) Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2008 tentang Pelaksanaan tentang Undang-Undang Yayasan.

82 Ibid Pasal 22 ayat (5)

3) TAPD (Tim Anggaran Pemerintah Daerah) memberikan pertimbangan atas rekomendasi yang dilakukan SKPD sesuai dengan prioritas dan kemampuan keuangan daerah.

4) Rekomendasi kepala SKPD dan pertimbangan TAPD menjadi dasar pencantuman alokasi anggaran bantuan sosial dalam rancangan KUA (Kebijakan Umum Anggaran) dan PPAS (Prioritas Plafon Anggaran Sementara).

5) Bantuan sosial berupa uang dicantumkan dalam RKA-PKPD (Rencana Kerja dan Anggaran- Pejabat Pengelola Perangkat Daerah) dan barang dalam RKA-SKPD.

6) Pelakasanaan Anggaran bantuan sosial berupa uang berdasarkan atas DPA-PPKD (Dokumen Pelaksana Anggaran-Pejabat Pengelola Keuangan Daerah) dan berupa barang berdasarkan DPA-SKPD.

7) Kepala Daerah menetapkan daftar penerima dan besaran bantuan sosial dengan keputusan kepala daerah berdasarkan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran

APBD. 83

c. Proses Penerimaan dan Penggunaan Dana Bantuan Sosial

Yayasan Penerima dana bantuan sosial menurut Pasal 24 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang- Undang tentang Yayasan: “Yayasan yang menerima bantuan

83 Pasal 27 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah.

negara wajib membuat dan menyampaikan laporan tahunan Yayasan setia 1 (satu) tahun sekali kepada menteri terkait atau pimpinan lembaga pemerintah No.ndepartemen, gubernur, bupati atau walikota yang

memberikan bantuan tersebut”. Penyaluran/penyerahan dana bantuan sosial tersebut didasarkan pada daftar penerima bantuan sosial yang

tercantum dalam keputusan kepala daerah, dan pencairan bantuan sosial berupa uang dilakukan dengan cara pembayaran langsung (LS) dan di lengkapi dengan kuitansi bukti penerimaan uang bantuan sosial. 84

Setelah adanya pemberian bantuan sosial tersebut kepada Yayasan juga diatur/dibatasi penggunaan dari bantuan sosial tersebut, seperti yang tercantum pada Pasal 37 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 32 Tahun 2011 yaitu:

a. Penerimaan bantuan sosial bertanggung jawab secara formal dan material atas penggunaan bantuan sosisal yang diterimanya.

b. Pertangungjawaban penerima bantuan sosial meliputi:

1) Laporan penggunaan bantuan sosial oleh penerima bantuan sosial;

2) Surat pernyataan tanggungjawab yang menyatakan bahwa bantuan sosial yang diterima telah digunakan sesuai dengan usulan; dan

3) Bukti-bukti pengeluaran yang lengkap dan sah sesuai peraturan perundang-undangan bagi penerima bantuan sosial berupa uang atau salinan bukti serah terima barang bagi penerima bantuan sosial berupa barang.

84 Ibid, Pasal 32.

c. Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan

b disampaikan kepada kepala daerah paling lambat tanggal 10 Januari tahun anggaran berikutnya, kecuali ditentukan lain sesuai peraturan perundang-undangan.

d. Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c disimpan dipergunakan leh penerima bantuan sosial selaku obyek pemeriksaan.

Dana Hibah Bantuan sosial yang diterima oleh Yayasan hanya dapat digunakan sesuai dengan maksud dan tujuan serta kegiatan Yayasan berdasarkan Anggaran Dasar dan sesuai dengan program kerja Yayasan. Bantuan sosial yang diterima oleh Yayasan dilarang dialihkan secara langsung kepada Pembina,

Pengurus, dan Pengawas, atau pihak lain. 85 Dan bantuan sosial yang diberikan oleh negara hanya diperuntukkan pencapaian sasaran program dan kegiatan

pemerintah daerah dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas, dan manfaat untuk masyarakat.

2. Penyalahgunaan Dana Hibah Bantuan Sosial Sebagai Tindak Pidana Korupsi ditinjau dari Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Jo. Undang- Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Penyalahgunaan Dana Hibah Bantuan Sosial dapat dikategorikan sebagai suatu perbuatan tindak pidana korupsi seperti yang dijelaskan pada pasal 2 dan 3 Undang-undang No. 31 Tahun 1999 Jo. Undang-undang No.20 tahun 2001

85 Pasal 25 Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang- Undang tentang Yayasan.

Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Berikut akan di uraikan mengenai setiap unsur yang ada pada pasal 2 dan 3.

Dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 menyatakan bahwa: “Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) ”.

Unsur Objektif Penyalahgunaan Dana Hibah Bantuan Sosial Sebagai Tindak Pidana Korupsi dalam Pasal 2

1) Setiap orang;

2) Melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi;

3) Dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara;

a. Setiap orang

Selaku subjek hukum pidana pengertian setiap orang dalam tindak pidana korupsi dapat dilihat pada rumusan Pasal 1 butir 3 Undang-undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana yang di perbaharui dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yaitu merupakan perorangan dan termasuk juga suatu korporasi.

Jika melihat pengertian diatas, maka pelaku tindak pidana korupsi dapat disimpulkan menjadi orang perseorangan selaku manusia pribadi dan korporasi. Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No.31 Tahun 1999 Jo UU No. 20 tahun 2001 juga menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan korporasi adalah berupa kumpulan orang atau harta kekayaan terorganisasi baik badan hukum maupun bukan badan hukum.

Penerima dana hibah bantuan sosial yang diberikan oleh pemerintah ialah sebagaimana yang telah ditetapkan pada pasal 1 ayat (14) Permendagri Nomor 32 Tahun 2011

“Hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari pemerintah daerah kepeada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukkannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah.” Pemerintah dana hibah bantuan sosial yang melakukan tindak pidana

korupsi perbuatan penyalahgunaan dana hibah bantuan sosial, dapat diminta pertanggungjawabann ya karena telah memenuhi unsur “setiap orang”.

b. Unsur Memperkaya Diri Sendiri Atau Orang Lain Atau Suatu Korporasi

Unsur memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi dapat dilihat pertama sekali dari istilah “memperkaya” sebagai suatu bagian inti

(bestanddeel), dan merupakan istilah yang baru dalam hukum pidana Indonesia (bestanddeel), dan merupakan istilah yang baru dalam hukum pidana Indonesia

yang dialakukan dengan cara melawan hukum dan bukanlah unsur tingkah laku, tetapi unsur yang dituju oleh batin atau kesalahan dalam bentuk maksud. Jadi kehendak dalam melakukan perbuatan memaksa seperti yang ada dalam Pasal 368 dan 369 KUHP atau melakukan perbuatan menggerakkan. Pasal 378 KUHP ditujukan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan cara melawan hukum yang bersifat subjektif.

Para ahli sepakat bahwa unsur “menguntungkan diri” yang terdapat dalam ketiga Pasal Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yaitu Pasal 368,

369, dan 378 KUHP ini adalah sebagai “memperoleh atau menambah kekayaan dari yang sudah ada”. Dalam salah satu putusannya (24/1/1950) Hoge Raad menyatakan bahwa “si pelaku haruslah mempunyai maksud memperoleh

keuntungan berarti memperoleh kekayaan, dalam hal ini keuntungan dihubungkan dengan kekayaan (materil), bukan keuntungan yang berbentuk immaterial,

misalnya kepuasan batin ketika mendapat penghargaan. 86 Dalam Penjelasan Pasal 1 ayat (1) sub (a) Undang-undang No.3 tahun

1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang dimaksud dengan unsur “memperkaya diri sendiri” atau “orang lain” atau “suatu badan” jika

dihubungkan dalam Pasal 18 ayat (2) maka akan ada kewajiban bagi terdakwa pelaku tindak pidana korupsi untuk mengumumkan atau memberikan keterangan tentang sumber-sumber kekayaan yang dimilikinya sehingga dengan demikian

86 Adami Chazawi, Op.Cit.hlm.37.

kekayaan yang tidak seimbang dengan penghasilannya atau penambahan kekayaan tersebut dapat digunakan untuk memperkuat keterangan saksi dalam persidangan terdakwa telah melakukan tindak pidana korupsi.

Penyalahgunaan Dana Hibah Bantuan Sosial dapat dikategorikan sebagai suatu tindak pidana korupsi apabila telah memenuhi unsur “memperkaya diri sendiri atau orang lain”, maksutnya ialah dana hibah bantuan sosial tersebut telah

digunakan menjadi keuntungan pribadi ataupun orang lain dan tidak sesuai dengan tujuan awal dari dana hibah bantuan sosial itu di peruntukkan. Sebagaimana yang dimaksudkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah menyatakan :

“Hibah adalah pemberian uang/barang dari pemerintah daerah kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah,

masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukkannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang

penyelenggaraan urusa pemerintah daerah”

c. Unsur Dapat Merugikan Keuangan Negara Atau Perekonomian Negara

Dalam Pasal 2 ayat (1) UU No.31 tahun 1999 Jo. UU No.20 tahun 2001 menjelaskan bahwa kata “dapat” sebelum frasa “merugikan keuangan negara atau perekonomian negara” menunjukkan bahwa tindak pidana korupsi merupakan

delik formil. Dengan demikian adanya tindak pidana korupsi cukup dengan delik formil. Dengan demikian adanya tindak pidana korupsi cukup dengan

Dalam UU No.31 Tahun 1999 Jo. UU No. 20 Tahun 2001 “keuangan negara” diartikan sebagai seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun yang

dipisahkan, termasuk didalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena:

a. Berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban pejabat Lembaga Negara, baik ditingkat pusat, maupun daerah;

b. Berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban BUMN/BUMD, yayasan, badan hukum, dan perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan negara 88

Sedangkan pengertian perekonomian negara adalah perekonomian yang disusun sebagai suatu bentuk usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan ataupun usaha masyarakat secara mandiri yang didasarkan pada kebijakan pemerintah baik ditingkat pusat maupun daerah seuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan bertujuan untuk memberikan manfaat

kemakmuran dan kesejahteraan kepada seluru kehidupan rakyat. 89 Dana Hibah bantuan sosial yang diberikan negara merupakan salah satu

program pemerintah yang telah tercantum dalam APBN ataupun APBD, dan telah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011. Setiap

87 Firman Wijaya, Peradilan Korupsi Teori dan Prak tik , (Jakarta: Maharani Press, 2008), hlm.38

88 Ibid, hlm.34 89 Adami Chazawi, Op.Cit, hlm.45-46 88 Ibid, hlm.34 89 Adami Chazawi, Op.Cit, hlm.45-46

dengan peraturan yang ada, maka “perbuatan penyalahgunaan dana hibah bantuan sosial” telah memenuhi unsur “merugikan keuangan atau perekonomian negara”, karena tidaka sesuai dengan konsep dari dana bantuan sosial itu diberikan yang bersal dari APBD yaitu demi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

Unsur Objektif Penyalahgunaan Dana Hibah Bantuan sebagai Tindak Pidana Korupsi dalam Pasal 3

a. Perbuatan Menyalahgunakan Kewenangan Karena Jabatan Atau Kedudukan

Menurut Prof.Jean Rivero dan Prof.Waline, pengertian penyalahgunaan kewenangan dalam Hukum Administrasi dapat diartikan dalam 3 wujud, yaitu: 90

1. Penyalahgunaan kewenangan untuk melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan kepentingan umum atau untuk menguntungkan kepentingan pribadi, kelompok atau golongan;

2. Penyalahgunaan kewenangan dalam arti bahwa tindakan pejabat tersebut adalah benar ditujukan untuk kepentingan umum, tetapi menyimpang dari tujuan apa kewenangan tersebut diberikan oleh Undang-Undang atau peraturan-peraturan lain;

90 http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt54fbbf142fc22/arti-menyalahgunakan- wewenang-dalam-tindak-pidana-korupsi

3. Penyalahgunaan kewenangan dalam arti menyalahgunakan prosedur yang seharusnya dipergunakan untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi telah menggunakan prosedur lain agar terlaksana; Penyalahgunaan Dana hibah bantuan sosial juga telah memenuhi unsur

“penyalahgunaan kewenangan yang ada padanya” karena sesuai dengan pasal 22 ayat (1) Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 hibah bantuan sosial diberikan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat tertentu. Dan peggunaan bantuan sosial itu pun diatur dalam pasal 24 ayat (6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 yaitu ; rehabilitasi sosial, perlindungan sosial, pemberdayaan sosial, jaminan sosial, penanggulangan kemiskinan, dan penanggulangan bencana.

Dapat disimpulkan dari semua uraian unsur diatas, perbuatan penyalahgunaan Dana Hibah Bantuan Sosial merupakan salah satu bentuk dari tindak pidana korupsi. Karena telah memenuhi unsur objektif Pasal 3 Undang- Undang No.31 Tahun 1999 Jo. Undang-undang No. 20 Tahun 2001

“menyalahgunakan kewenangan, kesempatan dan sarana yang ada padanya”. Yaitu dengan menggunakan dana hibah bantuan sosial tersebut tidak seusai dengan diperuntukkan seharusnya sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Perbuatan terdakwa H.Dasni Yuzar, dimana bertindak sebagai pemilik dan pengurus Yayasan Cakradonya, menggunakan dana hibah yang diterima Yayasan Cakradonya dari Pemerintah Daerah bukan untuk pembangunan sport center Perbuatan terdakwa H.Dasni Yuzar, dimana bertindak sebagai pemilik dan pengurus Yayasan Cakradonya, menggunakan dana hibah yang diterima Yayasan Cakradonya dari Pemerintah Daerah bukan untuk pembangunan sport center

“menyalahgunakan kewenangan karena jabatan atau kedudukan telah terpenuhi.

Dokumen yang terkait

ANALISIS ISI LIRIK LAGU-LAGU BIP DALAM ALBUM TURUN DARI LANGIT

22 212 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25