Metodologi Penilaian Kerusakan dan Kerugian

g. Energi

Kerusakan yang terjadi pada sub sektor energi meliputi bahan bakar bio solar yang dipergunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik yaitu sebesar Rp

24 juta. Selain itu, erupsi Merapi juga telah menimbulkan kerusakan prasarana listrik baik panel tenaga surya maupun instalasi listrik PLN yaitu sebesar Rp 20,430 milyar serta kerugian sebesar Rp 1,102 milyar.

Terjangan material vulkanik berupa awan panas serta pasir Merapi telah merusak sejumlah peralatan komunikasi dan informatika di sekitar Gunungapi Merapi seperti alat pemantau awan panas dan lahar dingin sampai kamera pemantau CCTV. Nilai kerusakan pada sub sektor komunikasi dan informatika diperkirakan mencapai Rp 1,555 milyar.

3.2.3. Sektor Sosial

Aktivitas masyarakat di sekitar Gunungapi Merapi praktis terganggu bahkan terhenti selama terjadinya erupsi Merapi. Masyarakat terfokus untuk menghindari ancaman bahaya erupsi Merapi yang mungkin terjadi dengan cara mengungsi ke tempat-tempat pengungsian yang tersebar di beberapa lokasi. Pada uraian Sektor Sosial digambarkan seberapa besar dampak dari erupsi Merapi terhadap aktivitas masyarakat di Bidang Sosial. Sektor Sosial tersebut meliputi Kesehatan, Lembaga Sosial, Agama, Budaya dan Pendidikan.

Erupsi Gunungapi Merapi telah menghancurkan serta melumpuhkan beberapa fasilitas sosial seperti Puskesmas, Tempat Ibadah, Sekolah, Gedung Pertemuan serta Lembaga Sosial Budaya lainnya. Hancurnya sarana dan prasarana sosial ini menyebabkan terhentinya pula aktivitas masyarakat. Penilaian kerusakan dilakukan terhadap fasilitas sosial yang mengalami kerusakan baik berat maupun ringan sampai fasilitas tersebut kembali dapat digunakan seperti semula. Adapun penilaian kerugian dilakukan terhadap fasilitas sosial yang mengalami kerusakan sehingga potensi pendapatan atau pemasukan retribusi dari fasilitas sosial tersebut terhenti.

Nilai kerusakan sektor sosial adalah sebesar Rp 29,371 milyar atau sekitar 3,28% dari total nilai kerusakan, sedangkan nilai kerugian dari sektor sosial adalah sebesar Rp 20,268 milyar atau sekitar 0,45% dari total nilai kerugian. Adapun total nilai kerusakan dan kerugian adalah sebesar Rp 49,639 milyar atau sebesar 0,92% dari total nilai kerusakan dan kerugian.

Penilaian kerusakan dan kerugian pada sektor sosial diuraikan ke dalam sub-sub sektor sosial sebagai berikut:

Penilaian kerusakan dan kerugian pada sub sekor kesehatan meliputi fasilitas sosial seperti rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, balai pengobatan/rumah bersalin, polindes, posyandu, poskesdes, tempat praktek dokter swasta, tempat praktek bidan swasta, biaya pemulasaran jenazah, biaya perawatan korban bencana, biaya penanganan psikologis dan gangguan jiwa, serta pencegahan penyakit menular hingga bantuan tenaga kesehatan. Adapun nilai kerusakan pada sub sektor kesehatan adalah sebesar Rp 2,258 milyar dan nilai kerugian adalah sebesar Rp 7,796 milyar sehingga nilai total kerusakan dan kerugian adalah sebesar Rp 10,054 milyar.

b. Lembaga Sosial

Penilaian kerusakan dan kerugaian pada sub sektor lembaga sosial meliputi fasilitas sosial seperti panti asuhan, panti cacat, dan panti rehabilitasi sosial, serta lembaga-lembaga sosial lainnya seperti komunitas lereng merapi yang melakukan aktivitas pemantauan perkembangan Gunungapi Merapi. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui besaran nilai kerusakan pada sub sektor lembaga sosial adalah sebesar Rp 1,190 milyar dan nilai kerugian adalah sebesar Rp 370 juta sehingga nilai total kerusakan dan kerugian adalah sebesar Rp 1,560 milyar.

c. Agama

Nilai kerusakan pada sub sektor agama adalah sebesar Rp 9,64 milyar dan nilai kerugian pada sub sektor agama adalah sebesar Rp 1,745 milyar sehingga nilai total kerusakan dan kerugian adalah sebesar Rp 11,385 milyar. Penilaian kerusakan dan kerugian pada sub sektor agama meliputi tempat- tempat ibadah seperti masjid, gereja Kristen, gereja Katolik, pura, dan vihara yang terdapat di sekitar Gunungapi Merapi.

d. Budaya

Nilai kerusakan pada sub sektor budaya adalah sebesar Rp 1,322 milyar dan nilai kerugian pada adalah sebesar Rp 1,932 milyar. Penilaian kerusakan dan kerugian pada sub sektor budaya meliputi kegiatan masyarakat di bidang kebudayaan beserta prasarana pendukungnya yang rutin dilaksansakan oleh penduduk di sekitar Gunungapi Merapi.

Penilaian kerusakan dan kerugian pada sub sektor pendidikan meliputi pendidikan TK, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/SMK/sederajat serta biaya pemeliharaan fasilitas pendidikan sampai kembali dapat dipergunakan untuk kegiatan belajar dan mengajar. Besaran nilai kerusakan pada fasilitas TK adalah sebesar Rp 2,523 milyar dan nilai kerugian sebesar Rp 130,5 juta serta nilai kerusakan fasilitas SD adalah sebesar Rp 9,76 milyar dan nilai kerugian adalah sebesar Rp 526,8 juta. Sedangkan untuk fasilitas SMP tidak terdapat unit yang rusak namun memiliki nilai kerugian sebesar Rp 200 juta. Adapun untuk fasilitas SMA/SMK nilai kerusakan didapat sebesar Rp 2,676 milyar dan nilai kerugian sebesar Rp 50 juta. Mengingat pentingnya penyelenggaraan pendidikan terutama pada pendidikan dasar dan menengah, maka upaya merehabilitasi dan merekondisi fasilitas-fasilitas pendidikan yang ada sampai dapat dipergunakan kembali untuk kegiatan belajar dan mengajar dilakukan melalui pemeliharaan dan perawatan terhadap sekolah-sekolah tersebut. Adapun biaya pemeliharaan fasilitas-fasilitas pendidikan tersebut yang merupakan nilai kerugian adalah Rp 8,84 milyar.

3.2.4. Sektor Ekonomi

Bencana Erupsi Gunungapi Merapi di Kabupaten Sleman telah melumpuhkan kegiatan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan gunungapi Merapi terutama saat mulai ditetapkannya status gunungapi menjadi awas akibat peningkatan aktivitas gunungapi yang semakin intensif. Letusan dahsyat beserta material-material vulkanik yang dikeluarkan oleh gunungapi Merapi telah menghancurkan sebagian besar lahan pertanian di Kabupaten Sleman Bagian Utara terutama wilayah di sekitar gunungapi. Selain menghancurkan lahan pertanian, letusan Gunungapi juga merusak sarana prasarana ekonomi lainnya sehingga masyarakat yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya.

Selain merusak (dampak langsung) sarana dan prasarana, terhentinya kegiatan perekonomian masyarakat terutama di sekitar kawasan gunungapi juga telah menimbulkan sejumlah kerugian (dampak tidak langsung) yang harus dihadapi oleh masyarakat. Munculnya kerugian pada sektor ekonomi terjadi akibat terhentinya proses produksi maupun potensi pendapatan yang seharusnya diperoleh masyarakat. Guna diketahui besaran kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan pada sektor ekonomi, maka dilakukan penilaian terhadap kerusakan

Nilai kerusakan sektor ekonomi adalah sebesar Rp 193,437 milyar atau sekitar 21,63% dari total kerusakan. Sedangkan nilai kerugian sektor ekonomi adalah sebesar Rp 1,068 trilyun atau sekitar 23,67% dari total kerugian. Adapun nilai total kerusakan dan kerugian sektor ekonomi adalah Rp 1,261 milyar atau sekitar 23,33%. Penilaian terhadap kerusakan dan kerugian pada sektor ekonomi diuraikan ke dalam sub sektor tanaman pangan dan hortikultura, perikanan, peternakan, kehutanan (hutan rakyat), perkebunan, industri kecil rumah tangga dan koperasi, pasar, pariwisata, serta keuangan dan perbankan. Kerusakan dan kerugian fasilitas ekonomi berupa pasar, peternakan, pariwisata, keuangan dan perbankan termasuk akibat tidak berfungsinya sarana tersebut.

Penilaian kerusakan dan kerugian pada sektor ekonomi diuraikan ke dalam sub- sub sektor ekonomi sebagai berikut:

a. Tanaman Pangan dan Hortikultura

Penilaian kerusakan dan kerugian pada sub sektor tanaman pangan dan hortikultura dilakukan pada lima komoditas yaitu padi sawah, sayur, salak pondoh, tanaman hias, dan palawija. Penilaian kerusakan dihitung melalui biaya produksi mulai dari biaya pengolahan lahan, biaya bibit, biaya perawatan, dan lainnya. Nilai kerusakan tanaman pangan dan hortikultura adalah sebesar Rp 11,499 milyar dengan nilai rata-rata biaya produksi untuk tanaman pangan dan hortikultura adalah Rp 6 juta per Ha.

Adapun penilaian kerugian dihitung dari rata-rata nilai jual komoditas pada saat ini dikurangi dengan rata-rata biaya produksi. Nilai kerugian yang ditimbulkan pada sub sektor tanaman pangan adalah sebesar Rp 238,296 milyar terdiri dari kerugian padi sawah sebesar Rp 2,795 milyar, sayur sebesar Rp 32,927 milyar, salak pondoh sebesar Rp 201,486 milyar, tanaman hias sebesar Rp 1,011 milyar, dan palawija sebesar Rp 75,8 juta.

Tabel 3.2-II Nilai Kerugian Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Sleman

NO KOMODITAS

LUAS/RUMPUN/BATANG

NILAI KERUGIAN

1 Padi Sawah

Ha 2,795,131,440 2 Sayur

Ha 32,927,925,000 3 Salak Pondoh

201,486,497,400 4 Tan Hias

Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan Kabupaten Sleman

b. Perikanan

Kerusakan dan kerugian pada sub sektor perikanan dinilai berdasarkan tiga jenis usaha yaitu Usaha Pembenihan Rakyat (UPR), pembudidayaan ikan konsumsi, dan pembudidaya ikan hias. Kerugian sub sektor perikanan akibat bencana erupsi gunungapi merapi adalah sebesar Rp 11,317 milyar yang terdiri dari kerugian dari usaha pembenihan rakyat sebesar Rp 6,384 milyar, pembudidaya ikan konsumsi sebesar Rp 4,698 milyar, pembudidaya ikan konsumsi sebesar Rp 206 juta, usaha pembenihan ikan rakyat di luar radius 20 km sebesar Rp 20 juta , serta pembudidaya ikan hias sebesar Rp 11,317 milyar rupiah.

Tabel 3.2-III

Nilai Kerugian Perikanan di Kabupaten Sleman NO JENIS USAHA JUMLAH

LUAS

KERUGIAN

KELOMPOK KOLAM

(Rp)

(Ha)

1 UPR (Usaha Pembenihan Rakyat)

6,384,660,000 2 Pembudidaya Ikan Konsumsi

75 163.9 4,698,950,000 (Ngemplak, Turi, Pakem, Cangkringan)

3 Pembudidaya Ikan Konsumsi 9 206,000,000 (di luar radius 20 km)

4 UPR di luar Radius 20 Km 1 20,000,000 5 Pembudidaya Ikan Hias

Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan Kabupaten Sleman

c. Peternakan

Letusan erupsi Gunungapi Merapi selain mengeluarkan awan panas yang dapat mematikan hewan ternak, juga mengeluarkan material vulkanik yang dapat mengganggu kesehatan serta menurunkan produktivitas hewan ternak. Jumlah hewan ternak yang mati akibat letusan gunungapi tercatat sapi perah

Adapun kerugian yang dihadapi peternak adalah menurunnya/berhentinya produksi hewan ternak dikarenakan terpapar material vulkanik sehingga produk menjadi tidak dapat dikonsumsi/dijual ke pasar. Jumlah susu seharusnya dapat diproduksi adalah sebesar 4.482 liter atau senilai Rp 12,549 milyar, jumlah telur burung puyuh yang seharusnya diproduksi adalah sebanyak 1.998 butir atau senilai Rp 299,7 juta, dan telur ayam yang seharusnya diproduksi adalah sebanyak 51.024 butir atau senilai Rp 32,598 milyar. Selain terhentinya produksi hewan ternak, kerugian lain yang dihadapi adalah biaya evakuasi hewan ternak sebesar Rp 180,5 juta, biaya penyediaan tanaman HMT sebesar Rp 953,400 juta serta pembuatan kandang shelter/sementara sebesar Rp 1,602 milyar. Nilai total kerugian pada sub sektor peternakan karena itu tercatat sebesar Rp 48,184 milyar.

Tabel 3.2-IV Nilai Kerusakan Peternakan di Kabupaten Sleman

No Komoditas

Tanaman HMT

rusak Instalasi Air Jumlah

Nilai (000 Rp) Jumlah

Ternak mati

Luas/ekor

1 Sapi Perah 2,233

7,536,375 76.75 1,151,250 762 3,810,000 34,827,625 2 Sapi Potong

27 1,025,000 5 Ayam Potong

625,000 2,505,000 6 Ayam Petelur 106,300

Jumlah Total

Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan Kabupaten Sleman

Tabel 3.2-V Nilai Kerugian Peternakan di Kabupaten Sleman

No Komoditas Produksi Susu/Telur Evakuasi

Kandang Shelter Jumlah Liter/

HMT

(Rp) Butir

1 Sapi Perah 4,482 12,549,600 1,781 89,050 1,068,600 534,300 8,015 801,450 13,974,400,000 2 Sapi Potong

299,700,000 5 Ayam Potong 6 Ayam Petelur

Jumlah Total

Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan Kabupaten Sleman

d. Kehutanan (Hutan Rakyat)

Sebagian wilayah di sekitar Gunungapi Merapi terutama kawasan hutan rakyat yang terkena aliran awan panas serta material vulkanik lainnya mengalami kehancuran. Hutan rakyat yang hasilnya dimanfaatkan oleh sebagian penduduk sebagai mata pencaharian setidaknya mengalami kerusakan seluas 840 Ha yang tersebar di Kecamatan Turi, Pakem dan Cangkringan. Jenis tanaman rusak yang biasa dimanfaatkan penduduk di kawasan hutan rakyat adalah sengon, mahoni, mindi, multi purpose trees species (MPTS), dan Bambu senilai Rp 103,740 milyar.

Tabel III.2-VI Nilai Kerusakan Hutan Rakyat di Kabupaten Sleman

KECAMATAN/ Kerusakan Hutan Rakyat Per Jenis Tanaman (000 Rp)

Sengon Mahoni Mindi MPTS Bambu Jumlah No.

(300 btg/Ha)

(85 btg/Ha)

(35 btg/Ha)

(50 btg/Ha)

(5Rumpun /Ha)

Turi 1. Girikerto

Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan Kabupaten Sleman

Keterangan : 1. Tanaman Sengon, ukuran garis tengah ≥ 20 Cm, harga Rp. 250.000,- / batang 2. Tanaman Mahoni, ukuran garis tengah ≥ 20 Cm, harga Rp. 350.000,- / batang 3. Tanaman Mindi, ukuran garis tengah ≥ 20 Cm, harga Rp. 250.000,- / batang

4. Tanaman MPTS, harga Rp. 150.000,- / batang 5. Tanaman Bambu, 1 Ha = 5 rumpun, 1 rumpun terdapat 100 batang, harga Rp. 5.000,- / batang

e. Perkebunan

Wilayah di sekitar Gunungapi Merapi yang subur beserta iklim yang kondusif dimanfaatkan oleh penduduk sebagai lahan perkebunan dengan komoditas yang dikembangkan antala lain kelapa, kopi, cengkeh, kakao, lada, panili, teh, dan jarak pagar. Kerusakan yang terjadi akibat terkena dampak erupsi gunungapi pada sub sektor perkebunan setidaknya tercatat sebesar Rp 14,413 milyar. Sedangkan kerugian yang ditimbulkan adalah sebesar Rp 10,689 milyar.

Tabel 3.2-VII Nilai Kerusakan Perkebunan di Kabupaten Sleman

Nilai/pohon Kerusakan Kerugian No

Komoditas (Ha)

Tan/Ha

Tanaman (btg)

40,000,000 3,000,000,000 8 Jarak pagar

Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan Kabupaten Sleman

f. Industri Kecil Rumah Tangga dan Koperasi

Dampak terjadinya erupsi Gunungapi Merapi telah mengakibatkan terhentinya kegiatan ekonomi masyarakat terutama selama meletusnya gunungapi baik yang terkena dampak secara langsung maupun tidak langsung.Dampak secara langsung terhadap industri kecil dan rumah tangga dan koperasi berupa kerusakan yang dialami tercatat sebesar Rp 3,423 milyar, sedangkan dampak tidak langsung berupa kerugian akibat terhentinya kegiatan ekonomi tercatat sebesar Rp 8,008 milyar.

g. Pasar

Kegiatan ekonomi masyarakat berupa transaksi jual beli barang dan jasa yang biasa dilakukan di pasar selama terjadinya letusan gunungapi juga terhenti. Kerusakan yang dialami oleh pasar tradisional baik berupa rusak berat, sedang maupun ringan tercatat sebesar Rp 3,125 milyar sedangkan kerugian yang

h. Pariwisata

Selain dari pertanian, perekonomian Kabupaten Sleman juga diwarnai oleh kegiatan pariwisata yang memanfaatkan keanekaragaman sumber daya alam serta budaya yang berkembang di sekitar Gunungapi Merapi. Letusan Gunungapi Merapi yang merupakan salah satu focal point dari Objek dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Sleman telah menimbulkan kerusakan baik sarana maupun prasarana pendukungnya. Kerusakan yang dialami oleh sub sektor pariwisata setidaknya tercatat Rp 7,488 milyar. Sedangkan kerugian yang dialami baik berupa hilangnya pendapatan serta potensi pendapatan yang seharusnya diterima adalah sebesar Rp 70,525 milyar.

i. Keuangan dan Perbankan

Guna mendukung kegiatan sehari-hari terutama untuk melaksanakan kegiatan perekonomiannya, masyarakat di sekitar Gunungapi Merapi banyak yang memanfaatkan jasa keuangan perbankan serta lembaga keuangan lainnya. Umumnya, masyarakat yang membutuhkan tambahan modal usaha mengagunkan aset-aset yang dimiliki baik berupa rumah maupun lahan pertaniannya kepada lembaga keuangan. Namun selama terjadinya letusan gunungapi sebagian masyarakat telah kehilangan aset-aset mereka baik rumah maupun lahan pertanian serta menjadi tidak mampu untuk melunasi utang yang telah mereka sanggupi. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya kredit macet pada lembaga-lembaga keuangan serta terhentinya program- program penguatan modal yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah. Setidaknya, jumlah kerugian yang akan dihadapi oleh sub sektor keuangan dan perbankan adalah sebesar Rp 308,744 milyar.

3.2.5. Sektor Lintas Sektor

Penilaian kerusakan dan kerugian pada lintas sektor dilakukan terhadap sub sektor Lingkungan Hidup, Pemerintahan, Ketertiban dan Keamanan, serta Tata Ruang. Sub sektor Lingkungan Hidup pada uraian ini difokuskan pada Kawasan Taman Nasional Gunungapi Merapi yang memegang peranan penting bagi keseimbangan ekosistem wilayah secara lebih luas. Nilai kerusakan pada sektor lintas sekor adalah sebesar Rp 5,755 milyar atau sekitar 0,68% dari total kerusakan, sedangkan nilai kerugian adalah sebesar Rp 3,386 trilyun atau sekitar 75,48%.

Adapun nilai total kerusakan dan kerugian pada sektor lintas sektor adalah 3,392 trilyun atau sekitar 63,62%.

Tabel 3.2-VIII

Nilai Kerusakan dan Kerugian Sektor Sosial di Kabupaten Sleman

TOTAL NO

SEKTOR/

NILAI KERUSAKAN