260 merupakan wewenang pejabat yang menerbitkan izin tersebut yaitu Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
2. Aspek Perlindungan Hukum Pidana
Aspek hukum pidana dalam kaitannya dengan sanksi pidana dalam Undang-undang No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan TKI
di Luar Negeri adalah asas kepastian hukum legalitas, asas pencegahan dan asas pengendalian.
Asas legalitas principle of legality, yang di dalamnya terkandung asas kepastian hukum dan kejelasan serta ketajaman dalam merumuskan peraturan
dalam hukum pidana, khususnya sepanjang berkaitan dengan perumusan pasal dan sanksi yang perlu dijatuhkan agar si pelaku mentaati normanya.
Asas pencegahan The Precautionary principle, yaitu apabila terjadi bahaya atau ancaman terjadinya pelanggaran yang serius dan irreversible, maka
kekurangsempurnaan suber daya manusia dapat dijadikan alasan untuk menunda dan memperbaiki sistem penempatan TKI ke Luar Negeri.
Asas pengendalian principle of restraint yang juga merupakan salah satu syarat kriminalisasi, yang menyatakan bahwa sanksi pidana hendaknya baru
dimanfaatkan bahwa sanksi –sanksi perdata dan administrasi dan sarana-sarana lain ternyata tidak tepat dan tidak efektif untuk menangani tindak pidana
tertentu. Dalam hukum pidana dalam hal ini dikenal asas subsidiaritas atau ultima ratio principle atau ultimum remedium
Pendayagunaan peradilan administrasi dan hukum pidana double sanctioning tidak akan merupakan ne bis in idem. Tetapi sebaiknya hal tersebut
261 dilakukan setelah mempertimbangkan tingkat kesalahan si pelaku dan berat
ringannya akibat yang ditimbulkannya. Di sinilah letak pentingnya peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil PPNS.
101
Aspek hukum pidana dalam Undang-undang No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri, diatur dalam Bab
XIII Pasal 102 sd 104. Pasal 102 :
1 Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 dua tahun dan paling
lama 10 sepuluh tahun danatau denda paling sedikit Rp. 2.000.000.000,00 dua miliar rupiah dan paling banyak Rp.
15.000.000.000,00 lima belas miliar rupiah, setiap orang yang : a.
menempatkan warga negara Indonesia untuk bekerja di luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4;
b. menempatkan TKI tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12;
atau c.
menempatkan calon TKI pada jabatan atau tempat pekerjaan yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan norma kesusilaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30. 2
Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan tindak pidana kejahatan.
Pasal 103 :
101
Lihat Muladi, Prinsip-Prinsip dasar Hukum Pidana Lingkungan Dalam Kaitannya Dengan Undang - Undang No. 23 Tahun 1997 Semarang : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup PPLH Lembaga
Penelitian Universitas Diponegoro, 1997, halaman 9.
262 1
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 satu tahun dan paling lama 5 lima tahun danatau denda paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00
satu miliar rupiah dan paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 lima miliar rupiah, setiap orang yang :
a. mengalihkan atau memindahtangankan SIPPTKI sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19; b.
mengalihkan atau memindahtangankan SIP kepada pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33;
c. melakukan perekrutan calon TKI yang tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35; d.
menempatkan TKI yang tidak lulus dalam uji kompetensi kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45;
e. menempatkan TKI tidak memeuhi persyaratan kesehatan dan
psikologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50; f.
menempatkan calon TKITKI yang tidak memiliki dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51;
g. menempatkan TKI di luar negeri tanpa perlindungan program
asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68; atau h.
memperlakukan calon TKI secara tidak wajar dan tidak manusiawi selama masa di penampungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70
ayat 3. 2
Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan tindak pidana kejahatan.
263 Pasal 104
1 Dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 1 satu bulan dan
paling lama 1 satu tahun dnatau denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00 seratus juta rupiah dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 satu miliar rupiah, setiap orang yang : a.
menempatkan TKI tidak melalui Mitra Usaha sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 24;
b. menempatkan TKI di luar negeri untuk kepentingan perusahaan
sendiri tanpa izin tertulis dari Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat 1;
c. mempekerjakan calon TKI yang sedang mengikuti pendidikan dan
pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46; d.
menempatkan TKI di Luar Negeri yang tidak memiliki KTKLN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64; atau
e. tidak memberangkatkan TKI ke luar negeri yang telah memenuhi
persyaratan kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67.
2 Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan tindak
pidana pelanggaran. Berdasarkan ketentuan di atas, dapat dikatehui bahwa tindak pidana
pidana sebagaimana di atas adalah berupa kejahatan Pasal 102 dan 103 dan pelanggaran Pasal 104.
264 Kejahatan sebagaimana Pasal 102 dan 103 dan Pelanggaran
sebagaimana Pasal 104 Undang-undang No. 39 Tahun 2004 ditujukan kepada setiap orang terutama ditujukan kepada PJTKI yang merupakan
pelaksana penempatan TKI ke luar negeri. Dengan bentuk sanksi pidana nominal khusus dalam ketentuan di
atas, yaitu pidana penjara paling singkat 2 tahun, dan maksimal khusus paling lama 10 tahun dan denda paling sedikit 2 milyar rupiah dan paling
banyak 15 milyar rupiah, sebagaimana dalam Pasal 102, Pidana penjara minimal 1 tahun maksimal 5 tahun dan denda paling sedikit 1 milyar rupiah
dan paling banyak 5 milyar rupiah sebagaimana dalam Pasal 103, dan pidana kurungan minimal 1 bulan dan maksimal 1 tahun dan denda sedikitnya 100
juta rupiah dan paling banyak 1 miliar rupiah sebagaimana dalam Pasal 104, maka diharapkan mampu untuk mencegah terjadinya tindak pidana dalam
rangka perlindungan TKI di luar negeri. Berdasarkan paparan di atas, maka dapat diketahui bahwa aspek
perlindungan hukum TKI di luar negeri, sebagaimana diatur dalam Undang- undang No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar
Negeri, terdiri dari aspek hukum administrasi dan aspek hukum pidana. Aspek hukum administrasi berupa bentuk tindakan pembinaan administrasi dan
pengawasan administrasi serta sanksi administrasi yang lebih cenderung kepada tindakan administrasi pemerintahan berupa paksaan pemerintah dan pencabutan
izin usaha. Aspek hukum pidana lebih cenderung kepada tindakan yang
265 dilakukan kepada setiap orang terutama kepada PJTKI yang bobot tindakannya
lebih berat dan menimbulkan akibat yang berat juga. Perlu diketahui pula dalam Undang-undang No. 39 Tahun 2004 Tentang
Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri, tidak terdapat aspek hukum perdata dalam perlindungan TKI tersebut. Akan lebih baik jika aspek hukum
perdata juga diatur dalam undang-undang tersebut, hal ini perlu karena dari sisi kemungkinan kerugian bagi Calon TKITKI yang dirugikan oleh PJTKI.
Dalam proses pra penempatan kemungkinan timbul terjadinya wanprestasi baik oleh PJTKI maupun oleh Calon TKITKI :
1 Wanprestasi tetang biaya, waktu, jenis pekerjaan, dan tempat bekerja atau
negara tujuan penempatan; 2
Wanprestasi tentang penyediaanpengurusan dokumen penempatan; 3
Perlakuan yang merugikan dalam proses pra penempatan; Pada masa penempatan :
1 Wanprestasi tentang penggantian biaya penempatan;
2 Wanprestasi tentang jangka waktu pelaksanaan perjanjian kerja;
Pada purna penempatan : 1
Wanprestasi tentang pengurusan santunan asuransi; 2
Wanprestasi tentang pelayanan pemulangan; 3
Wanprestasi tentang penggantian biaya penempatan; 4
Wanprestasi tentang pengembalian dokumen dalam rangka penemnpatan. Bentuk-bentuk wanprestasi sebagaimana di atas, apabila menimbulkan
kerugian bagi kedua belah pihak yaitu PJTKI dan CalonTKI, akan lebih baik
266 apabila diatur pula dalam Undang-undang No. 39 Tahun 2004 Tentang
Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri.
267
BAB IV P E N U T U P
O. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap pokok permasalahan dalam tesis ini, maka diambil kesimpulan sebagai berikut :
Untuk bekerja di luar negeri, Calon TKITKI harus menempuh prosedur dan syarat-syarat serta mekanisme tertentu sesuai dengan ketetuan yang berlaku.
Dengan demikian bagi Calon TKI yang akan bekerja di Luar Negeri jika tidak melalui prosedur berarti terjadi penyimpangan yang sering disebut
dengan istilah TKI illegal yaitu TKI yang bekerja ke luar negeri tanpa menggunakan cara yang sesuai dengan peraturan dan tidak memiliki
dokumen sah. Bentuk-bentuk penyimpangan yang terjadi pada pengiriman TKI ke Luar Negeri antara lain : Calon TKI penduduk wilayah Kabupaten
Grobogan dan PJTKI di kabupaten maupun di luar Kabupaten Grobogan tidak memeberitahukan kepada Disnakertrans Kabupaten Grobogan, Calon
TKI bekerja hanya berbekal paspor saja tanpa dokumen lainnya; Calon TKI tidak memiliki visa kerja, melainkan menggunakan visa kunjungan
sementara yang masa berlakunya terbatas; Calon TKI berpindah-pindah kerja tanpa doumen baru, dan izin tinggal di negara itu telah habis masa
berlakunya namun yang bersangkutan terus bekerja atau tinggal di negara itu tanpa memperpanjang dokumennya.