Analisa Data. Rumusan Masalah. Perencanaan.

16

2. Analisa Data.

Data yang telah dikumpulkan dari hasil pengkajian kemudian dikelompokkan dan dianalisa untuk menemukan masalah kesehatan klien. Untuk mengelompokkannya dibagi menjadi dua data yaitu, data sujektif yaitu data yang di dapat dari pasien langsung, dan data objektif yaitu data yang didapat dari observasi perawat langsung kepada pasien, dan kemudian ditentukan masalah keperawatan yang timbul.

3. Rumusan Masalah.

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan fraktur adalah : 1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksiimmobilisasi, stress, ansietas. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dispnea, kelemahankeletihan, ketidak edekuatan oksigenasi, ansietas, dan gangguan pola tidur. 3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat luka ulserasi, kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik. 4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeriketidak nyamanan, kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatantahanan. 5. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi tertekan, prosedur invasif dan jalur penusukkan, lukakerusakan kulit, insisi pembedahan. 6. Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajanmengingat, salah interpretasi informasi. Universitas Sumatera Utara 17

4. Perencanaan.

Perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang di laksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnose keperawatan yang telah di tentukan dengan tujuan terpenuhi kebutuhan klien Zaidin, 2001. Intervensi keperawatan yang muncul pada pasien dengan fraktur menurut Doenges et al 1999 meliputi : 1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksiimobilisasi, stress ansietas. a. Tujuan : Nyeri dapat berkurang atau hilang b. Kriteria hasil : - Pasien tampak tenang - Pasien melaporkan nyeri berkurang atau hilang c. Intervensi No Intervensi Rasional 1 2 3 4 Mandiri Pertahankan immobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat, atau traksi. Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena. Hindari penggunaan spreibantal plastik dibawah ekstremitas dalam gips. Tinggikan penutup tempat tidur, pertahankan linen terbuka pada ibu Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang yang cedera. Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema, dan menurunkan nyeri. Dapat meningkatkan ketidak nyamanan karena peningkatan produksi panas dalam gips yang kering. Mempertahankan kehangatan tubuh tanpa ketidaknyamanan karena Universitas Sumatera Utara 18 5. 6 7 8 9 10 jari. Evaluasi keluhan nyeriketidak nyamanan, perhatikan lokasi dan karakteristik, termasuk intensitas skala 1-10. Perhatikan petunjuk nyeri non verbal perubahan pada tanda vital dan emosiprilaku Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan cedera. Jelaskan prosedur sebelum memulai. Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasifaktif. Berikan alternatif tindakan kenyamanan, contoh pijatan punggung, perubahan posisi. Dorong menggunakan teknik manajemen stress contoh relaksasi progresif, latihan nafas dalam, tekanan selimut pada bagian yang sakit. Mempengaruhi pilihanpengawasan keaktifan intervensi. Tingkat ansietas dapat mempengaruhi persepsireaksi terhadap nyeri. Membantu untuk menghilangkan ansietas. Pasien dapat merassakan kebutuhan untuk menghilangkan pengalaman kecelakaan. Memungkinkan pasien untuk siap secara mental untuk aktivitas juga berpartisipasi dalam mengontrol tingkat ketidaknyamanan. Mempertahankan kekuatanmobilitas otot yang sakit dan memudahkan resolusi inflamasi pada jaringan yang cedera. Meningkatkan sirkulasi umum; menurunkan area tekanan lokal dan kelelahan otot. Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol, dan dapat meningkatkan kemampuan koping Universitas Sumatera Utara 19 11 12 13 14 imajinasi visualisasi. Identifikasi aktifitas terapeutik yang tepat untuk usia pasien, kemampuan fisik, dan penampilan pribadi. Selidiki adanya keluhan nyeri yang tak biasatiba-tiba dalam, lokasi progresifburuk tidak hilang dngan analgesik. Kolaborasi Lakukan kompres dingin es sesuai kebutuhan Berikan obat sesuai indikasi. dalam manajemen nyeri, yang mungkin menetap untuk periode lebih lama. Mencegah kebosanan, menurunkan tegangan, dan dapat meningkatkan kemampuan otot; dapat meningkatkan harga diri dan kemampuan koping. Dapat menandakan terjadinya komplikasi Menurunkan edemapembentukan hematoma, emnurunkan sensasi nyeri. Diberikan untuk menurunkan nyeri danatau spasme otot . 2. Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaaan seorang individu yang tidak cukup mempunyai energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang diinginkan. a. Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas. b. Kriteria hasil : - perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri. - pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu. Universitas Sumatera Utara 20 - Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik. c. Intervensi No Intervensi Rasional 1 2 3 4 Rencanakan periode istirahat yang cukup. Berikan latihan aktivitas secara bertahap. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan. Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien. mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal. tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini. mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali. menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan. 3. Kerusakan integritas kulit adalah keadaan kulit seseorang yang mengalami perubahan secara tidak diinginkan. a. Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai. b. Kriteria Hasil : - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus. - luka bersih tidak lembab dan tidak kotor. - Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi. c. Intervensi No Intervensi Rasional 1 2 Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat. mengidentifikasi tingkat keparahan Universitas Sumatera Utara 21 3 4 5 6 7 serta jumlah dan tipe cairan luka. Pantau peningkatan suhu tubuh. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi. luka akan mempermudah intervensi. suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan. tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi. agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya. balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi. antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi. 4. Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih. a. Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal. b. Kriteria hasil : - penampilan yang seimbang.. - melakukan pergerakkan dan perpindahan. - mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik: 0 = mandiri penuh 1 = memerlukan alat Bantu 2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran 3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu. 4= ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas. Universitas Sumatera Utara 22 c. Intervensi No Intervensi Rasional 1 2 3 4 5 6 7 Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera dan perhatikan pesepsi pasien terhadap imobilisasi. Dorong partisipasi pada aktifitas teraupetikrekreasi. Pertahankan rangsang lingkunan, contoh radio, TV, koran, kunjungan keluargateman dll. Isntruksikan paien untuk bantu pasien dalam rentang gerak pasienaktif pada ekstremitas yang sakit atau tidak sakit. Bantudorong perawatan dirikebersihan contoh mandi, mencukur Berikanbantu dalam mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat, sesegera mungkin. Instruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas. Awasi TD dengan melakukn aktifitas. Perhatikan keluhan pusing. Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuknapas dalam. Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diripersepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasiintervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol diriharga diri, membantu menurunkan isolasi sosial. Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untu meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah kontrakturatrofi, dan resorpsi kalsium karena jarang digunakan. Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, menigkatkan kontrol pasien dalam situasi, dan meningkatkan kesehatan diri langsung. Mobilisasi dini menurunkan resiko tirah baring dan meningkatkan penyembuhan dan normalisasi fungsi organ. Hipotensi postural adalah masalah umum menyertai tirah baring lama dan dapat memerlukan intervensi khusus contoh kemiringan meja dengan peninggian secara bertahap sampai pada posisi tegak. Mencegahmenurunkan insiden komplikasi kulitpernapasan contoh dekubitus, atelektasis, pneumonia Universitas Sumatera Utara 23 8 Auskultasi bising usus. Awasi kebiasaan eliminasi dan berikan keteraturan defekasi rutin. Tirah baring, penggunaan analgesik, dan perubahan dalam kebiasaan diet dapat memperlambat peristaltik dan menyebabkan konstipasi. Tindakan keperawatan yang memudahkan eliminasi dapat mencegahmembatasi komplikasi. 5. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit. a. Tujuan : infeksi tidak terjadi terkontrol. b. Kriteria hasil : - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus. - luka bersih tidak lembab dan tidak kotor. - Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi. c. Intervensi No Intervensi Rasional 1 2 3 4 5 Pantau tanda-tanda vital. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik. mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat. mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen. untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial. penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi akibat terjadinya proses infeksi. antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen. Universitas Sumatera Utara 24 6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajanmengingat, salah interpretasi informasi. a. Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan. b. Kriteria Hasil : - melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan. - memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan. c. Intervensi No Intervensi Rasional 1 2 3 4 Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan. mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas. diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan. mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan. Universitas Sumatera Utara 25

B. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

A. PENGKAJIAN

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. H Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 73 tahun Status Perkawinan : Kawin Agama : Katolik Pendidikan : Tamat SD Pekerjaan : Ibu rumah tangga Alamat : Jln. Mejid suhada psr VI Tanggal Masuk RS : 13-06-2013 No. Register : 00.56.28.24 Ruangankamar : RB 2 B III 5 Golongan Darah : O Tanggal pengkajian : 1706 - 2013 Tanggal operasi : - Diagnose Medis : close R humerus fx

II. KELUHAN UTAMA

: Nyeri pada lengan atas kanan dengan skala 5. Universitas Sumatera Utara