Asuhan Keperawatan Pada Ny. N Dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman Nyeri di RSUD. dr. Pirngadi Medan
Asuhan Keperawatan Pada Ny. N Dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
di RSUD. dr. Pirngadi Medan
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
VINNI VIRI FIONITA 112500046
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
(2)
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. N dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Di RSUD. dr. Pirngadi Medan”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.
Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.
3. Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan
4. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku ketua Program Studi DIII Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
5. Bapak Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes, selaku sekretaris Program Studi DIII keperawatan yang telah memberikan kesempatan menimba ilmu di fakultas keperawatan dan memberikan masukan yang bermanfaat
6. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II dan sekaligus pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan meluangkan waktu serta pikiran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS, selaku penguji yang telah meluangkan waktu serta dengan sabar memberikan saran-sarannya.
8. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 9. Yang terkhusus kepada kedua orang tua, Bapak (Eddy ) dan Ibu (Nuryati), yang
selalu memberi support dan ispirasi kepada saya untuk tetap semagat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
(4)
10.Terima kasih buat pacar saya Muhammad Jefri yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil dan dengan penuh kasih sayang dan buat sahabat saya Anggi(biber) yang selalu memberikan bantuan kepada saya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
11.Teman-teman seperjuangan Mahsarni Simahate(Aceh), Indah Purnama Sari, Siti Nurul Idrus(Uun) di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan khususnya Program Studi DIII Keperawatan Stambuk 2011 yang telah mendukung dan memberi semangat selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunannya. Maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Harapan penulis semoga ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juni 2014
(5)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 2
1.2.1 Tujuan Umum ... 2
1.2.2 Tujuan Khusus ... 2
1.3 Manfaat BAB II PENGELOLAAN KASUS ... 4
2.1 Konsep Dasar Nyeri... 4
2.1.1 Defenisi Nyeri ... 4
2.1.2 Sifat Nyeri ... 5
2.1.3 Fisiologi Nyeri ... 5
2.1.4 Klasifikasi Nyeri ... 6
2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Nyeri ... 8
2.1.7 Penilaian Nyeri ... 11
2.2 Asuhan Keperawatan dan Nyeri ... 12
2.2.1 Pengkajian Nyeri ... 12
2.2.2 Penetapan Diagnosa ... 14
2.2.3 Perencanaan ... 15
2.2.4 Implementasi ... 16
A. Tindakan Nyeri Nonfarmakologis ... 17
B. Tindakan Terapi Nyeri Farmakologis ... 18
2.3 Pengkajian ... 20
2.4 Analisa Data ... 27
2.5 Rumusan Masalah... 27
(6)
2.7 Implementasi Dan Evaluasi ... 32
BAB III PENUTUP ... 34
3.1 Kesimpulan ... 35
3.2 Saran ... 36
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(7)
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
2.1 Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis ... 7
2.2 Skala Nyeri Menurut Hayward ... 11
2.3 Analisa Data ... 27
2.4 Perencanaan Keperawatan dan Rasional ... 28
(8)
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1 Skala FACES ... 12 2.2 Skala Nyeri Menurut Hayward ... 11
(9)
BAB I PENDAHULUAN
1.4 Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia terdiri atas unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan manusia. Kebutuhan Dasar Manusia menurut teori Hirarki Abraham Maslow terdiri atas kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, hargadiri, danaktualisasi diri (Potter dan Patricia, 1997). Teori Hirarki merupakan teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami kebutuhan dasar manusia ketika mengaplikasikan asuhan keperawatan. Kebutuhan dasar manusia merupakan focus dalam asuhan keperawatan. Bagi klien yang mengalami gangguan kesehatan maka kemungkinan ada satu atau beberapa kebutuhan dasar klien yang terganggu. Menurut tingkatan pada teori Hirarki Maslow, pemenuhan kebutuhan dasar manusia diawali dengan pemenuhan kebutuhan fisiologis yang meliputi oksigenasi, nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi, personal hygene, tidur dan istirahat, seksualitas. Jika pemenuhan kebutuhan fisiologis telah terpenuhi, maka kebutuhan keamanan dan kenyamanan pada tingkatan selanjutnya yang harus dipenuhi.
Kebutuhan rasa nyaman dapat dipersepsikan berbeda pada setiap orang. Ada yang mempersepsikan bahwa hidup tersa nyaman bila mempunyai banyak uang, ada juga yang indikatornya bila tidak ada gangguan dalam hidupnya. Dalam konteks asuhan keperawatan ini, maka perawat harus memerhatikan dan memenuhi rasa nyaman. Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi keperawatan. Kondisi yang menyebabkan ketidaknyamanan klien adalah nyeri. Nyeri merupakan sensasi ketidaknyamanan yang bersifat individual. Klien merespons terhadap nyeri yang dialaminya dengan beragam cara, misalnya berteriak, meringis, dan lain-lain (Asmadi, 2008). Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama dengan njmyeri. Setiap individu memiliki karakteristik fisiologis, sosial, spiritual, psikologis, dan kebudayaan yang mempengaruhi cara mereka menginterpretasikan dan merasakan nyeri. Kolcaba (1992) mendefinisikan kenyamanan dengan cara yang konsisten pada pengalaman subjektif klien. Sehingga penting bagi perawat untuk memahami makna nyeri bagi setiap individu karena nyeri bersifat subjektif dan sangat individual.
Nyeri merupakan sumber penyebab rasa tidak nyaman pasien yang merupakan faktor utama penghambat kemampuan mekanisme koping individu dan healing proses
(10)
untuk pulih dari suatu penyakit. Kolcaba (1992) mendefinisikan kenyamanan sebagai suatu keadaan yang harus terpenuhi sebagai kebutuhan dasar manusia. Sehingga diharapkan perawat dapat memberi asuhan keperawatan kepada klien diberbagai keadaan dan situasi untuk menghilangkan nyeri dan dapat meningkatkan kenyamanan.
Pentingnya pemenuhan kebutuhan klien akan kenyamanan dan bebas dari nyeri selama dilakukan perawatan, menarik minat penulis untuk membahas dan menyusun asuhan keperawatan terhadap pasien dengan gangguan rasa nyaman nyeri.
1.5 Tujuan
1.5.1 Tujuan Umum
Memberikan Asuhan keperawatan secara kemprehensif terhadap pasien dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan dasar gangguan rasa nyaman nyeri di RSUD dr. Pirngadi Medan
1.5.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan masalah kebutuhan gangguan dasar rasa nyaman:nyeri
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar gangguan rasa nyaman:nyeri
3. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar gangguan rasa nyaman: nyeri
4. Melakukan implementasi yang dilakukan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar dengan gangguan rasa nyaman:nyeri
5. Melakukan evaluasi keperawatan dengan masalah kebutuhan dasar gangguan rasa nyaman:nyeri
6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan masalah kebutuhan dasar gangguan rasa nyaman:nyeri
1.6 Manfaat
1. Institusi Pendidikan
Hasil penulisan KTI ini mahasiswa memperoleh evidencecase dalam praktek klinik Asuhan Keperawatan di RSUD dr.Pirngadi Medan yang dapat di jadikan sebagai masukan dan informasi kasus tentang nyeri bagi mahasiswa keperawatan.
(11)
2. Pelayanan keperawatan
Memberikan informasi tambahan bagi pelayanan keperawatan tentang pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan nyeri dengan karakteristik pasien yang berbeda.
3. Penulis
Hasil Karya Tulis Ilmiah ini memberikan pengalaman khusus kepada penulis dalam melakukan Asuhan Keperawatan pasien dengan gangguan rasa nyaman nyeri dengan karakteristik pasien yang berbeda dengan pengalaman sebelumnya.
(12)
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1.1 Defenisi Nyeri
Nyeri merupakan fenomena yang multidimensi, karena itulah sulit untuk memberikan batasan yang pati terhadap nyeri. Sensasi nyeri yang dilaporkan tiap individu berbeda-beda, hal inilah yang menyebabkan pengertian nyeri dari masing-masing individu berbeda pula. Individu A yang tertusuk paku akan melaporkan nyeri yang berbeda dibandingkan individu B yang merasakan nyeri karena tersandunh batu, bahkan individu A dan B yang sama-sama tertusuk paku akan menghasilkan respon dan persepsi yang berbeda pula terhadap nyeri (Prasetyo, 2010). Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat individual. Dikatakan bersifat individual karena respon individu terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak disamakan satu dengan lainnya. Hal tersebut dapat menjadi dasar bagi perawat dalam mengatasi nyeri pada pasien.
Nyeri diartika berbeda-beda antar individu, bergantung pada persepsinya. Walaupun demikian, ada satu kesamaan mengenai persepsi nyeri. Secara sederhana, nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang tidakmenyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis, dan lain-lain (Asmadi, 2008).
Bagaimanapun, tidak mudah untuk memberikan batasan terhadap nyeri, yang jelas nyeri merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan yang hanya dapat diungkapkan oleh individu yang mengalaminya(bersifat subjektif) dan persepsinya berbeda antara satu orang dengan yang lainnya (Prasetyo, 2010).
Nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri akut dan kronis. Nyeri akut biasanya berlangsung secara singkat, misalnya nyeri pada patah tulang atau pembedahan abdomen. Pasien yang mengalami nyeri akut biasanya menunjukkan gejala-gejala antara lain: respirasi meningkat, percepatan jantung, tekanan darah meningkat, dan palor. Respon seseorang terhadap nyeri bervariasi. Nyeri kronis berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu lebih lama dan pasien sering sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai dirasakan.
Nyeri juga dinyatakan sebagai nyeri somatogenik atau psikogenik. Nyeri somatogenik merupakan nyeri secara fisik, sedangkan nyeri psikogenik merupakan nyeri psikis atau mental.
(13)
2.1.2 Sifat Nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan/atau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seorang individu (Mahon, 1994). Menurut McCaffery (1980) : ”nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri.” Mahon menemukan empat atribut pasti untuk pengalaman nyeri, yaitu: nyeri bersifat individu, tidak menyenangkan, merupakan suatu kekuatan yang mendominasi dan bersifat tidak berkesudahan (Mahon 1994). Nyeri melelahkan dan menuntut energi seseorang.
Nyeri dapat menganggu hubungan personal dan mempengaruhi makna kehidupan (Mahon, 1994). Nyeri tidak dapat diukur secara objektif, seperti dengan menggunakan sinar-X atau pemeriksaan darah. Walaupun tipe nyeri tertentu menimbulkan tanda dan gejala yang dapat diprediksi, seringkali perawat hanya mengkaji nyeri dengan mengacu pada kata-kata dan perilaku klien. Hanya klien yang mengetahui apakah terdapat nyeri dan seperti apa nyeri tersebut.
Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi nyeri. Apabila seseorang merasakan nyeri, maka perilakunya akan berubah. Misalnya, seseorang yang kakinya terkilir menghindari aktivitas mengangkat barang yang memberi beban penuh pada kakinya untuk mencegah cedera lebih lanjut. Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan jaringan, yang harus menjadi pertimbangan utama keperawatan saat mengkaji nyeri (Clancy dan McVicar, 1992).
Nyeri mengarah pada penyebab ketidakmampuan. Seiring dengan peningkatan usia harapan hidup, lebih banyak orang mengalami penyakit kronik, dengan nyeri merupakan suatu gejala yang umum.
2.1.3 Fisiologi Nyeri
Nyeri
selalu di kaitkan dengan adanya stimulus(rangsang nyeri) dan receptor. Reseptor yang di maksud adalah nosiceptor,yaitu ujung-ujung saraf bebas pada kulit yang berespon terhadap stimulus yang kuat. Munculnya nyeri dimulai dengan adanya stimulus nyeri. Stimulu-stimulus tersebut dapat berupa biologis, zat kimia, panas, listrik serta mekanik (Prasetyo, 2010).(14)
Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan akibat benturan,gesekan,ataupun luka. Trauma termis menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas,dingin.
Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau kerusakan jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga karena tarikan,jepitan,atau metastase. Nyeri pada peradangan terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan.
Dapat disimpulkan bahwa nyeri yang disebabkan oleh faktor fisik berkaitan dengan terganggunya serabut saraf reseptor nyeri. Serabut saraf ini terletak dan tersebar pada lapisan kulit dan pada jaringan tertentu.
Nyeri yang disebabkan faktor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan karena penyebab organik, melainkanakibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik (Asmadi, 2008).
2.1.4 Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan, yaitu berdasarkan pada tempat, sifat, berat ringannya, dan waktu (Asmadi, 2008).
a. Nyeri berdasarkan tempatnya :
- Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tuubuh misalnya pada kulit, mukosa.
- Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau pad organ-organ tubuh visceral.
- Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang berbeda,bukan daerah asal nyeri.
- Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, talamus, dan lain-lain.
b. Nyeri berdasarkan sifatnya :
- Incidental pain, yaitu nyeri timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
- Stedy pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama.
(15)
- Paroxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap ± 10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.
c. Nyeri berdasarkan berat ringannya:
- Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah - Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi - Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan
- Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka operasi, ataupun pada suatu penyakit arteriosclerosis pada arteri koroner.
- Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Ragam pola tersebut ada yang nyeri timbul dengan periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali lagi nyeri, dan begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis yang konstan, artinya rasa nyeri tersebut terus-menerus tersa makin lama semakin meningkat intensitasnya walaupun telah diberikan pengobatan
(Asmadi, 2010).
Tabel 2.1 Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis
Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis
Awitan Mendadak Terus menerus/intermittent Durasi Durasi singkat (kurang
dari enam bulan)
Durasi lama (lebih dari enam bulan)
Respon otonom Takikardia,tekanan darah meningkat, pucat, lembab, berkeringat,
dilatasi pupil meningkat,
Tidak dapat repon otonom, penurunan tekanan darah, bradikardia, kulit kering, panas, dan pupil kontriksi Respon
psikologis
Cemas, gelisah, dan terjadi ketegangan otot
Depresi, putus asa, mudah tersinggung/marah, menarik diri
(16)
2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Nyeri
Nyeri merupakan suatu keadaan yang kompleks yang dipengaruhi oleh faktor fisiologi, spiritual, psikologis, dan budaya. Setiap individu mempunyai pengalaman yang berbeda tentang nyeri. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nyeri adalah sebagai berikut:
1. Faktor Fisiologi
Berbagai Faktor fisiologi yang dapat mempengaruhi nyeri meliputi berbagai faktor, yaitu umur, jenis kelamin dan kelelahan
a. Usia
Usia merupakan variabel yang penting dalam mempengaruhi nyeri pada individu. Usia juga mempengaruhi persepsi nyeri seseorang yaitu anak-anak dan orang tua mungkin lebih merasakan nyeri dibandingkan dengan orang dewasa muda karena mereka sering tidak dapat mengkomunikasikan apa yang mereka rasakan. Pada orang dewasa nyeri yang mereka rasakan sangat kompleks, karena mereka umumnya memiliki berbagai macam penyakit dengan gejala yang sering sama dengan bagian tubuh yang lain. Oleh karena itu, perawat harus teliti melihat di mana sumber nyeri yang dirasakan pasien (Prasetyo, 2010).
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon terhadap nyeri (Gil, 1990). Diragukan apakah hanya jenis kelamin saja yang merupakan suatu faktor dalam pengekspresian nyeri. Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin (misalnya menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan seorang anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama).
Toleransi nyeri sejak lama telah menjdi subjek penelitian yang melibatkan pria dan wanita. Akan tetapi, toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merupakan faktor yang unik bagi setiap individu, tanpa memperhatikan jenis kelmain (Prasetyo, 2010).
c. Kelelahan
Kelelahan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping (Prasetyo, 2010).
(17)
2. Faktor Sosial
Faktor sosial yang mempengaruhi nyeri terdiri dari perhatian, pengalaman nyeri sebelumnya, serta keluarga dan dukungan keluarga.
a. Perhatian
Seseorang yang memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respons nyeri yang menurun (Gil, 1990). Konsep ini merupakan salah satu konsep yang perawat terapkan diberbagai terapi untuk menghilangkan nyeri, seperti relaksasi, teknik imajinasi terbimbing (guided imagery), dan masase (Potter & Perry, 2005). b. Pengalaman nyeri sebelumnya
Hal ini juga berpengaruh terhadap persepsi nyeri individu dan kepekaannya terhadap nyeri. Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh dan menderita nyeri yang berat, maka ansietas dan bahkan rasa takut dapat muncul. Sebaliknya apabila individu mengalami nyeri dengan jenis yang berulang-ulang, tetapi kemudian nyeri tersebut dengan berhasil dihilangkan, akan lebih mudah bagi individu tersebut untuk menginterpretasikan sensasi nyeri. Akibatnya, klien akan lebih siap untuk melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menghilangkan nyeri (Potter & Perry, 2005).
c. Keluarga dan dukungan keluarga
Seorang yang merasakan nyeri sering bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk mendukung, menemani, atau melindunginya. Walaupun nyeri masih ada, kehadiran keluarga atau teman-teman dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan (Prasetyo, 2010). Misalnya, individu yang sendirian, tanpa keluarga atau teman-teman yang mendukungnya, cenderung merasakan nyeri yang lebih berat dibandingkan dengan individu yang mendapat dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekatnya (Mubarak & Chayatin, 2007).
(18)
3. Faktor Spiritual
Spiritual membuat seseorang mencari tahu makna atau arti dari nyeri yang dirasakannya, seperti mengapa nyeri ini terjadi pada dirinya, apa yang telah dia lakukan selama ini, dan lain-lain (Potter & Perry, 2009).
4. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi nyeri terdiri dari kecemasan dan koping individu.
a. Kecemasan
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas (Prasetyo, 2010)
b. Koping individu
Koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memperlakukan nyeri. Seseorang yang mengontrol nyeri dengan lokus internal merasa bahwa diri mereka sendiri mempunyai kemampuan untuk mengatasi nyeri. Sebaliknya, seseorang yang mengontrol nyeri dengan lokus eksternal lebih merasa bahwa faktor-faktor lain di dalam hidupnya seperti perawat merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap nyeri yang dirasakanya. Oleh karena itu, koping apsien sangat penting untuk diperhatikan (Potter & Perry, 2009).
5. Faktor Budaya
Faktor budaya yang mempengaruhi nyeri terdiri dari makna nyeri dan suku. a. Makna Nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya individu tersebut. Individu akan mempersepsikan nyeri dengan berbeda-beda, apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan. Misalnya seorang wanita yang sedang bersalin akan mempersepsikan nyeri berbeda dengan seorang wanita yang mengalami nyeri akibat cedera karena pukulan pasangannya (Prasetyo, 2010).
(19)
b. Kebudayaan
Begitu juga dengan kebudayaan, keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri (Prasetyo, 2010).
2.1.7 Penilaian Nyeri
Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk menentukan terapi nyeri yang efektif. Skala penilaian nyeri dan ketenangan pasien digunakan untuk menilai derajat nyeri. Intensitas nyeri harus dinilai sedini mungkin selama pasien dapat berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi nyeri yang dirasakan.
Hayward (1975) mengembangkan sebuah alat ukur nyeri (painometer) dengan skala longitudinal yang pada salah satu ujungnya tercantum nilai 0 (untuk keadaan tanpa nyeri) dan ujung lainnya nilai 10 (untuk kondisi nyeri paling hebat). Untuk mengukurnya, penderita memilih salah satu bilangan yang menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri yang terakhir kali ia rasakan, dan nilai ini dapat dicatat pada sebuah grafik yang dibuat menurut waktu. Intensitas nyeri ini sifatnya subjektif dan dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat kesadaran, konsentrasi, jumlah distraksi, tingkat aktivitas, dan harapan keluarga. Intensitas nyeri dapat dijabarkan dalam sebuah skala nyeri dengan beberapa kategori.
Tabel 2.2 Skala Nyeri Menurut Hayward
Skala Keterangan
0 1-3 4-6 7-9 10
Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang
Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol dengan aktivitas yang biasa dilakukan
Sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol
Sedangkan skala nyeri McGill (McGill scale) mengukur intensitas nyeri dengan menggunakan lima angka, yaitu :
0 = tidak nyeri 1 = Nyeri ringan 2 = Nyeri sedang 3 = Nyeri berat 4 = Nyeri sangat berat 5 = Nyeri hebat
(20)
Selain kedua skala di atas, ada pula skala wajah, yakni Wong-Baker FACES Rating Scale yang ditujukan untuk klien tidak mampu menyatakan intensitas nyerinya melalui skala angka. Ini termasuk anak-anak yang tidak mampu berkomunikasi secara verbal dan lansia yang mengalami gangguan kognisi dan berkomunikasi.
Gambar 2.1 Skala FACES
2.2 Asuhan Keperawatan dan Nyeri 2.2.1 Pengkajian Nyeri
Pengkajian nyeri yang tepat dibutuhkan untuk menetapkan data dasar, untuk menegakkan diagnose keperawatan yang tepat, untuk menyeleksi terapi yang cocok, dan untuk mengevaluasi respon klien terhadap terapi. Walaupun pengkajian nyeri merupakan aktivitas yang paling umum dilakukan perawat, pengkajian nyeri merupakan salah satu pengkajian yang sulit dilakukan. Perawat harus menggali pengalaman nyeri dari sudut pandang klien. Penting untuk menginterpretasi secara cermat tanda-tanda nyeri mengingat komponen fisik dan psikologis dari suatu nyeri mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri.
Saat mengkaji nyeri, perawat harus sensitif terhadap tingkat kenyamanan klien. Apabila nyeri bersifat akut atau parah, ada kemungkinan klien dapat memberi penjelasan yang terinci tentang pengalaman nyerinya secara keseluruhan. Selama episode nyeri akut, tindakan perawat yang utama adalah mengkaji perasaan klien, menetapkan respon fisiologi klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri, tingkat keparahan, dan kualitas nyeri. Untuk klien yang mengalami nyeri kronik, cara pengkajian yang paling baik adalah dengan memfokuskan pengkajian pada dimensi perilaku, afektif, kognitif, perilaku dari pengalaman nyeri dan pada riwayat nyeri tersebut atau konteks nyeri tersebut (NIH. 1986; McGuire, 1992).
Pengkajian nyeri yang dilakukan meliputi pengkajian data subjektif dan data objektif.
1. Data Subjektif
a. Intensitas (skala) nyeri
Karakteristik nyeri yang paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien sering diminta untuk mendeskripsikan nyeri
(21)
sebagai nyeri ringan, sedang, atau parah. Namun, makna istilah tersebut berbeda bagi klien dan perawat.
Skala deskriptif merupakan pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale) merupakan sebuah garis yang terdiri dari lima kata pendeskripsi yaitu “tidak nyeri, sampai nyeri tidak tertahankan”. Skala Penilaian Numerik (Numerical Rating Scale) lebih digunakan sebagai alat pengganti deskripsi kata yang menggunakan skala 0-10 dimana 0 mengindikasikan adanya nyeri, dan 10 mengindikasikan nyeri yang sangat hebat.
b. Karakteristik nyeri
Laporan tunggal klien tentang nyeri yang dirasakan merupakan indikator tunggal yang paling dapat dipercaya tentang keberadaan dan intensitas nyeri dan apapun yang berhubungan dengan ketidaknyamanan (NIH, 1986).
Pengkajian karakteristik nyeri antara lain; awitan dan durasi (kapan, berapa lama, terjadi pada waktu yang sama atau tidak, kekambuhan nyeri), lokasi nyeri, irama (terus-menerus, hilang timbul, periode bertambah dan berkurangnya intensitas atau keberadaan dari nyeri), dan kualitas nyeri (seperti ditusuk, terbakar, sakit, nyeri seperti ditekan).
c. Faktor yang meredakan nyeri, misalnya gerakan, kurang bergerak, pengerahan tenaga, istirahat, obat-obatan bebas, dan apa yang dipercaya pasien dapat membantu mengatasi nyerinya.
d. Efek nyeri terhadap klien
Apabila klien mengalami nyeri maka perawat perlu mengkaji kata-kata yang diucapkan, respon verbal (meringis, menangis), gerakan wajah dan tubuh (meringis sambil mengguling ke kanan, melindungi area nyeri), interaksi sosial klien, dan aktivitas klien. Pada aktivitas sehari-hari nyeri menyebabkan klien kurang mampu berpartisipasi dalam aktivitas rutin. Seperti pada kehidupan sehari-hari, misalnya tidur, nafsu makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja, dan aktivitas-aktivitas santai.
e. Kekhawatiran klien tentang nyeri. Dapat meliputi berbagai maslah yang luas, seperti beban ekonomi, prognosis, pengaruh terhadap peran dan perubahan citra diri (Smeltzer & Bare, 2001).
(22)
2. Data Objektif
Data objektif didapatkan dengan mengobservasi respons pasien terhadap nyeri. Menurut Taylor (1997), respons pasien terhadap nyeri berbeda-beda, dapat dikategorikan sebagai :
a. Respons Perilaku
Respons perilaku terhadap nyeri dapat mencakup pernyataan verbal, perilaku vokal, ekspresi wajah, gerakan tubuh, kontak fisik dengan orang lain, atau perubahan respons terhadap lingkungan. Respons perilaku ini sering ditemukan dan kebanyakan diantaranya dapat diobservasi. Klien yang mengalami nyeri akan menangis, merapatkan gigi, mengepalkan tangan, melompat dari satu sisi ke sisi lain, memegang area nyeri, gerakan terbatas, menyeringai, mengerang, pernyataan verbal dengan kata-kata. Perilaku ini beragam dari waktu ke waktu (Berger, 1992).
b. Respons Fisiologik
Respons fisiologik antara lain seperti meningkatnya peranfasan dan denyut nadi, meningkatnya tekanan darah, meningkatnya ketegangan otot, dilatasi pupil, berkeringat, wajah pucat, mual dan muntah (Berger, 1992). Respon fisiologik ini dapat digunakan sebagai pengganti untuk laporan verbal dari nyeri pada klien tidak sadar (Smeltzer & Bare, 2001).
c. Respons Afektif
Respons afektif seperti cemas, marah, tidak nafsu makan, kelelahan, tidak punya harapan, dan depresi juga terjadi pada klien yang mengalami nyeri. Cemas sering diasosiasikan sebagai nyeri akut dan frekuensi dari nyeri tersebut dapat diantisipasi. Sedangkan depresi sering diasosiasikan sebagai nyeri kronis (Taylor, 1997).
2.2.2 Penetapan Diagnosa
Diagnosa yang akurat dibuat hanya setelah pengkajian lengkap semua variabel. Dalam contoh diagnosa nyeri, perawat dapat mengkaji perilaku klien yang menarik diri dari komunikasi, postur tubuh kaku, klien mengeluh, ungkapan verbal ketidaknyamanan klien. Perawat harus dapat menyeleksi pola data untuk mengidentifikasi nyeri sebagai diagnosa yang tepat.
Diagnosa keperawatan harus berfokus pada sifat khusus nyeri untuk membantu perawat mengidentifikasi jenis intervensi yang paling berguna untuk menghilangkan nyeri
(23)
dan meminimalkan efek intervensi itu pada gaya hidup dan fungsi klien. Nyeri yang berhubungan dengan trauma fisik melawan nyeri yang berhubungan dengan proses melahirkan membutuhkan intervensi yang sangat berbeda. Identifikasi yang akurat pada faktor terkait memastikan pemilihan terapi keperawatan yang sesuai.
Menurut NANDA (2003), diagnosa keperawatan untuk klien yang mengalami nyeri atau ketidaknyamanan adalah :
1. Nyeri akut 2. Nyeri kronis
Saat menuliskan pernyataan diagnostik, perawat harus menyebutkan lokasinya secara jelas, misalnya: nyeri pada pergelangan kaki kanan. Lebih lanjut, nyeri dapat memengaruhi banyak aspek pada fungsi individu, sehingga nyeri tidak hanya menjadi masalah tetapi dapat menjadi etiologi untuk diagnosa keperawatan yang lain. Diagnosa keperawatan menurut NANDA yang dapat terjadi terkait dengan masalah nyeri adalah :
1. Nyeri yang berhubungan dengan: − Cedera fisik atau trauma
− Penurunan suplai darah ke jaringan − Proses melahirkan normal
2. Nyeri kronik yang berhubungan dengan: − Jaringan parut
− kontrol nyeri yang tidak adekuat 3. Ansietas yang berhubungan dengan :
− Nyeri yang tidak hilang
4. Ketidakberdayaan yang berhubungan dengan: − Nyeri maligna kronik
5. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan: − Nyeri kronik
6. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan: − Nyeri muskuloskeletal
− Nyeri insisi
2.2.3 Perencanaan
Untuk setiap diagnosa keperawatan yang telah teridentifikasi, perawat mengembangkan rencana keperawatan untuk kebutuhan klien. Hasil akhir yang diharapkan
(24)
dan tujuan perawatan diseleksi berdasarkan pada diagnosa keperawatan dan kondisi klien. Terapi yang tepat dipilih berdasarkan pada diagnosa keperawatan dan kondisi klien. Terapi yang tepat dipilih berdasarkan pada faktor-faktor terkait yang menyebabkan nyeri atau masalah kesehatan klien. Misalnya, nyeri yang berhubungan dengan nyeri insisi akut berespons terhadap analgesik, sedangkan nyeri yang berhubungan dengan kontraksi persalinan dini dapat dikurangi dengan latihan relaksasi.
Saat mengembangkan rencana perawatan, perawat menyeleksi prioritas berdasarkan tingkat nyeri klien dari efeknya pada kondisi klien. Untuk nyeri akut dan berat, adalah penting untuk melakukan upaya untuk menghilangkan nyeri sesegera mungkin. Analgesik dapat menghilangkan nyeri dengan cepat dan menurunkan kesempatan nyeri mengalami perburukan. Setelah nyeri yang klien rasakan hilang, perawat merencanakan terapi lain, seperti relaksasi atau aplikasi panas untuk meningkatkan efek analgesik.
Perawat memberi asuhan keperawatan pada klien yang mengalami nyeri, tujuan berorientasi pada klien dapat mencakup hal-hal berikut:
1. Klien menyatakan merasa sehat dan nyaman
2. Klien mempertahankan kemampuan untuk melakukan perawatan diri 3. Klien mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki saat ini 4. Klien menjelaskan faktor-faktor penyebab ia merasa nyeri
5. Klien menggunakan terapi yang diberikan di rumah dengan aman.
2.2.4 Implementasi
Sifat nyeri dan sejauh mana nyeri tersebut mempengaruhi kesejahteraan individu menentukan pilihan terapi penanganan nyeri. Terapi nyeri membutuhkan pendekatan yang individual, yang mungkin lebih dibandingkan dengan masalah klien yang lain. Klien dan perawat harus menjadi rekan kerja dalam melakukan upaya mengontrol nyeri. Perawat memberi dan memantau terapi yang diprogramkan dokter untuk penghilang nyeri dan penggunaan tindakan penghilang nyeri yang mandiri sehingga melengkapi terapi diprogramkan dokter. Pengobatan klien seringkali merupakan cara menghilangkan nyeri yang paling berhasil, khususnya apabila klien pernah mengalami nyeri. Umumnya terapi yang paling aman atau terapi yang membutuhkan tindakan invasif minimal yang dilakukan pertama kali. Apabila ada keraguan mengenai terapi keperawatan, maka perawat harus berkonsultasi dengan dokter.
(25)
A. TINDAKAN NYERI NONFARMAKOLOGIS
Ada sejumlah terapi nonfarmakologis yang mengurangi resepsi dan persepsi nyeri dan dapat digunakan pada keadaan perawatan nyeri akut. Tindakan nonfarmakologis mencakup intervensi kognitif dan penggunaan agen-agen fisik. Tujuan intervensi perilaku-kognitif adalah mengubah persepsi klien tentang nyeri, mengubah perilaku nyeri, dan memberi klien rasa pengendalian yang lebih besar. Agens-agens fisik bertujuan memberi rasa nyaman, memperbaiki disfungsi fisik, mengubah respons fisiologis, dan mengurangi rasa takut yang terkait dengan imobilisasi. Beberapa tindakan nonfarmakologis yaitu:
1. Distraksi
Sistem aktivasi retikular menghambat stimulus yang menyakitkan jika sesorang menerima masukan sensori yang cukup ataupun berlebihan. Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan endorphin. Individu yang merasa bosan atau diisolasi hanya memikirkan nyeri tersebut dengan lebih akut. Distraksi mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain dan dengan demikian menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Namun, distraksi bekerja memberi pengaruh paling baik untuk jangka waktu yang singkat, untuk mengatasi nyeri intensif hanya berlangsung beberapa menit, misalnya selama pelaksanaan prosedur invasif atau saat menunggu kerja analgesik.
2. Hipnosis Diri
Hipnosis dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif. Suatu pendekatan holistik, hipnosis-diri menggunakan sugesti-diri dan kesan tentang perasaan yang rileks dengan menggunakan berbagai ide pikiran dan kemudian kondisi-kondisi yang menghasilkan respons tertentu bagi mereka (Edelman dan Mandel, 1994). Hipnosis-diri sama dengan melamun. Konsentrasi yang intensif mengurangi ketakutan dan stress karena individu berkonsentrasi hanya pada satu pikiran.
3. Mengurangi Persepsi Nyeri
Salah satu cara sederhana untuk meningkatkan rasa nyaman ialah mencegah stimulus nyeri. Hal ini terutama penting bagi klien imobilisasi atau tidak mampu merasakan sensasi ketidaknyamanan. Nyeri juga dapat diatasi dengan mengantisipasi kejadian yang menyakitkan. Upaya ini hanya membutuhkan suatu pertimbangan sederhana tentang rasa tidak nyaman yang klien alami dan sedikit waktu ekstra dalam upaya menghindari situasi yang menyebabkan nyeri. Misalnya, klien yang mengalami artritis lutut, maka perawat terlebih dulu memastikan adanya tempat duduk yang tinggi di kamar mandi untuk menghindari fleksi ekstrem lutut.Hal ini dapat meminimalkan rasa tidak nyaman.
(26)
4. Stimulasi Kutaneus
Stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri. Masase, mandi air hangat, kompres es, merupakan langkah-langkah sederhana dalam upaya menurunkan persepsi nyeri. Teori Gate-Control mengatakan bahwa stimulasi kutaneus mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat. Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan delta A berdiameter kecil. Gerbang sinap mengatakan transmisi impuls nyeri. Meek (1993) mengatakan bahwa sentuhan dan masase merupakan teknik integrasi sensori yang mempengaruhi aktivitas system saraf otonom. Apabila individu mempersepsikan sentuhan sebagai stimulus untuk rileks, kemudian akan muncul respon relaksasi.
5. Relaksasi dan Teknik Imajinasi
Klien dapat mengubah persepsi kognitif dan motivasi-afektif dengan melakukan relaksasi dan teknik imajinasi. Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri. Teknik relaksasi dapat digunakan, saat individu sehat atau sakit. Teknik relaksasi tersebut merupakan upaya pencegahan untuk membantu agar tubuh sehat kembali dan beregenerasi setiap hari dan merupakan alternatif terhadap alkhohol. Merokok, atau makan berlebihan (Asmadi, 2008)
B. TINDAKAN TERAPI NYERI FARMAKOLOGIS
Beberapa agen farmakologis digunakan untuk menangani nyeri. Semua agen tersebut memerlukan resep dokter. Keputusan perawat, dalam menggunakan obat-obatan dan penatalaksanaan klien yang menerima terapi farmakologis, membantu dalam upaya memastikan penanganan nyeri yang mungkin dilakukan.
1. Penatalaksanaan Nyeri Akut
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang menjalani pembedahan dan prosedur medis, dan kepada klien yang nerupakan korban akibat trauma.AHCPR (1992) telah menetapkan suatu bagan alur terapi nyeri untuk penanganan pascaoperasi. Pedoman yang diberikan juga diterapkan pada klien yang sedang dalam proses pemulihan dari prosedur dan trauma medis yang menyakitkan. Pendekatan sistemik memungkinkan tenaga kesehatan berespon cepat terhadap ketidaknyamanan yang klien alami. Tim perawatan kesehatan berkolaborasi untuk menemukan kombinasi terapi yang paling baik bagi klien.
(27)
2. Analgesik
Analgesik merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri. Walaupun analgesik dapat menghilangkan nyeri dengan efektif, perawat dan dokter masih cenderung tidak melakukan upaya analgesik dalam penanganan nyeri karena informasi obat yang tidak benar, karena adanya kekhawatiran klien akan mengalami ketagihan obat, cemas akan melakukan kesalahan dalam menggunakan anlgesik markotik, dan pemberian obat yang kurang dari yang diresepkan. Perawat harus mengetahui obat-obatan yang tersedia untuk menghilangkan nyeri dan efek-efek farmakologi obat-obatan tersebut.
Ada tiga jenis analgesik, yaitu:
a. Non-narkotik dan obat antiinflamai nonsteroid (NSAID)
Jenis ini umumnya untuk menghilangkan nyeri ringan dan sedang, seperti nyeri yang terkait dengan artritis, prosedur pengobatan gigi, dan bedah minor.
b. Analgesik narkotik atau opiat
Analgesik opiat atau narkotik umumnya diresepkan untuk nyeri yang sedang sampai berat, seperti nyeri pascaoperasi dan nyeri maligna.
c. Obat tambahan (adjuvan)
Adjuvan seperti seperti sedatif, anticemas, dan relaksan otot meningkatkan control nyeri atau menghilangkan gejala lain yang terkait dengan nyeri, seperti depresi dan mual. Sedatif seringkali diresepkan untuk penderita nyeri kronik.
3. Analgesik Dikontrol Pasien
Klien menerima keuntungan, apabila ia mampu mengontrol terapi nyeri. Sistem pemberian metode yang aman untuk penatalaksanaan nyeri kanker, nyeri pascaoperasi, dan nyeri traumatik. ADP merupakan pompa infus yang dapat dibawa (diatur komputer), yang didalamnya terdapat ruang tempat spuit atau merupakan alat khusus yang dirancang, seperti pengatur dosis yang menggunakan jam tangan yang diperlengkapi pengaturan dini pemberian obat dalam dosis kecil yang tidak melebihi dosis yang dianjurkan.
(28)
B. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS 2.3 Pengkajian
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 55 tahun
Agama : Kriaten
Pendidikan : SMA
Alamat : Dusun I kab. Labuhan Batu Utara Tanggal Masuk RS : 30- 05-2014
No. Register :00927354
Ruangan/kamar : Ruang XIV Asoka II Wanita Golongan darah :B
Tanggal Pengkajian : 02-06-2014 Tanggal operasi : -
Diagnosa Medis : Gastritis
II. KELUHAN UTAMA
Klien mengeluhkan rasa nyeri ulu hati, yang dialami sejak 1 bulan yang bersifat hilang timbul, tersa ditusuk-tusuk, disayat, disertai mual dan muntah
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative/ Palliative
1. Apa penyebabnya : Nyeri timbul secara tiba-tiba yang disebabkan karena asam lambungnya naik
2. Hal-hal apa yang memperbaiki keadaan : Keadaan pasien membaik apabila diberi obat anti nyeri .
B. Quantity/Quality
1. Bagaimana dirasakan : Pasien merasakan nyerinya tajam seperti ditusuk-tusuk
C. Bagaimana dilihat:
(29)
D. Region
1. Dimana lokasinya : di perut sebelah kiri bagian bawah 2. Apakah menyebar : Nyeri menyebar ke ulu hati
E. Severity : Keadaan ini mengganggu aktivitas pasien, pasien kehilangan peran nya sebagai seorang ibu yang biasanya mengurus semua pekerjaan rumah kini menjadi sebaliknya pasien hanya bisa dibantu oleh anak dan keluarga terdekatnya.
F. Time : Keluhan ini dirasakan pasien jika pasien terlambat makan perut terasa nyeri dan biasanya dirasakan ± 1 menit nyerinya hilang timbul dengan frekuensi 2-3 kali dalam sehari
IV.RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. Penyakit yang pernah dialami : Pasien belum pernah mengalami hal ini, klien mengalami ini baru dalam 1 bulan ini
2. Pengobatan/tindakan yang dilakukan : tidak pernah
3. Pernah dirawat/dioperasi : Pasien tidak pernah dirawat/ dioperasi sebelumnya. 4. Lama dirawat : Tidak pernah dirawat.
5. Alergi : Pasien tidak memiliki alergi. 6. Imunisasi : Lengkap
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orangtua : Ibu pasien tidak memiliki riwayat penyakit. Ayah klien juga tidak memiliki riwayat penyakit serius.
B. Saudara kandung : Pasien memiliki lima saudara kandung. Kelima saudara pasien tidak mengalami penyakit serius.
C. Penyakit keturunan yang ada : tidak ada penyakit keturunan.
D. Anggota keluarga yang meninggal : Suami dari klien meninggal.
(30)
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya : Pasien mengatakan penyakitnya pasti sembuh.
B. Konsep diri :
− Gambaran diri : Pasien merasa tubuhnya tetap seperti biasa.
− Ideal diri : Pasien mengatakan malu karena aktivitasnya harus selalu dibantu.
− Harga diri : Pasien merasa malu karena aktivitasnya harus selalu dibantu oleh anak-anaknya.
− Peran diri : Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang kini berperan menjadi seorang kepala keluarga semenjak meninggalnya suami pasien
− Identitas : Pasien adalah seorang ibu rumah tangga
C. Keadaan emosi : Emosi pasien terkontrol dengan baik.
D. Hubungan sosial
− Orang yang berarti : orang yang berarti bagi pasien yaitu adalah anak-anaknya.
− Hubungan dengan keluarga :Pasien berhubungan baik dengan orangtua, anak dan cucunya.
− Hubungan dengan orang lain : Pasien berinteraksi dengan baik dengan orang lain, misalnya perawat.
− Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Pasien tidak memiliki hambatan berhubungan dengan orang lain.
E. Spiritual
− Nilai dan keyakinan : Pasien mau berdoa agar penyakitnya sembuh.
− Kegiatan ibadah : Pasien tidak melakukan kegiatan ibadah selain berdoa di tempat tidur
VII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum : Pasien tampak lemas berbaring di tempat tidur
B. Tanda-tanda vital
− Suhu tubuh : 37, 6o C − Tekanan darah : 120/80 mmHg − Nadi : 80 kali/ menit
(31)
− Pernafasan : 20 kali/ menit − Skala nyeri : 6
− TB : 155cm
− BB : 60kg
C. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan Rambut
- Bentuk : simetris
- Ubun-ubun : normal
- Kulit Kepala : kurang bersih.
Rambut
- Penyebaran rambut : Rambut lebat dan tersebar merata
- Bau : Tidak berbau
- Warna kulit : Sawo matang.
Wajah
- Warna kulit : Coklat - Struktur wajah : Simetris
Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan : Jumlah lengkap dan simetris - Palpebra : Tidak ada kelainan
- Konjungtiva dan sklera : Tidak pucat. tidak ikterik
- Pupil : diameter pupil normal, respon terhadap cahaya baik.
- Cornea dan iris : cornea tidak ada kelainan, iris berwarna coklat.
- Visus : tidak dilakukan pemeriksaan visus - Tekanan bola mata : tidak dilakukan pemeriksaan .
Hidung
- Tulang hidung dan posisi septum nasi : letak normal di medial. - Lubang hidung : lubang hidung lengkap dan bersih. - Cuping hidung : cuping hidung normal.
Telinga
- Bentuk telinga : bentuk normal.
(32)
- Lubang telinga : lubang telinga bersih.
- Ketajaman pendengaran : dapat mendengar dengan baik.
Mulut dan faring
- Keadaan bibir : bentuk bibir normal, lembab. - Keadaan gusi dan gigi : gusi dan gigi terlihat bersih. - Keadaan lidah : lidah bersih.
Leher
- Posisi trachea : Posisi trachea normal di medial. - Thyroid : Tidak ada tampak kelainan. - Suara : suara bersih dan jelas.
- Kelenjar limfe : Tidak ada tampak pembengkakan.
- Vena jugularis :Tidak ada tampak pembesaran vena jugularis. - Denyut nadi karotis : Denyut teraba normal.
Pemeriksaan integument - Kebersihan : Kulit bersih
- Kehangatan : Kulit hangat
- Warna : Sawo Matang
- Turgor : kembali 1 detik - Kelembaban : Lembab
- Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan pada kulit.
Pemeriksaan thoraks/ dada
- Inspeksi thoraks :Thoraks simetri, tidak ada kelainan bentuk. - Pernafasan :Frekuensi 20x/menit, irama reguler.
- Tanda kesulit bernafas :Tidak ada kesulitan bernafas,
Pemeriksaan paru
- Palpasi getaran suara :Terasa simetris kanan dan kiri
- Perkusi :Sonor
- Auskultasi :Vesikuler
Pemeriksaan jantung
- Inspeksi : Tidak tampak kelainan, atau pembesaran - Palpasi : Tidak teraba pembesaran.
(33)
- Auskultasi : Denyut jantung terdengar normal, 80x/menit
Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi : Abdomen simetris
- Palpasi : Abdomen teraba soepel, tidak ada distensi.
- Perkusi : Tympani
- Auskultasi : Terdengar suara peristaltic normal
Pemeriksaan kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan musculoskeletal :Kekuatan otot normal, simetris kanan dan kiri, tidak ada oedem.
Pemeriksaan neurologi :Tidak dilakukan pemeriksaan khusus secara keseluruhan terlihat normal.
Fungsi motorik : Fungsi motorik normal.
Fungsi sensorik : Fungsi sensorik normal, dapat mengidentifikasi sentuhan dengan baik.
Refleks : Semua refleks normal.
VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI 1. Pola makan dan minum
- Frekuensi makan : 3 kali/ hari. - Nafsu makan : selera makan. - Nyeri ulu hati : ada nyeri ulu hati - Alergi : tidak ada alergi.
- Mual dan muntah : Pasien mengalami muntah sebelum dibawa ke rumah sakit.
- Waktu pemberian makan : pagi 07.00, siang 12.00, malam 18.00 - Jumlah dan jenis makan : Rata-rata setengah piring, jenis
makanan yaitu makanan lunak
- Waktu pemberian cairan/minum : setiap pasien haus.
- Masalah makan dan minum : Pasien tidak mengalami masalah
2. Perawatan diri
- Kebersihan tubuh :kebersihan tubuh terpenuhi karena klien dibantu anaknya untuk mandi.
- Kebersihan gigi dan mulut : gigi dan mulut tampak bersih. - Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku tampak bersih.
(34)
3. Pola kegiatan
- Aktivitas klien : Pasien beraktivitas di tempat tidur dan dibantu oleh keluarga.
- Aktivitas ibadah klien : Pasien tidak melakukan ibadah selama dirawat
4. Pola eliminasi 1. BAB
- Pola BAB : Pasien biasanya BAB dua hari sekali - Karakter feses : lembek
- Riwayat perdarahan : tidak pernah perdarahan - BAB terahir : dua hari yang lalu - Diare : tidak mengalami diare
2. BAK
- Pola BAK : 3-4 kali sehari - Karakter urin : kuning
- Nyeri/ rasa terbakar/ kesulitan BAK : tidak ada nyeri/ kelainan saat BAK
- Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Tidak ada riwayat penyakit ginjal
(35)
2.4 Analisa Data
No. Data Penyebab Masalah
Keperawatan
1. DS = klien mengeluhkan nyeri pada ulu hati
DO = skala nyeri 6
klien tampak meringis menahan nyeri
klien tampak memegangi bagian bawah perutnya
klien tampak gelisah
Iritasi mukosa lambung Nyeri
2. DS= pasien mengatakan kurang mengerti tentang proses penyakit, penyebab dan terapi apa yang harus dilakukan DO= pasien tampak bingung
pasien sering bertanya mengenai penyakitnya
Kurang informasi tentang penyakitnya
Kurang pengetahuan
3. DS = pasien mengeluh mual dan muntah
DO= pasien tampak cemas, lemas, pucat
Muntah berlebihan Kecemasan
2.5 Rumusan Masalah
MASALAH KEPERAWATAN 1. Gangguan rasa nyaman nyeri 2. Kurang pengetahuan
(36)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d iritasi mukosa lambung d/d klien meringis menahan nyeri, dengan skala nyeri 6
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakitnya(faktor penyebab dan terapi diet) ditandai dengan pasien sering bertanya mengenai penyakitnya
3. Kecemasan b/d adanya nyeri dan muntah berlebihan d/d pasien tampak pucat dan lemah
2.6 Perencanaan Keperawatan dan Rasional Hari /
Tanggal No.Dx Perencanaan Keperawatan Rasional
Selasa 03 - 06 -2014
1 Tujuan:
Nyeri berkurang/hilang
Kriteria hasil :
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang
b. Skala nyeri menurun 0-3 c. Pasien tampak tenang d. Tanda-tanda vital normal
e. Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan Misalnya, makan
a. Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, dan kemajuan penyembuhan.
b. Mengetahui keadaan umum klien melalui tanda-tanda vital.
Rencana Keperawatan:
a. Kaji nyeri, lokasi nyeri, karakteristik nyeri, skala nyeri
(37)
c. Beri posisi nyaman pada klien
d. Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam pada saat nyeri berlangsung.
e. Beri kesempatan klien untuk menceritakan keluhannya. f. Beri kesempatan klien untuk
istirahat pada saat nyeri berkurang.
g. Anjurkan keluarga untuk berbincang dengan klien pada saat sedang tidak nyeri.
h. Beri analgesik(ranitidin dan ketorolak) sesuai program.
c. Memberikan kenyamanan pada klien untuk mengurangi nyeri yang dirasakan
d. Membantu mengurangi ketegangan akibat nyeri
e. Membantu menurunkan stress klien dalam keadaan sakit.
f. Memulihkan kekuatan tubuh
g. Menurunkan stress klien dan membantu klien mengalihkan perhatian dari rasa nyeri.
h. Untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri.
Selasa/ 03-06-2014
2 Tujuan:
Informasi kesehatan terpenuhi
Kriteria hasil:
a. Pasien mampu menjelaskan
kembali pendidikan kesehatan yang diberikan
b. Pasien termotivasi melaksanakan penjelasan yang diberikan
(38)
Selasa / 03-06-2014
3
Rencana Keperawatan:
a. Melibatkan keluarga dalam penerimaan informasi.
b. Anjurkan untuk makan teratur
c. Dorong klien untuk berobat apabila penyakit kambuh
d. Jelaskan teknik aktivitas selama perawatan di rumah e. Beri masukkan
sumber-sumber tertulis/ gambar
Tujuan:
Cemas berkurang
Kriteria Hasil:
a. Pasien tampak tenang tidak gelisah
b. Pasien mampu menunjukkan pengendalian diri terhadap cemas
c. Pasien mampu menunjukkan
a. Keluarga/orang terdekat perlu dilibatkan dalam pemenuhan informasi untuk mendukung dan membantu perawatan.
b. Perawat menjelaskan
penyebab makan tidak teratur.
c. Untuk menghindari
penyakit bertambah parah d. Hindari pekerjaan yang
melelahkan.
e. Memberi referensi
pascapulang untuk mendukung upaya klien
pada perawatan diri di rumah.
(39)
lokasi nyeri
d. Pasien dapat rileks dan tidur/ istirahat dengan baik
Rencana Keperawatan
a. Kaji tingkat kecemasan pasien
b. Kaji penyebab yang menjadi terjadinya kecemasan
c. Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan
ansietas
d. Beri penguatan positif ketika pasien mampu meneruskan aktivitas sehari-hari dan aktivitas lainnya meskipun mengalami cemas
a. Mengetahui seberapa tinggi tingkat kecemasan pasien
b. Memudahkan
menentukan intervensi untuk mengurangi tingakat kecemasan pasien
c. Mengurangi tingkat kecemasan pasien
d. Mendorong pasien untuk melakukan aktivitas dan mengalihkan kecemasan pasien
(40)
2.7 Implementasi dan Evaluasi
Hari/tanggal No.Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Selasa 03-06-2014
1 a. Mengkaji nyeri, lokasi nyeri, karakteristik nyeri, skala nyeri klien.
b. Mengkaji tanda-tanda vital pasien.
c. Mengajarkan tehnik
relaksasi nafas dalam. d. Mendengarkan klien
menceritakan keluhannya. e. Memberikan
analgesik(ranitidin dan ketorolak) sesuai program.
S= pasien melaporkan nyerinya berkurang O= Tanda-tanda vital:
TD= 130/90mmHg HR= 80x/menit RR= 20x/menit T= 37,2 oC Skala nyeri 6
Klien tampak meringis kesakitan, wajah tampak pucat.
A= masalah sebagian teratasi
P= intervensi dilanjutkan. Selasa
03-06-2014
2 a. Melibatkan keluarga dalam penerimaan informasi.
b. Menganjurkan untuk
makan teratur
c. Mendorong klien untuk berobat apabila penyakit kambuh
d. Menjelaskan teknik
aktivitas selama perawatan di rumah
e. Memberikan masukkan
S= Keluarga klien
mengatakan tidak tau penyebab penyakit klien dan bagaimana perawatan yang harus dilakukan dirumah. O=Keluarga
mendengarkan dan memahami informasi
yang diberikan perawat.
A= masalah sebagian teratasi.
(41)
Selasa
03-06-2014
3sumber-sumber tertulis/ gambar
a. Mengkaji tingkat
kecemasan pasien
b. Mengkaji penyebab yang
menjadi terjadinya kecemasan
c. Memberi dorongan kepada
pasien untuk mengungkapkan pikiran
dan perasaan untuk mengeksternalisasikan
ansietas
d. Memberi penguatan positif ketika pasien mampu meneruskan aktivitas sehari-hari dan aktivitas
lainnya meskipun mengalami cemas
S = Pasien mengatakan cemas nya berkurang
O= pasien tampak lebih tenang dan tidak gelisah A= masalah teratasi sebagian
(42)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Nyeri adalah sensori sertaemosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yan, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan. Nyeri merupakan sumber penyebab frustasi, baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Nyeri dapat merupakan factor utama yang menghambat kemampuan dan keinginan individu untuk pulih dari suatu penyakit.
Karya Tulis Ilmiah ini membahas kasus pada seorang klien yaitu Ny. N berusia 55 tahun,Perempuan,dengan diagnose medis Gastritis, masuk ke RS dr.Pirngadi pada tanggal 02 juni 2014. Pada klien dilakukan pengkajian, ditemukan data subjektif klien mengeluhkan nyeri pada perut bagian bawah kiri dan data objektif antara lain skala nyeri 6, klien tampak meringis, gelisah, dan banyak berkeringat. Dengan data-data diatas maka penulis menegakkan diagnosa keperawatan Gangguan rasa nyaman :nyeri sebagai masalah prioritas. Untuk menangani masalah nyeri tersebut maka dilakukan tindakan keperawatan antara lain : mengkaji nyeri, lokasi, skala nyeri, dan tanda-tanda vital, mengajarkan teknik relaksasi napas dalam, member posisi nyaman saat tidur atau duduk, mendengarkan keluhan klien, dan melakukan tindakan kolaborasi dalam pemberian analgetik. Pasien mengalami penurunan skala nyeri setiap hari, lalu pada hari keempat kliens udah dapat beradaptasi sepenuhnya terhadap nyeri dengan skala 3, masalah nyeri teratasi.
Tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap nyeri yang sudah teratasi dengan keadaan pasien yang sudah tampak lebih tenang dan dilakukan pemberian obat seperti ranitidine obat lambung, ketorolak, antasida untuk menetralkan asam lambung, dan dengan diberikan tindakan terapi nyeri nonfarmakologi seperti distraksi,hipnosis diri, mengurangi persepsi nyeri,stimulus kutenus dan teknik relaksasi imajinasi.
Selain data diatas, ditemukan data lain yaitu keluarga pasien mengatakan penyakit ibunya penyakit biasa, keluarga bertanya mengenai penyebab penyakit ibunya berulang, dan bertanya apa yang harus dilakukan untuk merawat ibunya. Dari data tersebut penulis menegakkan diagnosa keperawatan kedua yaitu kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya sumber informasi tentang penyakit. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga akan informasi maka dilakukan tindakan keperawatan antara lain: mengkaji tingkat pengetahuan tentang penyakit, dan rencana perawatan
(43)
rumah, menganjurkan untuk menghindari aktivitas yang berlebihan, menganjurkan klien untuk istirahat yang cukup, mendorong klien berobat apabila penyakit kambuh lagi, atau menganjurkan klien makan teratur. Setelah dilakukan tindakan dan pendidikan kesehatan keluarga memahami, dapat menjelaskan kembali informasi yang telah diajarkan, dan mengatakan akan melakukan perawatan di rumah pada Ny.N seperti yang diajarkan, masalah kurang pengetahuan teratasi.
(44)
3.2 Saran
1. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan Rumah Sakit Umum khususnya RSUD dr. Pirngadi dapat memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerja sama baik antara tim kesehatan maupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan khususnya klien dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri
2. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat
Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan agar lebih maksimal, khususnya pada pasien dengan kebutuhan rasa nyaman nyeri. Perawat diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang professional terutama dalam memfasilitasi pasien dalam memenuhi kebutuhannya sehingga cemas dapat berkurang serta pasien mengerti akan penyakitnya.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas dan profesional agar tercipta perawat yang profesional, terampil, inovatif, aktif dan bermutu yang dapat memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan
(45)
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatann: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Dongoes dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Kumala Arif. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan (Volume 2). Jakarta: EGC Prasetyo, Sigit Nian. 2010. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri (edisi 1).
Yogyakarta: Graha Ilmu
Wartonah tarwoto . 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan (edisi 3). Jakatra: Salemba Medika
(46)
LAMPIRAN
CATATAN PERKEMBANGAN No. Dx Implementasi dan EvaluasiKepererawatan Tindakan keperawatan Evaluasi Hari/ Tanggal Pukul
1 Selasa 04-06-2014
14.10
14.20
14.30
16.00
− Mengkaji nyeri, lokasi nyeri, karakteristik nyeri, skala nyeri
− Memberikan klien posisi yang nyaman − Memberikan kesempatan klien untuk menceritakan keluhannya pada perawat − Kolaborasi memberikan terapi nonfarmakologi tehknik relaksasi(tarik napas dalam) dan Kolaborasi memberikan terapi farmakologi analgesik(ranitidin dan ketorolak) sesuai program.
S= Klien melaporkan nyerinya pada daerah perutnya
O= Skala nyeri 6 pasien tampak meringis, pesien gelisah A=Masalah belum teratasi, karena pasien masih merasakan nyeri P= Intervensi dilanjutkan.
2 Selasa 04-06-2014 16.30 17.00 17.25 − Melibatkan keluarga dalam penerimaan informasi. − Menganjurkan
untuk makan teratur − Mendorong klien
untuk berobat apabila penyakit kambuh
S=Keluarga bertanya pada perawat mengenai hal lain yang dapat dilakukan untuk merawat klien dirumah.
O= Keluarga memahami dan dapat
mengulangi kembali informasi yang telah diajarkan perawat.
(47)
3 Selasa 04-06-2014 17.45 17.55 18.25 19.00 19.55 20.00
− Menjelaskan teknik aktivitas selama perawatan di rumah − Memberikan
maasukan sumber-sumber tertulis/ gambar
− Mengkaji tingkat kecemasan pasien − Mengkaji penyebab
yang menjadi terjadinya kecemasan
− Memberi dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasi kan ansietas − Memberi penguatan positif ketika pasien mampu meneruskan aktivitas sehari-hari dan aktivitas lainnya meskipun mengalami cemas A=Masalah belum teratasi P= Intervensi dilanjutkan
S = Pasien mengatakan cemas terhadap
pemyakitnya O=Pasien tampak gelisah dan sering bertanya-tanya A=Masalah belum sebagian
P=Intervensi dilanjutkan
1 Rabu 05-06-2014
14.20 14.25
14.40
− Mengkaji tanda-tanda vital klien. − Mengkaji nyeri,
lokasi nyeri, karakteristik nyeri, skala nyeri
− Menganjurkan keluarga dan orang terdekat klien untuk berbincang dengan klien.
S = Klien melaporkan nyerinya sudah mulai berkurang
O = Tanda-tanda vital: TD= 120/90mmHg HR= 82x/menit RR= 20x/menit T= 36,8oC Skala nyeri 4
Klien tampak sedikit lebih tenang
(48)
14.50
16.00
− Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam. − Kolaborasi Memberikan analgesik (ranitidin dan ketorolak) sesuai program.
A = Masalah teratasi sebagian
P = Intervensi dilamjutkan 2 3 Rabu 05-06-2014 Rabu 05-06-2014 16.30 16.40 17.00 17.20 17.35 17.45 18.15 18.45 19.00
− Menjelaskan teknik aktivitas selama perawatan di rumah − Melibatkan
keluarga dalam penerimaan informasi. − Menganjurkan
untuk makan teratur − Mendorong klien
untuk berobat apabila penyakit kambuh
− Menjelaskan teknik aktivitas selama perawatan di rumah − Memberikan
maasukan sumber-sumber tertulis/ gambar
− Mengkaji tingkat kecemasan pasien − Mengkaji penyebab
yang menjadi terjadinya kecemasan
− Memberi dorongan kepada pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan
S = Pasien mengatakan sudah memahami informasi yang diberikan oleh perawat
O = Pasien menerima masukan yang diberikan perawat. A = Masalah teratasi sebagian
P = Intervensi dilanjutkan
S = Pasien mengatakan cemasnya sedikit lebih berhurang
O = Pasien masih tampak sedikit gelisah A = Masalah teratasi sebagian
(49)
1 2 Kamis 06-06-2014 Kamis 06-06-2014 19.25 14.30 14.40 14.47 14.50 15.00 16.00 16.30 16.45 perasaan untuk mengeksternalisasi kan ansietas
− Memberi penguatan positif ketika pasien mampu meneruskan aktivitas sehari-hari dan aktivitas
lainnya meskipun mengalami cemas − Mengkaji
tanda-tanda vital pasien − Mengkaji nyeri,
lokasi nyeri, karakteristik nyeri, skala nyeri
− Memberikan klien posisi yang nyaman − Memberikan
kesempatan klien untuk menceritakan keluhannya pada perawat
− Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam. − Kolaborasi memberikan terapi farmakologi analgesik(antasida) sesuai program − Menjelaskan teknik
aktivitas selama perawatan di rumah − Melibatkan
keluarga dalam penerimaan informasi.
P=Intervensi dilanjutkan
S = Klien melaporkan nyerinya berkurang O = Skala nyeri 2
Klien tampak tenang, Tidak gelisah.
A = Masalah sebagian teratasi, karena skla nyeri berkurang P = Intervensi dilanjutkan.
S = Pasien mengatakan sudah mengerti. O = Pasien sudah
mengerti
A = Masalah teratasi P = Intervensi dihentikan
(50)
3 Kamis 06-06-2014 16.50 17.00 17.20 17.40 17.50 18.00 18.40 19.25 − Menganjurkan untuk makan teratur − Mendorong klien
untuk berobat apabila penyakit kambuh
− Menjelaskan teknik aktivitas selama perawatan di rumah − Memberikan
maasukan sumber-sumber tertulis/ gambar
− Mengkaji tingkat kecemasan pasien − Mengakaji
penyebab yang menjadi terjadinya kecemasan
− Memberi dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasi kan ansietas
− Memberi penguatan positif ketika pasien mampu meneruskan aktivitas sehari-hari dan aktivitas
lainnya meskipun mengalami cemas
S = Pasien mengatakan cemas nya berkurang O = Pasien tampak lebih tenang dan tidak gelisah A = Masalah teratasi P = Intervensi selesai
(1)
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatann: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Dongoes dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Kumala Arif. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan (Volume 2). Jakarta: EGC Prasetyo, Sigit Nian. 2010. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri (edisi 1).
Yogyakarta: Graha Ilmu
Wartonah tarwoto . 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan (edisi 3). Jakatra: Salemba Medika
(2)
LAMPIRAN
CATATAN PERKEMBANGAN
No. Dx
Implementasi dan Evaluasi
Kepererawatan Tindakan keperawatan Evaluasi Hari/ Tanggal Pukul
1 Selasa 04-06-2014
14.10
14.20
14.30
16.00
− Mengkaji nyeri, lokasi nyeri, karakteristik nyeri, skala nyeri
− Memberikan klien posisi yang nyaman
− Memberikan kesempatan klien untuk menceritakan keluhannya pada perawat
− Kolaborasi
memberikan terapi nonfarmakologi tehknik
relaksasi(tarik napas dalam) dan Kolaborasi
memberikan terapi farmakologi analgesik(ranitidin dan ketorolak) sesuai program.
S= Klien melaporkan nyerinya pada daerah perutnya
O= Skala nyeri 6 pasien tampak meringis, pesien gelisah
A=Masalah belum teratasi, karena pasien masih merasakan nyeri P= Intervensi
dilanjutkan.
2 Selasa 04-06-2014
16.30
17.00
17.25
− Melibatkan keluarga dalam penerimaan informasi. − Menganjurkan
untuk makan teratur
− Mendorong klien untuk berobat apabila penyakit kambuh
S=Keluarga bertanya pada perawat mengenai hal lain yang dapat dilakukan untuk merawat klien dirumah.
O= Keluarga memahami dan dapat
mengulangi kembali informasi yang telah diajarkan perawat.
(3)
3 Selasa 04-06-2014
17.45
17.55
18.25
19.00
19.55
20.00
− Menjelaskan teknik aktivitas selama perawatan di rumah − Memberikan
maasukan sumber-sumber tertulis/ gambar
− Mengkaji tingkat kecemasan pasien − Mengkaji penyebab
yang menjadi terjadinya kecemasan
− Memberi dorongan kepada pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasi kan ansietas − Memberi
penguatan positif ketika pasien
mampu meneruskan aktivitas sehari-hari dan aktivitas
lainnya meskipun mengalami cemas
A=Masalah belum teratasi
P= Intervensi dilanjutkan
S = Pasien mengatakan cemas terhadap
pemyakitnya O=Pasien tampak gelisah dan sering bertanya-tanya A=Masalah belum sebagian
P=Intervensi dilanjutkan
1 Rabu 05-06-2014
14.20
14.25
14.40
− Mengkaji tanda-tanda vital klien. − Mengkaji nyeri,
lokasi nyeri, karakteristik nyeri, skala nyeri
− Menganjurkan keluarga dan orang terdekat klien untuk berbincang dengan klien.
S = Klien melaporkan nyerinya sudah mulai berkurang
O = Tanda-tanda vital: TD= 120/90mmHg HR= 82x/menit RR= 20x/menit T= 36,8oC Skala nyeri 4
Klien tampak sedikit lebih tenang
(4)
14.50
16.00
− Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam.
− Kolaborasi Memberikan analgesik (ranitidin dan ketorolak) sesuai program.
A = Masalah teratasi sebagian
P = Intervensi dilamjutkan
2
3
Rabu 05-06-2014
Rabu 05-06-2014
16.30
16.40
17.00
17.20
17.35
17.45
18.15
18.45
19.00
− Menjelaskan teknik aktivitas selama perawatan di rumah − Melibatkan
keluarga dalam penerimaan informasi. − Menganjurkan
untuk makan teratur − Mendorong klien
untuk berobat apabila penyakit kambuh
− Menjelaskan teknik aktivitas selama perawatan di rumah − Memberikan
maasukan sumber-sumber tertulis/ gambar
− Mengkaji tingkat kecemasan pasien − Mengkaji penyebab
yang menjadi terjadinya kecemasan
− Memberi dorongan kepada pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan
S = Pasien mengatakan sudah memahami informasi yang diberikan oleh perawat
O = Pasien menerima masukan yang diberikan perawat. A = Masalah teratasi sebagian
P = Intervensi dilanjutkan
S = Pasien mengatakan cemasnya sedikit lebih berhurang
O = Pasien masih tampak sedikit gelisah A = Masalah teratasi sebagian
(5)
1
2
Kamis 06-06-2014
Kamis 06-06-2014
19.25
14.30
14.40
14.47
14.50
15.00
16.00
16.30
16.45
perasaan untuk mengeksternalisasi kan ansietas
− Memberi penguatan positif ketika pasien mampu meneruskan aktivitas sehari-hari dan aktivitas
lainnya meskipun mengalami cemas
− Mengkaji tanda-tanda vital pasien − Mengkaji nyeri,
lokasi nyeri, karakteristik nyeri, skala nyeri
− Memberikan klien posisi yang nyaman − Memberikan
kesempatan klien untuk menceritakan keluhannya pada perawat
− Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam.
− Kolaborasi
memberikan terapi farmakologi
analgesik(antasida) sesuai program − Menjelaskan teknik
aktivitas selama perawatan di rumah − Melibatkan
keluarga dalam penerimaan informasi.
P=Intervensi dilanjutkan
S = Klien melaporkan nyerinya berkurang O = Skala nyeri 2
Klien tampak tenang, Tidak gelisah.
A = Masalah sebagian teratasi, karena skla nyeri berkurang P = Intervensi dilanjutkan.
S = Pasien mengatakan sudah mengerti. O = Pasien sudah
mengerti
A = Masalah teratasi P = Intervensi dihentikan
(6)
3 Kamis 06-06-2014
16.50
17.00
17.20
17.40
17.50
18.00
18.40
19.25
− Menganjurkan untuk makan teratur
− Mendorong klien untuk berobat apabila penyakit kambuh
− Menjelaskan teknik aktivitas selama perawatan di rumah − Memberikan
maasukan sumber-sumber tertulis/ gambar
− Mengkaji tingkat kecemasan pasien − Mengakaji
penyebab yang menjadi terjadinya kecemasan
− Memberi dorongan kepada pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasi kan ansietas
− Memberi penguatan positif ketika pasien mampu meneruskan aktivitas sehari-hari dan aktivitas
lainnya meskipun mengalami cemas
S = Pasien mengatakan cemas nya berkurang O = Pasien tampak lebih tenang dan tidak gelisah A = Masalah teratasi P = Intervensi selesai