a. pengembangan lahan pertanian dan sistem agropolitan yang produktif dan ramah lingkungan;
b. pengembangan dan peningkatan potensi pariwisata yang ramah lingkungan serta berbasis masyarakat;
c. pengembangan dan peningkatan kawasan industri berbasis agro, yang ramah lingkungan serta bernilai ekonomis;
d. pemerataan pembangunan sektor ekonomi dan infrastruktur wilayah;
e. pengendalian secara ketat pada kawasan hutan dan; f. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
negara. Kelestarian lingkungan saat ini juga telah menjadi Isu Strategis
Nasional bahkan Internasional. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis, dalam Penyusunan atau Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah disebutkan bahwa perlunya kepastian prinsip –
prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam penyusunan RPJPD, RPJMD dan Renstra SKPD serta
peningkatan RPJPD, RPJMD dan Renstra SKPD sebagai upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
3.1 PENENTUAN ISU – ISU STRATEGIS
Isu-isu strategis memberikan gambaran tentang hal–hal yang menjadi fokus dan prioritas penanganan karena pengaruhnya yang
besar, luas, dan signifikan terhadap perbaikan kondisi masyarakat pada 5 lima tahun mendatang. Isu–isu strategis adalah isu–isu yang jika
diprioritaskan penanganannya maka peluang tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan 5 lima tahun mendatang akan lebih besar dan
lebih pasti. Jika isu strategis ini tidak ditangani maka tujuan dan sasaran menjadi sulit tercapai.
Berdasarkan telaahan di atas dapat dirumuskan isu–isu strategis lingkungan hidup yang ada di Kabupaten Bojonegoro sebagai berikut :
1 Bencana Alam Banjir, Longsor dan Kekeringan
Kondisi geomorfologi, struktur geologi di wilayah Kabupaten Bojonegoro berupa hutan negara, pegunungan Kapur Selatan dan
Utara serta Bojonegoro bagian tengah yang merupakan daerah
aliran sungai bengawan Solo menjadikan Kabupaten Bojonegoro mempunyai beberapa kawasan yaitu kawasan rawan bencana
banjir, rawan bencana kekeringan rawan bencana tanah longsor dan rawan bencana angin putting beliung.
a Banjir
Semakin sempitnya catchment area akibat dari cepatnya
pertumbuhan kawasan terbangun di kawasan perkotaan serta penurunan kualitas daya serap tanah terhadap air hujan di
kawasan hutan menyebabkan bencana banjir di musim penghujan.
Selain itu wilayah Kabupaten Bojonegoro yang dilalui Aliran Sungai Bengawan Solo menyebabkan daerah sekitar aliran
menjadi daerah yang rawan banjir. Daerah rawan banjir di Kabupaten Bojonegoro meliputi 14 Kecamatan yaitu
Margomulyo, Ngraho, Padangan, Kasiman, Malo, Purwosari, Kalitidu, Dander, Bojonegoro, Kapas, Balen, Kanor, Sumberrejo
dan Baureno. b
Longsor
Kondisi topografi Kabupaten Bojonegoro yang relatif datar pada bagian utara serta dataran tinggi pada bagian selatan
memungkinkan aliran hujan akan menambah beban genangan sehingga pada musim hujan tanah akan mengalami kembang
swilling dan akan mengakibatkan resiko longsor akibat rendahnya kekuatan geser tanah.
Daerah rawan bencana tanah longsor meliputi Kecamatan Margomulyo, Tambakrejo, Ngambon, Sekar, Gondang, Malo, dan
Kedewan. Daerah -daerah tersebut merupakan daerah pegunungan Kapur Selatan dan Pengunungan Kapur Utara,
yang merupakan perbukitan kapur yang ada di Kabupaten Bojonegoro.
c Kekeringan
Kawasan Rawan Bencana kekeringan di Kabupaten Bojonegoro tersebar di Daerah Selatan Kabupaten Bojonegoro yaitu
Kecamatan Sekar, Bubulan dan Gondang. Namun apabila terjadi kemarau yang cukup panjang kekeringan bisa melanda 49 desa
yang ada di 17 Kecamatan. Guna penanggulangan sementara adalah dengan mengirimkan air bersih untuk keperluan hidup
sehari–hari kepada masyarakat desa yang mengalami kekeringan.
Untuk penanggulangan jangka panjang Pemerintah Kabupaten melalui beberapa SKPD telah memprogramkan pemanfaatan air
hujan dengan membuat embung, geomembran, sumur resapan, lubang resapan biopori, serta penanaman pohon pada daerah
tangkapan air Cathment Area sumber mata air, sehingga diharapkan dalam jangka panjang dapat melestarikan sumber-
sumber mata air yang ada.
2 Kerusakan Lingkungan
Selama ini aktifitas pembangunan yang hanya terfokus pada pertumbuhan ekonomi, mengakibatkan dampak negatif dan
menyebabkan penurunan kondisi ekologis dan degradasi sumber daya alam, diantaranya :
a Penambangan Galian C
Adanya kegiatan eksplorasi dan eksploitasi tambang minyak dan gas bumi, juga aktivitas penambangan sumur minyak tua di
Kecamatan Kedewan dan Malo, berpotensi mencemari dan menimbulkan kerusakan lingkungan sekitarnya. Selain itu
adanya kegiatan penambangan tanah urug dan penambangan pasir illegal, juga ikut menyumbang kerusakan lingkungan di
daerah DAS Bengawan Solo;
b Pencemaran Air, Tanah dan Udara
Seiring bertumbuh kembangnya berbagai usahakegiatan dan industri di Kabupaten Bojonegoro, khususnya industri minyak
dan gas bumi berpotensi menimbulkan pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan. Pembuangan limbah cair dan
limbah padat dari kegiatan Industri, Rumah Sakit, Rumah Makan dan Hotel yang tidak dikelola dengan baik dan benar akan
menimbulkan dampak yang serius bagi lingkungan hidup.
c Pembalakan liar Illegal Logging
Daerah Bojonegoro merupakan wilayah yang memiliki hutan jati terluas di Jawa Timur. Akan tetapi saat ini kondisi hutan di
Bojonegoro sangat memprihatinkan. Kasus illegal logging atau pembalakan liar menyebabkan kawasan hutan di Bojonegoro
berubah menjadi kawasan gersang dengan udara yang panas.
Banyaknya warga di sekitar lokasi hutan yang menjarah kayu jati mengakibatkan rusaknya hutan di wilayah Bojonegoro.
Pembalakan liar mengakibatkan berkurangnya lahan hutan sehingga menyebabkan semakin bertambahnya lahan kritis.
Selain itu dampak illegal logging juga dapat menyebabkan berbagai macam bencana alam, di antaranya angin
puyuhputing beliung, tanah longsor, dan banjir bandang. Kefahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan
harus ditanamkan dalam benak setiap individu sehingga timbul kesadaran untuk ikut menjaga dan melestarikannya.
3 Ijin Lingkungan
Setiap UsahaKegiatan dan atau Industri wajib memiliki Ijin Usaha. Untuk dapat memperoleh ijin usaha salah satu persyaratnya adalah
harus mendapat ijin lingkungan. Untuk bisa mendapatkan ijin lingkungan, setiap jenis usaha danatau kegiatan wajib memiliki
dokumen lingkungan AMDAL, UKL-UPL, atau SPPL. Suatu usaha danatau kegiatan boleh dilaksanakan kalau sudah
memiliki ijin usaha, namun kenyataannya masih banyak para pengusaha melakukan kegiatan dulu baru mengurus ijin usaha.
Sebelumnya ada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2010 yang mengatur tentang kegiatan usaha yang sudah
beroperasi tapi belum memiliki dokumen lingkungan diperbolehkan membuat dokumen lingkungan DELH untuk AMDAL dan DPLH
untuk UKL-UPL. Namun peraturan tersebut sudah tidak berlaku lagi sejak tanggal 3 Oktober 2011.
Saat ini masih menjadi dilema bagi Badan Lingkungan Hidup untuk memberikan rekomendasi kepada pengusaha yang belum memiliki
dokumen lingkungan tapi sudah beroperasi, di sisi lain BLH tidak ingin melanggar peraturan dan di sisi lain BLH tidak ingin
menghambat investor yang masuk ke Kabupaten Bojonegoro. Isu – isu lingkungan tersebut perlu diterjemahkan dalam program
dan kegiatan yang mendukung berbagai upaya perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka
menjaga agar pembangunan tetap berkelanjutan.
BAB IV
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
4.1 VISI DAN MISI