Kesadaran hukum nasional. Daya berlaku surut retroactivity. b. Wilayah penerapan teritorial scope. Menganalisis fungsi Menganalisis fungsi

PENAFSIRAN KETENTUAN PERJANJIAN, PENAFSIRAN KETENTUAN PERJANJIAN, DALAM DALAM PRAKTEKNYA PRAKTEKNYA DILAKUKAN DENGAN MENGGUNAKAN TIGA DILAKUKAN DENGAN MENGGUNAKAN TIGA METODE : METODE : 1. 1. Metode dari aliran yang berpegang pada Metode dari aliran yang berpegang pada kehendak penyusun perjanjian dengan kehendak penyusun perjanjian dengan memanfaatkan pekerjaan persiapan. memanfaatkan pekerjaan persiapan. 2. 2. Metode dari aliran yang berpegang pada Metode dari aliran yang berpegang pada naskah perjanjian, dengan penafsiran naskah perjanjian, dengan penafsiran menurut ahli yang umum dari kosa-katanya. menurut ahli yang umum dari kosa-katanya. 3. 3. Metode dari aliran yang berpegang pada Metode dari aliran yang berpegang pada objek dan tujuan perjanjian. objek dan tujuan perjanjian. KEDUDUKAN NEGARA BUKAN PESERTA KEDUDUKAN NEGARA BUKAN PESERTA Negara bukan peserta pada hakikatnya tidak Negara bukan peserta pada hakikatnya tidak memiliki hak dan kewajiban untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mematuhinya. Akan tetapi, bila perjanjian itu mematuhinya. Akan tetapi, bila perjanjian itu bersifat multilateral PBB atau objeknya bersifat multilateral PBB atau objeknya besar Terusan Suez, Panama, Selat Malaka besar Terusan Suez, Panama, Selat Malaka dan lain-lain, mereka dapat juga terikat, dan lain-lain, mereka dapat juga terikat, apabila: apabila: • Negara tersebut menyatakan diri terikat Negara tersebut menyatakan diri terikat terhadap perjanjian itu, dan terhadap perjanjian itu, dan • Negara tersebut dikehendaki oleh para peserta. Negara tersebut dikehendaki oleh para peserta. PEMBATALAN PERJANJIAN INTERNASIONAL, PEMBATALAN PERJANJIAN INTERNASIONAL, Berdasarkan Konvensi Wina tahun 1969, karena Berdasarkan Konvensi Wina tahun 1969, karena berbagai alasan, suatu perjanjian internasional berbagai alasan, suatu perjanjian internasional dapat batal, antara lain : dapat batal, antara lain : • Negara peserta atau wakil kuasa penih Negara peserta atau wakil kuasa penih melanggar ketentuan-ketentuan hukum melanggar ketentuan-ketentuan hukum nasionalnya. nasionalnya. • Adanya unsur kesalahn Adanya unsur kesalahn error error pada saat pada saat perjanjian dibuat. perjanjian dibuat. • Adanya unsur penipuan dari negara peserta Adanya unsur penipuan dari negara peserta tertentu terhadap negara peserta lain waktu tertentu terhadap negara peserta lain waktu pembentukan perjanjian. pembentukan perjanjian. • Terdapat penyalahgunaan atau Terdapat penyalahgunaan atau kecurangan kecurangan corruption, corruption, baik melalui kelicikan atau baik melalui kelicikan atau penyuapan. penyuapan. • Adanya unsur paksaan terhadap wakil suatu Adanya unsur paksaan terhadap wakil suatu negara peserta. Paksaan tersebut baik dengan negara peserta. Paksaan tersebut baik dengan ancaman maupun penggunaan kekuatan. ancaman maupun penggunaan kekuatan. • Bertentangan dengan suatu kaidah dasar hukum Bertentangan dengan suatu kaidah dasar hukum internasional umum. internasional umum. g. g. JENIS-JENIS PERJANJIAN JENIS-JENIS PERJANJIAN INTERNASIONAL INTERNASIONAL Perjanjian Bilateral, bersifat khusus treaty contract dan tertutup, ada beberapa contoh : 1. 1. Perjanjian antara Republik Indonesia dengan Perjanjian antara Republik Indonesia dengan RRC Republika Rakyat Cina pada tahun 1955 RRC Republika Rakyat Cina pada tahun 1955 tentang penyelesaian “dwikewarganegaraan”. tentang penyelesaian “dwikewarganegaraan”. 2. 2. Perjanjian antara Indonesia dengan Muangthai Perjanjian antara Indonesia dengan Muangthai tentang “Garis Batas Laut Andaman” di tentang “Garis Batas Laut Andaman” di sebelah utara Selat Malaka pada tahun 1971. sebelah utara Selat Malaka pada tahun 1971. 3. 3. Perjanjian “ekstradisi” antara Republik Perjanjian “ekstradisi” antara Republik Indonesia dan Malaysia pada tahun 1974. Indonesia dan Malaysia pada tahun 1974. 4. 4. Perjanjian antara Republik Indonesia dan Perjanjian antara Republik Indonesia dan Australia mengenai pertahanan dan keamanan Australia mengenai pertahanan dan keamanan wilayah kedua negara pada tanggal 16 wilayah kedua negara pada tanggal 16 Desember 1995. Desember 1995. Perjanjian Multilateral, sering disebut Perjanjian Multilateral, sering disebut sebagai sebagai law making treaties law making treaties karena karena biasanya mengatur hal-hal yang biasanya mengatur hal-hal yang menyangkut kepentingan umum dan menyangkut kepentingan umum dan bersifat “terbuka.” bersifat “terbuka.” Ada beberapa contoh : Ada beberapa contoh : • Konvensi Jenewa, tahun 1949 tentang Konvensi Jenewa, tahun 1949 tentang “Perlindungan Korban Perang”. “Perlindungan Korban Perang”. • Konvensi Wina, tahun 1961, tentang “Hubungan Konvensi Wina, tahun 1961, tentang “Hubungan Diplomatik”. Diplomatik”. • Konvensi Hukum Laut Internasional tahun 1982 Konvensi Hukum Laut Internasional tahun 1982 tentang “Laut Teritorial, Zona Bersebelahan, tentang “Laut Teritorial, Zona Bersebelahan, Zona Ekonomi Eksklusif, dan Landas Benua”. Zona Ekonomi Eksklusif, dan Landas Benua”. Carilah sumber informasi lain baik dari buku, koran, Carilah sumber informasi lain baik dari buku, koran, majalah, internet, buletin sebagainya, kemudian majalah, internet, buletin sebagainya, kemudian lakukan hal-hal berikut : lakukan hal-hal berikut :

1. Rumuskan kembali pemahaman tentang pengertian perjanjian internasional

2. Berikan alasan penjelasan, mengapa di dalam hubungan antar negara perjanjian

internasional dianggap sangat penting

3. Berikan penjelasan mengapa suatu perjanjian internasional ada yang harus diratifikasi dan

ada yang tidak perlu diratifikasi

4. Jelaskan mengapa sebelum suatu perjanjian internasional dibuat, perlu dilakukan

perundingan negosiasi

5. Berikan penjelasan bagaimana kedudukan negara peserta dan bukan peserta pada saat

suatu perjanjian internasional akan ditandatangani oleh negara-negara yang berkepentingan. Waktu: Waktu: 2 x 45 Menit 2 x 45 Menit Standar Kompetensi : Standar Kompetensi : Menganalisis hubungan Internasional dan Menganalisis hubungan Internasional dan Organisasi Internasional Organisasi Internasional Kompetensi Dasar : Kompetensi Dasar : 4.3. Menganalisis fungsi 4.3. Menganalisis fungsi Perwakilan Diplomatik Perwakilan Diplomatik Indikator Indikator Hasil Yang Diharapkan: Hasil Yang Diharapkan:  Mendeskripsikan Perwakilan Negara RI Mendeskripsikan Perwakilan Negara RI Di Luar Negeri. Di Luar Negeri.  Menganalisis Perwakilan Negara Di Menganalisis Perwakilan Negara Di Negara Lain Dalam Arti Politis Negara Lain Dalam Arti Politis Diplomatik Dan Non Politis Konsuler. Diplomatik Dan Non Politis Konsuler. Landasa Landasa n n Hukum Hukum Perwakilan Perwakilan dalam arti non dalam arti non politis politis konsuler konsuler PERWAKILA PERWAKILA N N DIPLOMATIK DIPLOMATIK Perwakilan Perwakilan dalam arti dalam arti politis politis diplomatik diplomatik • Pengangkata Pengangkata n n • Kronologis Kronologis • Tugas dan Tugas dan Fungsi Fungsi • Perangkat Perangkat • Kekebalan Kekebalan dan dan Keistimewaa Keistimewaa n n Perwakilan Perwakilan Negara RI di luar Negara RI di luar negeri negeri Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi • Tugas dan Tugas dan Fungsi Fungsi • Mulai dan Mulai dan berakhirnya berakhirnya 1. 1. Perwakilan Negara RI di Luar Perwakilan Negara RI di Luar Negeri Negeri

a. Landasan Hukum

Pasal 13 UUD 1945 menyebutkan bahwa: Pasal 13 UUD 1945 menyebutkan bahwa: 1. 1. Presiden mengangkat duta dan konsul. Presiden mengangkat duta dan konsul. 2. 2. Dalam hal mengangkat duta; Presiden Dalam hal mengangkat duta; Presiden memperhatikan pertimbangan DPR. memperhatikan pertimbangan DPR. 3. 3. Presiden menerima penempatan duta negara lain Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR. dengan memperhatikan pertimbangan DPR. Presiden sebagai Kepala Negara, mengangkat dan Presiden sebagai Kepala Negara, mengangkat dan menerima duta dari negara lain. Prosedur maupun menerima duta dari negara lain. Prosedur maupun teknis pelaksanaannya, diatur oleh Menteri Luar teknis pelaksanaannya, diatur oleh Menteri Luar Negeri. Negeri.

b.PERWAKILAN DIPLOMATIK REPUBLIK INDONESIA

N o Diploma tik Uraian

1. Tugas Pokok

Perwakila n Diplomati k  Menyelenggarakan hubungan dengan negara lain atau hubungan kepala negara dengan pemerintah asing.  Mengadakan perundingan tentang masalah yang dihadapi kedua negara dan berusaha untuk menyelesaikannya.  Mengurus kepentingan negara serta warga negaranya di negara lain.  Apabila dianggap perlu, dapat bertindak sebagai tempat pencatatan sipil, pemberian paspor, dsb. 2. Fungsi Perwakila n Diplomati k Berdasar kan Kongres Wina 1961  Mewakili negara pengirim di dalam negara penerima.  Melindungi kepentingan negara pengirim dan warga negaranya di negara penerima di dalam batas-batas yang diijinkan oleh hukum internasional.  Mengadakan persetujuan dengan pemerintah negara penerima.  Memberikan keterangan tentang kondisi dan perkembangan negara penerima, sesuai UU dan melaporkan kepada pemerintah negara pengirim.  Memelihara hubungan persahabatan antara kedua negara.