Pengujian Komposit .1 Pengujian Kekuatan Tarik Tensile Strength ASTM D 638 Tipe I

28

3.3.4 Pembuatan Komposit Epoksi Berpengisi Serat Ampas Tebu

1. Ditimbang resin epoksi dan epoksi hardener yang digunakan dengan rasio epoksi dan hardener 3 : 2. 2. Kemudian epoksi dan epoksi hardener dicampurkan dalam Beaker glass dan diaduk hingga merata. 3. Partikel ampas tebu yang telah disiapkan dengan rasio resin epoksi terhadap serat ampas tebu 100:0, 70:30, 60:40 dan 50:50 vv dimasukkan ke dalam Beaker glass dan diaduk merata. 4. Kemudian tuangkan campuran tersebut ke dalam cetakan sampai semua resin menutupi cetakan sesuai dengan masing-masing uji. 5. Komposit didiamkan di dalam cetakan hingga mengeras pada temperatur 30 C temperatur ruangan. 6. Komposit dikeluarkan dari cetakan. 7. Dilakukan pengujian terhadap komposit yaitu penentuan uji tarik tensile strength, uji bengkok bending strength, uji bentur impact strength, uji Scanning Electron Microscopy SEM, dan uji Fourier Transform-Infra Red FT-IR. 3.3.5 Pengujian Komposit 3.3.5.1 Pengujian Kekuatan Tarik Tensile Strength ASTM D 638 Tipe I Sifat mekanis biasanya dipelajari dengan mengamati sifat kekukatan tarik  t menggunakan alat tensometer. Secara praktis kekuatan tarik diartikan sebagai besarnya beban maksimum F maks yang dibutuhkan untuk memutuskan spesimen bahan dibagi dengan luas penampang bahan. 57 mm 57 mm 115 mm 165 mm 13 mm 76 mm 19 mm Gambar 3.1 Contoh Skema Spesimen Uji Tarik Universitas Sumatera Utara 29 Komposit hasil spesimen dipilih dan dipotong membentuk spesimen untuk pengujian kekuatan tarik uji tarik. Pengujian kekuatan tarik dilakukan dengan tensometer terhadap tiap spesimen dengan ketebalan 4 mm. Tensometer terlebih dahulu dikondisikan pada beban 100 kgf dengan kecepatan 50 mmmenit, kemudian dijepit kuat dengan penjepit yang ada dialat. Mesin dihidupkan dan spesimen akan tertarik ke atas spesimen diamati sampai putus, dicatat tegangan maksimum dan regangannya.

3.3.5.2 Pengujian Kekuatan Bengkok Bending Strength ASTM D 790-02

Pada perlakuan uji bending spesimen, bagian atas spesimen terjadi proses tekan dan bagian bawah terjadi proses tarik sehingga kegagalan yang terjadi akibat uji bending yaitu mengalami patah bagian bawah karena tidak mampu menahan tegangan tarik. Spesimen uji bending dibuat sesuai standar ASTM D790 – 02. Gambar 3.2 Ukuran Dimensi Spesimen Kekuatan Lentur ASTM D-790

3.3.5.3 Pengujian Kekuatan Bentur Impact Strength ASTM D 256

Spesimen yang akan diuji bentur mengikuti metoda UnnotchedIzod. Gambar 3.3 Ukuran Dimensi Spesimen Metoda Izod ASTM D 4812-11 1. 3 mm 6 mm 12 mm 3,4 mm 2,5 mm 60,5 mm Universitas Sumatera Utara 30

3.3.5.4 Analisa Penyerapan Air Water Absorption ASTM D 570

Karakteristik penyerapan air dari komposit epoksi berpengisi ampas tebu diuji dengan perendaman dalam air pada suhu ruangan setiap 24 jam hingga bahan komposit tidak lagi menyerap air jenuh. Spesimen tes berbentuk 25 mm x 25mm sesuai ASTM D-570. Sebelum direndam dalam air, komposit dimasukkan ke dalam oven dengan temperatur 50  5 o C selama 24 jam terlebih dahulu. Kemudian didinginkan dalam desikator selama 24 jam. Setelah itu dilakukan pencelupan. Setiap rentang waktu pencelupan, maka sampel diambil dan dibersihkan dengan kertas tisu untuk menyerap air. Sampel kemudian ditimbang dan dihitung dengan persamaan: 100 x Wo Wo We Wg   Dimana : Wg = Persentase pertambahan berat komposit We = Berat komposit setelah perendaman Wo = Berat komposit sebelum perendaman

3.3.5.5 Karakteristik Fourier Transform Infra-Red FT-IR

Sampel yang dianalisa yaitu berupa epoksi, serat pinang tanpa perlakuan alkali, serat ampas tebu dengan perlakuan alkali dan komposit epoksi berpengisi ampas tebu untuk melihat apakah ada terbentuk sambung silang cross-linking atau tidak terbentuknya gugus baru. Analisa FT-IR dilakukan di Laboratorium Farmasi, Fakultas Farmasi di Universitas Sumatera Utara

3.3.5.6 Pengujian Analisa Scanning Electron Microscopy SEM

Analisa Scanning Electron Microscopy SEM digunakan untuk mengkarakterisasi morfologi permukaan sampel dengan menggunakan metode Secondary Electron Image SEI. Hasil yang didapat adalah foto polaroid dan mampu memfoto dengan perbesaran dari 25x sampai 2.000.000x. Sampel yang difoto berukuran kecil, yaitu 5 mm x 5 mm untuk luas permukaan dan sampel dalam keadaan kering. Untuk sampel yang tidak bersifat konduktif, sampel harus dilapisi terlebih dahulu dengan bahan yang bersifat konduktif. Scanning Electron Microscope SEM dilakukan di Laboratorium Fisika, Universitas Negeri Medan Universitas Sumatera Utara 31

3.4 FLOWCHART PENELITIAN