Dimensi-dimensi Religiusitas Agama dan Religiusitas

Universitas Indonesia yang lebih dari biasanya, ditambahkan pula religiusitas ialah kepercayaan yang kuat serta kehadiran individu di acara-acara keagamaan. Piedmont dalam Lefkowitz, 2004 mendefinisikan religiusitas sebagai “Being concerned with how one’s experience of transcendent being shaped by, and expressed through, a community or social organization”. Dari berbagai pengertian yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa religiusitas merupakan penghayatan individu terhadap agama yang dianutnya. Penghayatan individu tersebut akan berpengaruh terhadap sikap, perilaku, tindakan dan pandangan hidupnya.

2.2.3 Dimensi-dimensi Religiusitas

Beberapa pakar psikologi dan sosiologi telah mencoba untuk mencari tahu cara mengukur kereligiusan. Mereka merumuskan dimensi-dimensi yang dapat dijadikan indikator perilaku religius. Beberapa diantaranya yakni yang dikemukakan oleh Von Hugel dalam Wulff, 1997 yang mengidentifikasi tiga elemen agama, yakni : 1 Tradisional atau historikal, berhubungan dengan perasaan-perasaan senses, imaginasi, dan ingatan. Biasanya terbentuk pada masa kanak-kanak; 2 Rasional atau sistematik, kehadirannya disertai dengan kemampuan untuk merefleksikan, berargumen, dan mengabstraksi; dan 3 Intuisi atau volitional, menandakan telah matangnya pengalaman diri inner experience dan perilaku yang ditampakkan outer action. Pendekatan yang sama juga digunakan oleh James Pratt dalam Wulff, 1997, namun Pratt memisahkan dua aspek yang berbeda dari tiga elemen yang sebelumnya telah dikemukakan oleh Von Hugel. Pratt menyebutnya dengan empat aspek yang menjadi ciri khas dari agama, yakni tradisional, rasional, mistikal, dan praktikal atau moral. Von Hugel dan Pratt berpendapat bahwa setiap elemen atau aspek pada dasarnya saling berhubungan dengan elemen atau aspek yang lain, walaupun hal ini berlaku hanya pada kasus tertentu. Elemen yang dikemukakan oleh Von Hugel dan Pratt kemudian diintegrasikan oleh C.Y Glock dan R. Stark dalam Wulff, 1997 dengan menyebutnya sebagai lima dimensi beragama, yakni ideologis, intelektual, ritualistik, eksperensial, dan konsekuensi. Tiga dimensi pertama merupakan Hubungan Antar..., Akses Tri Handayani, F.PSI UI, 2008 Universitas Indonesia penjabaran dari elemen tradisional yang dikemukakan oleh Von Hugel dan Pratt, sedangkan dua dimensi selanjutnya eksperensial dan konsekuensi serupa dengan elemen praktikal dan mistikal yang diajukan Pratt. Dimensi-dimensi religiusitas yang dikemukakan oleh C.Y. Glock dan R. Stark merupakan variabel multidimensional. Yang berarti bahwa religius di satu dimensi belum tentu religius di dimensi yang lain. Namun secara empirik telah dibuktikan bahwa kelima dimensi tersebut memiliki korelasi yang cukup tinggi satu sama lain Spilka et al., 2003, seperti misalnya dimensi eksperensial memiliki korelasi yang cukup tinggi dengan dimensi konsekuensi Faulker dan Dejong, 1996; Weigert dan Thomas, 1969 dalam Spilka et al., 2003. Berikut ini merupakan penjelasan dimensi-dimensi dari C.Y. Glock dan R. Stark dalam Robertson, 1988 yakni: a. Dimensi Kepercayaan atau Dimensi Ideologis. Dimensi ini berisikan pengharapan-pengharapan dimana individu yang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu, mengakui kebenaran doktrin-doktrin yang meliputi isi dan cakupan keimanan, tipe keimanan, tata nilai, serta dalil yang membuat individu setia terhadap agama. dimensi ini merupakan dimensi yang paling mendasar dalam isu religiusitas. Contoh: percaya akan adanya sorga, neraka, malaikat, hari akhir, dll.

b. Dimensi Praktek Ritual atau Peribadatan. Dimensi ini mencakup