Pembayaran, Pengangsuran dan Penundaan Retribusi Pasal 23
1 Pembayaran retribusi harus dilakukan secara tunai dan lunas; 2 Bupati Bima dapat memberi ijin kepada wajib retribusi untuk
mengangsur atau menunda pembayaran retribusi dalam jangka waktu tertentu dengan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan;
3 Sebelum diberikan ijin mengangsur atau menunda pembayaran retribusi, wajib retribusi akan diklarifikasi alasannya oleh pejabat
SKPD yang ditunjuk;
Pasal 24
1 Wajib retribusi yang dianggap layak akan dikabulkan permohonan penundaan atau angsurannya, sedangkan yang tidak layak wajib
melunasi retribusinya; 2 Nilai angsuran retribusi minimal ¼ satu per empat kali jumlah
retribusi ditambah bunga yang harus dibayar; 3 Lama waktu angsuran maksimal 30 tiga puluh hari;
4 Lama waktu penundaan maksimal 60 enam puluh hari.
Pasal 25
1 Wajib retribusi yang telah melakukan pembayaran diberikan tanda bukti pembayaran;
2 Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan oleh bendahara penerimaan SKPD dan mempertanggungjawabkannya kepada Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah PPKD selaku Bendahara Umum Daerah
BUD; 3 Format kuitansi tercantum dalam
lampiran X yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini; 4 Format Buku Penerimaan tercantum dalam
lampiran XI yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini dengan ukuran kas folio 21 x 32 cm.
BAB IX SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 26
1 Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 5 lima persen setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STR;
2 Format STRD tercantum pada
lampiran XII yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
BAB X TATA CARA PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN
Bagian Pertama Tata Cara Pembukuan
Pasal 27
1 Besarnya penetapan dan penyetoran retribusi dihimpun dalam buku jenis retribusi.
2 Atas dasar buku jenis retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal dibuat daftar penerimaan dan tunggakan perjenis retribusi.
3 Berdasarkan daftar penerimaan dan tunggakan sebagaimana dimaksudkan ayat 2 pasal ini dibuat laporan realisasi penerimaan
dan tunggakan perjenis retribusi sesuai masa retribusi.
Bagian Kedua Tata Cara Pemeriksaan
Pasal 28
1 Pejabat Pengelola Keuangan Daerah PPKD selaku BUD berwenang melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas laporan mengenai
pemenuhan kewajiban retribusi oleh subyek retribusi. 2 Dalam melakukan wewenang sebagaimana dimaksud ayat 1, PPKD
selaku BUD dapat mempertimbangkan informasi dari pemerintah dan masyarakat.
3 Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, PPKD dapat menggunakan pemeriksa danatau tenaga ahli dari luar PPKD yang bekerja untuk
dan atas nama PPKD.
4 Apabila diperlukan PPKD dapat melakukan pemeriksaan langsung pada wajib retribusi dan wajib retribusi harus memenuhi datadata
yang dibutuhkan seperti : a
memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang
berhubungan dengan obyek retribusi yang terutang.
b memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan
yang dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran
pemeriksaan. c
memberikan keterangan yang diperlukan.
Pasal 29
1 Pemeriksa menyusun laporan hasil pemeriksaan setelah pemeriksaan selesai dilakukan.
2 Laporan hasil pemeriksaan disampaikan oleh PPKD kepada SKPD pengelola retribusi dan Bupati Bima selambat – lambatnya 14 empat
belas hari setelah pemeriksaan dilakukan.
Pasal 30
1 SKPD yang menerima hasil pemeriksaan wajib menindak lanjuti rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan yang disampaikan
oleh PPKD.
2 SKPD memberikan jawaban atau penjelasan kepada PPKD tentang tindak lanjut atas rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan.
3 Jawaban atau penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 disampaikan kepada PPKD selambatlambatnya 14 empat belas hari
setelah laporan hasil pemeriksaan diterima. 4 PPKD memantau pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1; 5 Hasil pemeriksaan yang memenuhi unsur tindak pidana akan
diteruskan ke tingkat penyidikan dan diserahkan kepada Pejabat Pegawai Negeri Sipil yang diberikan wewenang khusus sebagai
penyidik.
BAB XI PENAGIHAN DAN TEGURANPERINGATAN