Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mula dan Masa Kerja Anestetikum Lokal

jaringan lunak pasca operasi akibat dari melukai diri sendiri, seperti fisik dan mental penyandang cacat. Bupivakain jarang diindikasikan pada anak-anak karena prosedur gigi pediatrik biasanya berlangsung singkat. 13 Bupivakain larutan polos yang berkonsentrasi antara 0.25-0.5 digunakan untuk anestesi blok dan infiltrasi dimana efek anestesi sampai 8 jam diperlukan. Dosis maksimum yang aman adalah 2 mgkg. 25 5. Prilokain Dosis maksimum yang direkomendasikan untuk prilokain adalah 8,0 mg kg atau 3,6 mg lb berat badan untuk pasien dewasa dan maksimum dosis yang direkomendasikan adalah 600 mg. Efek toksisitas sistemik prilokain kurang dibandingkan lidokain tapi efek anestesinya kurang kuat. 13 6. Etidokain Menurut Malamad, dosis maksimum yang direkomendasikan untuk pasien dewasa adalah 3,6 mglb atau 8,0 mgkg berat badan, dengan dosis maksimum absolut tidak melebihi 400 mg. 4 Tabel 2. Dosis maksimum anestetikum lokal yang direkomendasikan 13,25,28 Anestetikum Lokal Dosis Maksimum Lidokain 7,0 mgkgBB 3,2 mglb BB Mepivakain 6,6 mgkgBB 3,0 mglb BB Artikain 7,0 mgkgBB 3,2 mglb BB Bupivakain 2,0 mgkgBB 0,9 mglb BB Prilokain 8,0 mgkgBB 3,6 mglb BB Etidokain 8,0 mgkgBB 3,6 mglb BB

2.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mula dan Masa Kerja Anestetikum Lokal

1. Nilai pH Jaringan Universitas Sumatera Utara Faktor yang paling penting mempengaruhi mula kerja anestetikum lokal adalah pH jaringan dan pKa bahan anestetikum lokal. Nilai pH mungkin menurun pada suasana infeksi, yang menyebabkan efek anestesi menjadi lambat atau bahkan tidak terjadi langsung. 17 Anestetikum lokal dipasarkan dalam bentuk garam yang mudah larut dalam air, biasanya garam hidroklorid dan merupakan basa lemah. Larutan garam bahan ini bersifat agak asam, hal ini menguntungkan karena menambah stabilitas bahan anestetikum lokal tersebut. Bahan anestetikum lokal yang biasa digunakan mempunyai pKa antara 8-9, sehingga pada pH jaringan hanya didapati 5-20 dalam bentuk basa bebas. Bagian ini walaupun kecil sangat penting, karena untuk mencapai tempat kerjanya bahan harus berdifusi melalui jaringan penyambung dan membran sel lain, dan hal ini hanya mungkin terjadi dengan bentuk amin yang tidak bermuatan listrik. 11 2. Morfologi Saraf Mula kerja berhubungan dengan kecepatan difusi anestetikum lokal melalui perineurium. Urutan lapisan pembungkus serabut saraf dari dalam keluar adalah endoneurium, perineurium, dan epineurium. Lapisan ini terdiri dari jaringan pengikat kolagen dan elastis. Bahan anestetikum lokal harus menembus jaringan pengikat yang bukan jaringan saraf. Ada perbedaan kecepatan menembus jaringan yang bukan saraf. Sebagai contoh, prokain dan kloroprokain mempunyai pKa yang sama dan mula kerja yang sama pada saraf yang diisolasi, tetapi mula kerja kloroprokain lebih pendek daripada prokain, ini menunjukkan bahwa kloroprokain lebih cepat menembus jaringan yang bukan jaringan saraf. 13,17 3. Lipid solubility Kelarutan dalam lemak menggambarkan potensi intrinsik anestetikum lokal tersebut. Makin tinggi kelarutannya dalam lemak, semakin poten bahan tersebut. Lipid solubility prokain kurang dari satu, dan bahan ini paling kecil potensinya. Sebaliknya koefisien partisikelarutan bupivakain, tetrakain dan etidokain bervariasi dari 30-140, menunjukkan lipid solubility yang tinggi. Bahan ini menunjukkan blokade konduksi pada konsentrasi yang sangat rendah karena potensi intrinsik anestesinya 30 kali lebih besar dari prokain. Hubungan antara lipid solubility dan potensi intrinsik anestesi selalu konsisten dengan komposisi lipoprotein dari membran saraf ada 3 lapisan membran Universitas Sumatera Utara saraf terdiri dari protein-lipid-protein. Kira-kira 90 axolemma terdiri dari lemak. Karena itu anestetikum lokal yang kelarutan lemaknya tinggi dapat menembus membran saraf dengan lebih mudah, yang direfleksikan sebagai peningkatan potensi. 13,22,24 4. pKa Anestetikum Lokal Secara klinis, tidak ada perbedaan yang signifikan pada pKa antara amida, kecuali bupivakain, yang memiliki pKa sedikit lebih tinggi yang menyebabkan mula kerjanya lebih lambat. pKa komponen kimia didefinisikan sebagai pH dimana bentuk ion dan non-ion ada dalam keseimbangan. 17 Anestetikum lokal yang tidak berubah bentuk, diperlukan untuk berdifusi menembus selubung saraf. Mula kerja secara langsung berhubungan dengan kecepatan menembus epineurium, yang berkolerasi dengan jumlah bahan dalam bentuk dasar. Persentase dari bahan anestetikum lokal dalam bentuk dasar bila disuntikkan ke dalam jaringan yang mempunyai pH 7,4, maka pKa bahan tersebut akan terjadi sebaliknya. Sebagai contoh, lidokain yang mempunyai pKa 7,9 adalah 75 dalam bentuk ion dan 25 dalam bentuk non-ion pada pH jaringan 7,4. Hasilnya bahan tersebut mempunyai pKa hampir mendekati pH jaringan akan mempunyai mula kerja yang lebih cepat daripada anestetikum lokal dengan pKa yang tinggi. 14,22,24 Tabel 3. pKa bahan anestetikum lokal 9,13,22 Anestetikum Lokal pKa AMIDA Bupivakain 8.1 Ropivakain 8.1 Lidokain 7.7 Prilokain 7.7 Mepivakain 7.7 Artikain 7.8 Etidokain 7.9 Levobupivakain 8.1 ESTER Prokain 9.1 Kloroprokain 9.3 Kokain 8.6 Tetrakain 8.6 Universitas Sumatera Utara 5. Efek Vasokonstriktor Masa kerja anestetikum lokal berbanding langsung dengan waktu kontak aktifnya dengan saraf. Akibatnya, tindakan yang dapat melokalisasi bahan pada saraf akan memperpanjang waktu anestesi. Dalam klinis, larutan injeksi anestetikum lokal biasanya mengandungi epinefrin 1 dalam 200.000 bagian, norepinefrin 1 dalam 100.000bagian atau fenilefrin. Pada umumnya zat vasokonstriktor ini harus diberikan dalam kadar efektif minimal. Epinefrin mengurangi kecepatan absorpsi anestetikum lokal sehingga akan mengurangi juga toksisitas sistemiknya. Sebagian vasokonstriktor mungkin akan diserap dan bila jumlahnya cukup banyak akan menimbulkan efek samping misalnya gelisah, takikardi, palpitasi dan nyeri di dada. Untuk mengurangi perangsangan adrenergik yang berlebihan dan yang diinginkan tersebut, perlu dipertimbangkan penggunaan obat penghambat alfa atau beta adrenergik. 11,13,22 Universitas Sumatera Utara Kerangka Konsep Gambaran pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut RSGMP FKG USU 1. Definisi anestesi dan anestetikum lokal 2. Anestetikum lokal yang ideal 3. Mekanisme anestetikum lokal 4. Klasifikasi anestetikum lokal 5. Jenis anestetikum lokal 6. Dosis maksimum anestetikum . lokal . 7. Faktor-faktor yang . mempengaruhi mula dan masa . kerja anestetikum lokal Mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut RSGMP FKG USU Universitas Sumatera Utara BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Tentang Penjahitan Luka Pada Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode 8-31 Oktober 2014

4 91 78

Pengetahuan Dan Perilaku Penggunaan Dosis Anestesi Lokal Oleh Mahasiswa Kepaniteraan Di Klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU Tahun 2013

5 72 69

Pengetahuan mahasiswa kepanitraan klinik departemen bedah mulut RSGMP USU tentang cara penanganan komplikasi pencabutan gigi

0 4 54

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU pada penanganan trauma maksilofasial periode November – Desember 2015

0 6 66

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tentang Cara Penanganan Dental Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Periode Desember 2015 s/d Januari 2016

3 25 80

Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang fase penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG USU

0 1 9

Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang fase penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG USU

0 0 3

Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang fase penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG USU

0 0 17

Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang fase penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG USU

0 0 2

Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang fase penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG USU

0 0 3