Daerah, maka terlebih dahulu diuraikan dan dijelaskan tentang Otonomi Daerah dan Perangkat Daerah.
Adapun kerangka teori yang dibentuk adalah sebagai berikut :
1.5.1. Otonomi Daerah
Menurut Pasal 1 Ayat 5 UU No.32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah : “Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.
Dan Pasal 1 Ayat 6 UU No.322004 : “Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Sedangkan dalam pasal 1 Ayat 5 Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 2007
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan : “Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dan Dalam Pasal 1 Ayat 6 PP No. 412007 : “Daerah Otonom adalah selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-
batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Sumaryadi 2005:115 Otonomi Daerah adalah keluasan atau diskresi
masyarakat yang lebih luas dalam membangun daerahnya atas dukungan dan fasilitas
Universitas Sumatera Utara
pemerintahnya sendiri. Agar pemerintah daerah mempunyai kemampuan dalam memfasilitasi prakarsa dan kreatifitas mesyarakat, maka pemerintah pusat menyerahkan
kewenangan administratif yang luas kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengelola serta memenuhi berbagai kebutuhan mesyarakat.
Menurut HAW. Widjaja 2002:76 Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Sedangkan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas daerah tertentu berwenang dan mengatur kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan menurut Dharma Setyawan Salam 2004:84 Otonomi Daerah bukan
hanya hak, tetapi juga melekat pada kewajiban untuk mencapai kesejahteraan rakyat yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Menurut pasal 21 UU No.32 Tahun 2004 : Dalam penyelenggaraan otonomi, daerah mempunyai hak sebagai berikut :
a. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya; b. Memilih pimpinan daerah;
c. Mengelola aparatur daerah; d. Mengelola kekayaan daerah;
e. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah; f. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya yang berada di daerah; g. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah;dan
h. Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Universitas Sumatera Utara
Dan dalam pasal 22 UU No.322004 : Dalam menyelenggarakan otonomi,daerah mempunyai kewajiban sebagai berikut:
a. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat; c. Mengembangkan kehidupan demokrasi;
d. Mewujudkan keadilan dan pemerataan; e. Meningkatkan
pelayanan dasar pendidikan; f. Menyediakan
fasilitas pelayanan kesehatan; g. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak;
h. Mengembangkan sistem jaminan sosial; i. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah;
j. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah; k. Melestarikan lingkungan hidup;
l. Mengelola administrasi
kependudukan; m. Melestarikan nilai sosial budaya;
n. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya; dan
o. Kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Inti dari pelaksanaan otonomi daerah adalah terdapatnya keleluasaan pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri atas dasar prakarsa, kreativitas,
dan peran serta aktif masyarakat dalam rangka mengembangkan dan memajukan daerahnya. Memberikan otonomi daerah tidak hanya berarti melaksanakan demokrasi
dilapisan bawah tetapi juga mendorong oto-aktivitas untuk melaksanakan sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Dengan berkembangnya demokrasi dari bawah maka rakyat tidak saja menentukan nasibnya sendiri, melainkan yang utama adalah berupaya memperbaiki nasibnya
sendiri. Hal itu dapat diwujudkan dengan memberikan kewenangan yang cukup luas kapada pemerintah daerah guna mengurus dan mengatur serta mengembangkan
daerahnya sesuai dengan kepentingan dan potensi daerahnya. Kewenangan artinya adalah keleluasaan untuk menggunakan dana baik yang berasal dari daerah sendiri
maupun dari pusat sesuai dengan keperluan daerahnya tanpa campur tangan dari pusat, keleluasaan berprakarsa, memilih alternatif, menentukan prioritas dan mengambil
keputusan untuk kepentingan daerahnya, keleluasaan untuk memanfaatkan dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang memadai, yang didasarkan kriteria
objektif dan adil. Prinsip-prinsip ini diatur dalam UU No. 22 dan 25 Tahun 1999 dan UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Menurut Suradinata 2006:11 Penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Memperhatikan aspek pendewasaan demokrasi, keadilan, pemerataan serta
potensi dan keanekaragaman daerah. b.
Didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab yang diletakan pada daerah kabupaten dan daerah kota sedang provinsi sangat terbatas.
c. Harus sesuai dengan konstitusi negara, sehingga tetap terjamin hubungan yang
sesuai antara pusat dengan daerah. d.
Harus meningkatkan kemandirian daerah otonom. e.
Harus meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif daerah, baik sebagai fungsi legislasi, fungsi pengawasan maupun fungsi anggaran atas
penyelenggaraan otonomi daerah.
Universitas Sumatera Utara
f. Azas dekonsentrasi diletakkan pada daerah provinsi dalam kedudukannya
sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan pemerintahan tertentu yang dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah.
g. Tugas pembatuan dimungkinkan dari pemerintah kepada daerah, dari
pemerintah dan daerah kepada desa disertai pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban melapor dan bertanggung jawab
kepada yang menugaskan.
Prinsip pemberian otonomi daerah kepada daerah adalah prinsip demokrasi, pemberdayaan masyarakat dan aparat serta pelayanan umum, pemerataan keadilan
dengan memperhatikan keanekaragaman daerah. Pemerintah daerah memiliki keleluasaaan dalam pengambilan keputusan yang terbaik dalam batas-batas kewenangan
untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki guna mendukung kualitas pelayanan masyarakat. Sumaryadi, 2005:55.
1.5.2. Azas-Azas Pemerintah Di Daerah Menurut Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi daerah pasal 1
ayat 7, 8, dan 9 adalah sebagai berikut: 1. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah danatau kepada instansi vertikal di wilayah
tertentu.
Universitas Sumatera Utara
3. Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah danatau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten kota danatau desa serta dari
pemerintah kabupatenkota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. Logemann dalam Hanif Nurcholis 2007:3-4 membagi Desentralisasi menjadi
dua macam : a Dekonsentrasi atau Desentralisasi jabatan ambtelijke decentalisatie yaitu
pelimpahan kekuasaan dari alat perlengkapan negara tingkatan lebih atas kepada bawahannya guna melancarkan pekerjaan di dalam melaksanakan tugas pemerintah.
Misalnya pelimpahan menteri kepada gubernur, dari gubernur kepada bupatiwalikota dan seterusnya secara berjenjang. Desentralisasi semacam ini rakyat daerah tidak ikut
campur atau dibawa-bawa. b Desentralisasi ketatanegaraan atau staatkundige decentralisatie yang sering
juga disebut sebagai desentralisasi politik, yaitu pelimpahan kekuasaan perundangan dan pemerintahan relegende en bestuurende bevoerheid kepada daerah-daerah otonom
di dalam lingkungannya. Di dalam desentralisasi politik semacam ini, rakyat dengan menggunakan dan memanfaatkan saluran-saluran tertentu perwakilan ikut serta di
dalam pemerintahan, dengan batas wilayah daerah masing-masing. Desentralisasi ini dibedakan menjadi dua :
a. Desentralisasi teritorial territoriale decentralisatie yaitu penyerahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri autonomie, batas
pengaturannya adalah daerah, Desentralisasi teritorial mengakibatkan adanya otonomi pada daerah yang menerima penyerahan.
b. Desentralisasi fungsional funcionale decentralisatie yaitu pelimpahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus fungsi tertentu. Batas pengaturan tersebut
adalah jenis fungsi.
Universitas Sumatera Utara
1.5.3. Perangkat Daerah