24
1. Flora normal, bakteri patogen dan patogen oportunistik
Analisis infeksi dan penyakit menyebabkan bakteri digolongkan menjadi bakteri patogen, patogen oportunistik , atau nonpatogen flora
normal. Beberapa spesies bakteri selalu dianggap patogen, dan keberadaannya merupakan hal yang abnormal; contohnya adalah
Mycobacterium tuberculosis tuberkulosis dan Yersinia pestis penyakit pes. Spesies lain umumnya merupakan bagian dari flora normal pada
manusia dan hewan tetapi juga sering menyebabkan penyakit. Misalnya: Escherichia coli merupakan flora normal gastrointestinal pada
manusia normal tetapi juga sering menyebabkan infeksi saluran kemih, diare pelancong, dan penyakit lain. Bakteri lain misal: spesies
Pseudomonas hanya menyebabkan penyakit pada orang yang mengalami penekanan imun dan lemah, bakteri seperti ini merupakan
patogen oportunistik.
27
Pembagian lain yang sering dipakai adalah Bakteri Potensial Patogen BPP dan Bakteri non-Potensial Patogen BNP adalah
mikroorganisme yang dikenal sebagai agen yang menyebabkan infeksi saluran nafas, baik flora gastrointestinal atau orofaring : batang gram
negatif seperti Pseudomonas aeruginosa, Enterobacteriaceae dan Haemophilus spp; kokus Gram positif seperti Staphylococcus aureus,
Streptococcus pneumoniae, dan kokus Gram negatif seperti Moraxella catarrhalis. BNP adalah mikroorganisme yang merupakan flora
gastrointestinal atau orofaring yang biasanya tidak menyebabkan infeksi saluran nafas pada pasien non-immunocompromised
Streptococcus viridans, Neisseria spp, Corynebacterium spp, Candida spp, dll.
28
2. Bahan sampel sputum
Untuk menetapkan diagnosis etiologik infeksi paru, penting sekali memperoleh bahan pemeriksaan bakteriologik yang representatif,
mulai dari cara yang sederhana seperti sputum ekspektorasi, sampai metode yang invasif.
Metode invasif pengambilan sputum untuk menghindari kontaminasi orofaring misalnya pengambilan sekret
Universitas Sumatera Utara
25
melalui bronkoskop, aspirasi transtrakeal dan aspirasi transtorakal. Cara invasif tersebut mempunyai ketepatan yang tinggi namun
membutuhkan tenaga yang terampil, biaya mahal dan risiko tinggi .
29,30
Beberapa aturan umum yang diterapkan pada semua bahan pemeriksaan antara lain:
27
a. Jumlah bahan harus adekuat 3-5 mL. b. Bahan harus representatif mewakili bagi proses infeksi.
c. Kontaminasi bahan harus dihindari dengan hanya menggunakan peralatan
steril dan tindakan-tindakan aseptik. d. Spesimen harus dibawa ke laboratorium dan diperiksa secara
cepat. Medium transpor khusus mungkin membantu.
e. Bahan diambil sebelum obat-obat antimikroba diberikan.
Sebagian besar sputum ekspektorasi yang dipakai untuk menegakkan etiologi infeksi saluran pernapasan bagian bawah
kualitasnya tidak sesuai untuk kultur. Berbagai usaha dilakukan untuk meningkatkan kualitas sampel, antara lain dengan mempengaruhi
pengolahan spesimen termasuk dengan washing, straining, dan flash freezing untuk memisahkan bahan purulen dari konstituen spesimen
lainnya. Metode ini rumit dan jarang dipakai. Cara lain dengan menilai kualitas sputum dengan pemeriksaan sitologi.
31
Q-Probe Study,
31
suatu studi yang dilakukan pada 697 partisipan untuk menilai pemakaian kriteria
sitologi sebagai penyaring sputum sebelum diproses, merekomendasikan metode ini untuk diterapkan secara rutin di laboratorium baik untuk
memilih sampel yang baik untuk kultur maupun sebagai kriteria rejeksi terhadap sampel yang diterima.
Kriteria sitologis yang sering dan telah dipakai selama bertahun- tahun di laboratorium antara lain kriteria Bartlett dan Murray-Washington.
32
Cara Bartlett dilakukan sebagai berikut: hapusan sputum diperiksa dibawah mikroskop dengan pembesaran kecil x10, jumlah sel
Universitas Sumatera Utara
26
polimorfonuklear PMN dan epitel skuamous dihitung tiap lapangan pandang pada 20 sampai 30 lapang pandang. Nilai positif diberikan bila
terdapat sejumlah neutrofil untuk menggambarkan infeksi akut dan nilai negatif pada sel epitel yang menggambarkan kontaminasi orofaring
saliva. Skor total dihitung dari masing-masing skor berdasarkan pemeriksaan lapang pandang. Skor total 0 atau positif dianggap layak
untuk kultur sedangkan skor 0 atau negatif menggambarkan terjadi inflamasi atau kontaminasi orofaring sehingga spesimen tidak layak kultur.
32
Tabel 2. Bartletts grading system untuk penilaian kualitas sputum
Jenis dan jumlah sel Ipk Skor
Sel PMN
10 10-25
+1 25
+2 beserta mukus
+1
Epitel
10-25 -1
25 -2
Dikutip dari
32
Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa termasuk bakteri gram negatif, berbentuk batang dengan ukuran sekitar 0,6 x 2 µm, bersifat aerob,
katalase positif, oksidase positif, tidak mampu memfermentasi tetapi dapat mengoksidasi glukosakarbohidrat lain, tidak berspora, tidak mempunyai
selubung sheat dan mempunyai flagel monotrika flagel tunggal pada kutub sehingga selalu bergerak. Terlihat sebagai bakteri tunggal,
berpasangan, dan terkadang membentuk rantai yang pendek.
33
Bakteri ini dapat tumbuh di air suling dan akan tumbuh dengan baik dengan adanya unsur N dan C. Suhu optimum untuk pertumbuhannya
adalah 42
o
C. Pseudomonas aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai
Universitas Sumatera Utara
27
media pembiakan karena kebutuhan nutrisinya sangat sederhana. Di laboratorium, medium paling sederhana untuk pertumbuhannya digunakan
asetat untuk karbon dan ammonium sulfat untuk nitrogen. Pembiakan dari spesimen klinik biasanya menghasilkan satu atau dua tipe koloni yang
halus : 1. Koloni besar dan halus dengan permukaan rata dan meninggi. 2. Koloni halus dan mukoid sebagai hasil produksi berbahan dari alignat.
Tipe ini sering didapat dari sekresi saluran pernafasan dan saluran kemih. Alignat merupakan suatu eksopolisakarida yang merupakan polimer dari
glucoronic acid dan mannuronic acid, berbentuk gel kental disekeliling bakteri. Alignat ini memungkinkan bakteri untuk membentuk biofilm, yaitu
kumpulan koloni sel-sel mikroba yang menempel pada suatu permukaan misalnya kateter intravena atau jaringan paru.
27
Alignat dapat melindungi bakteri dari pertahanan tubuh inang, seperti limfosit, fagosit, silia, di
saluran pernafasan, antibodi, dan komplemen. Pseudomonas aeruginosa membentuk biofilm untuk membantu kelangsungan hidupnya saat
membentuk koloni pada paru-paru manusia.
27
Infeksi Pseudomonas aeruginosa dimulai dengan penempelan dan kolonisasi bakteri ini pada jaringan inang. Bakteri ini menggunakan fili
untuk penempelan sel bakteri pada permukaan inang. Selain itu, juga dapat membentuk biofilm yang terbuat dari kapsul glikokalis untuk
mengurangi keefektifan mekanisme sistem imun inang. Jaringan inang akan mencoba merusak penempelan dan kolonisasi bakteri. Selanjutnya,
bakteri ini memproduksi sejumlah endotoksin dan produk ekstaseluler yang menunjang invasi lokal dan penyebaran mikroorganisme. Toksin dan
produk ekstraseluler ini mencakup protease ekstraseluler, sitotoksin, hemolisin, dan piosianin. Untuk penyakit sistemik, produk yang
menunjang invasi mencakup kapsul antifagositas, endotoksin, eksotoksin A, dan eksotoksin S.
27
Universitas Sumatera Utara
28
BAB III PENELITIAN SENDIRI