Pengaruh Penerapan BLUD terhadap Kinerja Pegawai Administrasi di RSUD Blangdipie Aceh Barat Daya

(1)

53 PENGARUH PENERAPAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD)

TERHADAP KINERJA PEGAWAI ADMINISTRASI DI RSUD BLANGPIDIE ACEH BARAT DAYA

TESIS

Oleh

RUSLAN 117032059/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH PENERAPAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) TERHADAP KINERJA PEGAWAI ADMINISTRASI DI RSUD

BLANGPIDIE ACEH BARAT DAYA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

OLEH

RUSLAN 117032059/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PENERAPAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) TERHADAP KINERJA PEGAWAI ADMINISTRASI DI RSUD

BLANGPIDIE ACEH BARAT DAYA Nama Mahasiswa : Ruslan

Nomor Induk Mahasiswa : 117032059/IKM

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui

Komisi Pembimbing

(Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si Ketua

) (Drs. Amru Nasution, M.Kes Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah diuji

pada Tanggal : 26 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si Anggota : 1. Drs. Amru Nasution, M.Kes

2. Dr. Juanita, S.E, M.Kes


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PENERAPAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) TERHADAP KINERJA PEGAWAI ADMINISTRASI DI RSUD

BLANGPIDIE ACEH BARAT DAYA

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2013

Ruslan 117032059/IKM


(6)

ABSTRAK

Penerapan badan layanan umum daerah di rumah sakit memiliki otonomi untuk mengelola anggaran pembiayaan rumah sakit, maka pelayanan kesehatan dirasakan lebih baik karena rumah sakit tidak perlu lagi menunggu aliran dana dari APBD untuk menyelenggarkaan pelayanan kesehatan sehingga diduga dapat meningkatkan kinerja pegawai administrasi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh penerapan BLUD (kesanggupan meningkatkan kinerja, pola tata kelola, rencana strategis bisnis, standar pelayanan minimum) terhadap kinerja pegawai administrasi di RSUD Blangdipie Aceh Barat Daya. Jenis penelitian menggunakan metode survey dengan cross sectional study. Populasi adalah pegawai administrasi sebanyak 34 orang dan seluruhnya dijadikan sampel penelitian. Analisis data menggunakan uji regresi linier berganda pada tingkat kepercayaan α =0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesanggupan meningkatkan kinerja, pola tata kelola, rencana strategis bisnis dan standar pelayanan minimal berpengaruh terhadap kinerja pegawai administrasi dengan p < 0,05.

Disarankan kepada pimpinan mengusulkan kebijakan baku tentang penerapan BLUD RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya sebagai acuan atau indikator serta pedoman dalam mengevaluasi penerapan BLUD dengan indikator kesanggupan meningkatkan kinerja, pola tata kelola, rencana strategi bisnis dan standar pelayanan minimal dan disosialisasikan, menyediakan faslitas telepon/komputerisasi dan serta merekrut tenaga calon pegawai baru berlatar belakang pendidikan akuntansi. memberikan kesempatan kepada pegawai yang belum pernah untuk mengikuti pendidikan dan merekrut tenaga calon pegawai baru berlatar belakang pendidikan akuntansi serta pengawasan/koordinasi dengan pemberitahuaan untuk melengkapi dan mengirimkan berkas-berkas untuk mendukung pengurusan administrasi di setiap bidang sebelum waktu yang dijadwalkan.


(7)

ABSTRACT

The application of Regional General Service Board (BLUD) in the autonomic hospital to manage the hospital financing budget resulted in a better health service because the hospital does not need to wait for the fund from the Regional Revenues and Expenditures Budget any more to organize the health service that it is estimated to be able to improve the performance of administrative staff

The purpose of this survey study with cross-sectional design was to find out and analyzed the influence of the application of BLUD (its ability to improve performance, pattern of governance, business strategic plan, minimum standard of service) on the performance of the administrative staff at Blang Pidie General Hospital, Aceh Barat Daya District. The population of this study was all of the 34 administrative staff and all of them were selected to be the samples for this study. The

data obtained were analyzed through multiple linear regression tests at α = 0.05.

The result of this study showed that the ability to improve performance, pattern of governance, business strategic plan, minimum standard of service had influence on the performance of the administrative staff with p<0.05.

The management of Blang Pidie General Hospital is suggested to propose afixed policy on the application of BLUD with ability to improve performance, pattern of governance, business strategic plan, minimum standard of service and socialized.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberi rahmat dan berkat-Nya sehingga dengan izin-berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ” Pengaruh Penerapan BLUD terhadap Kinerja Pegawai Administrasi di RSUD Blangdipie Aceh Barat Daya”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M&H, M.Sc (CTM), Sp.A, (K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara atas kesempatan penulis menjadi mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(9)

4. Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si

5. Dr. Juanita, S.E, M.Kes dan Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes selaku Tim Penguji yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan perhatian selama penulisan tesis.

selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Drs. Amru Nasution, M.Kes selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala ketulusannya dalam menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatian selama proses proposal hingga penulisan tesis ini selesai.

6. Direktur RSUD Blangdipie Aceh Barat Daya yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

7. Para dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada orangtua Ayahanda Idrus (Almarhum) dan Ibunda Nursidah (Almarhumah) serta keluarga besar yang

telah memberikan dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan.

9. Teristimewa buat Istri Tercinta Desy Fildayanti, dan Ananda Iqratul Rizkal, Ash-Shabrudhyah dan Syaichul Al-Sadjada atas dorongan semangat hingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan studi S2 ini.


(10)

10. Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, atas bantuannya dan memberikan semangat dalam penyusunan tesis.

Akhirnya saya menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi penentu kebijakan di bidang administrasi rumah sakit dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, September 2013 Penulis

Ruslan 117032059/IKM


(11)

RIWAYAT HIDUP

Ruslan, lahir pada tanggal 09 Juni 1969 di Lhok Aman Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh Selatan Provinsi Aceh, beragama Islam, bertempat tinggal di Blangpidie Aceh Barat Daya. Menikah dengan Desy Fildayanti pada tanggal 7 Maret 1997 dan dikarunia 2 orang putra yaitu Iqratul Rizkal dan Syaichul Al-Sadjada serta 1 orang putri yaitu Ash-Shabrudhyah.

Pendidikan, SDN Lhok Aman (1983), SMPN II Blangpidie (1986). SMAN Meukik (1989). D-III Keperawatan Departemen Kesehatan Banda Aceh (1992), Sarjana Keperawatan Univeritas Negeri Syiahkuala Banda Aceh (2006) dan Tahun 2011 sampai sekarang menjadi mahasiswa S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit IKM USU.

Penulis memulai karir sebagai pegawai negeri sipil di RSUD Yulidin Away Tapak Tuan tahun 1995-2001. Kemudian penulis pindah ke RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya tahun 2002 sampai sekarang.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Permasalahan ... 11

1.3Tujuan Penelitian ... 11

1.4Hipotesis ... 11

1.5Manfaat Penelitian ... 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1Kinerja ... 13

2.1.1 Kinerja Pegawai ... 13

2.1.2 Penialian Kinerja Pegawai ... 13

2.1.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja Pegawai ... 15

2.2Rumah Sakit ... 21

2.3Badan Pelayanan Umum Daerah ... 25

2.3.1 Pengertian, Tujuan dan Azas BLU/BLUD ... 25

2.3.2 Jenis dan Persyaratan BLU ... 28

2.3.3 Standar dan Tarif Layanan ... 32

2.3.4 Pengelolaan Keuangan ... 34

2.3.5 Pola Tata Kelola ... 39

2.3.6 2.4Landasan Teori ... 41

Perubahan dan Pencabutan Status ... 40

2.5Kerangka Konsep ... 43

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 44

3.1Jenis Penelitian ... 44

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44


(13)

3.3.1 Populasi ... 44

3.3.2 Sampel ... 45

3.4Metode Pengumpulan Data ... 45

3.4.1 Data Primer ... 45

3.4.2 Data Sekunder ... 46

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 46

3.5Variabel dan Definisi Operasional ... 49

3.6Metode Pengukuran ... 50

3.7Metode Analisis Data ... 51

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 53

4.1 Gambaran RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya ... 53

4.1.1 Sejarah RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya ... 53

4.1.2 Visi dan Misi ... 54

4.2 Karakteristik Responden ... 54

4.3 Analisis Univariat ... 56

4.3.1 Penerapan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) ... 56

4.3.2 Kinerja Pegawai Administrasi ... 66

4.4 Analisis Bivariat ... 70

4.5 Analisis Multivariat ... 72

BAB 5 PEMBAHASAN ... 78

5.1 Pengaruh Kesanggupan Meningkatkan Kinerja terhadap Kinerja Pegawai Administrasi di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya ... 78

5.2 Pengaruh Pola Tata Kelola terhadap Kinerja Pegawai Administrasi di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya………... 81

5.3 Pengaruh Rencana Strategis Bisnis terhadap Kinerja Pegawai Administrasi di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya………... 83

5.4 Pengaruh Standar Pelayanan Minimal terhadap Kinerja Pegawai Administrasi di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya 85 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 88

6.1Kesimpulan ... 88

6.2Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90


(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian ... 47

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 49

3.3 Pengukuran Variabel Penelitian ... 51

4.1 Distribusi Karakteristik Responden ... 55

4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kesanggupan Meningkatkan Kinerja di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya ... 57

4.3 Distribusi Kategori Kesanggupan Meningkatkan Kinerja di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya ... 59

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pola Tata Kelola di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya ... 60

4.5 Distribusi Kategori Pola Tata Kelola di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya ... 61

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Rencana Strategis Bisnis di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya ... 62

4.7 Distribusi Kategori Rencana Strategis Bisnis di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya ... 63

4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya ... 65

4.9 Distribusi Kategori Standar Pelayanan Minimal di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya ... 66

4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja Pegawai Administrasi di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya ... 68

4.11 Distribusi Kategori Kinerja Pegawai Administrasi di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya ... 69

4.12 Hubungan Penerapan BLUD Berdasarkan Kesanggupan Meningkatkan Kinerja, Pola Tata Kelola, Rencana Strategis Bisnis dan Standar Pelayanan Minimal dengan Kinerja Pegawai Administrasi di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya ... 70


(15)

4.13 Tabulasi Silang Penerapan BLUD (Kesanggupan Meningkatkan Kinerja, Pola Tata Kelola, Rencana Strategis Bisnis dan Standar

Pelayanan Minimal) dengan Kinerja Pegawai Administrasi ... 71 4.14 Pengaruh Penerapan BLUD Berdasarkan Kesanggupan

Meningkatkan Kinerja, Pola Tata Kelola, Rencana Strategis Bisnis dan Standar Pelayanan Minimal terhadap Kinerja


(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman 2.1 Struktur Organisasi BLUD RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya ... 24 2.2 Kerangka Konsep ... 43


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 93 2 Pengolahan Data ... 100 3 Master Data ... 122 4 Surat Izin Penelitian dari Program Studi S2 Ilmu

KesehatanMasyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU... 124 5 Surat Telah Selesai Meneliti dari RSUD Blangpidie Aceh Barat


(18)

ABSTRAK

Penerapan badan layanan umum daerah di rumah sakit memiliki otonomi untuk mengelola anggaran pembiayaan rumah sakit, maka pelayanan kesehatan dirasakan lebih baik karena rumah sakit tidak perlu lagi menunggu aliran dana dari APBD untuk menyelenggarkaan pelayanan kesehatan sehingga diduga dapat meningkatkan kinerja pegawai administrasi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh penerapan BLUD (kesanggupan meningkatkan kinerja, pola tata kelola, rencana strategis bisnis, standar pelayanan minimum) terhadap kinerja pegawai administrasi di RSUD Blangdipie Aceh Barat Daya. Jenis penelitian menggunakan metode survey dengan cross sectional study. Populasi adalah pegawai administrasi sebanyak 34 orang dan seluruhnya dijadikan sampel penelitian. Analisis data menggunakan uji regresi linier berganda pada tingkat kepercayaan α =0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesanggupan meningkatkan kinerja, pola tata kelola, rencana strategis bisnis dan standar pelayanan minimal berpengaruh terhadap kinerja pegawai administrasi dengan p < 0,05.

Disarankan kepada pimpinan mengusulkan kebijakan baku tentang penerapan BLUD RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya sebagai acuan atau indikator serta pedoman dalam mengevaluasi penerapan BLUD dengan indikator kesanggupan meningkatkan kinerja, pola tata kelola, rencana strategi bisnis dan standar pelayanan minimal dan disosialisasikan, menyediakan faslitas telepon/komputerisasi dan serta merekrut tenaga calon pegawai baru berlatar belakang pendidikan akuntansi. memberikan kesempatan kepada pegawai yang belum pernah untuk mengikuti pendidikan dan merekrut tenaga calon pegawai baru berlatar belakang pendidikan akuntansi serta pengawasan/koordinasi dengan pemberitahuaan untuk melengkapi dan mengirimkan berkas-berkas untuk mendukung pengurusan administrasi di setiap bidang sebelum waktu yang dijadwalkan.


(19)

ABSTRACT

The application of Regional General Service Board (BLUD) in the autonomic hospital to manage the hospital financing budget resulted in a better health service because the hospital does not need to wait for the fund from the Regional Revenues and Expenditures Budget any more to organize the health service that it is estimated to be able to improve the performance of administrative staff

The purpose of this survey study with cross-sectional design was to find out and analyzed the influence of the application of BLUD (its ability to improve performance, pattern of governance, business strategic plan, minimum standard of service) on the performance of the administrative staff at Blang Pidie General Hospital, Aceh Barat Daya District. The population of this study was all of the 34 administrative staff and all of them were selected to be the samples for this study. The

data obtained were analyzed through multiple linear regression tests at α = 0.05.

The result of this study showed that the ability to improve performance, pattern of governance, business strategic plan, minimum standard of service had influence on the performance of the administrative staff with p<0.05.

The management of Blang Pidie General Hospital is suggested to propose afixed policy on the application of BLUD with ability to improve performance, pattern of governance, business strategic plan, minimum standard of service and socialized.


(20)

.BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Munculnya otonomi daerah menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem pemerintahan yang desentralisasi, yaitu dengan memberikan keleluasaan kepada daerah dalam mewujudkan daerah otonom yang luas dan bertanggung jawab, untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat sesuai kondisi dan potensi wilayahnya. Pemberian otonomi kepada daerah pada dasarnya bertujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah daerah, terutama dalam pelaksanakan pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat serta untuk meningkatkan pembinaan kesatuan politik dan kesatuan bangsa (Depkes RI, 2007).

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara membuka koridor baru bagi penerapan basis kinerja di lingkungan pemerintah. Dengan Pasal 68 dan 69 dari Undang-Undang tersebut, instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan pola pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi dan efektivitas. Instansi demikian, dengan sebutan umum sebagai Badan Layanan Umum (BLU), diharapkan menjadi contoh kongkrit yang menonjol dari penerapan manajemen keuangan berbasis pada hasil (kinerja).


(21)

Dari undang-undang tersebut, Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) sebagai instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Untuk dapat menjadi BLUD suatu instansi harus memenuhi tiga persyaratan pokok, yaitu persyaratan substantif, yang terkait dengan penyelenggaran umum, persyaratan teknis yang terkait dengan kinerja pelayanan dan kinerja keuangan, serta persyaratan administratif terkait dengan terpenuhinya dokumen seperti tata kelola, rencana strategis bisnis, standar layanan minimal, laporan keuangan pokok, dan laporan audit/bersedia untuk diaudit.

Penerapan badan layanan umum daerah rumah sakit merupakan bagian tak terpisahkan dalam proses penyempurnaan manajemen keuangan (anggaran negara), yang bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik serta efektifitas dari pelaksanaan kebijakan dan program sehingga petugas mampu mengoptimalkan tanggungjawabnya.

Dalam menerapkan BLUD rumah sakit, sebagaimana dijelaskan Ilyas (2002 bahwa keberhasilan suatu rumah sakit ditentukan oleh faktor sumber daya manusia atau petugas kesehatan dan sarana dan prasarana pendukung atau fasilitas kerja. Faktor kemampuan petugas kesehatan sangat penting dalam melaksanakan pelayanan kesehatan daripada sarana dan prasarana pendukung. Secanggih dan selengkap apapun fasilitas pendukung yang dimiliki suatu organisasi kerja, tanpa adanya sumber


(22)

yang memadai, baik kuantitas maupun kualitasnya, maka rumah sakit tersebut belum dapat berhasil mewujudkan visi, misi dan tujuan rumah sakit.

Pegawai administrasi di rumah sakit memegang peranan penting dalam menyelenggarakan administrasi atau pengelolaan berbagai kebijakan yang dirumuskan oleh pimpinan. Seperti yang diungkapkan oleh Azwar (1996) bahwa tugas seorang administrator atau manajer di rumah sakit untuk merumuskan berbagai keputusan dan penyelenggaraan administrasi sebagai acuan rumah sakit dalam mencapai tujuan. Dalam hal ini prinsip-prinsip BLUD yang berorientasi administrasi rumah sakit memegang peranan penting, sebagai sarana untuk mengukur kinerja suatu rumah sakit yang baik.

Rumah sakit merupakan suatu unit usaha jasa yang memberikan jasa pelayanan sosial di bidang medis klinis. Pengelolaan unit usaha rumah sakit memiliki keunikan tersendiri karena selain sebagai unit bisnis, usaha rumah sakit juga nemiliki misi sosial, di samping pengelolaan rumah sakit juga sangat tergantung pada status kepemilikan rumah sakit. Misi rumah sakit tidak terlepas dari misi layanan sosial, namun tidak dipungkiri bahwa dalam pengelolaan rumah sakit tetap terjadi konflik kepentingan dari berbagai pihak. Konflik kepentingan berbagai pihak ini dapat bersumber dari klasifikasi organisasi rumah sakit atau lingkungan luar rumah sakit.

Selain itu, instansi rumah sakit semakin menjadi sorotan dan masyarakat mulai banyak menuntut nilai yang diperoleh atas pelayanan yang diberikan instansi pemerintah. Tuntutan tersebut diutarakan karena masyarakat masih merasa belum puas atas kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit.


(23)

Beberapa rumah sakit masih memiliki kualitas jasa layanan yang masih sangat memprihatinkan. Hal ini antara lain disebabkan karena keterbatasan sumber daya baik sumber daya finansial maupun sumber daya non finansial. Tuntutan peningkatan kualitas jasa layanan membutuhkan berbagai dana investasi yang tidak sedikit. Kenaikan tuntutan kualitas jasa layanan rumah sakit harus dibarengi dengan profesionalisme dalam pengelolaannya. Operasional sangat dipengaruhi oleh berbagai tuntutan dari lingkungan, yaitu lingkungan eksternal dan internal. Tuntutan eksternal antara lain adalah dari para stakeholder bahwa rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan biaya pelayanan kesehatan terkendali sehingga akan berujung pada kepuasan pasien.

Tuntutan dari pihak internal antara lain adalah pengendalian biaya. Pengendalian biaya merupakan masalah yang kompleks karena dipengaruhi oleh berbagai pihak yaitu mekanisme pasar, perilaku ekonomis, sumber daya professional dan yang tidak kalah penting adalah perkembangan teknologi. Rumah sakit kepemerintahan yang terdapat di tingkat pusat dan daerah tidak lepas dari pengaruh perkembangan tuntutan tersebut.

Dipandang dari segmentasi kelompok masyarakat, secara umum rumah sakit pemerintah sebagai pelayanan publik merupakan layanan jasa yang menyediakan untuk kalangan menengah ke bawah, sedangkan rumah sakit swasta melayani masyarakat kelas menengah ke atas. Biaya kesehatan cenderung terus meningkat, dan rumah sakit dituntut untuk secara mandiri mengatasi masalah tersebut. Peningkatan biaya kesehatan ini menyebabkan fenomena tersendiri bagi rumah sakit pemerintahan


(24)

karena rumah sakit pemerintah memiliki segmen layanan kesehatan untuk kalangan menengah ke bawah. Akibatnya rumah sakit pemerintah diharapkan menjadi rumah sakit yang murah dan bermutu. Rumah sakit pemerintah menghadapi dilema antara misi melayani masyarakat kelas menengah ke bawah dan adanya keterbatasan sumber dana, serta berbagai aturan dan birokrasi yang harus dihadapi. mengakibatkan rumah sakit pemerintah mengalami kebingungan apakah rumah sakit dijadikan sebagai lembaga birokrasi dalam sistem kesehatan ataukah sebagai lembaga pelayanan kesehatan yang tidak birokratis.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU), maka setelah melalui proses, Rumah Sakit Umum Daerah Blangipide Aceh Barat Daya merupakan salah satu rumah sakit di Kabupaten Aceh Barat Daya menerapkan status pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) penuh sesuai Surat Keputusan Bupati Aceh Barat Daya Nomor 900/330/2011 tanggal 29 Desember 2011.

RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya sebelum menjadi BLUD dana operasional bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan kegiatan yang dilakukan berdasarkan Rencana Kegiatan Anggaran (RKA). Anggaran biaya keuangan yang diprogramkan untuk kepentingan rumah sakit melalui pengesahan dari lembaga eksekutif dan legislatif daerah. Pengadaan barang dan jasa, obat-obatan, sarana operasional kerja, alat kesehatan dan kegiatannya mengacu pada RKA, apabila tidak sesuai dana tidak diperoleh atau dicairkan untuk biaya operasional rumah sakit. Penghasilan rumah sakit merupakan sumber pendapatan


(25)

pemerintah daerah yang disetor setiap triwulan untuk dikelola pada tahun berikutnya. Pembiayaan rumah sakit disesuaikan dengan besarnya pendapatan daerah. Pegawai administrasi dalam menyelesaikan pertanggungjawaban pelayanan adminstrasi sebelum BLUD diselenggarakan setiap triwulan, penyelesaian administrasi laporan kegiatan kerja bulanan harus diselesaikan setiap tanggal 10 setiap bulan, dan penyelesaian penyusunan laporan keuangan diselenggarakan setiap tahun, Setelah RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya setelah ditetapkan BLUD, maka terjadi perubahan-perubahan ke arah yang lebih mempercepat hasil kerja pegawai administrasi seperti menyelesaikan pertanggungjawaban pelayanan adminstrasi diselenggarakan setiap bulan, penyelesaian administrasi laporan kegiatan kerja bulanan harus diselesaikan setiap tanggal 1 setiap bulan, dan penyelesaian penyusunan laporan keuangan diselenggarakan setiap bulan supaya dana yang tersedia dapat segera dipergunakan dan dimanfaatkan secara optimal,

Manajemen RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya setelah ditetapkan BLUD, maka pengelolaan keuangan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan sepenuhnya dikelola oleh rumah sakit. Setelah rumah sakit memiliki otonomi untuk mengelola anggaran pembiayaan rumah sakit, maka pelayanan kesehatan dirasakan lebih baik karena rumah sakit tidak perlu lagi menunggu aliran dana dari APBD untuk menyelenggarkaan pelayanan kesehatan terutama penyediaan obat-obatan. Jika dikaitkan dengan dana yang tersedia, belum dapat memenuhi atau mendukung kegiatan/aktivitas rumah sakit. Pada umumnya dana tersebut lebih diutamakan untuk penyediaan obat-obatan bagi pasien untuk mempercepat kesembuhan penyakit pasien.


(26)

Sedangkan biaya-biaya operasional rumah sakit lainnya masih disubsidi oleh pemerintah daerah antara lain gaji petugas kesehatan, penyediaan fasilitas (alat-alat kesehatan), ketersediaan alat-alat kantor, makan pasien, biaya peningkatkan SDM dan biaya-biaya lainnya. Rumah sakit juga diberi azas pertanggung jawaban atas pengelolaan keuangan dengan menyampaikan laporan keuangan setiap bulannya ke Kantor Keuangan Pemda Aceh Barat Daya.

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, maka rumah sakit menganggarkan dana 5% dari dana yang tersedia untuk peningkatan SDM petugas kesehatan. Walupun jumlahnya sedikit, tetapi dana tersebut sangat bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan/kemampuan petugas kesehatan yang penerapannya sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Kinerja perorangan (individual performance) dengan kinerja lembaga (institutional performance) atau kinerja perusahaan (corporate performance) mempunyai keterkaitan antara satu dengan lainnya, karena kinerja suatu lembaga atau organisasi sangat dipengaruhi oleh faktor perilaku individu yang ada di dalam organisasi tersebut, sehingga berpengaruh terhadap output

dan outcome yang akan diraih oleh organisasi. Organisasi akan berhasil mencapai tujuannya apabila perilaku-perilaku individu di dalamnya dapat diarahkan dan dimotivasi untuk mencapai output tertentu (Ruky, 2002).

Kinerja merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh suatu organisasi. Kinerja dalam suatu periode tertentu dapat dijadikan acuan untuk mengukur tingkat keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi sebuah organisasi (Cahyono, 2000). Sistem


(27)

pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran kinerja dibuat dengan menetapkan reward dan punishment system (Ulum, 2009).

Rumah sakit sebagai instansi pemerintah dalam mengukur kinerjanya tidak terlepas dari goood gavernance yaitu mampu mengendalikan suatu tata kelola yang baik agar cara dan penggunaan cara mencapai hasil sesuai dengan kehendak stake holders. Untuk itu penyelenggaraan good governance berkaitan dengan kinerja pegawai administrasi dengan indikator yang sering digunakan antara lain kualitas, kuantitas, ketetapan waktu, disipilin, efektifitas, komitmen kerja, insentif dan tanggung jawab (Sutrisno, 2010: Prawirosentono, 1999).

Menurut Depkes RI (2005) bahwa indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap seperti nilai

Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Barat Daya berkelas C. Berdasarkan data jumlah kunjungan pasien tahun 2011 yaitu 5.141 orang dan tahun 2012 meningkat menjadi 5.209 orang. Target pendapatan yang diperoleh rumah sakit sebelum menjadi BLUD tahun 2011 yaitu Rp.13,7 milyar dengan target Rp.14,3 milyar. Kemudian

BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka Penggunaan Tempat Tidur). Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Barat Daya ditinjau dari nilai BOR tahun 2011 yaitu 48,4% dan meningkat menjadi 51% pada tahun 2012. Walaupun terjadi peningkatan nilai BOR, namun hasil yang diperoleh belum mencapai target rumah sakit (60%) dan nasional.(60%-85%).


(28)

setelah menjadi BLUD pada tahun 2012 target pendapatan yaitu Rp.15,8 milyar, sedangkan realisasinya yaitu Rp. 16,4 milyar. Dengan demikian realisasi pendapatan rumah sakit telah mencapai target sesuai yang ditetapkan (104%).

Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 orang pegawai administrasi yaitu pada bulan Desember 2012 bahwa penerapan BLUD belum berjalan sesuai yang diharapkan. Namun berdasarkan indikator kesanggupan pegawai administrasi dalam meningkatkan kinerja belum mampu bersinergis dengan baik karena penyelesaian laporan-laporan yang diselesaikan belum tepat waktu. Penerapan tata kelola di rumah sakit seperti tata kerja belum dapat dikatakan sesuai bidang tugasnya karena adanya pegawai administrasi berlatar belakang pendidikan keperawatan. Demikian juga halnya akuntabilitas yang ditetapkan belum sesuai dengan hasil kerja pegawai dalam menyampaikan laporan pertanggung jawaban bulanan tentang pelaksanaan kegiatan rumah sakit. Bahkan transparansi informasi kesehatan bersifat situasional seperti penerimaan pegawai baru karena kebutuhan tenaga yang harus ditanggulangi segera. Penerapan rencana strategis yang telah ditetapkan berupa program jangka pendek maupun jangka panjang dengan mempertimbangkan potensi, peluang dan kendala yang ada belum terealisasi sepenuhnya atau belum dapat meminimalisasi kendala seperti sistem informasi terpadu, dan birokrasi sistem rujukan yang tidak efektif disebabkan kerjasama antara lini belum mendukung. Sedangkan kegiatan laporan keuangan meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, arus kas penyelenggaraannya belum tepat waktu. Dalam melaksanakan pengawasan keuangan badan layanan


(29)

umum, maka pihak Dinas Keuangan Aceh Barat Daya telah melakukan Audit pada bulan Desember 2012.

Rumah sakit dalam menerapkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat belum sepenuhnya sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan di setiap bidang organisasi dan petugas dalam bekerja belum sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP), hal ini dapat dilihat dari keluhan-keluhan pasien tentang kualitas pelayanan yang diterimanya seperti penyelesaian administrasi pasien askes terkesan lambat dan kunjungan dokter yang tidak tepat waktu.

Upaya rumah sakit dalam membina pegawai dilaksanakan berdasarkan masing-masing profesi dengan pelaksanaan yang belum merata atau sebagian sudah mendapatkan pelatihan. Pegawai administrasi telah mendapat pembinaan dengan mengikuti pelatihan administrasi keuangan. Penempatan petugas juga belum sesuai dengan latar belakang/kompetensi yang dimiliki seperti perawat menjabat sebagai staf keuangan dan layanan informasi pada staf terkesan lambat.

Setelah RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya menjadi BLUD, tentunya memiliki otonomi untuk memberdayakan sumber dana sendiri untuk dapat mengoptimalkan kinerja rumah sakit, maka rumah sakit harus dapat mempertahankan kriteria penilaian atau penerapan BLUD itu sendiri melalui peningkatan kinerja pegawai administrasi. Apabila penerapan BLUD tersebut tidak dapat dipertahankan/ dilaksanakan, maka kementerian keuangan dapat mencabut status RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya sebagai BLUD penuh menjadi bertahap atau ditolak sehingga dapat


(30)

menyebabkan peningkatan kinerja rumah sakit kurang dapat dioptimalkan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian tentang pengaruh penerapan BLUD (kesanggupan meningkatkan kinerja, pola tata kelola, rencana strategis bisnis dan standar pelayanan minimum) terhadap kinerja pegawai administrasi di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas dirumuskan permasalahan sebagai berikut: bagaimana pengaruh penerapan BLUD (kesanggupan meningkatkan kinerja, pola tata kelola, rencana strategis bisnis, standar pelayanan minimum) terhadap kinerja pegawai administrasi di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh penerapan BLUD (kesanggupan meningkatkan kinerja, pola tata kelola, rencana strategis bisnis, standar pelayanan minimum) terhadap kinerja pegawai administrasi di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya.

1.4 Hipotesis

Penerapan BLUD (kesanggupan meningkatkan kinerja, pola tata kelola, rencana strategis bisnis, standar pelayanan minimum) berpengaruh terhadap kinerja pegawai administrasi di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya.


(31)

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bahan masukan bagi pemerintah daerah Kabupaten Aceh Barat Daya untuk merumuskan kebijakan tentang badan layanan umum daerah terhadap kinerja pegawai rumah sakit.

2. Bahan masukan bagi manajemen RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya dalam pengambilan keputusan dalam meningkatkan kinerja pegawai administrasi yang menyangkut status badan layanan umum daerah.

3. Bahan masukan bagi akademisi untuk pengembangan ilmu pengetahuan di Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya Magister Kesehatan terutama administrasi rumah sakit tentang kinerja pegawai administrasi.

4. Sebagai bahan referensi dalam penelitian akan yang dilakukan selanjutnya di masa yang akan datang.


(32)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kinerja

2.1.1. Kinerja Pegawai

Seseorang akan selalu mendambakan penghargaan terhadap hasil pekerjaanya dan mengharapkan imbalan yang adil. Penilaiaan kinerja perlu dilakukan subyektif mungkin karena akan memotivasi pegawai dalam melakukan kegiatannya. Disamping itu pula penilaan kinerja dapat memberikan informasi untuk kepentingan pemberian gaji, promosi dan melihat perilaku pegawai. Berbagai macam jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai tentunya membutuhkan kriteria yang jelas, karena masing-masing jenis pekerjaan tentunya mempunyai standar yang berbeda-beda tentang pencapaian hasilnya.

Mangkunegara (2006) menyatakan kinerja dapat didefinisikan sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan pegawai dan kinerja organisasi.

Bernardin (2003), mengartikan kinerja sebagai suatu catatan perolehan yang dihasilkan dari tertentu dan kegiatan selama suatu periode waktu tertentu. Sehingga apabila prestasi kerja atau produktivitas kerja pegawai setelah mengikuti pengembangan, baik kualitas maupun kuantitas kerjanya meningkat, fungsi suatu


(33)

pekerjaan maka berarti metode pengembangan yang ditetapkan cukup baik (Hasibuan, 2007).

Jusi dalam Moeljono (2003), beberapa indikator kinerja yang berdasarkan produktivitas pelayanan nasabah adalah berupa etos kerja, keselarasan dengan nasabah, kemampuan penanganan masalah yang dihadapi nasabah, kepuasan nasabah, perhatian organisasi terhadap pegawai yang cakap/mampu dan dapat diberdayakan (empowered), serta upaya peningkatan mutu, jasa dan proses yang dilakukan oleh organisasi.

Menurut Peraturan Pemerintah No 10 Tahun 1979, Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) meliputi unsur-unsur sebagai berikut a) Kesetiaan, b) Prestasi kerja, c) Tanggung jawab, d) Ketaatan, e) Kejujuran, f) Kerjasama, g) Prakarsa dan h) Kepemimpinan

2.1.2. Penilaian Kinerja Pegawai

Penilaian kinerja adalah proses menilai hasil karya personel dalam suatu organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. Penilaian kinerja merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai kualitas kerja personel dan usaha untuk mempertinggi kerja personel dalam organisasi. Penilaian kinerja adalah proses penelusuran kegiatan pribadi personel pada masa tertentu yang menilai hasil karya yang ditampilkan terhadap pencapaian sasaran sistem manajemen (Prihadi, 2004).

Beberapa syarat indikator kinerja menurut Adisasmita (2011) antara lain: spesifik, dan jelas sehingga tidak memungkinkan kesalahan interpretasi, dapat diukur secara objektif, relevan dengan aspsek-aspek kegiatan, dapat dicapai (realitas, penting


(34)

dan berguna), fleksibel dan sensitif terhadap perubahan/penyesuaian dan efektif. Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, indikator kinerja dikelompokkan ke dalam enam kelompok indikator kinerja yaitu inputs (masukan),

process (proses), output (keluaran), outcome (hasil), benefits (manfaat) dan impacts

(dampak).

Organisasi swasta yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan dan barang yang dihasilkan, atau mampu memproduksi barang untuk menghasilkan keuntungan. Sementara itu indikator yang sering digunakan untuk mengukur kinerja organisasi publik seperti work lood/demain, economy, efficency, effectiveness dan equaly

(Keban, 1995) dan productivity (Perry, 1990 dalam Dwiyanto, 1995). Kumorotomo (1995) menambahkan beberapa kriteria untuk dijadikan pedoman dalam menilai kinerja pelayanan publik, antara lain: efisensi, efektivitas, keadilan, dan daya tanggap.

Proses manajemen kinerja pelayanan publik tidak terlepas dari dimensi seperti akuntabilitas, efisiensi, efektivitas, responsivitas maupun responsibilitas. Berbagai literatur yang membahas kinerja organisasi pada dasarnya memiliki kesamaan substansi yakni untuk melihat seberapa jauh tingkat pencapaian hasil yang telah dilakukan oleh birokrasi pelayanan. Kinerja itu merupakan suatu konsep yang disusun dari berbagai indikator yang sangat bervariasi sesuai dengan fokus dari konteks penggunaannya.

2.1.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja Pegawai

Gibson (2003) menyatakan terdapat tiga kelompok variabel yang mempengaruhi kinerja dan perilaku yaitu: (1) variabel individu, yang meliputi


(35)

kemampuan dan ketrampilan, fisik maupun mental, latar belakang, pengalaman dan demografi, umur dan jenis kelamin, asal usul dan sebagainya. Kemampuan dan ketrampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kinerja individu, sedangkan demografi mempunyai hubungan tidak langsung pada perilaku dan kinerja, (2) variabel organisasi, yakni sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan, (3) variabel psikologis, yakni persepsi, sikap, kepribadian, belajar, kepuasan kerja dan motivasi. Persepsi, sikap, kepribadian dan belajar merupakan hal yang komplek dan sulit diukur serta kesempatan tentang pengertiannya sukar dicapai, karena seseorang individu masuk dan bergabung ke dalam suatu organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang, budaya dan ketrampilan yang berbeda satu sama lainnya. Uraian dari variabel kinerja dapat dilihat sebagai berikut:

1. Tanggungjawab adalah kesanggupan seorang petugas dalam menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya serta berani memikul risiko atas keputusan yang diambilnya atau tindakan yang dilakukannya (Murlis, 2006).

2. Inisiatif adalah prakarsa atau kemampuan seorang petugas untuk mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dari atasan, (Steers, 2005).


(36)

3. Jumlah pekerjaan, variabel ini berkembang berdasarkan kenyataan bahwa pekerjaan itu berbeda-beda satu sama lain dimana beberapa diantaranya lebih menarik dan menantang dibanding lainnya.

Menurut Muchlas (2006) terdapat 3 macam teori yang mendukung teori karakteristik pekerjaan ini antara lain:

1. Persyaratan tugas: model karakteristik pekerjaan dan ciri persyaratan tugas dalam organisasi itu.

2. Jumlah produk yang dihasilkan dalam waktu tertentu dibandingkan dengan hasil yang seharusnya dicapai sesuai standar atau dibandingkan dengan hasil pekerjaan orang lain.

3. Penilaian jumlah pekerjaan dilakukan menggunakan indikator: umpan balik dari rekan, atasan, bawahan, orientasi waktu dan menghargai produk dengan insentif yang sewajarnya.

4. Pemenuhan standar kerja: Brocklesby, J. And Cummings yang dikutip dalam Eriyatno (2006) menyebutkan pemenuhan standar kerja merupakan proses menghasilkan suatu kegiatan yang berjalan sempurna, seluruh pekerjaan dilaksanakan secara rapi, sempurna, dapat diterapkan dan akurat. Indikator yang dapat dipakai untuk menilai pemenuhan standar kerja dapat dinilai dari mutu pekerjaan dengan cara: selalu menganalisis data, persiapan diri dalam bekerja, motivasi pengembangan diri, patuh pada standar kerja yang ditetapkan, rapi, tertib, tidak menghindari umpan balik, puas dengan perencanaan yang dapat dikerjakan dan berusaha menjadi yang terbaik.


(37)

Prawirosentono (1999), faktor-faktor yang memengaruhi kinerja pegawai adalah sebagai berikut:

a. Efektivitas dan Efisiensi

Dalam hubungan dengan kinerja organisasi, maka ukuran baik buruknya kinerja diukur oleh efektivitas dan efisiensi. Masalahnya adalah bagaimana proses terjadinya efektivitas dan efisiensi organisasi. Dikatakan efektif bila mencapai tujuan, dikatakan efisiensi bila hal itu memuaskan sebagai pendorong mencapai tujuan, terlepas apakah efektif atau tidak. Artinya, efektivitas dari kelompok (organisasi) bila tujuan kelompok tersebut dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan. Sedangkan efisiensi berkaitan dengan jumlah pengorbanan yang dikeluarkan dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Agar tercapai tujuan yang diinginkan organisasi, salah satu yang perlu mendapat perhatian adalah hal yang berkaitan dengan wewenang dan tanggungjawab para peserta yang mendukung organisasi tersebut.

b. Otoritas dan Tanggungjawab

Dalam organisasi yang baik wewenang dan tanggungjawab telah didelegasikan dengan baik, tanpa adanya tumpang tindih tugas. Masing-masing pegawai yang ada dalam organisasi mengetahui apa yang menjadi haknya dan tanggungjawabnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kejelasan dan wewenang dan tanggungjawab setiap orang dalam suatu organisasi akan mendukung kinerja pegawai tersebut. Kinerja pegawai akan dapat terwujud bila


(38)

pegawai mempunyai komitmen dengan organisasinya dan ditunjang dengan disiplin kerja yang tinggi.

c. Disiplin

Secara umum, disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri pegawai terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan. Disiplin meliputi ketaatan dan hormat terhadap perjanjian yang dibuat antara perusahaan dan pegawai. Dengan demikian, bila peraturan atau ketetapan yang ada dalam perusahaan itu diabaikan atau sering dilanggar, maka pegawai mempunyai disiplin yang buruk. Sebaliknya, bila pegawai tunduk pada ketetapan perusahaan, menggambarkan adanya disiplin yang baik.

Disiplin juga berkaitan erat dengan sanksi yang perlu dijatuhkan kepada pihak yang melanggar. Dalam hal seorang pegawai melanggar peraturan yang berlaku dalam organisasi, maka pegawai bersangkutan harus sanggup menerima hukuman yang telah disepakati. Masalah disiplin para pegawai yang ada di dalam organisasi baik atasan maupun bawahan akan memberi corak terhadap kinerja organisasi. Kinerja organisasi akan tercapai, apabila kinerja individu maupun kinerja kelompok ditingkatkan. Untuk itu diperlukan inisiatif dari para pegawai dalam melaksanakan tugas.

d. Inisiatif

Inisiatif seseorang berkaitan dengan daya pikir, kreativitas dalam bentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Setiap inisiatif


(39)

sebaiknya mendapat perhatian atau tanggapan positif dari atasan, kalau memang individu atasan yang baik.

Bernadin dan Russel mengajukan enam kinerja primer yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja yaitu:

a. Quality merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan kegiatan mendekati kesempurnaan atau mendekati tujuan yang diharapkan.

b. Quantity merupakan jumlah yang dihasilkan misalnya jumlah rupiah, unit, dan siklus kegiatan yang dilakukan.

c. Timeliness merupakan sejauh mana suatu kegiatan diselesaikan pada waktu yang dikehendaki dengan memerhatikan koordinasi output lain serta waktu yang tersedia untuk kegiatan orang lain.

d. Cost effectiveness merupakan tingkat sejauh mana penggunaan sumber daya organisasi (manusia, keuangan, teknologi dan material) dimaksimalkan untuk mencapai hasil tertinggi atau pengurangan kerugian dari setiap unit penggunaan sumber daya.

e. Need for supervision merupakan tingkat sejauh mana seorang pekerja dapat melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan seorang supervisor untuk mencegah tindakan yang diinginkan.

f. Interpersonal impact merupakan tingkat sejauh mana pegawai memelihara harga diri, nama baik dan kerjasama diantara rekan kerja dan bawahan (Sutrisno, 2010).


(40)

2.2. Rumah Sakit BLUD RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya

Rumah sakit juga merupakan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta berkesinambungan (Siregar, 2004).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintah khususnya berkaitan dengan masalah kesehatan dan mengkoordinir secara komprehensif seluruh aspek kegiatan pelayanan kesehatan yang meliputi aspek kesiapan tenaga, kinerja, mutu pelayanan, dan peningkatan kualitas laporan.

1. Bagian Tata Usaha

Melakukan pembinaan dan pengelolaan administrasi umum dan perlengkapan, keuangan, kepegawaian, penataan arsip organisasi dan tata laksana, hubungan masyarakat dan koordinasi penyusunan perencanaan strategis, program kerja evaluasi dan laporan serta pelayanan administrasi kepada seluruh unit kerja.


(41)

Dalam melaksanakan tugasnya kepala Bagian Tata Usaha dibantu oleh Subbag Umum dan Kepegawaian, Subbag Keuangan dan Subbag Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan.

a. Subbag Umum dan Kepegawaian

Melaksanakan pengelolaan dan pelayanan administrasi umum dan perlengkapan seluruh kerja.

b. Subbag Keuangan

Melaksanakan pengelolaan dan pelayanan administrasi keuangan seluruh unit kerja.

c. Subbag Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan

Mengumpulkan bahan dan mengkoordinasikan penyusunan program kerja, analisa evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di rumah sakit.

2. Bidang Pelayanan Medis, mempunyai tugas a. Melaksanakan pelayanan rujukan

b. Melaksanakan pemantauan, pengawasan dan penilaian penggunaan fasilitas dan kegiatan pelayanan medis.

c. Menyusun kebutuhan alat-alat serta fasilitas pelayanan medis dan perawatan medis.

d. Melaksanakan pelayanan pengawasan dan pengendalian penerimaan dan pemulangan pasien.


(42)

f. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnnya yang diberikan oleh direktur sesuai dengan bidang tugasnya.

Dalam melaksanakan tugasnya kepala Bidang Pelayanan Medis dibantu oleh Seksi Pelayanan Medis Rawat Jalan dan Rawat Inap, Seksi Pelayanan Medis Rawat Darurat, Intensif dan Bedah Central.

3. Bidang Keperawatan, mempunyai tugas:

a. Menyelenggarakan bimbingan pelaksanaan asuhan dan pelayanan keperawatan, melaksanakan etika keperawatan dan mengendalikan mutu keperawatan.

b. Melaksanakan kegiataan pembinaan, pelaksanaan etika profesi keperawatan serta merencanakan pengembangan sumber daya manusia.

c. Melakukan pengawasan, penilaian pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan, pelayanan keperawatan dan standar keperawatan.

d. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh direktur sesuai dengan bidang tugasnya.

Dalam melaksanakan tugasnya kepala Bidang Keperawatan dibantu oleh Seksi Asuhan Keperawatan dan Seksi Etika Profesi dan Logistik Keperawatan.

4. Bidang Penunjang Medik, mempunyai tugas

a. Melaksanakan penyusunan kebutuhan alat dan atau bahan untuk fasilitas pelayanan penunjang medis.

b. Melaksanakan penyusunan, penyusunan dan pengembangan fasilitas pelayanan penunjang medis.


(43)

c. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh direktur sesuai dengan bidang tugasnya.

Dalam melaksanakan tugasnya kepala Bidang Penunjang Medis dibantu oleh Seksi Penunjang Medis, Penelitian dan Pengembangan serta Seksi Informasi Pemasaran Sosial dan Upaya Rujukan.

Untuk mencapai visi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya yaitu ”Menjadi Rumah Sakit Rujukan Barat-Salatan” dan misi yaitu memberikan pelayanan sesuai standar dengan penuh tanggungjawab, mendorong masyarakat untuk senantiasa hidup sehat dan memelihara serta meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan lingkungannya, maka dibentuk struktur organisasi pada Gambar 2.1

Gambar. 2.1 Struktur Organisasi BLUD RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya

Sumber: Profil BLUD RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya, 2011 Direktur

Bag. Tata Usaha

Subbag U Subbag K Subbag P Bidang Pelayanan M di Bidang Penunjang M di Bidang K

Seksi Pelayanan Medis Rawat Jalan dan Rawat Inap

Seksi Pelayanan Medis Rawat Darurat, Intensif, dan

Bedah Sentral

Seksi Penunjang Medis, Penelitian dan Pengembangan Seksi Informasi Pemasaran

Sosial dan Upaya Rujukan

Seksi Asuhan K

Seksi Etika Profesi dan Logistik Keperawatan


(44)

2.3. Badan Layanan Umum Daerah

2.3.1. Pengertian, Tujuan dan Azas BLU/BLUD

Pengertian atau definisi BLU diatur dalam Pasal 1 angka 23 UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yaitu Badan Layanan Umum adalah instansi di Iingkungan Permerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Pengertian ini kemudian diadopsi kembali dalam peraturan pelaksanaannya yaitu dalam Pasal 1 angka 1 PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

Tujuan dibentuknya BLU adalah sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 68 ayat (1) yang menyebutkan bahwa Badan Layanan Umum dibentuk untuk rneningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemudian ditegaskan kembali dalam PP No. 23 Tahun 2005 sebagai peraturan pelaksanaan dan Pasal 69 ayat (7) UU No. 1 Tahun 2004, Pasal 2 yang menyebutkan bahwà BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, serta penerapan praktek bisnis yang sehat.


(45)

Sedangkan azas BLU diatur menurut Pasal 3 PP No. 23 Tahun 2005, yaitu: 1) Menyelenggarakan pelayanan umum yang pengelolaannya berdasarkan

kewenangan yang didelegasikan, tidak terpisah secara hukum dari instansi induknya;

2) Pejabat BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan layanan umum kepada pimpinan instansi induk;

3) BLU tidak mencari laba;

4) Rencana kerja, anggaran dan laporan BLU dan instansi induk tidak terpisah;

5) Pengelolaan sejalan dengan praktik bisnis yang sehat..

Dari uraian definisi, tujuan dan azas BLU, maka dapat terlihat bahwa BLU memiliki suatu karakteristik tertentu, yaitu

1) Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah yang tidak dipisahkan dari kekayaan Negara;

2) Menghasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan masyarakat; 3) Tidak bertujuan untuk mencari laba;

4) Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala korporasi; 5) Rencana kerja, anggaran dan pertanggungjawabannya dikonsolidasikan pada

instansi induk;

6) Penerimaan baik pendapatan maupun sumbangan dapat digunakan secara langsung;


(46)

8) BLU bukan subyek pajak.

Sekalipun BLU dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala korporasi, namun berdasarkan PP No. 23 Tahun 2005 disebutkan terdapat beberapa karakteristik lainnya yang membedakan pengelolaan keuangan BLU dengan BUMN/BUMD, yaitu:

1) BLU dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa;

2) Kekayaan BLU merupakan bagian dari kekayaan negara/daerah yang tidak dipisahkan serta dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk rnenyelenggarakan kegiatan BLU yang bersangkutan;

3) Pembinaan BLU instansi pemerintah pusat dilakukan oleh Menteri Keuangan dan pembinaan teknis dilakukan oleh menteri yang bertanggungjawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan;

4) Pembinaan keuangan BLU instansi pemerintah daerah dilakukan oleh pejabat pengelola keuangan daerah dan pembinaan teknis dilakukan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah yang bertanggungjawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan;

5) Setiap BLU wajib menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan;

6) Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) serta laporan keuangan dan laporan kinerja BLU disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dan RKA serta laporan keuangan dan laporan kinerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah;


(47)

7) Pendapatan yang diperoleh BLU sehubungan dengan jasa layanan yang diberikan merupakan pendapatan negara/daerah;

8) Pendapatan tersebut dapat digunakan langsung untuk rnembiayai belanja yang bersangkutan;

9) BLU dapat menerima hibah atau sumbangan dari masyarakat atau badan lain; 10) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan BLU diatur dalarn

peraturan pemerintah..

2.3.2. Jenis dan Persyaratan BLU

Apabila dikelompokkan menurut jenisnya BLU terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

1 BLU yang kegiatannya menyediakan barang atau jasa meliputi rumah sakit, lembaga pendidikan, pelayanan lisensi, penyiaran, dan lain-lain;

2 BLU yang kegiatannya mengelola wilayah atau kawasan meliputi otoritas pengembangan wilayah dan kawasan ekonomi terpadu (Kapet); dan;

3 BLU yang kegiatannya mengelola dana khusus meliputi pengelola dana bergulir, dana UKM, penerusan pinjaman dan tabungan pegawai (PP No. 23 Tahun 2005).

Untuk menjadi sebuah BLU, maka harus memenuhi persyaratan sebagaimana diatur menurut Pasal 4 Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005, sebagai berikut: 1 Persyaratan substantif, apabila menyelanggarakan layanan umum yang

berhubungan dengan:


(48)

b. Pengelolaan wilayah atau kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat atau layanan umum dan/atau.

c. Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat.

2. Persyaratan teknis

a. Kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan oleh menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya; dan;

b. Kinerja keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan adalah sehat sebagaimana ditunjukkan dalam dokumen usulan penetapan BLU.

3. Persyaratan administratif, yaitu:

Menurut peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 99 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Penilaian Usulan Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-BLUD) terdiri dari kesanggupan meningkatkan kineja, pola tata kelola, rencana strategis bisnis, laporan keuangan pokok, standar pelayanan minimum, dan laporan audit terakhir.

a. Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja b. Pola tata kelola

Indikator dari pola tata kelola terbagi atas; tata kerja, akuntabilitas dan transparansi.


(49)

1) Tata kerja meliputi peraturan internal kepegawaian, perkembangan misi dan strategi, pengelompokan fungsi yang logis, efektivitas pembiayaan, dan pendayagunaan sumber daya manusia.

2) Akuntabilitas meliputi pertanggungjawaban pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada unit kerja yang bersangkutan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik. transparansi yaitu asas keterbukaan yang dibangun atas dasar kebebasan arus informasi agar dapat diterima secara langsung bagi yang membutuhkan

c Rencana strategis bisnis;

Untuk menilai rencana strategi bisnis yang mengajukan penerapan

PPK-BLUD, harus mengacu kepada rencana strategi Pemerintah Daerah yang memuat

1) visi yaitu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan.

2) misi yaitu sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan sesuai visi yang ditetapkan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. 3) program strategis yaitu program yang berisi proses kegiatan yang berorientasi

pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau mungkin timbul

4) pengukuran pencapaian kinerja yaitu pengukuran yang dilakukan dengan menggambarkan apakah hasil kegiatan tahun berjalan dapat tercapai dengan


(50)

disertai analisis atas faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi tercapainya kinerja

d. Laporan keuangan pokok

Untuk menilai laporan keuangan, maka terlebih dahulu harus dibagi atas: 1). Laporan realisasi anggaran/laporan operasional keuangan, yaitu :

a). Laporan yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola;

b). Menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam periode pelaporan yang terdiri dari unsur pendapatan dan belanja daerah. 2). Neraca yaitu dokumen yang menggambarkan posisi keuangan mengenai aset,

kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.

3). Laporan arus kas yaitu dokumen yang menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasional, investasi, dan transaksi non-anggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas selama periode tertentu.

4). Catatan atas laporan keuangan yaitu dokumen yang berisi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca/prognosa neraca dan laporan arus kas, yang disertai laporan mengenai kinerja keuangan.

e) Standar Pelayanan Minimum (SPM)

Penilaian SPM yang akan menerapkan PPK-BLUD, meliputi kualitas layanan, pemerataan, kesetaraan layanan dan kemudahan memperoleh layanan.


(51)

f) Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen Dalam melakukan penilaian terhadap laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit, maka indikator yang dinilai adalah laporan audit, pernyataan bersedia diaudit.

2.3.3 Standar dan Tarif Layanan

Standar pelayanan minimum adalah spesifikasi teknis tentang tolok ukur layanan minimum yang diberikan oleh badan layanan umum kepada masyarakat dan bertujuan untuk memberikan batasan layanan minimum yang seharusnya dipenuhi oleh pemerintah. Agar fungsi standar pelayanan dapat mencapai tujuan yang diharapkan, standar layanan umum seyogianya memenuhi persyaratan specific, measurable, attainble, reliable, and timely (SMART) .

Standar pelayanan minimum, baik yang ditetapkan oleh menteri, pimpinan lembaga non kementerian atau lembaga negara maupun yang diusulkan sendiri oleh instansi pemerintah yang menetapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan keseteraan layanan, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan. Sementara itu kualitas layanan meliputi teknis pelayanan, proses layanan, tata cara dan waktu tunggu untuk mendapatkan layanan. Kualitas layanan kesehatan tidak boleh dikesampingkan oleh instansi pemerintah yang menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum. Ketika tidak terpenuhi pola pengelolaan keuangan badan layanan umum dapat dicabut oleh Menteri Keuangan (Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 7 Tahun 2010).


(52)

Sabarguna (2008) menyatakan ada beberapa aspek yang memengaruhi kepuasan terhadap layanan kesehatan, yaitu:

a. Aspek kenyamanan, meliputi lokasi rumah sakit, kebersihan rumah sakit, kenyamanan ruangan yang akan digunakan pasien, makanan yang dimakan pasien, dan peralatan yang tersedia dalam ruangan.

b. Aspek hubungan pasien dengan petugas rumah sakit, meliputi keramahan petugas rumah sakit terutama petugas kesehatan, informasi yang diberikan oleh petugas rumah sakit, komunikatif, respontif, suportif, dan cekatan dalam melayani pasien. c. Aspek kompetensi teknis petugas, meliputi keberanian bertindak, pengalaman,

gelar, dan terkenal.

d. Aspek biaya, meliputi mahalnya pelayanan, terjangkau tidaknya oleh pasien, dan ada tidaknya keringanan yang diberikan kepada pasien.

Tarif layanan yang ditetapkan merupakan usulan yang memperoleh persetujuan dari menteri, pimpinan atau pimpinan lembaga negara tempat badan layanan umum itu bernaung. Namun, untuk menetapkan tarif layanan, terlebih dahulu harus mempertimbangkan faktor-faktor, yaitu: a) Kontinuitas dan pengembangan layanan, b) Daya beli masyarakat, c) Asas keadilan dan kepatutan dan, d). Kompetisi yang sehat (Atmadja, 2009).

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, diharapkan tarif layanan tidak memberatkan sehingga masyarakat dapat memberikan penilaian positif bagi penerapan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum. Penilaian positif dari


(53)

masyarakak berarti kelangsungan keberadaan badan layanan umum untuk melakukan pelayanan secara berkesinambungan.

2.3.4. Pengelolaan Keuangan

Pengelolaan keuangan badan layanan umum merupakan bagian integral dari pengelolaan keuangan negara sehingga pengelolaannya tidak boleh terlepas dari hukum keuangan negara. Ketika pengelolaan keuangan badan layanan umum terpisah secara tegas dan pengelolaan keuangan negara berarti suatu penyimpangan atau berlawanan dengan hukum keuangan negara. Menteri, pimpinan lembaga non kementerian, atau pimpinan lembaga negara wajib mengarahkan agar pengelolaan keuangan badan layanan umum yang berada dalam naungannya berpedoman pada hukum keuangan negara (Saidi. 2008).

Meskipun badan layanan umum dapat melakukan pengelolaan keuangannya berbeda dengan instansi pemerintah yang bukan badan layanan umum, tetap memiliki keterikatan untuk tidak melanggar hukum keuangan negara. Jika pengelola keuangan badan layanan umum dalam pengelolaannya menimbulkan kerugian negara, berarti wajib mempertanggungjawabkan, baik di luar peradilan maupun melalui peradilan. Pertanggungjawaban itu merupakan konsekuensi dari pengelolaan keuangan suatu badan layanan umum yang menyimpang dan pengelolaan keuangan negara yang dilakukan oleh pengelola yang menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum.

Menurut Saidi (2008) aspek yang penting diperhatikan dalam pengelolaan keuangan BLU/BLUD yaitu:


(54)

1. Perencanaan dan penganggaran

Badan layanan umum menyusun rencana strategis bisnis lima tahunan dengan mengacu kepada rencana strategis yang telah ditetapkan oleh kementerian negara. Rencana bisnis dan anggaran memuat antara lain: a. kondisi kinerja tahun berjalan.

b. asumsi makro dan mikro

c. target kinerja (output yang terukur)

d. analisis dan perkiraan biaya per output dan agregrat. e. perkiraan harga, anggaran dan prognosa laporan keuangan. 2. Dokumentasi pelaksanaan anggaran

Anggaran yang dilaksanakan oleh badan layanan umum harus ditetapkan dalam bentuk dokumen sehingga mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Dokumentasi pelaksanaan anggaran mencakup seluruh pendapatan/biaya, proyeksi arus kas, serta jumlah dan kualitas jasa atau barang yang akan dihasilkan.

3. Pendapatan dan belanja

Pendapatan badan layanan umum adalah penerimaan dari anggaran negara, pendapatan diperoleh dari jasa layanan, hibah terikat/tidak terikat, hasil kerja sama dengan pihak lain dan hasil usaha lainnya.

4. Pengelolaan kas, piutang dan utang

Dalam rangka pengelolaan kas, badan layanan umum menyelenggarakan hal-hal antara lain:merencanakan penerimaan dan pengeluaran, melakukan


(55)

pemungutan pendapatan/tagihan, menyimpan kas dan mengelola rekening bank, melakukan pembayaran, mendapatkan sumber dana untuk menutup defisit jangka pendek dan memanfaatkan surplus kas jangka pendek. 5. Pengelolaan Barang

Kewenangan pengadaan barang dan jasa oleh badan layanan umum didasari pada prinsip efisiensi dan ekonomis, sesuai dengan praktik bisnis yang sehat.

6. Penyelesaian kerugian

Setiap kerugian negara pada BLU yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang diselesaikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai penyelesaian kerugian negara.

Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan negara, wajib mengganti kerugian tersebut.

7. Akuntansi, pelaporan dan pertanggungjawaban.

BLU mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi dengan mengacu pada standar akuntansi yang berlaku sesuai dengan jenis layanannya dan ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga. Laporan keuangan BLU dikonsolidasikan dengan laporan keuangan kementerian/lembaga sesuai standar akuntansi pemerintahan dan diaudit oleh pemeriksa eksternal


(56)

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan..

bertanggungjawab atas keberhasilan

pencapaian sasaran program berupa hasil (political accountability), sedangkan pimpinan BLU bertanggungjawab atas keberhasilan pencapaian sasaran kegiatan berupa keluaran (operational accountability) dan terhadap kinerja BLU sesuai denga

8. Akuntabilitas kinerja

Pimpinan badan layanan umum mengikhtisarkan dan melaporkan kinerja operasional dan pengintegrasiannya dengan laporan keuangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

9. Surplus dan defisit

Surplus anggaran BLU adalah selisih lebih antara pendapatan dengan belanja BLU yang dihitung berdasarkan laporan keuangan operasional berbasis aktual pada suatu periode anggaran. Estimasi surplus dalam tahun anggaran berjalan diperhitungkan dalam RBA tahun anggaran berikut untuk disetujui penggunaannya.

Defisit anggaran BLU dapat diajukan pembiayaannya dalam tahun anggaran berikutnya kepada Menteri Keuangan melalui Menteri/Pimpinan Lembaga. Menteri Keuangan dapat mengajukan anggaran untuk menutup defisit pelaksanaan anggaran BLU dalam berikutnya.


(57)

Berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 disebutkan indikator standar pelayanan minimum rumah sakit berdasarkan pelayanan administrasi yaitu:

a. Tindakan lanjut hasil pertemuan tingkat direksi

Pelaksanaan tindak lanjut yang harus dilakukan oleh peserta pertemuan terhadap kesepakatan atau keputusan yang telah diambil sesuai dengan permasalahan pada bidang-bidang masing-masing.

b. Kelengkapan laporan akuntabilitas kinerja

Akuntabilis kinerja adalah perwujudan kewajiban rumah sakit untuk mempertangggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui pertanggung jawaban secara periode. Laporan Akuntabilitas kinerja yang lengkap adalah laporan kinerja yang memuat pencapaian yang ada pada SPM, indikator-indikator kinerja pada strategik bisnis rumah sakit dan indikator-indikator lain yang dipersyaratkan oleh pemerintah daerah.

c. Ketepatan waktu pengusulan kenaikan pangkat

Usulan kenaikan pangkat dilakukan dua periode dalam satu tahun yaitu bulan April dan Oktober.

d. Ketepatan waktu pengurusan kenaikan gaji berkala

Usulan kenaikan gaji berkala adalah kenaikan gaji secara periodek sesuai peraturan kepegawaian yang berlaku (UU No. 8/1974, UU No. 43/1999) sehingga tergambarnya kepedulian rumah sakit terhadap kesejahteraan pegawai.


(58)

e. Pegawai yang mendapat pelatihan minimal 20 jam bertahun

Pelatihan adalah semua kegiatan peningkatan kompetensi pegawai yang dilakukan baik di rumah sakit ataupun di luar rumah sakit yang bukan merupakan pendidikan formal. Minimal pada pegawai 20 jam per tahun.

f. Cost recovery

Jumlah pendapatan fungsional dalam periode waktu tertentu dibagi dengan jumlah pembelanjaan operasional dalam periode waktu tertentu sehingga tergambar tingkat kesehatan keuangan di rumah sakit.

g. Ketepatan waktu penyusunan laporan keuangan

Laporan keuangan meliputi realisasi anggaran dan arus kas dan diselesaikan sebelum tanggal 10 setiap bulan berikutnya.

h. Kecapatan waktu pemberian informasi tentang tagihan pasien rawat inap.

Informasi tagihan pasien rawat inap meliputi semua tagihan pelayanan yang telah diberikan. Kecapatan waktu tersebut adalah waktu mulai pasien dinyatakan boleh pulang oleh dokter sampai dengan informasi tagihan diterima oleh pasien.

i. Kecepatan waktu pemberian imbalan (insentif) sesuai kesepatan waktu.

Insentif merupakan imbalan yang diberikan .kepada karyawan sesuai dengan kinerja pegawai yang dicapai dalam satu bulan.

2.3.5. Pola Tata Kelola

Menurut Atmadja (2009), penilaian pola tata kelola terdiri dari 3 aspek yaitu 1) tata kerja meliputi peraturan internal kepegawaian, perkembangan misi dan strategis, pengelompokkan fungsi yang logis, efektivitas pembiayaan dan


(59)

pendayagunaan SDM, 2) akuntabilitas meliputi pertanggungjawaban dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada unit kerja, dan 3) Tranparansi yaitu asas keterbukaan yang dibangun atas dasar kebebasan arus informasi agar dapat diterima secara langsung bagi yang membutuhkan.

Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 disebutkan bahwa perubahan status dari BLU Penuh menjadi BLU Bertahap atau sebaliknya, dapat terjadi apabila BLU yang bersangkutan mengalami penurunan atau peningkatan kinerja

2.3.6. Perubahan dan Pencabutan Status

pembinaan, monitoring, dan evaluasi kinerja BLU. Hasil dari pembinaan, monitoring, dan evaluasi tersebut menjadi masukan dalam perubahan status BLU.

Pencabutan status BLU menjadi satker biasa apabila:

a. Dicabut oleh Menteri Keuangan berdasarkan rekomendasi atau masukan dari tim pembinaan, monitoring, dan evaluasi kinerja BLU ;

b. Dicabut oleh Menteri Keuangan atas usulan menteri teknis/pimpinan lembaga; c. Berubah status menjadi badan hukum dengan kekayaan negara yang dipisahkan.

Apabila BL lambat tiga bulan sejak tanggal usulan tersebut diterima. Jika melebihi jangka waktu tersebut, usulan pencabutan dianggap ditolak. Instansi pemerintah yang pernah dicabut dari status PK-BLU dapat diusulkan kembali untuk menerapkan PK-BLU.


(60)

2.4. Landasan Teori

Penerapan BLUD berdasarkan PP No. 23 Tahun 2005 yaitu menyelenggarakan pelayanan umum, bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan Iayanan umum, tidak mencari laba, merencanakan tata kerja, anggaran dan laporan BLU dan dilakukan dengan praktik bisnis yang sehat. Apabila kriteria asas ini tidak dapat dipertahankan, maka RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya berstatus BLUD penuh dapat dicabut atau berubah status menjadi BLUD bertahap ataupun ditolak, sehingga dapat menghambat dana (finansial) yang dapat langsung dikelola melalui laporan pertanggungjawaban. Kondisi ini juga berdampak terhadap pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Berdasarkan peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 99 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Penilaian Usulan Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-BLUD) terdiri dari kesanggupan meningkatkan kinerja, pola tata kelola, rencana strategis bisnis, laporan keuangan pokok, standar pelayanan minimum, dan laporan audit terakhir. Demikian juga penerapan BLUD merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kinerja pegawai administrasi di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya. Dalam penelitian penerapan BLUD dibatasi, laporan keuangan pokok dan laporan audit terakhir karena kedua indikator ini hanya dapat dinilai oleh pegawai keuangan saja.

Kinerja organisasi di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya berdasarkan prinsip


(61)

organisasi dan psikologis. Variabel psikologis yaitu motivasi atau keinginan atau dorongan pegawai dalam meningkatkan kinerja. Motivasi dalam penelitian adalah kesanggpuan petugas administrasi untuk meningkatkan kinerjanya. Variabel organisasi terdiri dari variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan, dan berefek tidak langsung terhadap prilaku dan kinerja individu. Desain pekerjaan merupakan adalah fungsi penetapan kegiatan-kegiatan kerja seorang individu atau kelompok pegawai secara organisasional. Tujuannya adalah untuk mengatur penugasan-penugasan kerja yang memenuhi kebutuhan organisasi, teknologi dan keperilakuan. Dalam hal ini aspek desain pekerjaan pegawai administrasi RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya dikaitkan dengan penerapan BLUD dengan indikator kesanggupan meningkatkan kinerja,

RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya sebelum menjadi BLUD dana operasional bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan kegiatan yang dilakukan berdasarkan Rencana Kegiatan Anggaran (RKA). Anggaran biaya keuangan yang diprogramkan untuk kepentingan rumah sakit melalui pengesahan dari lembaga eksekutif dan legislatif daerah sehingga dapat menghambat kinerja pegawai adminstrasi. Setelah RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya BLUD,

pola tata kelola, rencana strategis bisnis dan standar pelayanan minimal. Organisasi adalah wadah atau tempat terselenggaranya administrasi dengan cara yang sistematis untuk memadukan bagian-bagian yang saling tergantung menjadi suatu kesatuan yang utuh di mana kewenangan, koordinasi, dan pengawasan dilatih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.


(62)

maka pengelolaan keuangan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan sepenuhnya dikelola oleh rumah sakit sehingga memungkinkan terjadi perubahan-perubahan ke arah yang lebih mempercepat hasil kerja pegawai administrasi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

Ilyas (2001) menyatakan untuk menilai kualitas kerja SDM, perlu dilakukan penilaian kerja dengan cara membandingkan hasil karya yang dilakukan personel dengan standar prestasi kerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Bila dari hasil penilaian ini ternyata personel yang bersangkutan masih jauh atau belum dapat mencapai tolak ukur yang ditetapkan, maka salah satu penyebabnya adalah belum sepenuhnya personel tersebut melaksanakan disiplin kerja, menunda-nunda pekerjaan sehingga target penyelesaian pekerjaan tidak pernah tercapai. Sedangkan indikator kinerja menurut produktivitas, efektivitas layanan, responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas (Tjandra, 2005; Dwiyanto, 1995).

2.5. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Penerapan Badan Layanan Umum

(BLUD)

− Kesanggupaan meningkatkan kinerja

− Pola tata kelola

− Rencana Strategis Bisnis − Standar Pelayanan Minimum

Kinerja Pegawai Administrasi − Kualitas − Kuantitas − Efektifitas − Komitmen kerja


(63)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan survei. Menurut Singarimbun (1995), survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel, dengan pendekatan cross sectional study

dimana pengumpulan data variabel bebas dan data variabel terikat dilakukan secara bersamaan untuk mengetahui pengaruh penerapan BLUD terhadap kinerja pegawai administrasi di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RSUD Aceh Barat Daya pada bulan Mei tahun 2013. Pemilihan RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya tersebut menjadi objek penelitian karena rumah sakit telah menjadi badan layanan umum daerah pada tahun 2011.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai administrasi di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya sebanyak 34 orang terdiri dari kepala bagian tata usaha 1 orang, kepala bidang sub bagian 3 orang, kepala bidang 3 orang, kepala seksi 6 orang dan staf 21 orang. Alasan pengambilan populasi adalah pegawai administrasi


(64)

berperan serta dalam pengambilan keputusan untuk merencanakan dan melaksanakan program-program kesehatan tentang BLUD di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya. 3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian atau seluruh populasi yang akan diteliti. Jumlah sampel dalam penelitian diambil adalah seluruh pegawai administrasi di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya sebanyak 34 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh menggunakan daftar pertanyaan (questionnaire) yang diberikan kepada pegawai administrasi yang telah dipersiapkan berupa pertanyaan penerapan BLUD dan kuesioner kinerja pegawai administrasi dinilai oleh atasan masing-masing bagian. Direktur menilai kepala bagian tata usaha 1 orang dan 3 orang kepala bidang pelayanan medis, bidang keperawatan dan bidang penunjang medis. Kemudian kepala bagian tata usaha menilai 3 orang kepala subbag tata usaha umum, sub bag perencanaan dan subbag keuangan. Kepala bidang pelayanan medis menilai kepala seksi pelayanan medis rawat jalan dan rawat inap, seksi pelayanan medis rawat darurat, intensif dan bedah sentral. Kepala bidang penunjang medis menilai kepala seksi penunjang medis, penelitian dan pengembangan dan seksi informasi pemasaran sosial dan upaya rujukan. Kepala bidang keperawatan menilai kepala seksi


(65)

asuhan keperawatan dan seksi etika profesi dan logistik keperawatan, Sedangkan kasubbag dan kasi menilai masing-masing stafnya.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari studi dokumentasi yang diperoleh dari bagian administrasi rumah sakit berupa data cetak yang berupa aturan-aturan, laporan kegiatan dan data yang relevan dengan penelitian ini.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrument penelitian berupa kuesioner untuk pengumpulan data primer, sebelum digunakan dalam penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap 30 orang pegawai adminsitrasi yang diselenggarakan pada bulan April 2013 di RSUD Yulidin Away Kabupaten Aceh Selatan.

1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur (instrumen) dalam mengukur suatu data (Ghozali, 2005). Untuk mengetahui validitas suau instrument (dalam kuesioner) dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor r-hitung masing-masing pertanyaan dalam suatu variabel. Teknik korelasi yang digunakan adalah Pearson Product Moment Correlation, dengan kriteria;

a. Bila r-hitung > r-tabel maka pertanyaan valid b. Bila r-hitung < r-tabel maka pertanyaan tidak valid.


(66)

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas diukur dengan menggunakan Alpha Cronbach untuk mengetahui konsistensi internal antar variabel dalam instrumen. Dengan kata lain, uji reliabilitas akan mengindikasikan apakah instrumen-instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini layak dan berkaitan atau tidak berkaitan. Dalam metode Alpha Cronbach telah ditentukan bahwa jika nilai Alpha Cronbach mendekati 1, maka hal ini menunjukkan bahwa alat ukur yang digunakan sudah sangat baik (reliable) atau jawaban responden akan cenderung sama walaupun diberikan kepada responden tersebut dalam bentuk pertanyaan yang berbeda (konsisten), sedangkan jika berada di atas 0.8 adalah baik, tetapi bila berada di bawah nilai 0.6 tidak baik atau tidak reliabel (Riduwan, 2008).

Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner penelitian didapat hasil pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian

No Variabel Butir Pertanyaan

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's

Alpha Keterangan Kesanggupan Meningkatkan Kinerja 0,838 Reliabel

1 0,775 Valid

2 0,497 Valid

3 0,567 Valid

4 0,696 Valid

5 0,408 Valid

6 0,789 Valid

7 0,408 Valid

Pola Tata Kelola 0,903 Reliabel

1 0,873 Valid

2 0,859 Valid

3 0,704 Valid

4 0,671 Valid


(1)

PTK * KINERJA

Crosstab

KINERJA

Total

Baik Kurang baik

PTK Baik Count 13 8 21

% within PTK 61,9% 38,1% 100,0%

% of Total 38,2% 23,5% 61,8%

Kurang baik Count 2 11 13

% within PTK 15,4% 84,6% 100,0%

% of Total 5,9% 32,4% 38,2%

Total Count 15 19 34

% within PTK 44,1% 55,9% 100,0%

% of Total 44,1% 55,9% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp, Sig, (2-sided)

Exact Sig, (2-sided)

Exact Sig, (1-sided)

Pearson Chi-Square 7,048a 1 ,008

Continuity Correctionb 5,288 1 ,021

Likelihood Ratio 7,590 1 ,006

Fisher's Exact Test ,013 ,009

Linear-by-Linear Association

6,841 1 ,009

N of Valid Cases 34

a, 0 cells (,0%) have expected count less than 5, The minimum expected count is 5,74, b, Computed only for a 2x2 table


(2)

RSB * KINERJA

Crosstab

KINERJA2

Total

Baik Kurang baik

RSB Baik Count 13 9 22

% within RSB2 59,1% 40,9% 100,0%

% of Total 38,2% 26,5% 64,7%

Kurang baik Count 2 10 12

% within RSB2 16,7% 83,3% 100,0%

% of Total 5,9% 29,4% 35,3%

Total Count 15 19 34

% within RSB2 44,1% 55,9% 100,0%

% of Total 44,1% 55,9% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp, Sig, (2-sided)

Exact Sig, (2-sided)

Exact Sig, (1-sided)

Pearson Chi-Square 5,668a 1 ,017

Continuity Correctionb 4,078 1 ,043

Likelihood Ratio 6,082 1 ,014

Fisher's Exact Test ,030 ,020

Linear-by-Linear Association

5,502 1 ,019

N of Valid Cases 34

a, 0 cells (,0%) have expected count less than 5, The minimum expected count is 5,29, b, Computed only for a 2x2 table


(3)

SPM * KINERJA

Crosstab

KINERJA

Total

Baik Kurang baik

SPM Sangat Baik Count 4 2 6

% within SPAM2 66,7% 33,3% 100,0%

% of Total 11,8% 5,9% 17,6%

Baik Count 9 4 13

% within SPAM2 69,2% 30,8% 100,0%

% of Total 26,5% 11,8% 38,2%

Kurang baik Count 2 13 15

% within SPAM2 13,3% 86,7% 100,0%

% of Total 5,9% 38,2% 44,1%

Total Count 15 19 34

% within SPAM2 44,1% 55,9% 100,0%

% of Total 44,1% 55,9% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp, Sig, (2-sided)

Pearson Chi-Square 10,329a 2 ,006

Likelihood Ratio 11,196 2 ,004

Linear-by-Linear Association 7,538 1 ,006

N of Valid Cases 34


(4)

Analisis Multivariat

Regression

Variables Entered/Removedb

Model Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 SPM, PTK,

KMK, RSBa

, Enter a, All requested variables entered,

b, Dependent Variable: KINERJA1

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std, Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,764a ,584 ,527 2,07491 2,171

a, Predictors: (Constant), SPM, PTK, KMK, RSB b, Dependent Variable: KINERJA1

ANOVA

Model

b

Sum of Squares df Mean Square F Sig,

1 Regression 175,383 4 43,846 10,184 ,000a

Residual 124,852 29 4,305

Total 300,235 33

a, Predictors: (Constant), SPM1, PTK, KMK, RSB b, Dependent Variable: KINERJA1

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig,

B Std, Error Beta

1 (Constant) 1,238 ,374 2,296 ,028

KMK ,521 ,227 ,283 2,291 ,029

PTK ,529 ,201 ,332 2,634 ,013

RSB ,382 ,157 ,303 2,444 ,021

SPM ,359 ,123 ,357 2,932 ,007

a, Dependent Variable: KINERJA1

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std, Deviation N

Predicted Value 34,5661 46,4822 41,5882 2,30535 34

Residual -3,13925 3,78819 ,00000 1,94509 34

Std, Predicted Value -3,046 2,123 ,000 1,000 34

Std, Residual -1,513 1,826 ,000 ,937 34


(5)

(6)