Universitas Sumatera Utara 2.2.
Obat Antipsikotik
Terdapat dua jenis antipsikotik yaitu antipsikotik tipikal dan atipikal. Pada dasarnya semua antipsikotik mempunyai efek klinis yang sama pada dosis ekivalen.
Perbedaan utama pada efek samping. Pemilihan jenis antipsikosis
mempertimbangkan gejala psikosik yang dominan dan efek samping obat. Bila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif pilihannya adalah obat antipsikosik atipikal
golongan generasi kedua, sebaliknya jika gejala positif lebih menonjol dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah tipikal golongan generasi pertama.
Antipsikotik tidak bersifat kuratif karena tidak mengeliminasi gangguan berpikir mendasar, tetapi biasanya membantu pasien berfungsi normal. Obat-obat ini hanya
memperbaiki ketidakseimbangan untuk sementara dan tidak dapat memecahkan masalah fisiologis yang mendasar. Hal ini dibuktikan dengan beberapa kasus pasien
yang kambuh setelah menghentikan penggunaan obat-obat ini. Antipsikotik dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Antipsikotik tipikal FGA
Antipsikotik tipikal merupakan antipsikotik generasi lama yang mempunyai aksi untuk mengeblok reseptor dopamin D2. Antipsikotik jenis ini lebih efektif
untuk mengatasi gejala positif yang muncul. Efek samping ekstrapiramidal banyak ditemukan pada penggunaan antipsikotik tipikal sehingga muncul
antipsikotik atipikal yang lebih aman. Contoh obat-obatan yang termasuk dalam antipsikotik tipikal diantaranya adalah klorpromazin, tiorizadin, flufenazin,
haloperidol, loxapin, dan perfenazin Ikawati, 2011.
b. Antipsikotik atipikal SGA
Antipsikotik atipikal adalah generasi baru yang banyak muncul pada tahun 1990an. Aksi obat ini yaitu menghambat reseptor 5-HT2 dan memiliki efek
blokade pada reseptor dopamin yang rendah. Antipsikotik atipikal merupakan pilihan pertama dalam terapi skizofrenia karena efek sampingnya yang cenderung
lebih kecil jika dibandingkan dengan antipsikotik tipikal. Antipsikotik atipikal menunjukkan penurunan dari munculnya efek samping karena penggunaan obat
Universitas Sumatera Utara
dan masih efektif diberikan untuk pasien yang telah resisten terhadap pengobatan Shen, 1999. Antipsikotik ini efektif untuk mengatasi gejala baik positif maupun
negatif. Contoh obat yang termasuk antipsikotik atipikal adalah clozapin, risperidon, olanzapin, ziprasidon, dan quetiapin.
2.3. Hubungan Penggunaan Obat Antipsikotik dengan Sindrom Metabolik
Banyak teori yang mengemukakan tentang mekanisme yang mungkin memperantarai terjadinya perubahan metabolisme yang terjadi pada pasien yang
menggunakan antipsikotik. 1. Teori yang pertama menyatakan jika penggunaan antipsikotik pada pasien
skizofrenik menyebabkan peningkatan berat badan. Bertambahnya berat badan pada pasien yang diobati dengan antipsikotik disebabkan oleh peningkatan nafsu
makan yang tidak diseimbangi dengan peningkatan penggunaan energi. Akibatnya terjadi peningkatan penyimpanan lemak dalam jaringan adiposa yang
mengakibatkan penambahan berat badan. Keadaan yang berlanjut menyebabkan terjadinya obesitas yang dilihat dari Body Mass Index BMI. Obesitas
dihubungkan dengan resistansi insulin dan merupakan faktor utama penyebab diabetes tipe 2 Castagna, 2011.
2. Penggunaan antipsikotik banyak dikaitkan dengan kelainan dalam regulasi glukosa
. Penggunaan antipsikotik dapat menyebabkan peningkatan penyimpanan
lemak dalam jaringan adiposa yang kemudian memicu penurunan sensitivitas insulin Newcomer dkk., 2002. Antipsikotik generasi kedua seperti clozapin dan
olanzapin berhubungan dengan efek samping terhadap regulasi glukosa dalam berbagai tingkatan keparahan yang berbeda tergantung dari potensinya dalam
peningkatan penyimpanan lemak dalam jaringan adiposa dibandingkan dengan antipsikotik tipikal. Clozapin dan olanzapin menyebabkan peningkatan berat
badan dan meningkatkan massa lemak tubuh secara signifikan, dengan resistensi insulin dan risiko diabetes mellitus Newcomer dkk., 2002.
Universitas Sumatera Utara
3. Aktifitas antipsikotik atipikal adalah antagonis pada berbagai sistem neurotransmiter termasuk dopaminergik, adrenergik, serotonergik, histaminergik
dan subtipe reseptor muskarinik Teff Kim, 2011. Neurotransmiter ini berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan jalur
metabolisme dan juga regulasi asupan makanan. Reseptor yang mungkin berpengaruh terhadap timbulnya diabetes adalah dopamin, 5-HT1A , 5-HT2c,
histamin-1 Gianfrancesco dkk., 2003.
a. Reseptor muskarinik dan histaminergik