Tinjauan Pustaka LANDASAN TEORI

commit to user 4

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Definisi a. Potensi Bahaya Hazard Potensi bahaya adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau berpotensi terhadap terjadinya kejadian kecelakaan berupa cedera, penyakit, kematian, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi operasional yang telah di tetapkan Tarwaka, 2008. b. Keadaan Darurat Keadaan darurat adalah keadaan yang lain dari keadaan yang biasanya, yang mempunyai kecenderungan potensi ketingkat yang membahayakan baik bagi keselamatan manusia, kerusakan harta benda maupun kerusakan lingkungan PT. Pupuk Kalimantan Timur, 2009. Suatu keadaan darurat di suatu perusahaan memerlukan tindakan segera untuk mengembalikan kondisi yang aman secepat mungkin. Apabila bencana terjadi dan keadaan menjadi emergency, maka perlu ditanggulangi secara terencana, sistematis, cepat, tepat dan selamat. Untuk telaksananya penanggulangan maka perlu dibentuk Tim Tanggap Darurat yang terampil dan terlatih, dilengkapi sarana 4 commit to user 5 dan prasarana yang baik serta sistem dan prosedur yang jelas. Tim tersebut perlu mendapatkan pelatihan baik teori atau praktek. Kinerja Tim Tanggap Darurat akan sangat menentukan berhasilnyapelaksanaan penanggulangan keadaan emergency dan tujuan untuk mengurangi kerugian seminimal mungkin baik harta benda atau korban manusia akibat keadaan emergency dapat dicapai Okleqs, 2008. c. Tanggap Darurat Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana Soehatman Ramli, 2010. Tanggap darurat adalah tindakan segera yang dilakukan untuk mengatasi kejadian bencana misalnya dalam suatu proses kebakaran atau peledakan di lingkungan industri, Soehatman Ramli, 2010 : 1 Memadamkan kebakaran atau ledakan. 2 Menyelamatkan manusia dan korban resque. 3 Menyelamatkan harta benda dan dokumen penting salvage. 4 Perlindungan masyarakat umum. commit to user 6 Tanggap darurat merupakan elemen penting dalam SMK3, untuk menghadapi setiap kemungkinan yang dapat terjadi. Tujuan K3 adalah untuk mencegah kejadian atau kecelakaan yang tidak diinginkan. Namun demikian, jika sistem pencegahan mengalami kegagalan sehingga terjadi kecelakaan, hendaknya keparahan atau konsekuensi yang ditimbulkan dapat ditekan sekecil mungkin. Untuk itu diperlukan sistem tanggap darurat guna mengantisipasi berbagai kemungkinan seperti kecelakaan, kebakaran, peledakan, bocoran bahan kimia atau pencemaran Soehatman Ramli, 2010. d. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 OHSAS 18001 : 2007 OHSAS 18001 bersifat generik dengan pemikiran untuk dapat digunakan dan dikembangkan oleh berbagai organisasi sesuai dengan sifat, skala kegiatan, resiko serta lingkup kegiatan organisasi. OHSAS 18001 mempunyai 17 elemen implementasi dari sistem manajemen keselamtan dan kesehatan kerja. Sebagai suatu kesisteman, semua elemen tersebut saling terkait dan berhubungan sehingga harus dijalankan secara terpadu agar kinerja K3 yang diinginkan dapat tercapai. Dari 17 elemen tersebut salah satu elemennya adalah tentang tanggap darurat. commit to user 7 2. Penerapan OHSAS 18001 : 2007 Klausul 4.4.7. Penerapan OHSAS 18001 : 2007 Klausul 4.4.7. tentang tanggap darurat, yaitu : a. Organisasi harus menetapkan, menjalankan, dan memlihara prosedur. 1 Untuk mengidentifikasi potensi situasi darurat. 2 Untuk merespon situasi darurat tersebut. b. Organisasi harus tanggap terhadap situasi darurat sebenarnya dan mencegah atau menekan konsekuensi K3 yang ditimbulkannya. c. Dalam merancang tanggap darurat, organisasi harus mempertimbangkan keperluan pihak berkepentingan lainnya misalnya layanan darurat atau tetangga berdekatan. d. Organisasi harus juga secara berkala menguji prosedurnya untuk tanggap terhadap situasi darurat, dan jika memungkinkan dengan melibatkan pihak terkait yang relevan. e. Organisasi harus secara berkala melakukan kajian dan bilamana mungkin merevisi prosedur kesiapan dan tanggap darurat, khususnya setelah pengujian berkala dan setelah terjadinya situasi darurat. 3. Elemen Pokok Sistem Tanggap Darurat Perkembangan suatu sistem tanggap darurat sekurangnya meliputi elemen sebagai berikut, Soehatman Ramli, 2010 : commit to user 8 a. Kebijakan Tanggap Darurat Penanganan tanggap darurat harus merupakan kebijakan manajemen karena menyangkut berbagai aspek seperti organisasi dan sumber daya yang memadai. Tanpa kebijakan manajemen, program tanggap darurat tidak akan berhasil dengan baik. b. Identifikasi Keadaan Darurat Langkah awal dalam pengembangan sistem tanggap darurat adalah melakukan identifikasi keadaan darurat yang mungkin terjadi dealam operasi atau kegiatan organisasi. Kegiatan darurat dapat bersumber dari dalam atau luar organisasi. Keadaan darurat dapat dikatagorikan atas bencana alam natural disaster, operasional dan sosial. 1 Faktor Operasional, yaitu kebakaran, kebocoran bahan kimia, gangguan operasi mislanya kerusakan alat. 2 Faktor Alam, yaitu banjir, topan, gempa bumi. 3 Faktor Sosial, yaitu rumor, perselisihan, sabotase. Sebagai langkah awal, semua kemungkinan keadaan darurat tersebut harus diidentifikasi, baik yang bersumber dari luar maupun dari dalam organisasi, baik yang berupa bencana alam, gangguan operasi maupun sosial. commit to user 9 c. Perencanaan Awal Preplanning Setelah semua potensi keadaan darurat diidentifikasi, dilakukan perencanaan awal preplanning untuk mengetahui dan mengembangkan strategi pengendaliannya. Berbagai kemungkinan keadaan darurat disimulasikan dalam bentuk skenario keadaan darurat mulai dari yang kecil sampai kondisi terburuk yang dapat terjadi. Dari rencana awal ini dapat diketahui apa saja sumber daya yang diperlukan, strategi pengendalian yang tepat, pengorganisasian dan sistem komunikasi serta dampak terhadap lingkungan sekitar. d. Penyusunan Prosedur Keadaan Darurat Dari hasil preplanning disusun prosedur tetap penanganan keadaan darurat yang diperlukan. Prosedur keadaan darurat mencakup struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab tim, logistic, sarana yang diperlukan, jalur komando dan komunikasi, pengamanan dan pengelolaan masyarakat sekitarnya. e. Organisasi Keadaan Darurat Penanganan keadaan darurat dilakukan secara terorganisir dengan melibatkan berbagai fungsi dalam organisasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Penanganan keadaan darurat sekurang-kurangnya melibatkan fungsi berikut ini : 1 Operasi, bertugas menjamin keamanan dan kelancaran operasi selama keadaan darurat berlangsung. commit to user 10 2 Teknik, bertugas menjamin dan mendukung sarana teknis yang diperlukan untuk penanggulangan keadaan darurat. 3 Sekuriti, bertugas menjaga keamanan selama keadaan darurat. 4 Medis, untuk memberikan bantuan dan pertolongan medis terhadap korban. 5 Pemadam kebakaran, bertugas menanggulangi keadaan darurat . 6 Safety, bertugas menjaga dan memberikan saran dan pertimbangan keselamatan. 7 Logistik, bertugas meyediakan perlengkapan dan kebutuhan logistik untuk penanggulangan. 8 Transportasi, memberikan dukungan sarana transportasi dan alat- alat berat jika diperlukan. 9 Komunikasi, membantu kelancaran jalur komunikasi selama penanggulangan baik internal maupun eksternal. 10 Humas, menjaga hubungan dengan semua pihak terkait khususnya dengan lingkungan, pemerintah, dan masyarakat sekitarnya melalui informasi yang akurat dan jelas tentang keadaan daruarat. 11 Dan lainnya sesuai dengan keperluan. f. Prasarana Keadaan Darurat Kebutuhan prasarana untuk penanggulangan keadaan darurat harus dipersiapkan dengan baik sesuai hasil identifikasi dan perencanaan awal. Prasarana mencakup berbagai aspek seperti : commit to user 11 1 Sarana penanggulangan kebakaran, pencemaran, ledakan, bocoran bahan kimia, bencana alam dan lainnya. 2 Sarana penyelamatan manusia resque. 3 Peralatan dan sistem komunikasi. 4 Logistik seperti kebutuhan material penanggulangan, konsumsi, transportasi dan lainnya. 5 Sarana medis mencakup klinik atau rumah sakit, pertolongan pertama dan tenaga medis yang diperlukan. 6 Pusat Krisis crisis center lengkap dengan fasilitasnya untuk mengendalikan keadaan darurat. Peralatan darurat sangat berguna untuk penanggulangan jika terjadi kondisi darurat. Karena itu perusahaan harus melakukan identifikasi dan menyediakan peralatan tersebut, dan memastikan jumlahnya memadai. Peralatan ini harus diuji kelayakannya dalam waktu yang terencana. Contoh peralatan darurat seperti : 1 Sistem alarm 2 Lampu dan tenaga listrik darurat 3 Peralatan pemadam kebakaran 4 Fasilitas komunikasi 5 Tempat perlindungan 6 Hydrant 7 Stasiun pencuci mata Rudi Suardi, 2005 commit to user 12 Jika organisasi tidak mampu memenuhinya sendiri dapat dilakukan melalui kerjasama mutual asisstant dengan organisasi atau pemerintah daerah setempat. g. Pembinaan dan Pelatihan Penanggulangan keadaan darurat tidak akan berhasil jika tidak ditangani oleh petugas atau SDM yang kompeten. Ciri khas dalam setiap penanggulangan keadaan darurat adalah terjadinya kepanikan, hilangnya rantai komando yang telah disusun dan kurangnya disiplin dan tanggung jawab. Untuk menjamin keberhasilan sistem manajemen darurat diperlukan upaya pembinaan dan pelatihan yang terencana dan berkesinambungan khususnya bagi mereka yang terlibat dalam rantai komando sehingga mengetahui peran dan tanggung jawabnya. Pelatihan dapat dikemas dalam bentuk table desk simulation, permainan peran atau uji coba dalam kondisi dalam berbagai bentuk scenario. Tim pelaksana misalnya tim pemadam kebakaran, medis, keamanan dan lainnya juga perlu diberi pelatihan sehingga mampu menjalankan tugasnya dengan tepat dan cepat. h. Komunikasi Komunikasi memegang peranan penting mendukung keberhasilan sistem tanggap darurat. Komunikasi dapat dikelompokkan atas komunikasi internal dan komunikasi eksternal. commit to user 13 Komunikasi internal harus dirancang mulai dari diteksi keadaan darurat sampai ke penanggulangannnya. Komunikasi eksternal dengan pemerintah daerah atau masyarakat sekitar kegiatan organisasi untuk mencegah kepanikan atau jatuhnya korban yang tidak diinginkan. Masyarakat seharusnya diberi informasi yang jelas mengenai kondisi keadaan darurat, potensi bahaya yang dapat timbul serta langkah- langkah pengamanan yang diperlukan. i. Investigasi dan Pelaporan Setiap kejadian darurat harus diinvestigasi dengan teliti untuk mengetahui penyebab sekaligus juga untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dalam proses penanggulangannya. Dari setiap kejadian dapat diketahui tingkat kesiapan individu, kondisi sarana, kelancaran komunikasi dan kecepatan gerak tenaga pendukung yang diperlukan. Hasil penanggulangan darurat harus dilaporkan kepada manajemen sebagai bahan evaluasi untuk peningkatannya. j. Inspeksi dan Audit Secara berkala dilakukan audit dan inspeksi sistem tanggap darurat yang menyangkut prosedur, sarana dan kemampuan petugas. Semua peralatan harus diperiksa secara berkala agar jika diperlukan siap untuk digunakan. commit to user 14

B. Kerangka Pemikiran