7 dalam penelitiannya menyatakan bahwa peningkatan risiko perusahaan tidak diikuti oleh
peningkatan tax avoidance perusahaan.
Selain itu, Dyreng et al. 2010 melakukan penelitian untuk mengetahui apakah individu top executive memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak
perusahaan. Sampel yang digunakan sebanyak 908 pimpinan perusahaan yang tercatat di Execu Comp diperoleh hasil bahwa pimpinan perusahaan executive
secara individu memiliki peran yang signifikan terhadap tingkat penghindaran pajak perusahaan. Suyani 2014 dalam penelitiannya menyatakan bahwa semakin tinggi
karakteristik eksekutif kecendrungan melakukan penghindaran pajak tax avoidance akan meningkat secara signifikan. Semakin tinggi tindakan penghindaran pajak tax
avoidance maka semakin rendah nilai perusahaan. Semakin tinggi karakteristik eksekutif maka berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan latar
belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti menulis penelitian dengan judul “Pengaruh Tax Avoidance Jangka Panjang Terhadap Nilai Perusahaan dengan
Karakter Eksekutif Sebagai Variabel Pemoderasi Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2014.
”
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah.
1 Apakah tax avoidance jangka panjang berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan?
8
2 Apakah karakter eksekutif mampu memoderasi hubungan antara tax avoidance
jangka panjang dengan nilai perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan pokok masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah.
1 Untuk memeroleh bukti empiris mengenai pengaruh tax avoidance jangka
panjang terhadap nilai perusahaan. 2
Untuk memeroleh bukti empiris mengenai apakah karakter eksekutif mampu memoderasi hubungan antara tax avoidance jangka panjang dengan nilai
perusahaan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dijelaskan, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan yaitu.
1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat berkonstribusi dan memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi serta tambahan referensi bukti empris yang baru
terkait dengan perpajakan terutama mengenai praktik tax avoidance pada perusahaan manufaktur, khususnya di Indonesia.
2 Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
pihak-pihak yang berkepentingan terutama bagi pemerintah dalam membuat
9
kebijakan perpajakan agar dapat mencegah terjadinya praktik tax avoidance oleh perusahaan. Begitu juga bagi perusahaan agar dapat mempertimbangkan dampak
yang akan ditimbulkan dari tax avoidance yang dilakukan.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini terdiri dari beberapa bab yang disusun berurutan secara sistematis, sehingga antara sub bab dengan bab yang lainnya mempunyai hubungan
yang sistematis. Sistematika penulisan dalam penelitian ini akan diuraikan secara ringkas meliputi 5 lima bab, sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan
Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah dilakukannya penelitian ini, rumusan masalah yaitu berdasarkan latar belakang yang
ada timbul pertanyaan-pertanyaan peneliti yang nantinya akan menjadi sebuah hipotesis, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II Kajian Pustaka Dan Hipotesis Penelitian
Bab ini membahas mengenai landasan teori yang berkaitan dan mendukung penelitian, penelitian terdahulu, dan hipotesis yang
dirumuskan untuk melakukan penelitian.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian yaitu penjelasan mengenai desain penelitian, lokasi dan lingkup penelitian, identifikasi
10
variabel, definisi variabel penelitian, jenis dan sumber data, populasi dan sampel dari penelitian, metode pengumpulan data dan teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.
Bab IV Data Dan Pembahasan Hasil Penelitian
Bab ini menjelaskan mengenai deskripsi objek penelitian, analisis data yang dikaitkan dengan analisis statistik deskriptif dan analisis
model regresi, serta interpretasi hasil sesuai dengan teknik analisis yang digunakan.
Bab V Simpulan Dan Saran
Bab ini menjelaskan mengenai simpulan yang berisi penyajian singkat tentang apa yang telah diperoleh dari pembahasan interpretasi hasil
dan saran bagi peneliti selanjutnya serta bagi perusahaan.
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Signal
Signaling Teory
Perusahaan mengetahui lebih banyak informasi mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar seperti investor dan kreditor.
Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan investor melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan
Simarmata, 2014. Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan.
Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis, karena informasi menyajikan keterangan, catatan dan gambaran baik untuk keadaan di masa lalu, saat
ini maupun keadaan di masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat
diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi Prasiwi, 2015.
Oleh sebab itu, dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi investor dapat membedakan perusahaan mana yang memiliki nilai perusahaan yang baik,
sehingga di masa mendatang dapat memberikan keuntungan bagi investor tersebut Alivia, 2013 dalam Simarmata, 2014. Sesuai signaling theory, pengeluaran
investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa
12
mendatang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan Jamaan, 2008 dalam Prasiwi, 2015.
Praktik penghindaran pajak yang telah dilakukan oleh perusahaan diharapkan dapat memberikan sinyal kepada pihak
investor untuk mengambil keputusan investasi yang akan berdampak terhadap nilai perusahaan. Pada dasarnya nilai perusahaan dapat dikatakan baik salah satunya dapat
ditunjukkan oleh peningkatan harga saham perusahaan dari waktu ke waktu Simarmata, 2014.
2.1.2 Perencanaan Pajak
Perencanaan pajak adalah suatu proses untuk mendeteksi cacat teoritis dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan
perpajakan yang
kemudian diolah
sedemikian rupa sehingga ditemukan suatu cara penghindaran pajak yang dapat menghemat pajak akibat cacat teoritis tersebut. Adanya kekurangan yang konseptual
dalam ketentuan perundang-undangan perpajakan tidaklah berarti bahwa ketentuan perundang-undangan perpajakan harus direvisi, karena perubahan suatu ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan memerlukan banyak pertimbangan dan kriteria-kriteria yang tidak konsisten dan bertentangan satu sama lainnya Zein,
2008:54. Jika tujuan perencanaan pajak adalah merekayasa agar beban pajak tax burden dapat dikenakan serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang
ada tetapi berbeda dengan tujuan pembuat undang-undang, maka perencanaan pajak disini sama dengan penghindaran pajak tax avoidance karena secara hakikat
ekonomis keduanya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak after
13
tax return karena pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia, baik untuk dibagikan kepada pemegang saham maupun untuk diinvestasikan Suandy, 2011:7.
Sementara itu, dalam rangka untuk menjaga semua kepentingan pemegang saham berkaitan dengan kegiatan perencanaan pajak, penting untuk mengetahui
bagaimana transaksi
akuntansi dalam bisnis perusahaan dapat memengaruhi
perencanaan pajak dalam transaksi pasar modal Graham, raedy, dan Shackelford, 2012 dalam Rashid et al., 2015. Hal ini karena pemegang saham biasanya fokus
pada bagaimana perusahaan yang dapat meminimalkan tingkat biaya mereka dan meningkatkan keuntungan ke tingkat optimal. Dengan kata lain, perencanaan pajak
akan menarik perhatian pemegang saham sebagai cara untuk menilai bagaimana perusahaan
mengelola pengeluaran
perusahaan untuk
menghasilkan tingkat
keuntungan yang optimal Bryant-Kutcher, Guenther, dan Jackson, 2012 dalam Rashid et al., 2015. Perencanaan pajak adalah elemen penting dari strategi bisnis
yang membutuhkan perhatian dari manajer semua bidang fungsional dalam perusahaan Ftouhi et al., 2014.
Menurut Hoffman 1961 dalam Kawor dan Kportorgbi 2014 perencanaan
pajak berusaha untuk mengalihkan kas yang biasanya akan mengalir ke otoritas pajak ke dalam entitas perusahaan. Kegiatan perencanaan pajak yang dilakukan adalah
untuk meminimumkan
penghasilan kena
pajak tanpa
mengorbankan laba
akuntansi. Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa kewajiban pajak perusahaan adalah penghasilan kena pajak bukan laba akuntansi. Tujuannya adalah untuk
14
mengintensifkan kegiatan meminimumkan penghasilan kena pajak namun tidak memiliki hubungan langsung pada laba akuntansi.
2.1.3 Penghindaran Pajak Tax Avoidance
Anderson dalam Zein, 2008:50 menyatakan bahwa penghindaran pajak adalah cara mengurangi pajak yang masih dalam batas ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan dan dapat dibenarkan, terutama melalui perencanaan pajak. Adanya keinginan dari wajib pajak untuk tidak memenuhi peraturan
perpajakan menimbulkan adanya perlawanan pajak dari wajib pajak tersebut. Perlawanan terhadap pajak dapat dibedakan menjadi dua yaitu, perlawanan pasif dan
perlawanan aktif Adelina, 2012 dalam Darmawan dan Sukartha, 2014. Perlawanan pasif berupa hambatan yang mempersulit pemungutan pajak dan mempunyai
hubungan erat dengan struktur ekonomi, sedangkan perlawanan aktif adalah semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada pemerintah fiskus
dengan tujuan untuk menghindari pajak, namun tetap mematuhi ketentuan peraturan perpajakan seperti memanfaatkan pengecualian dan potongan yang diperkenankan
maupun menunda pajak yang belum diatur dalam peraturan perpajakan yang berlaku Heru, 1997 dalam Budiman dan Setiyono, 2012.
Tindakan penghindaran pajak tidak bebas dari biaya, beberapa biaya yang harus
ditanggung yaitu
pengorbanan waktu
dan tenaga
untuk melakukan
penghindaran pajak serta adanya risiko jika penghindaran pajak terungkap. Risiko ini mulai dari yang dapat dilihat, yaitu bunga dan denda kemudian yang tidak terlihat,
yaitu kehilangan reputasi perusahaan yang berakibat buruk bagi kelangsungan usaha
15
jangka panjang perusahaan Armstrong et al., 2013, dalam Puspita, 2014. Ada pula
risiko penghindaran pajak yang lain yaitu timbulnya masalah agensi. Ini timbul jika manajer memanfaatkan posisinya untuk mengalihkan sumber daya perusahaan untuk
pribadinya, dimana manajer yang menggerakkan jalannya perusahaan termasuk menentukan tingkat penghindaran pajak yang akan dilakukan perusahaan Puspita,
2014. Penghindaran pajak adalah rekayasa “tax affairs” yang masih tetap berada
dalam bingkai ketentuan perpajakan lawful. Penghindaran pajak dapat terjadi di dalam bunyi ketentuan atau tertulis dalam undang-undang dan berada dalam jiwa dari
undang-undang atau dapat juga terjadi dalam bunyi ketentuan undang-undang tetapi berlawanan dengan jiwa undang-undang. Komite urusan fiskal dari Organization for
Economic Coorporation and Develpoment OECD menyebutkan ada tiga karakter penghindaran pajak sebagai berikut.
a Adanya unsur artifisial dimana berbagai pengaturan seolah-olah terdapat di
dalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan kerena ketiadaan faktor pajak. b
Skema semacam ini sering memanfaatkan loopholes dari undang-undang atau menerapkan ketentuan-ketentuan legal untuk berbagai tujuan, padahal bukan itu
yang sebetulnya dimaksudkan oleh pembuat undang-undang. c
Kerahasiaan juga sebagai bentuk dari skema ini dimana umumnya para konsultan menunjukkan alat atau cara untuk melakukan penghindaran pajak dengan syarat
Wajib Pajak menjaga serahasia mungkin Council of Executive Secretaries of Tax Organizations, 1991 dalam Suandy, 2011:7.
16
Strategi penghindaran pajak dapat memberikan hasil tertentu misalnya, pendapatan bunga bebas pajak yang diperoleh dari obligasi daerah atau hasil yang
tidak pasti misalnya, skema transfer pricing yang dirancang untuk menggeser laba dari pajak tinggi ke tingkat pajak rendah dan besarnya beban pajak dapat bervariasi
secara substansial di seluruh perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak Hutchens dan Rego, 2013. Manfaat yang paling jelas dari penghindaran pajak
adalah penghematan kas dari penghindaran pajak. Penghematan kas menyebabkan arus kas perusahaan meningkat yang menawarkan peluang untuk investasi lebih
lanjut sehingga meningkatkan nilai perusahaan. Kekayaan pemegang saham juga akan meningkat dengan dividen yang tinggi serta peningkatan nilai saham Annuar
et al., 2014. Berbagai kegiatan penghindaran pajak yang dapat diambil oleh perusahaan,
sehingga terdapat dua pandangan yang saling bertentangan tentang bagaimana penghindaran pajak memengaruhi nilai perusahaan. Dari satu perspektif, pemegang
saham harus positif menghargai penghindaran pajak karena pengurangan pajak dapat meningkatkan kekayaan pemegang saham Arrif dan Hashim, 2013. Saat ini sudah
banyak cara dalam pengukuran tax avoidance. Setidaknya terdapat dua belas cara yang dapat digunakan dalam mengukur tax avoidance yang umumnya digunakan,
dimana disajikan dalam Tabel 2.1 berikut.
17
Tabel 2.1 Tabel Pengukuran Penghindaran Pajak Pengukuran
Cara Perhitungan Keterangan
GAAP ETR Worldwide total income tax expense
Worldwide total pre-tax accounting income Total tax expense
per dollar of pre-tax
income
Current ETR Worldwide current income tax expense
Worldwide total pre-tax accounting income Current tax ecpense
per dollar of pre-tax book income
Cash ETR Worldwide cash taxes paid
Worldwide total pre-tax accounting income Cash taxes paid per
dollar of pre-tax book
income
Long-run Cash ETR
Worldwide cash taxes paid Worldwide total pre-tax accounting income
Sum of cash taxes paid over n years
divided by the sum of
pre-tax earning over n years
ETR Differential
Statutory ETR – GAAP ETR
The difference of between the
statutory ETR
and firm’s GAAP
ETR DTAX
Error term form the following regression : ETR differential x Pre-tax
book income = a+bx Conttrol +e The unexplained
portion of the ETR differential
Total BTD Pre-tax book income
– U.S CTE + Fgn CTEU.S STR
– NOLt – NOLt-1 The total difference
between book and taxable income
Temporary BTD
Deffered tax expenseU.S STR The total difference
between book and taxable income
Abnormal total BTD
Residual from BTDTait = βTAit + βmi A measure of
unexplained total book-tax differences
Unrecognized tax benfefits
Disclosed amount post-FIN 48 Tax liability accrued
for taxes not yet paid on uncertain
positions
18
Tax shelter Activity
Indicator variable for firms accused of engaging in a tax shelter
Firms identified via firm disclosure, the
press, or IRS confidental data
Marginal tax Rate
Simulated marginal tax rate Present value of
taxes on an additional
dollar of income
Sumber : Hanlon dan Heitzman, 2010 dalam Simarmata, 2014
Long-Run Cash ETR
Long Run Cash ETR adalah pengukuran tax avoidance dalam jangka panjang yang merupakan pengembangan dari pengukuran dengan Cash ETR yang
dikembangkan oleh Dyreng et al. 2008, yang kemudian menjadi jawaban atas keterbatasan GAAP ETR dalam menghitung tax avoidance yang dilakukan oleh
perusahaan Martani dan Chasbiandani, 2012. Berdasarkan permasalahan tersebut, Dyreng et al. 2008 mengembangkan pengukuran Tax Avoidance dengan
menggunakan ukuran Long Run Cash ETR. Pengukuran ini dilakukan dalam jangka waktu yang lebih panjang yaitu selama 10 tahun. Cara yang digunakan adalah dengan
menjumlahkan total cash tax paid dalam waktu 10 tahun, kemudian dibagi dengan total pre tax income dalam jangka waktu yang sama, dengan demikian pengukuran
tersebut dapat menggambarkan kondisi ETR yang lebih mendekati biaya pajak perusahaan dalam jangka panjang Simarmata, 2014.
19
2.1.4 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan menurut Rika dan Islahudin 2008:7 dalam Retno dan Priantinah, 2012 didefinisikan sebagai nilai pasar. Nilai perusahaan dapat
memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi kemakmuran
pemegang saham. Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para profesional. Para profesional diposisikan
sebagai manajer ataupun komisaris. Peningkatan nilai perusahaan yang tinggi merupakan tujuan jangka panjang yang seharusnya dicapai perusahaan yang akan
tercermin dari harga pasar sahamnya karena penilaian investor terhadap perusahaan dapat diamati melalui pergerakan harga saham perusahaan yang ditransaksikan di
bursa untuk perusahaan yang sudah go public Retno dan Priantinah, 2012. Menurut Rahayu 2010 dalam Muliani,dkk. 2014 menyatakan bahwa nilai
perusahaan adalah sebuah nilai untuk mengukur tingkat kualitas perusahaan dan sebuah nilai yang menerangkan seberapa besar tingkat kepentingan sebuah
perusahaan di mata pelanggannya. Nilai perusahaan dapat mencerminkan nilai aset
yang dimiliki perusahaan seperti surat-surat berharga. Saham merupakan salah satu surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan, tinggi rendahnya harga saham
banyak dipengaruhi oleh kondisi emiten. Salah satu faktor yang memengaruhi harga saham
adalah kemampuan perusahaan membayar dividen. Nilai perusahaan merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar
menilai perusahaan secara keseluruhan atau dapat dikatakan nilai perusahaan
20
merupakan harga yang dibayar oleh calon pembeli jika perusahaan tersebut dijual Utami, 2011. Perusahaan selalu mempertimbangkan kebutuhan pemegang saham
dan rencana jangka panjang perusahaan untuk investasi atau kebijakan lain, serta membuat keputusan yang diperlukan untuk pengungkapan informasi pajak yang
berhubungan dengan masalah pajak dalam rangka melaksanakan kebijakan lain dan mengurangi beban pajak untuk tujuan meningkatkan nilai perusahaan Suzan et al.,
2012 dalam Tarazi dan Hamidian, 2015. Proksi untuk nilai perusahaan dalam penelitian ini peneliti digunakan metode
Rasio Tobin’s Q yang dikembangkan oleh James Tobin 1967. Rasio ini dinilai dapat memberikan informasi yang paling baik, karena dapat menjelaskan berbagai
fenomena dalam kegiatan perusahaan seperti terjadinya perbedaan crossectional dalam
pengambilan keputusan
investasi dan
diversifikasi, hubungan
antar kepemilikan saham manajemen dan nilai perusahaan. Semakin besar nilai Tobin’s Q
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Hal ini dapat terjadi karena semakin besar nilai pasar aset perusahaan dibandingkan dengan
nilai buku aset perusahaan maka semakin besar kerelaan investor untuk mengeluarkan
pengorbanan yang
lebih untuk
memiliki perusahaan
tersebut Sukamulja, 2004 dalam Simarmata, 2014.
Sesuai pernyataan tersebut dengan menggunakan rasio-Q, dimana jika rasio-Q di atas satu, ini menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang
memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi sehingga akan menarik
munculnya investasi
baru, sedangkan
jika rasio-Q
dibawah satu
21
menunjukkan bahwa
investasi dalam
aktiva tidak
menarik investor untuk
memberikan investasinya yang baru Simarmata, 2014. Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena dapat menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang
nilai hasil pengembalian setiap dana yang diinvestasikan Herawaty, 2008.
2.1.5 Karakter Eksekutif
Eksekutif sebagai
seorang individu
memiliki karakteristik
yang akan
mempengaruhinya dalam membuat suatu keputusan. Karakteristik setiap eksekutif tentu berbeda antara satu dengan yang lain. Berbagai faktor dapat membentuk
karakteristik eksekutif sehingga karakter eksekutif dianggap faktor penting yang dapat mempengaruhi kebijakan yang akan diambil oleh eksekutif Hanafi dan Harto,
2014. Low 2006 dalam Budiman dan Setiyono 2012 menyebutkan bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagai pimpinan perusahaan eksekutif memiliki dua karakter
yakni sebagai risk taker dan risk averse. Eksekutif yang memiliki karakter risk taker adalah eksekutif yang lebih berani dalam mengambil keputusan bisnis dan biasanya
memiliki dorongan kuat untuk memiliki penghasilan, posisi, kesejahteraan, dan kewenangan yang lebih tinggi Maccrimon dan Wehrung, 1990 dalam Budiman dan
Setiyono, 2012. Berbeda dengan risk taker, eksekutif yang memiliki karakter risk averse adalah
eksekutif yang cenderung tidak menyukai risiko sehingga kurang berani dalam mengambil keputusan bisnis. Eksekutif risk averse jika mendapatkan peluang maka
dia akan memilih risiko yang lebih rendah Low, 2006 dalam Budiman dan Setiyono, 2012. Biasanya eksekutif risk averse memiliki usia yang lebih tua, sudah lama
22
memegang jabatan, dan memiliki ketergantungan dengan perusahaan Maccrimon dan Wehrung, 1990 dalam Budiman dan Setiyono, 2012. Jika dibandingkan dengan
risk taker, eksekutif risk averse lebih menitikberatkan pada keputusan-keputusan yang yang tidak mengakibatkan risiko yang lebih besar. Besar kecilnya risiko
perusahaan mengindikasikan kecenderungan karakter eksekutif. Tingkat risiko yang besar mengindikasikan bahwa pimpinan perusahaan lebih
bersifat risk taker yang lebih berani mengambil risiko. Sebaliknya tingkat risiko yang kecil mengindikasikan bahwa pimpinan perusahaan lebih bersifat risk averse yang
cenderung untuk menghindari risiko Dewi dan Jati, 2014. Seorang manajer yang memiliki sifat risk taker lebih berani dalam mengambil risiko besar dengan tujuan
untuk mendapatkan return yang besar pula Khoesanto, 2013. Lewellen 2003 dalam Carolina,dkk. 2014 menyebutkan contoh perbedaan pengambilan keputusan
bisnis oleh eksekutif yang memiliki karakter risk taker dengan eksekutif yang memiliki karakter risk aserve.
Eksekutif yang memiliki karakter risk taker tidak ragu-ragu untuk memilih pembiayaan yang tinggi yang bersumber dari utang, walaupun pembiayaan yang
terlalu tinggi dari utang dapat menimbulkan risiko kebangkrutan perusahaan, sedangkan bagi eksekutif yang memiliki karakter risk aserve akan lebih berhati-hati
dalam menentukan komposisi utangnya agar tidak terlalu besar untuk menghindari risiko kebangkrutan yang tinggi. Pengukuran karakter eksekutif diukur melalui risiko
perusahaan corporate risk yang dimiliki perusahaan. Corporate risk mencerminkan penyimpangan atau deviasi standar dari earning baik penyimpangan itu bersifat
23
kurang dari yang direncanakan atau lebih dari yang direncanakan, semakin besar deviasi earning perusahaan mengindikasikan semakin besar pula risiko perusahaan
yang ada Paligrova, 2010. Paligrova 2010 mengukur resiko perusahaan melalui perhitungan deviasi standar dari Earning Before Interest, Tax, Depreciation, and
Amortization EBITDA dengan total asset perusahaan. Dyreng et al. 2010 melakukan penelitian untuk mengetahui apakah individu top executive memiliki
pengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan. Sampel yang digunakan sebanyak 908 pimpinan perusahaan yang tercatat di Execu Comp diperoleh hasil bahwa
pimpinan perusahaan executive secara individu memiliki peran yang signifikan terhadap tingkat penghindaran pajak perusahaan.
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya